i
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana Pasal 113 ayat (3) dan (4): (3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komer Komersial sial dipi dipidana dana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun ta hun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114: Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam da lam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). ru piah).
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana Pasal 113 ayat (3) dan (4): (3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komer Komersial sial dipi dipidana dana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun ta hun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114: Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam da lam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). ru piah).
MEKANIKA KUANTUM
oleh: VANI SUGIYONO, S.T. © all rights reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Desain Sampul: Duri F. Penyunting: Tri Admojo Pemeriksa Aksara: Bala Seda Diterbitkan oleh: CAPS (Center for Academic Publishing Service) Jl. Cempaka Putih No. 8 Deresan CT X, Gejayan, Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 556043/555939, Fax. (0274) 546020 Email:
[email protected]
VANI SUGIYONO, S.T. MEKANIKA KUANTUM; - Cet. 1 - Yogyakarta: CAPS, 2016, x + 558 hlm, 15 x 23 cm ISBN (10) 602-9324-75-6 ISBN (13) 978-602-9324-75-4 1. Literature II. Tri Admojo Distributor tunggal: PT BUKU SERU Jl. Kelapa Hijau No. 22 RT 006/03 Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa Jakarta 12620 Telp. (021) 7888-1850 Faks. (021) 7888-1860 Email: marketingbukuseru.com Website: www.bukuseru.com Cetakan Pertama, 2016
I. Judul 800
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin
S
egala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat, nikmat, kesehatan dan kekuatan, sehingga buku “Mekanika Kuantum“
ini dapat terselesaikan dengan penuh rasa sukur. Semoga shalawat serta salam juga selalu tercurahkan bagi Baginda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa salam .
“Mekanika Kuantum” merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Jurusan Fisika . Persoalan yang dihadapi oleh mahasiswa Fisika dalam mempelajari Mekanika Kuantum adalah kurangnya buku-buku referensi dalam bahasa Indonesia, sekaligus kurangnya buku-buku referensi yang mudah dipahami dengan bahasa para mahasiswa. Karena itu banyak sekali mahasiswa yang gagal mendapatkan nilai bagus untuk mata kuliah ini. Kegagalan mendapatkan nilai bagus bukanlah sesuatu hal yang esensial , namun jika gagal dalam memahami Mekanika Kuantum secara utuh dan menyeluruh, itu baru suatu kesalahan mendasar yang akan mempersulit mahasiswa di kemudian hari. Itulah sebabnya buku “Mekanika Kuantum” ini sengaja disusun secara sekuensial dan rekursif , sehingga pemahaman pembaca pada bab sebelumnya akan membantu memahami bab-bab selanjutnya. Setiap materi disajikan dengan membawa emosi pembaca untuk mengenal sejarah bagaimana gagasan kuantum dilahirkan, bagaimana rumus diciptakan, mengapa kita mempelajari gagasan itu, dan apa pentingnya gagasan itu dalam kehidupan kita seharihari. Semua ada di sini. Di dalam buku yang sederhana ini. v
Selain itu dalam buku “Mekanika Kuantum” ini juga dilengkapi dengan contoh soal, pembahasan, dan soal latihan untuk menguji pemahaman pembaca. Harapan saya, buku “Mekanika Kuantum” ini mampu menjadi sarana untuk membantu pembaca dalam memahami Mekanika Kuantum dengan cara yang berbeda, sesuai dengan tingkat logika, imajinasi dan pemahaman mereka. Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga: Ayah, Mama, Bapak dan Emak, adek-adek, keponakanku yang lucu Raihan, istriku yang tercinta Fiya, putra kami tersayang Enzo, dan juga teman-teman redaksi CAPS, mas Tri Admojo, mas Bala, mas Hasnul dan juga tim. Dengan dukungan penuh dan doa dari mereka, akhirnya buku “Mekanika Kuantum” ini dapat diselesaikan dengan penuh rasa syukur. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman di facebook yang memberikan masukan dan saran yang membangun.
