Metode Maternal Reflektif (MMR)
(makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Ortodidaktik Anak Tunarungu)
Disusun oleh :
1. Rohmawati Sholeha (13103241017)
2. Nonie Intan Pertiwi (13103241071)
Jurusan Pendidikan Luar Biasa
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2015
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak tunarungu pada umumnya memiliki keterbatasan dalam kemampuan
berbahasa dan berbicara yang disebabkan oleh gangguan pendengaran yang
dialaminya, berbahasa dan berbicara merupakan modalitas utama yang dimiliki
oleh anak tunarungu untuk mengembangkan aspek komunikasinya. Komunikasi ini
memegang peranan penting dalam perkembangan bahasa pada anak tunarungu.
Dengan berkomunikasi, seseorang dapat menyampaikan gagasan dan
mengungkapkan keinginannya dan melalui komunikasi pula seseorang dapat
memahami lingkungan yang ada disekitarnya.
Kemiskinan bahasa yang terjadi pada anak tunarungu berdampak pada
proses interaksi dan komunikasinya. Sejatinya, pembelajaran mengenai cara
berkomunikasi merupakan pelajaran utama yang diperlukan dalam pendidikan
anak tunarungu. Melihat keterbatasan anak tunarungu dalam berbahasa
tersebut maka, diperlukan metode yang tepat untuk membelajarkan bahasa pada
anak tunarungu. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Metode
Maternal Reflektif (MMR). Metode ini mengedepankan model pembelajaran ibu
kepada anak. Ibu berperan aktif dalam memberi rangsangan kepada anak, yaitu
dengan membangun komunikasi secara langsung berupa pertanyaan yang mengarah
pada aktivitas sehari-hari yang dialami anak.
Metode maternal reflektif diterapkan pada anak tunarungu sejak usia
dini. Usia dini adalah masa-masa emas perkembangan bahasa anak, sehingga
masa ini merupakan saat yang tepat mengajarkan bahasa pada anak. Metode
maternal reflektif memancing anak untuk mengeluarkan pendapatnya, bercerita
dan lain sebagainya melalui oral dengan bantuan guru. Metode ini dianggap
efektif karena berpegang pada prinsip oral sehingga dapat membantu anak
mengembangkan kemampuan oral untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan metode maternal reflektif?
2. Apa tujuan metode maternal reflektif?
3. Bagaimana prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode maternal
reflektif?
4. Apa saja yang tercangkup dalam ruanglingkup metode maternal reflektif?
5. Bagaimana tahap pelaksanaan metode maternal reflektif?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu metode maternal reflektif
2. Untuk mengetahui tujuan metode maternal reflektif
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode maternal
reflektif
4. Untuk mengetahui apa saja cangkupan atau ruang lingkup dari metode
maternal reflektif
5. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan metode maternal reflektif
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN METODE MATERNAL REFLEKTIF
Metode maternal reflektif atau MMR sering dikenal dengan bahasa ibu.
Metode ini sering digunakan ibu sewaktu berbicara dengan bayi yang belum
memiliki bahasa. Metode ini adalah metode paling tepat bagi anak tunarungu
yang belajar berbahasa lisan. Bahasa disajikan sewajar mungkin pada anak,
baik secara ekspresif maupun reseptifnya dan menuntun anak secara bertahap
dapat menemukan sendiri tata bentuk bahasa melalui refleksi terhadap segala
pengalaman bahasa.
Menurut Sunarto (2005 : 28), Metode Mathernal Reflektif adalah suatu
pembelajaran yang mengikuti bagaimana anak mendengar sampai menguasai
bahasa ibu, bertitik tolak pada bahasa dan kebutuhan komunikasi anak dan
bukan pada program aturan bahasa yang perlu diajarkan atau di drill
menyajikan bahasa sewajar mungkin kepada anak baik secara ekspesif dan
reflektif, menuntut agar anak yang reflektif segala permasahan bahasanya.
Metode maternal reflektif berpegang pada prinsip oral. Dengan menerapkan
metode ini diharapkan anak dapat menggunakan bahasa oral sehingga dapat
memudahkan anak berkomunikasi dengan orang lain.
B. TUJUAN METODE MATERNAL REFLEKTIF
Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan metode
maternal reflektif dalam proses pembelajaran siswa tunarungu adalah sebagai
berikut:
1. Agar anak dapat berkomunikasi secara oral
2. Memudahkan anak berinteraksi dengan lingkungannya
3. Meningkatkan kemampuan berbicara pada anak tunarungu
4. Meningkatkan prestasi belajar anak
5. Melatih perkembangan bicara anak dan mengurangi penggunaan bahasa
isyarat
C. PRINSIP-PRINSIP DALAM METODE MATERNAL REFLEKTIF
Metode Maternal Reflektif juga sering disebut dengan metode oral
reflektif, berikut meripakan prinsip-prinsip yag terdapat dalam metode oral
reflekti, diantaranya ialah:
1. Teori linguistic dan psikolinguistik
2. Percakapan dengan menggunakan bahasa penghayatan dan bahasa yang
lazim, melalui metode tangkap dan peran ganda
3. "Discovery Learning" dalam rangka perolehan perkembangan tata
bahasa melalui control diri terhadap pengalaman berbahasa
4. Deposit sebagai bahan dalam proses mengajar
5. Tahapan kemampuan membaca pada anak tunarungu; tahap kosa kata
dan dan tahap struktur
6. Menjaga dan mengembangkan keseimbangan penguasaan bahasa anak,
baaik secara reseptif maupun secara ekspresif
7. Memperkembangkan penguasaan bahasa secara global intuitif menuju
penguasaan yang bersifat analitik dan sintetik, baik secara
lisan maupun tertulis
D. RUANG LINGKUP METODE MATERNAL REFLEKTIF
Ruang lingkup pembahasan petunjuk plaksanaan metode maternal reflektif
ini berawal dari tahap pra bahasa anak menuju tahap penguasaan bahasa oleh
anak. Ruang lingkup tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertemuan percakapan dari hati ke hati
2. Pertemuan percakapan membaca ideovisual
3. Pertemuan percakapan linguistic
4. Pertemuan percakapan ilmu pengetahuan umum
E. TAHAPAN PELAKASANAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF
Tahapan-tahapan pelaksanaan metode maternal reflektif dalam
pembelajaran, dikelompokkan kedalam tiga tahapan, yaitu:
1. Percakapan
Poros perkembangan bahasa pada anak tunarungu yaitu melalui
percakapan. Percakapan pada metode maternal reflektif dilakukan
dari hati ke hati. Percakapan ini berlangsung spontan seperti
percakapan ibu dan anaknya yang masih bayi.
