Fraksinasi adalah metode pemisahan senyawa berdasarkan kelarutannya didalam pelarut tertentu. Fraksinasi terbagi dalam beberapa metode, pemilihan metode fraksinasi yang digunakan dalam situasi tertentu bergantung pada beberapa faktor yaitu sifat senyawa yang terdapat dalam ekstrak, nasib awal fraksi yang dipisahkan, keamanan, ketersediaan dan harga peralatan serta bahan yang akan digunakan. Penggunaan metode fraksinasi pada percobaan ini adalah ekstraksi cair-cair, ekstraksi cair-padat langsung dan ekstraksi cair-padat tak langsung. Prinsip metode cair padat adalah sampel langsung dilarutkan dengan pelarut yang akan digunakan, dimulai dari pelarut yang non-polar terlebih dahulu lalu, ke pelarut polar. Alasan penggunaan metode ini, dikarenakan ekstrak yang diperoleh sudah kental dan jumlahnya banyak sehingga dapat langsung dilarutkan dengan pelarut pelarut yang akan digunakan. digunakan. Kelebihan dari metode ini adalah fraksi yang diperoleh lebih banyak daripada metode lain sedangkan, kerugian dari metode ini adalah tidak ekonomis karena menggunakan banyak pelarut. Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada pada fase kedua. kedua. Proses
fraksinasi ini dilakukan dengan
menggunakan corong pisah. Prinsip corong pisah adalah memisahkan zat atau senyawa tertentu yang teerdapat dalam sampel berdasarkan perbedaan berat jenis antara dua fase pelarut yang tak saling campur. Ekstraksi cair-padat tak langsung yaitu ekstraksi cair-padat silika dimana pemilihan metode fraksinasi yang digunakan bergantung pada beberapa faktor yaitu sifat senyawa yang terdapat pada dalam ekstrak, nasib awal fraksi yang dipisahkan, ketersediaan dan harga peralatan serta bahan yang akan digunakan serta keamanan. Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia ( Caesalpinia sappan). sappan). Mula-mula ekstrak dilarutkan dengan pelarut n-heksan sampai larut, larutan yang diperoleh ditampung dalam botol kaca. Kemudian ekstrak dilarutkan dengan pelarut etil asetat dan larutan ditampung dalam botol kaca yang berbeda. Kemudian ekstrak dilarutkan dengan pelarut n-butanol dan larutan ditampung dalam botol kaca yang berbeda. Terakhir dilarutkan dengan air dan ditampung juga larutan dalam botol bensin yang berbeda. Setiap pelarut yang digunakan
diulang hingga warna larutan pada pelarut tersebut menjadi bening, barulah dilanjutkan ke pelarut selanjutnya. Tujuan pengulangan ini adalah agar penarikan atau pemisahan senyawa berlangsung sempurna dengan tingkat kepolaran yang sesuai dengan masing-masing pelarut. Hasil fraksinasi yang diperoleh diuapkan dalam wadah yang berbeda-beda di atas penangas air untuk mendapatkan fraksi kering. Penggunaan pelarut dilakukan dari sifat yang kurang polar hingga tinggi kepolarannya, dikarenakan jika urutan sebaliknya senyawa yang ditarik menjadi tidak maksimal karena jika menggunakan pelarut yang tinggi kepolarannya maka, senyawa-senyawa yang kepolarannya rendah akan tidak tertarik. Setelah dilakukan penguapan, berat fraksi n-heksana yang diperoleh adalah 1,1 gram, fraksi etil asetat 8 gram, fraksi n-butanol 1,5 gram, dan fraksi air 0,5 gram. Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol batang sirsak ( Annona muricata). Ekstrak kasar etanol diencerkan dengan air lalu diaduk hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Lalu difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Proses fraksinasi dimulai dari senyawa non polar terlebih dahulu, disebabkan karena apabila yang digunakan adalah pelarut polar, maka ditakutkan pelarut polar akan menarik semua senyawa yang terdapat dalam ektrak dan tidak terjadi pemisahan karena pelarut polar cenderung dapat malarutkan senyawa polar maupun non polar. Sehingga digunakan pelarut non polar terlebih dahulu karena pelarut non polar hanya dapat melarutkan senyawa non polar, sehingga dapat terjadi pemisahan
senyawa
berdasarkan
tingkat
kepolarannya.