Seperti sebuah pepatah, “Tak ada gading yang tak retak” tentu saja di dalam buku yang sederhana ini akan terdapat banyak sekali lubanglubang yang mungkin saja mengganggu, karena keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Saran dan kritik yang membangun dari teman-teman pembaca sangat penulis harapkan. Teman-teman dapat menghubungi penulis di laman: vanisugiyono.ST Akhir kata, semoga buku “Mekanika Kuantum“ ini mampu menginspirasi dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta mahasiswa Jurusan Fisika pada khususnya. Di ruang kerja penulis, Banyuwangi
Vani Sugiyono, S.T. vi
DAFTAR ISI: KATA PENGANTAR ~ v DAFTAR ISI ~ vii PENDAHULUAN ~ 1 BAB 1 Pendalaman Matematika ~ 7 1.1. Vektor ~ 7 1.2. Matriks ~ 11 1.3. Nilai Eigen dan Vektor Eigen ~ 22 1.4. Ruang Hilbert ~ 30 Contoh Soal dan Soal Latihan ~ 40 BAB 2 Lahirnya Teori Kuantum ~ 55 2.1. Radiasi Benda Hitam ~ 55 2.2. Bencana Ultraviolet ~ 60 2.3. Kuanta Energi Planck ~ 65 2.4. Hukum Pergeseran Wien ~ 74 Contoh Soal dan Soal Latihan ~80 BAB 3 Efek Fotolistrik dan Relativitas ~ 95 3.1. Sinar Katoda ~ 96 3.2. Efek Fotolistrik ~ 100 3.3. Relativitas Einstein ~ 107 Contoh Soal dan Soal Latihan ~120 BAB 4 Momentum Gelombang ~ 139 4.1. Efek Compton ~ 140 4.2. Panjang Gelombang de Broglie ~ 145 Contoh Soal dan Soal Latihan ~152 vii
BAB 5 Persamaan Schr Ödinger ~ 171 5.1. Persamaan SchrÖdinger Non-relativistik~ 172 5.2. Persamaan SchrÖdinger Relativistik~ 177 5.3. Persamaan SchrÖdinger Tak Gayut Waktu ~ 181 Contoh Soal dan Soal Latihan ~188 BAB 6 Probabilitas Gelombang Materi ~ 209 6.1. Gagasan Max Born ~ 209 6.2. Kucing SchrÖdinger ~ 216 Contoh Soal dan Soal Latihan ~220 BAB 7 Ketidakpastian Heisenberg ~ 237 7.1. Asas Ketidakpastian Heisenberg ~ 237 7.2. Distribusi Gaussian Ternormalisasi ~ 243 Contoh Soal dan Soal Latihan ~250 BAB 8 Postulat I, II, III, dan IV ~ 267 8.1. Postulat I ~ 267 8.2. Postulat II ~ 272 8.3. Postulat III ~ 277 8.4. Postulat IV ~ 280 Contoh Soal dan Soal Latihan ~ 284 BAB 9 Aplikasi Persamaan Schr Ödinger ~ 307 9.1. Sumur Potensial ~ 307 9.2. Osilator Harmonik ~ 326 9.3. Partikel Bebas (Satu Dimensi) ~ 345 9.4. Partikel Bebas (Tiga Dimensi) ~ 348 Contoh Soal dan Soal Latihan ~354 viii
BAB 10 Atom Hidrogen ~ 391 10.1. Operator Laplacian (Koordinat Bola) ~ 391 10.2. Persamaan SchrÖdinger (Koordinat Bola) ~ 405 10.3. Sumur Potensial Bola ~ 414 10.4. Atom Hidrogen ~ 420 10.5. Spektrum Atom Hidrogen ~ 432 Contoh Soal dan Soal Latihan ~ 436 BAB 11 Momentum Sudut Orbital dan Rotasi~ 461 11.1. Operator Momentum Sudut ~ 463 11.2. Nilai Eigen L2 dan L ~ 466 11.3. Fungsi Eigen L2 dan L ~ 475 z
z
11.4. Momentum Sudut Rotasi ~ 481 11.5. Larangan Pauli ~ 483 Contoh Soal dan Soal Latihan ~486
BAB 12 Pendekatan “W.K.B.” ~ 505 12.1. Sejarah Pendekatan “W.K.B.” ~ 505 12.2. Wilayah Klasik ~ 507 12.3. Sumur Potensial ~ 512 12.4. Persamaan Koneksi ~ 518 12.5. Efek Terowongan ~ 526 12.6. Peluruhan Alfa ~ 530 Contoh Soal dan Soal Latihan ~ 534 PENUTUP ~ 551 DAFTAR PUSTAKA ~ 555 TENTANG PENULIS ~ 558
ix
“Tuhan memberi soal secara implisit di alam semesta, lalu para fsikawan menjawabnya dengan suka rela.”
