praktikum ini merupakan praktikum kuantitatif dengan metode titrasi kompleksometriFull description
dasar teoriDeskripsi lengkap
praktikum dasar teknik kimia I
Full description
Deskripsi lengkap
praktikum ini merupakan praktikum kuantitatif dengan metode titrasi kompleksometriDeskripsi lengkap
pengertian kompleksometri,cara kompleksometri,teknik kimia,tugas kimia analitik,tujuan kompleksometri,makalah komplekso metri,tugas kimia analitikDeskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
Penjelasan tentang titrasi kompleksometri
Deskripsi lengkap
kompleksometriDeskripsi lengkap
kompleksometriDeskripsi lengkap
tugasDeskripsi lengkap
Soal2 kompleksometri
pengertian kompleksometri,cara kompleksometri,teknik kimia,tugas kimia analitik,tujuan kompleksometri,makalah komplekso metri,tugas kimia analitikFull description
kompleksometriDeskripsi lengkap
komFull description
kompleksometriFull description
Deskripsi lengkap
XI.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan titrasi pengomplekan dan aplikasinya mempunyai tujuan yakni menentukan (standarisasi) konsentrasi larutan baku sekunder Na-EDTA dan menentukan kesadahan total air sumur di Jl !apas "aru gang # No $#% &urabaya diambil pada tanggal #' Noember #*+ pukul +$ ," ," &ebelum &ebelum menent menentuka ukan n konsent konsentrasi rasi larutan larutan standar standartt (laruta (larutan n baku baku sekunder) sekunder) diperlukan diperlukan konsentrasi konsentrasi larurtan "aku Primer Primer .arutan .arutan standar standar primer dari percobaan ini adalah /a/l# dimana dimana larutan larutan standar standar primer primer merupa merupakan kan laruta larutan n yang yang konsent konsentrasi rasiny nyaa diketa diketahui hui dengan dengan penimb penimbang angan an secara secara tepat tepat 0at 0at kimi kimiaa yang yang bena benarr-be bena narr murn murnii dan dan dilar dilarut utka kan n dalam dalam sejumlah pelarut tertentu Digunakan larutan /a/l # karena dapat ber1ungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan yang bersi1at mudah larut% tidak seperti larutan kalsium lainnya &i1at ini berguna untuk menggantikan ion dari larutan .angka .angkah h pertam pertamaa untuk untuk membua membuatt larutan larutan /a/l /a/l # adalah adalah dengan dengan menimbang serbuk putih /a/2 $ menggunakan neraca analitik secara teliti dengan bantuan 3adah roll1ilm /ara menimbangnya yaitu kita meletakkan roll 1ilm terelebih dahulu% lalu di nol kan lagi angka di neraca analitiknya% setelah itu menimbang /a/2$ dengan hati-hati 4asil penimbangan adalah %5** gram &erbuk /a/2 $ yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran * m. dengan bantuan corong dan spatula "ilas tempat roll 1ilm bekas 3adah /a/2$ yang kemungkinan besar serbuk halus masih banyak yang tersisa pada tempat roll 1ilm dan masukkan ke dalam labu labu ukur ukur agar agar kons konsen entra trasi si /a/2 /a/2$ yang yang dikehe dikehenda ndaki ki tidak tidak berkur berkurang ang Ditambahkan a6uades sampai batas miniskus labu ukur * m. Dilakukan penggoyangan labu ukur untuk melarutkan serbuk /a/2 $% namun ketika ditambahkan dengan a6uades serbuk /a/2 $ tidak dapat melarut hal tersebut dikarenakan /a/2$ merupakan garam karbonat yang memiliki si1at sukar larut larut dalam dalam air air !emu !emudia dian% n% ditam ditamba bahk hkan an 4/l 4/l + 7 seba sebany nyak ak # tetes tetes Penambahan 4/l ber1ungsi untuk melarutan /a/2 $ sehingga dapat menjadi