Terlebih
dahulu
dimasukkan n-heksan ke dalam corong pisah yang berisi ekstrak lalu dilakukan pengocokan hingga diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi air dan ditampung fraksi n-heksana. Hal ini dilakukan terus hingga fraksi bewarna jernih. Setelah jernih dilakukan pergantian pelarut yaitu etil asetat dan dilakukan hal yang sama seperti pengerjaan n-heksan hingga diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Selanjutnya fraksi air difraksinasi dengan n-butanol hingga diperoleh fraksi n-butanol dan fraksi air. Hasil ekstraksi cair-cair terhadap ekstrak etanol kental diperoleh fraksi n-heksana sebanyak 0,4 g berwarna bening, fraksi etil asetat sebanyak 1 g berwarna cokelat muda, dan fraksi n-butanol sebanyak 0,7 g berwarna cokelat tua.
Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol buah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa). Ekstrak yang dilarutkan terlebih dahulu dengan sedikit etanol agar ekstrak dapat lebih mudah larut. Kemudian ditambahkan dengan pelarut air, diaduk sampai homogen. Larutan ekstrak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan pelarut yang lebih non polar terlebih dahulu, yaitu n-heksan. Digunakan pelarut yang non polar terlebih dahulu dikarenakan, senyawa non polar akan menarik senyawa non polar yang ada pada ekstrak, dan jika digunakan pelarut polar terlebih dahulu, maka pelarut polar dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun non polar. Sehingga, digunakan pelarut yang non polar terlebih dahulu agar senyawa yang bersifat non polar dapat terpisah dari ekstrak. Kemudian campuran yang ada pada corong pisah tersebut dikocok dengan kuat agar kedua larutan tersebut tercampur, kemudian tutup corong pisah sesekali dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan di dalam corong pisah. Corong pisah ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Setelah terbentuk dua lapisan, maka lapisan bawah diambil dan lapisan atas ditampung pada botol. Jika larutan pada lapisan atas berwarna bening, maka pelarut n-heksana diganti dengan pelarut etil asetat. Lapisan bawah yang berupa ekstrak dan pelarut air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan ditambahkan pelarut etil asetat, dan diulangi prosedur yang sama seperti pelarut nheksana. Lalu diulangi prosedur selanjutnya dengan menggunakan pelarut n butanol dan air. Setelah dilakukan pemisahan pada corong pisah dan pelarut pelarut tersebut ditampung dalam wadah yang kemudian diuapkan kembali untuk mendapatkan hasil dari fraksi yang selanjutnya dilanjutkan dengan metode kromatografi lapis tipis. Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol sisik naga ( Drymoglossum piloselloides). Sebelum dilakukan fraksinasi ditambahkan silika terlebih dulu sebelum dilakukan fraksinasi. Hal ini dikarenakan larutan ekstrak daun sisik naga yang tidak kering. Penambahan silika dengan perbandingan 1:1. Setelah itu pada ekstrak yang telah bercampur dengan silika ditambahkan pelarut n-heksana, kemudian etil asetat, n-butanol dan yang terakhir air. Penggunaan pelarut dimulai dari pelarut yang bersifat kurang polar hingga yang bersifat polar. Hal ini