~Vani Sugiyono
PENDAHULUAN
S
emua berawal dari kata “keraguan”. Ya, keraguan. Keraguan akan keyakinan yang selama ini diimani oleh para Fisikawan
Klasik, bak agama yang fanatik. Para Fisikawan modern mulai kehilangan “keimanan”-nya (dalam tanda kutip) pada gagasan klasik, karena mereka memandang sika dari kacamata yang berbeda. Mereka menemukan gagasan-
gagasan meragukan yang terdistribusi acak pada setiap gagasangagasan sika klasik yang dulu pernah mereka imani.
Ada 6 gagasan klasik yang dianggap sakral dan diimani oleh para sikawan klasik pada masa itu, di antaranya adalah:
1. Alam semesta merupakan manifestasi dari sistem-sistem sederhana yang terkuantisasi menjadi sistem raksasa. 2. Fatwa Newton tentang gerak yang selalu disebabkan oleh hukum sebab-akibat. 3. Keadaan-keadaan gerak yang diimani bersifat sekuensial, sehingga keadaan sekarang bisa untuk menentukan masa lalu ataupun masa yang akan datang. 4. Mereka percaya bahwa Maxwell telah lengkap menjelaskan fenomena gelombang elektromagnetik cahaya. 5. Energi dapat dimodelkan dengan model partikel ataupun model gelombang. 6. Dan yang terakhir, tidak mustahil mengukur dua hal dalam waktu yang bersamaan dengan ketelitian tinggi. Itulah 6 gagasan klasik yang dianggap sakral yang juga mulai diragukan oleh para sikawan modern hingga saat ini.
1
MEKANIKA KUANTUM
Eksperimen-eksperimen yang telah mereka lakukan pun membenarkan keragu-raguan mereka. Hingga 30 tahun lamanya, secara diam-diam, mereka bersepakat untuk melakukan sebuah kudeta, menggulingkan kerajaan sika klasik dan menggantinya dengan
sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih shahih kebenarannya. Diawali dengan “bencana ultraviolet” menjelang berakhirnya abad 19. Sebuah teori yang membuat keimanan Max Planck terhadap gagasan klasik mulai goyah. Dan tidak lama kemudian dia berhasil membuktikan bahwa “bencana ultraviolet” yang sempat menjadi kontroversi itu tidaklah benar. Planck berhasil menemukan rumusan sederhana tentang radiasi benda hitam. Walau sederhana, tapi penemuannya inilah yang membidani lahirnya Mekanika Kuantum di awal abad 20. Pada waktu yang hampir bersamaan, dalam selang waktu beberapa tahun saja, seorang pemuda biasa yang bekerja di sebuah kantor paten di Swiss—Albert Einstein—dengan rasa percaya diri yang tinggi mengirimkan makalahnya yang berisi gagasan tentang efek fotolistrik pada tahun 1905. Gagasan Einstein tersebut, selain juga membuktikan rumusan sederhana Planck, juga menunjukkan bahwa sika klasik sudah berakhir. Dan Setidaknya Planck tidak
sendiri, dia berjalan bergandengan bersama Einstein. Tidak mau kalah dengan Einstein, seorang laki-laki terhormat dari kalangan akademisi—yang memang seharusnya dia turut menyumbangkan gagasan baru bagi ilmu pengetahuan—Neils Bohr, juga turut menyumbangkan gagasannya tentang spektrum cahaya pada tahun 1913. Sembilan tahun kemudian, tepatnya 1922, seorang Fisikawan Amerika Serikat bernama Arthur Compton melakukan eksperimen yang sangat luar biasa. Dalam eksperimennya tersebut, cahaya tidak lagi dapat dibedakan perilakunya, antara partikel atau gelombang. 2
Pendahuluan