larutan /a/l# Dalam penambahan 4/l terdapat gelembung gas yaitu gas /2# yang dihasilkan sebagai penanda bah3a reaksi telah terjadi 8eaksi yang terjadi adalah 9 /a/2$ (s) : # 4/l (a6) ; /a/l # (a6) : /2 # (g) : 4 #2 (l) Tutup labu ukur dengan penutup labu ukur sampai rapat dan pastikan labu ukur tidak akan bocor ketika dibalik "olak-balik labu ukur dan kocok hingga larutan dirasa sudah tercampur rata dan endapan larutan sempurna .arutan yang terbentuk adalah jernih% tak ber3arna Perhitungan konsentrasi 7olaritas /a/2$ dapat diketahui dengan menggunakan rumus 9 1000
massaCaCO 3
M CaCO3 =
x
Mr CaCO 3
Volume CaCO 3 ( mL )
0,0811 gram
M CaCO3 =
gram mol 0,1 L
100,09
0,00081
=
0,1 L
= 0.0081 M
Dengan mengetahui konsentrasi larutan baku primer dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi baku sekunder (Na-EDTA) Percobaan kedua yakni standarisasi larutan Na-EDTA dengan /a/l # Dalam titrasi pengompleksan% larutan baku sekunder menggunakan NaEDTA Dipilih larutan EDTA sebagai larutan baku sekunder dalam titrasi pengomplekan karena aksi mengompleknya sangat kuat dan ketersediaannya secara komersial &truktur ruang dari anionnya% yang mempunyai + atom penyumbang% memungkinkan untuk memenuhi bilangan koordinasi + yang sering dijumpai di antara ion-ion logam% dan untuk membentuk cincin beranggota < &edangkan% dipilih larutan Na-EDTA karena larut dalam air dan juga merupakan pereaksi yang umum dari EDTA dalam bentuk garamnya Na-EDTA perlu distandardisasi karena Na-EDTA tidak stabil% sangat mudah bereaksi dengan lingkungan sekitar sehinga otomatis mudah mempengaruhi besar olumenya dan menyebabkan perubahan konsentrasi =ntuk itu setiap akan dilakukan penentuan kadar harus distandarisasi karena konsentrasi dari larutan baku sekunder dapat berubah "uret dipasang di stati1 dan klem terelebih dahulu kemudian larutan Na-EDTA dimasukkan ke
dalam buret yang bersih dan sudah dibilas dengan Na-EDTA sebelumnya Tepatkan olume a3al larutan Na-EDTA pada miniskus angka % sehingga akan memudahkan praktikan untuk mengamati olume Na-EDTA yang nantinya akan terpakai =ntuk memudahkan perubahan 3arna yang terjadi letakkan kertas putih diba3ah Erlenmeyer 7engambil * m. larutan baku primer /a/l # dengan menggunakan pipet seukuran dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer #< m. Digunakan pipet olume karena memiliki tingakat ketelitian lebih tinggi dibandingkan dengan gelas ukur !emudian ditambahkan bu11er p4 * (jernih% tak ber3arna) Penambahan tersebut menjadi larutan tetap jernih% tak ber3arma Penambahan bu11er bertujuan untuk mempertahankan p4 larutan agar tetap * Penitrasian menyebabkan terlepasnya ion 4 : sehingga mempengaruhi keasamaan larutan &elain itu% pada p4 *% pembentukan kompleks logamEDTA% logam yang akan terseleksi hanya logam tertentu seperti /a #: dan 7g#: &emakin rendah p4 yang digunakan maka semakin kurang kompleks yang terbentuk pada saat penentuan kesadahan "ila dilakukan pada p4 asam atau kurang dari * maka akan terbentuk proton yang menimbulkan pengaruh reaksi samping karena bentuk EDTA yang menonjol dalam larutan yaitu bentuk yang berproton sehingga reaksi pembetukan kompleks ligan EDTA bersaing dengan proton% sedangkan apabila dilakukan pada p4 basa atau lebih dari * maka ion hidroksida dapat memberikan pengaruh yang buruk pula karena terbentuknya kompleks ion hidrokso dengan ion logam Jadi% untuk menghindari hal tersebut% penentuan kesadahan total dilakukan pada p4 * .alu ditambahkan