disebabkan karena apabila pelarut yang tinggi kepolaran digunakan lebih dulu maka senyawa yang memiliki tingkat kepolaran rendah tidak akan ikut tertarik. Hasilnya didapat bahwa berat fraksi n-heksana yang diperoleh adalah 0,5 gram, berat fraksi etil asetat yang diperoleh adalah 0,5 gram, berat fraksi n-butanol yang diperoleh adalah 1,1 gram, dan berat fraksi air yang diperoleh adalah 22,89 gram. Fraksi yang dapat dilanjutkan pada proses Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah fraksi yang memiliki hasil lebih banyak yaitu fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat. Alasan tidak digunakan fraksi n-butanol dan air adalah karena jumlah senyawa yang memiliki tingkat kepolaran serupa tidak dalam jumlah yang banyak. Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol daun mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa). Sebelum dilakukan fraksinasi ditambahkan silika terlebih dulu sebelum dilakukan fraksinasi. Hal ini dikarenakan larutan ekstrak daun mahkota dewa yang tidak kering. Penambahan silika dengan perbandingan 2:1. Setelah itu pada ekstrak yang telah bercampur dengan silika ditambahkan pelarut n-heksana, kemudian etil asetat, n-butanol dan yang terakhir air. Penggunaan pelarut dimulai dari pelarut yang bersifat kurang polar hingga yang bersifat polar. Hal ini disebabkan karena apabila pelarut yang tinggi kepolaran digunakan lebih dulu maka senyawa yang memiliki tingkat kepolaran rendah tidak akan ikut tertarik. Hasilnya didapat bahwa berat fraksi n-heksana yang diperoleh adalah 0,5 gram, berat fraksi etil asetat yang diperoleh adalah 0,5 gram, berat fraksi n-butanol yang diperoleh adalah 1,1 gram, dan berat fraksi air yang diperoleh adalah 22,89 gram. Fraksi yang dapat dilanjutkan pada proses KLT adalah fraksi yang memiliki hasil lebih banyak yaitu fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat. Alasan tidak digunakan fraksi n-butanol dan air adalah karena jumlah senyawa yang memiliki tingkat kepolaran serupa tidak dalam jumlah yang banyak. Fraksinasi ini menggunakan ekstrak etanol batang keladi ( Arecacea caladium). Fraksinasi pengendapan ini diawali dengan penimbangan ekstrak dimana ekstak yang digunakan ini tidak kental tetapi masih dalam keadaan cair sehingga membutuhkan silika gel yang halus untuk menarik senyawa dari senyawa non polar hingga senyawa polar. Komposisi silika yang ditambahkan
dengan ekstrak adalah sebanding dimana ekstrak yang berada dalam wadah ditambahkan dengan silika sambil diaduk dengan cepat hingga semua ekstak dapat meresap ke dalam silika kemudian ditambahkan dengan pelarut n-heksana lalu diaduk agar mempercepat proses penarikan senyawa non polar yang terdapat pada sampel kemudian yang larut pelarut n-heksana dipisahkan dengan endapan dari silika gel dan pelarut n-heksana ditampung di dalam botol. Selanjutnya residu yang tidak larut dengan n-heksana ditambahkan kembali dengan pelarut etil asetat kemudian diaduk untuk mempercepat proses penarikan senyawa oleh pelarut lalu yang larut pada pelarut etil asetat dipisahkan dengan endapan atau supernatannya kemudian untuk pelarut n-butanol dapat dilakukan dengan menambahkan pelarut n-butanol pada residu yang tidak larut pada pelarut etil asetat lalu diaduk dan pelarut n-butanol ditampung. Setelah pelarut n-butanol lalu pelarut air dimana residu yang tidak larut pada pelarut n-butanol ditambahkan kembali dengan pelarut air lalu diaduk dan ditampung pelarut air pada botol. Setelah itu masingmasing pelarut diuapkan dengan menggunakan
water bath untuk dapat
mengguapkan pelarut yang digunakan sehingga diperoleh fraksi ekstrak yang diinginkan. Pada fraksi air yang telah diwater bath, fraksi ini mengalami kegagalan karena terdapat jamur sehingga fraksi ini tidak digunakan untuk pengujian selanjutnya. Air merupakan suatu media tumbuh yang baik untuk bakteri, kapang dan khamir sehingga perlu penanganan yang lebih untuk mendapatkan fraksi air.