Prancis pun juga turut berbangga diri, di tahun 1923, karena salah satu pangeran mereka yang sangat cerdas, bernama Pangeran Louis de Broglie berhasil merumuskan momentum linier sebuah gelombang pada tugas akhirnya. Walaupun pada awalnya sempat mendapat penolakan dari panitia penguji, namun akhirnya Einstein membantu meyakinkan panitia penguji bahwa gagasan de Broglie bukanlah main-main, tapi inilah fakta yang sebenarnya yang sedang alam katakan pada mereka, diam-diam dan pelan-pelan. Pada tahun 1924, Wolfgang Pauli datang dengan larangannya. Ya, larangan yang tidak mengijinkan dua buah elektron atau lebih memiliki empat bilangan kuantum yang sama (alamat elektron pada sebuah atom). Tentu saja elektron tidak seperti burung merpati dan orbital bagi elektron tidak sama dengan rumah merpati, sehingga teori pigeon hole tak berlaku di sini. Beberapa bulan kemudian, tepatnya di musim dingin 1925, seorang sikawan yang amboyan, Erwin Schr Ödinger berhasil me-
nemukan gagasan gelombangnya yang revolusioner—secara tidak sengaja saat melakukan aktivitas romantis bersama pasangannya —aktivitas romantis yang penuh cinta di bawah temaram lampu dan udara segar pegunungan Tyrol, Austria. Saat itu dia memang sedang liburan Natal dan membutuhkan suasana yang inspiratif untuk menyelesaikan persamaan gelombangnya. Namun, gagasan gelombang Schr Ödinger seakan-akan menghidupkan kembali gagasan klasik yang mulai diragukan. Tak berselang lama setelah persamaan gelombang SchrÖdinger terpublikasikan, bulan juli 1926, seorang pemuda sok tahu bertanya pada SchrÖdinger tentang apa yang tidak dapat dijelaskan oleh persamaan gelombangnya pada saat di Munich. Saat itu Schr Ödinger memang hanya menemukan gagasan gelombang yang bisa dibilang “mentah”. Dan dia bahkan tidak tahu apa yang ditemukannya. 3
MEKANIKA KUANTUM
Pemuda sok tahu dalam kuliah umum Schr Ödinger saat di Munich itu adalah Werner Heisenberg, seorang sikawan jenius
berkebangsaan Jerman yang telah memublikasikan gagasannya tentang mekanika matriks. Pemuda yang saat ini dikenal dengan prinsip ketidakpastiannya. Ya, prinsip yang sangat revolusioner yang pernah ditemukan oleh seorang anak muda yang sok tahu. Misteri persamaan SchrÖdinger akhirnya mulai terpecahkan saat Max Born mempublikasikan gagasannya tentang probabilitas gelombang pada musim panas 1926. Born menjabarkan bahwa norma dari gelombang SchrÖdinger merupakan sesuatu yang tak pasti atau bersifat probabilistik. Merasa gagasan gelombangnya telah ditafsirkan seenaknya oleh Born, SchrÖdinger membuat sebuah pertanyaan eksperimental yang dia sebut sebagai “Kucing Schr Ödinger”. Pertanyaan yang dia harap mampu menepis gagasan Born yang seenaknya itu. Tapi upaya SchrÖdinger itu sepertinya gagal. Dengan dingin, Born menjawab “Kucing SchrÖdinger” itu dengan jawaban yang bisa dibilang bertentangan dengan akal sehat, namun cukup ilmiah dan logis untuk menjawab soal yang mengada-ada itu. Walaupun terjadi perseteruan antara sikawan pada masa itu
karena perbedaan masing-masing gagasan, tapi akhirnya mereka disatukan pada sebuah pertemuan di tahun 1927. Pertemuan itu bertajuk Konferensi Solvay, yang digagas oleh Ernest Solvay untuk membahas gagasan baru yang akan menggantikan gagasan klasik yang mulai diragukan. Tiga puluh sikawan modern top dunia datang pada konferensi
tersebut yang akhirnya berhasil menyatukan perbedaan dan berhasil membidani sebuah gagasan baru yang akhirnya kita kenal sebagai “Mekanika Kuantum”. [ ]
4
Untuk istriku Fiya dan putra kami Enzo
“Penglihatan hanya sekadar proyeksi, tapi matematika menyusunnya menjadi persepsi.”