indikator E"T (merah) sebanyak $ tetes Penambahan tersebut membuat 3arna larutan menjadi jernih% merah anggur >ungsi penambahan indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi Penambahaan E"T harus dilakukan tepat sebelum penitrasian karena E"T !arena E"T dilarutkan dengan alkohol% sehingga mudah menguap yang menyebabkan titik akhir titrasi tidak terlihat jelas Dipilih indikator E"T karena kompleks logam-indikator kurang stabil dibandingkan kompleknya logam EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir titrasi EDTA dapat
memindahkan ion-ion logam dari kompleks indikator logam itu perubahan dalam kesetimbangan dari kompleks indikator logam ke kompleks logam tajam dan cepat% kontras 3arna antara indikator bebas dan kompleks logam indikator harus berbeda% dan E"T juga peka terhadap ion logam Persamaan reaksi yang terjadi adalah 9
: /a/l# (a6)
4n-
/an-
.angkah selanjutnya melakukan titrasi menggunakan larutan NaEDTA Titrasi dilakukan tetes demi tetes agar reaksi berlangsung secara sempurna Titrasi dilakukan tetes demi tetes dan dengan pengocokan selama larutan standar ditambahkan agar reaksi berlangsung secara sempurna Titrasi dihentikan jika sudah terjadi perubahan 3arna dari merah anggur menjadi biru 4al tersebut terjadi karena kompleks /an - (kompleks /a dengan E"T) lebih lemah daripada kompleks /a? #- (kompleks /a dalam EDTA) sehingga saat kelebihan EDTA% EDTA akan merebut /a dari /an untuk menjadi /a #: yang selanjutnya membentuk kompleks dengan EDTA yaitu kompleks /a? #- &edangkan E"T (4n) akan kembali terbentuk seperti semula yaitu 4n#- yang ber3arna biru sehingga menyebabkan pada titik akhir titrasi larutan menjadi ber3arna biru
Dicatat olume Na-EDTA yang dibutuhkan =langi langkah tersebut sebanyak tiga kali pengulangan Pengulangan tiga kali tersebut bertujuan untuk mendapatkan ketelitian data yang lebih 8eaksi yang terjadi adalah 9
+
/anmerah anggur
EDTA
+
n$-
/a4#?
n$- : 4#2
4n -: 24biru
@olume Na-EDTA yang dibutuhkan berturut-turut adalah +% m.B +%5 m.B +%5 m. Dari data yang diperoleh dapat dihitung konsentrasi Na-EDTA rata-rata denngan menggunakan persamaan berikut 9
mol /a/l#
C
N Na-EDTA
C
mol EDTA
M CaCl 2 . Volume Na− EDTA yang digunakan ( mL ) volume Na− EDTA yang dibutuhkan mL. Didapatkan konsentrasi Na-EDTA berturut turut %*#*7B %**7B %** 7 dan dengan rata-rata konsentrasi NaED!A 0"01#0 M !onsentrasi larutan baku sekunder (Na-EDTA) dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi larutan baku tersier (/a/2$ dalam air sumur) Percobaan ketiga yakni bertujuan menentukan kesadahan total /a/2$ dalam Air sumur Air sumur yang kami gunakan adalah Air sumur di Jl !apas "aru% &urabaya pada tanggal #' Noember #*+ pukul +$ ," .angkah pertama yaitu memipet * m. Air sumur dengan menggunakan pipet olume dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer Digunakan pipet olume karena memiliki tingakat ketelitian lebih tinggi dibandingkan dengan gelas ukur !emudian ditambahkan larutan bu11er p4 * sebanyak # m. (' tetes) Penambahan tersebut menjadi larutan tetap jernih% tak ber3arma Penambahan bu11er bertujuan untuk mempertahankan p4 larutan agar tetap * Penitrasian menyebabkan terlepasnya ion 4 : sehingga mempengaruhi keasamaan larutan &elain itu% pada p4 *% pembentukan kompleks logam-EDTA logam yang akan terseleksi hanya logam tertentu saja seperti /a#: dan 7g#: &emakin rendah p4 yang digunakan maka semakin kurang kompleks yang terbentuk pada