Morfologi dan Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan (Streptococcus pyogenes)
NAMA MAHASISWA
: Dian Eka Wati
NIM
: AK816017
SEMESTER
: IV
KELAS
:B
MATA KULIAH
: PARASITOLOGI
PROGRAM STUDI
: ANALIS KESEHATAN
DOSEN
: Putri Kartika Sari M.Si.
YAYASAN BORNEO LESTARI AKADEI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI BANJARBARU 2018
1.1 Morfologi. 1.1.1 Klasifikasi. Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif tidak berspora; dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua sifat gram positifnya akan hilang dan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.
Gambar 1. Bakteri Streptococcus pyogenes (Wikipedia, 2017)
2
Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah.Streptococcus pyogenes khas memproduksi zona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis). Umumnya streptococcus bersifat anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerop obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4 -7,6, pada suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk isolasi primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap serum atau transudat. Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 370C setelah 18- 24 jam akan streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy.
Gambar 2. Blood Agar plate with Streptococcus pyogenes (amrita.ac.in)
3
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di bagi dalam : 1) Hemolisis tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijauhijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya. 2) Hemolisis tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening disekeliling koloninya. 3) Hemolisis tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak memnyebabkan hemolisis. Sebagian besar Streptococcus pyogenes melepaskan sejumlah protein, diantaranya: 1) Streptokinase, secara enzimatis mengaktifkan plasminogen, enzim proteolitik menjadi plasmid yang akhirnya mencerna fibrin atau protein lain. 2) Hialuronidase, suatu enzim yang memecah asam hialuronat, suatu komponen penting bahan dasar jaringan ikat. Hialuronidase membentu penyebaran jasad renik penginfeksi. 3) C5a peptidase, membelah kemotoksin neutrofil kuat yang disebut C5a yang di produksi oleh sistem komplemen . C5a peptidase diperlukan untuk meminimalisasi aliran neutrofil di awal infeksi. 1.1.2 Struktur antigen. 1) Karbohidrat C. Zat Ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu amino segar. 2) Protein M. Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipemukoid streptococcus. 3) Substansi T. Antigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin. 4) Protein R. Antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan. 5) Nucleoprotein. Ekstrasi streptococcus dengan basa lemah, menghasilkan suatu campuranyang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman.
4
6) Bakteriofaga. Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan. 7) Metabolit bakteri. 8) Toksin eritogenik. Toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi dalam air mendidihakan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina. 9) Hemolisis. In vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non hemolitik. 10) NAdase Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G. 11) Streptokinase. Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya streptococcus. 12) Streptodornase. Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G. 13) Hialuronidase. Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan ikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G. 14) Proteinase. Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase. 15) Amylase. Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihan ditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
5
16) Esterase. Enzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap substrat yang berupa beta naptil asetat. 17) Koloni bentuk L. Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin. 18) Alergi. Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwaalergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis. 1.2 Patogenitas Streptococcus pyogenes. Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak mengifeksi manusia. Diperkirakan 5-15% individu normal memiliki bakteri ini dan biasanya terdapat pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai kejaringan yang rentan, maka infeksi supratif dapat terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis, tonsilitis, impetigo dan demam scarlet. Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit invasif seperti infeksi tulang, necriziting fasciitis, radang otot, meningitis dan endokarditis. Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor,antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port dentrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori,sebagai berikut: 1) Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A, yaitu: a. Erysipelas. b. Pepsis puerpuralis. c. Sepsis. 2) Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA. a. Radang tenggorokan. b. ImpentigoEndokartitis bakterialis. c. Endokartitis bakterialis akuta. d. Endokartitis bakterialis subakuta.
6
3) Infeksi lainnya. Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebab infeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum.Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadidalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis. 4) Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A. a. Glomerulus nefritis akut. b. Jantung rheuma.
7
DAFTAR PUSTAKA
Antono, A., Pamuji, D.B., Sugiyartono, dan Isnaeni. 2012. Daya Hambat Susu Hasil Fermentasi Lactobacillus acidhopillus Terhadap Salmonella thypimurium. PharmaScientia. J. 1 (2) : 1—9. Cunningham, M. W,. 2000. Pathogenesis of Group A Streptococcal Infection. Clin Micobiol : Washington, D. C Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Penerbit: PT. Citra. Bandung Erawati, T.M., Rosita, N., Moegiharjo dan Sulistyowati, B. 2005. Daya Adsorpsi Zeolit terhadap Mikrobia Penyebab Diare. Majalah Farmasi Airlangga. 5 (1) : 7—10. Erywiyatno, L., Djoko, S. dan Kriharyani, D. 2012. Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains. J. 1 (1) : 30—37. Medina E, and G. S, Chhatwal. 2002. The Potensial of Vacine Development Against Rheumatic Fever. Indian Heart,J. Renny Agnesia, dkk. Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Terhadap Eschericia coli dan Streptococcus pyogenes. Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bungga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Escherichia coli, Salmonella thypi, dan Staphylococcus aureus dengan metode Difusi Agar. Naskah Penelitian Mandiri. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rusma Yulita, dkk. Vitabilitas Bakteri Asam Laktat dan Aktivitas Antimikrobia Susu Fermentasi Terhadap Streptococcus pyogenes, Vibrio cholerae dan Candida albicans. Todar, K., 2002. Todar’s Online Textbook of Bacteriology, Streptococcus pyogenes. Universitas of Wisconsin-Madison Dpartement of Bacteriology.
8