~ Vani Sugiyono
Jika Anda berminat untuk membeli buku “Mekanika Kuantum“ karya Vani Sugiyono, S.T., bisa Anda order di: Toko Buku terdekat (Gramedia, Togamas, dll) Atau silakan hubungi *) facebook: vanisugiyono.ST WhatsApp kami: 0857 859 83 888 *) free tanda tangan penulis + sampul
UM
T UA N K A MEKA N I K
“Gangguan membuat kita termotivasi.” ~Vani Sugiyono
TEORI GANGGUAN
A
BAB BONUS
lam semesta terdiri dari berbagai sistem yang amat sangat kompleks. Salah satu sistem kompleks yang telah kita kenal
adalah atom Hidrogen. Namun, pada bab sebelumnya kita hanya menyelesaikan atom Hidrogen dengan hanya menganalisis interaksi gaya-gaya Coulombnya saja. Apabila semua hal, seperti aspek relativistik dan kopling putar orbital juga diperhitungkan,
maka analisis yang kita lakukan selama ini bisa dianggap terlalu ideal dan tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya sistem. Akan tetapi, apabila kita masukkan aspek-aspek tersebut, maka penyelesaian sistem tidak lagi menjadi eksak (pasti). Karena itu, kita butuh pendekatan matematika yang mampu membantu kita dalam menyelesaikan berbagai sistem kompleks. Salah satu yang sebelumnya kita kenal adalah pendekatan “W.K.B.”, dan kali ini kita akan mengenal satu pendekatan lain, yang bernama Teori Gangguan.
13.1 Sejarah Teori Gangguan Teori Gangguan merupakan salah satu metode matematika
yang gunanya untuk mencari pendekatan dari sebuah penyelesaian suatu sistem kompleks, dengan catatan sistem tersebut harus me-
miliki sistem lain yang serupa yang sudah diketahui nilai eksaknya (yang mana kita akan memulai dari nilai eksak tersebut). Misalkan saja sebuah sistem persamaan z 2
=
26 ,
maka untuk
mendapatkan nilai z dalam bentuk bilangan desimal tertentu, kita bisa saja menggunakan teori Gangguan. 561 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Kita bisa memulainya dari nilai eksak z 02
=
25 ,
sehingga kita
akan peroleh persamaan: z 2 = z 02 (1 + x)
(13.1)
Dengan x adalah parameter yang nilainya sangat kecil sekali, sedangkan persamaan (13.1) disebut sebagai persamaan gangguan, yang mana diganggu oleh parameter x tersebut. z 2 = 26
25 + 1 = 25(1 + 0,04) =
=
5 2 (1 + 0,04 )
(13.2)
Sehingga penyelesaian dari persamaan (13.1) di atas, adalah sebagai berikut: z = 25 (1 + 0, 04)
5 1 ,04 = 5 # 1, 02 . 5, 1 =
Nilai z
=
5, 1 yang
dengan nilai
26
=
(13.3)
kita peroleh di atas, ternyata sangat dekat
5, 09902 .
Sehingga bisa dikatakan metode ini
dapat kita gunakan dengan baik untuk menganalisis sebuah sistem tertentu yang memiliki sistem lain yang serupa yang sudah diketahui nilai eksaknya.
Teori Gangguan sebenarnya bukan sesuatu yang baru dalam dunia matematika. Karena metode ini sudah digunakan oleh para matematikawan seperti Laplace, Poisson, dan bahkan Gauss pada 562 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
kasus-kasus tertentu yang mereka selidiki. Namun, baru mendapat perhatian khusus pada tahun 1848, yaitu saat John Couch Adams dan Urbain Le Verrier menemukan planet Neptunus dengan menggunakan metode ini. Sekitar pertengahan abad ke-19, dasar dari teori Gangguan untuk persamaan diferensial dikembangkan oleh pakar matematika berkebangsaan Perancis yang bernama Charles Eugène Delaunay saat dia meneliti sistem tata Surya yang terdiri dari bumi, bulan, dan matahari. Dan puncaknya terjadi di akhir abad ke-19, saat pakar matematika kopatriot Delaunay, yang bernama Henri Poincaré mengenalkan teori chaos dan butterfly effect yang sangat terkenal. Dalam Fisika Kuantum, secara denitif, teori Gangguan me-
rupakan skema atau prosedur yang sistematis untuk mendapatkan pendekatan penyelesaian dari sistem yang terganggu dengan berlandaskan pada penyelesaian eksak (dari sistem yang serupa), sehingga sistem seolah-olah tidak lagi terganggu.