saat penentuan kesadahan "ila dilakukan pada p4 asam atau kurang dari * maka akan terbentuk proton yang menimbulkan pengaruh reaksi samping karena bentuk EDTA yang menonjol dalam larutan yaitu bentuk yang berproton sehingga reaksi pembetukan kompleks ligan EDTA bersaing dengan proton% sedangkan apabila dilakukan pada p4 basa atau lebih dari * maka ion hidroksida dapat memberikan pengaruh yang buruk pula karena terbentuknya kompleks ion hidrokso dengan ion logam Jadi% untuk menghindari hal tersebut% penentuan kesadahan total dilakukan pada p4 *
.alu ditambahkan indikator E"T (merah) sebanyak $ tetes Penambahan tersebut membuat 3arna larutan menjadi jernih% merah anggur >ungsi penambahan indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi Penambahaan E"T harus dilakukan tepat sebelum penitrasian karena E"T !arena E"T dilarutkan dengan alkohol% sehingga mudah menguap yang menyebabkan titik akhir titrasi tidak terlihat jelas Dipilih indikator E"T karena kompleks logam-indikator kurang stabil dibandingkan kompleknya logam EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir titrasi EDTA dapat memindahkan ion-ion logam dari kompleks indikator logam itu perubahan dalam kesetimbangan dari kompleks indikator logam ke kompleks logam tajam dan cepat% kontras 3arna antara indikator bebas dan kompleks logam indikator harus berbeda% dan E"T juga peka terhadap ion logam Persamaan reaksi yang terjadi adalah 9
: /a/l# (a6)
4n-
/an-
.angkah selanjutnya melakukan titrasi menggunakan larutan NaEDTA Titrasi dilakukan tetes demi tetes agar reaksi berlangsung secara sempurna Titrasi dilakukan tetes demi tetes dan dengan pengocokan selama larutan standar ditambahkan agar reaksi berlangsung secara sempurna
Titrasi dihentikan jika sudah terjadi perubahan 3arna dari merah anggur menjadi biru 4al tersebut terjadi karena kompleks /an - (kompleks /a dengan E"T) lebih lemah daripada kompleks /a? #- (kompleks /a dalam EDTA) sehingga saat kelebihan EDTA% EDTA akan merebut /a dari /an untuk menjadi /a #: yang selanjutnya membentuk kompleks dengan EDTA yaitu kompleks /a? #- &edangkan E"T (4n) akan kembali terbentuk seperti semula yaitu 4n#- yang ber3arna biru sehingga menyebabkan pada titik akhir titrasi larutan menjadi ber3arna biru Persamaan reaksi yang terjadi adalah 9
: /a/l# (a6)
4n-
/an-
Dicatat olume Na-EDTA yang dibutuhkan =langi langkah tersebut sebanyak tiga kali pengulangan Pengulangan tiga kali tersebut bertujuan untuk mendapatkan ketelitian data yang lebih
8eaksi yang terjadi adalah sebagai berikut 9
+
/anmerah anggur
EDTA
+
n$-
/a4#?
n$- : 4#2
4n -: 24biru
@olume Na-EDTA yang dibutuhkan berturut-turut adalah $%# m.B $%# m.B $%* m. Dari data yang diperoleh dapat dihitung konsentrasi Na-EDTA rata-rata denngan menggunakan persamaan berikut 9 mol /a/l#
C
mol EDTA
N Na-EDTA
C
M CaCl 2 . Volume Na− EDTA yang digunakan ( mL ) volume Na− EDTA yang dibutuhkan mL. Didapatkan kesadahan total /a dalam air sumur berturut turut $5'%$'<+ ppmB $5'%$'<+ ppmB $#%$$'5 ppm dan dengan rata-rata kesa$a%an tota& CaCO3 $a&a' air s('(r se)esar 380"3*#0 +r,L
XII . -ESIMPLAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui konsentrasi larutan baku sekunder Na-EDTA dengan standarisasi dengan .arutan /a/l # %5* 7 yaitu %*# 7 dan diperoleh kesadahan total /a/2 $ dalam sampel Air sumur daerah !apas baru # No $# &urabaya yaitu $5%$'# grF. Dalam rentang yang ditentukan oleh ,42 termasuk sadah keras (*5 ppm ke atas)