2. Visualisasi (display)
Tahap ini merefleksikan dari percakapan yang telah dilakukan. Guru
menuliskannya ke papan tulis kosakata baru yang muncul dari hasil
percakapan. Selanjutnya dari refleksi hasil percakapan, guru
membuat gambar tentang apa yang telah dibicarakan. Guru mengambar
bentuk persis dengan yang aslinya.
3. Pembuatan deposit
Tahap deposit adalah tahap penyusunan kata yang diperoleh dari
hasil percakapan yang telah divisualisasikan di papan tulis. Kata
disusun menjadi cerita yang utuh. Penyusunan kata disesuaikan
dengan materi pelajaran. Deposit yang disusun selanjutnya digunakan
untuk bahan ajar pada pertemuan berikutnya.
Dengan demikian percakapan, visualisasi dan deposit merupakan
tahapan dasar yang menjadi kunci keberhasilan dalam penerapan metode
ini. Beberapa langkah yang dilakukan dan dibiasakan dalam metode
maternal reflektif diantaranya,
1. Melakukan percakapan dengan anak secara wajar, dengan menggunakan
metode tangkap dan peran ganda
2. Dalam percakapan tersebut harus mengandung semua bentuk bahasa atau
ungkapan yang sering muncul dalam percakapan sehari-hari
3. Ucapakan anak diarahkan dengan berirama yang benar dengan bantuan
struktur frase untuk membantu fungsi ingatan anak
4. Sedini mungkin memberikan lambang tulis dalam pelajaran membaca
dari hasil percakapan
5. Secara terus menerus melakukan refleksi bahasa, untuk penyadaran
menemukan bahasa sendiri
6. Kesadaran terhadap berbagai gejala bahasa yang telah ditemukan
sendiri oleh anak kemudian diharapkan akan dapat dipakai untuk
mengontrol kesalahan bahasanya sendiri dan kesalahan bahasa orang
lain
Selain itu langkah-langkah penerapan metode maternal reflektif
dalam meningkat kosa kata pada anak tunarungu adalah sebagai berikut :
1. Memvisualisasikan percakapan anak ke dalam bentuk kalimat bacaan,
dan membaca kalimat bersama dengan bimbingan guru.
2. Duduk berhadapan dengan anak dan mengajukan pertanyaan dengan suara
yang jelas agar anak dapat membaca gerak bibir dan dapat mendengar
suara guru dengan baik.
3. Setelah anak menjawab, guru memvisualisasikan jawaban anak dengan
cara menuliskan jawaban siswa di papan tulis.
4. Guru menjelaskan kepada anak mengenai kosakata benda yang diperoleh
selama percakapan.
5. Guru memberi penguatan kepada siswa apabila siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang kosakata benda.
6. Guru menjelaskan materi secara berulang-ulang sehingga anak dapat
memahami materi yang diberikan oleh peneliti.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Metode maternal reflektif adalah suatu metode yang mengikuti bahasa
ibu sewaktu berbicara dengan bayi, bagaimana anak mendengar sampai
menguasai bahasa ibu.
2. Tujuan metode maternal reflektif yaitu agar anak dapat berkomunikasi
secara oral, memudahkan anak berinteraksi dengan lingkungannya,
meningkatkan kemampuan berbicara pada anak tunarungu, dan
meningkatkan prestasi belajar anak.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode maternal reflektif
harus memperhatikan adanya ruang lingkup dan prinsip-prinsip yang
berlaku.
4. Tahap pelaksanaan metode maternal reflektif dimulai dari tahap
percakapan, visualisasi dan deposit. Tahapan ini menjadi dasar kunci
keberhasilan dalam penerapan metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas Dwidjosumarto. 1990. Ortopaedagogik ATR. Bandung: Depdikbud
Sadjaah, Edja. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi Anak gangguan Pendengaran dalam
Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjend. Pend. Tinggi Direktorat
Pembinaan Pend.Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
Sunarto. 2005. Percakapan dalam MMR. Jawa Tengah : Dinas P dan K Unit PLB
Sri Pujiwati. 2012. Meningkatkan Pemahaman Kosakata Benda Anak Tunarungu
Melalui Metode Maternal Reflektif di Kelas D II B di SDLBN Tarantang
Lima Puluh Kota. E-JUPEKhu.Volume 1, No. 1,
http://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/786/65
7, 4 Oktober 2015
Ririrn Linawati. 2012. Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam
Pembelajaran Berbahasa Pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB
Negeri Semarang. Journal of Early Childhood Education Papers.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia, November 2012
Hermanto. 2011. Penguasaan Kosakata Anak Tunarunggu dalam Pembelajaran
Membaca melalui Penerapan Metode Maternal. Hermanto. Majalah Ilmiah
Pembelajaran. Nomor 2, Volume 07, Oktober 2011