13.2
Teori Gangguan Tak Gayut Waktu
Persamaan Scr�dinger tak gayut waktu dari sebuah sistem tertentu apabila kita tulis dalam bentuk persamaan eigen, akan seperti di bawah ini: H t
yn
=
E n yn
(13.4)
Dalam teori Gangguan, hamiltonian H dapat kita tulis sebagai t
penjumlahan sebagai berikut: t
t
t
H = H 0 + xH
l
(13.5)
563 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Sedangkan energi E n (atau nilai eigen dari H ) dan fungsi eigen t
yn dalam teori Gangguan, dapat kita tulis sebagai deret pangkat
dari suatu parameter x yang nilainya sangat kecil sekali, sebagai berikut: 0
1
2
2
En = E n + xE n + x E n + g
ψn
=
(13.6)
,
ψn0 + ξψn1 + ξ 2 ψn2 + g
(13.7)
Lalu kita masukkan persamaan (13.5), (13.6) dan (13.7) di atas, ke dalam persamaan (13.4), maka kita akan peroleh: t 0
8H =
8E
0 n
+
+
0 1 2 2 t lB 8 ψ + ξψ + ξ ψ + gB ξH n n n
ξE n1 + ξ 2E n2 + gB 8ψn0 + ξψn1 + ξ 2ψn2 + g B
(13.8) Jika kita sederhanakan lagi, maka akan kita dapatkan: t 0
H =
0
En
ψn0 + ξ 8Ht 0 ψn1 + Ht lψn0B + ξ 2 8Ht 0 ψn2 + Ht lψn1B + g
g ψn0 + ξ 8E n0 ψn1 + E n1ψn0B + ξ 2 8E n0ψn2 + E n1ψ n1 + E n2ψ n0 B +
(13.9) Untuk x 0 hingga x 2 , kita peroleh persamaan eigen: t
0
ψn0 = E n0 ψn 0 ,
t
0
ψn1 + H ψn0 =
t
0
ψn2 + H ψn1 =
ξ0 :
H
ξ1 :
H
ξ2 :
H
t
t
l
l
(13.10) 0
1
1
0
0
2
1
1
En ψn + E n ψn
2
0
E n ψn + E n ψn + E n ψn
564 © Vani Sugiyono, S.T.
(13.11)
,
(13.12)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Persamaan (13.10) di atas adalah persamaan yang kita ketahui penyelesaian eksaknya, yang mana fungsi eigen yn 0 merupakan himpunan komplet dan bersifat ortonormal, sehingga hasilkali titiknya adalah: ψ0 ψ0 n
=
m
δ
nm
(13.13)
Pendekatan Derajat Satu ( x 1 )
Pada derajat satu x 1 , kita peroleh persamaan (13.11), yang mana persamaan hasilkali titik nya adalah: yn0
t
H
0
yn1
+
t
yn0
H
yn0
l
=
0
En
yn0 yn1
+
1
En
yn0 y n0
(13.14) Ingat sifat di bawah ini: yn0
H t
0
yn1
H t
=
yn0 yn1
0
0
E n yn
=
=
0
0
yn 1
(13.15)
yn0 yn 1
E n
Masukkan persamaan (13.15) ke dalam persamaan (13.14), maka kita akan peroleh: yn0
t
H
yn0
l
=
1
E n
yn0 yn0
Kamudian ingat bahwa yn0 yn 0 yn0
t
H
yn0
l
=
=
1
E n
1,
(13.16)
maka: (13.17)
565 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dari persamaan (13.17) di atas, kita akan peroleh persamaan koreksi energi derajat satu 1
En
E n , 1
sebagai berikut: t
yn0
=
yn 0
l
H
(13.18)
Kemudian apabila kita tulis ulang persamaan (13.11), maka kita akan peroleh persamaan sebagai berikut: t
`H
-
l -
jy
1
En
0 n
=
t
`H
0
-
j
0
1
En y n
(13.19)
Padahal fungsi gelombang koreksi derajat satu yn 1 dapat kita nyatakan dengan persamaan deret seperti di bawah ini: yn1
=
!C
(n )
m
0 ym
(13.20)
n ! m
Selanjutnya kita masukkan persamaan (13.20) ke dalam persamaan (13.19), maka akan kita peroleh:
-
t
`H
l -
jy0
1
En
n
=
! `H ! `E t
0
0
0
m
(n )
j
(n )
0
E n C m ym
-
E n C m
n ! m =
j
-
n ! m
0
(13.21)
0 ym
Jika kita hasilkali titikkan dengan ym 0 , maka kita akan dapatkan persamaan sebagai berikut: -
ym0
t
H
l
yn0
+
1
En
ym0 yn0
! `E
=
0 m
-
0
n ! m
-
ym0
t
H
l
yn0
=
`E 0 - E 0j C (
566 © Vani Sugiyono, S.T.
m
n
j
(n )
En Cm n ) m
0
ym
0 ym
(13.22)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Dari persamaan (13.22) di atas, kita akan peroleh nilai
(n )
C m
adalah sebagai berikut:
(n )
C m
t
ym0 =
`E
H 0
n
yn 0
l
-
0
(13.23)
j
E m
Sekarang kita coba untuk menganalisis sumur potensial yang diberi gangguan tertentu seperti di bawah ini: U (x )
U 0 a
0
x
t
Pada kasus sumur potensial terganggu di atas, gangguan H t
nilainya sama dengan U 0 , H
l
U 0 . Maka dengan menggunakan per-
l=
samaan (13.18) di atas, koreksi energi derajat satu
E n dari 1
kasus
tersebut adalah: 1
En
yn0
=
=
U0
U 0
yn 0
yn0 yn 0
=
U 0
(13.24)
0
(13.25)
Sedangkan nilai C m (n ) adalah:
(n )
C m
U 0 =
`E
ym0 yn 0 0 n
-
0
j
E m
=
567 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Maka untuk kasus sumur potensial terganggu di atas dengan analisis pendekatan derajat satu x 1 , kita akan peroleh: 0
En = E n + xU 0
yn
(13.26)
yn 0
=
(13.27)
Kemudian kita coba untuk menganalisis sumur potensial yang diberi gangguan tertentu seperti di bawah ini: U (x )
U 0 1
0
2
a
a
x
t
Pada kasus sumur potensial terganggu di atas, gangguan H nilainya sama dengan U 0 ,
t
H
U 0 .
Kita ketahui bahwa persamaan
l=
gelombang yn 0 pada sumur potensial dapat dinyatakan oleh: ψ 0 (x )
=
n
2 a
sin
π
n
a
Maka koreksi energi derajat satu 1
En
=
ψn0
1
=
2 U a 0
#
2
0
a
sin
π
2 n
a
568 © Vani Sugiyono, S.T.
(13.28)
x
E n -nya 1
adalah:
ψn 0
U 0
l
x dx
1 =
2
U 0
(13.29)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Sedangkan nilai C m (n ) adalah:
(n )
C m
ψm0 ψn 0
U 0 =
`E 0 n
2
=
-
0
1 a 2
#
U a 0 0
j
E m
sin
m π x a
`E 0 n
sin 0
n π x dx a
j
E m
-
2
U cos mπ sin n π a 0 =-
`E 0 n
-
0
(13.30)
j
E m
Maka untuk kasus sumur potensial terganggu di atas dengan analisis pendekatan derajat satu x 1 , kita akan peroleh: 0
En = E n +
ψn
=
ψn 0 + ξ
!
1 2
(13.31)
xU 0
2 U cos mπ sin n π a 0
n ! m
`E
0 m
0 n
E
-
j
(13.32)
0 ψm
Penyelesaian yang kita peroleh di atas hanya sampai pada koreksi derajat satu saja, sedangkan yang lain dianggap kecil. Pendekatan Derajat Dua ( x 2 )
Pada derajat dua x 2 , kita peroleh persamaan (13.12), yang mana persamaan hasilkali titik nya adalah: yn0
t
H
0
yn2
+
yn0
t
H
yn1
l
=
0
yn0 yn2
En +
2
E n
+
1
En
yn0 y n1
yn0 yn 0
(13.33) 569 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Ingat sifat di bawah ini: yn0
H t
0
yn2
t
0
=
=
0
H
=
yn0 yn2
E n
yn0 yn 2
0
yn0 yn 2
E n
(13.34)
Selanjutnya masukkan persamaan (13.34) ke dalam persamaan (13.33), dengan demikian kita akan peroleh persamaan yang lebih sederhana seperti di bawah ini: yn0
t
H
yn1
l
=
1
yn0 yn1
En
Lalu ingat bahwa yn0 yn 0
+
1 dan
=
2
yn0 yn0
E n
yn0 yn 1
(13.35)
=
0,
maka kita
akan dapatkan: t
yn0
H
yn1
l
=
2
E n
(13.36)
Kemudian masukkan persamaan (12.20) dan (13.23) ke dalam persamaan (13.36) di atas, maka kita akan dapatkan persamaan koreksi energi derajat dua 2
En
=
=
yn0
!C
t
E n ,
sebagai berikut:
2
1
l
H yn (n ) m
yn0
ym0
H
t
l
0
H ym
n ! m
=
!
n ! m
=
!
n ! m
t
`E 0
-
ym0
H
n
`E
t
0 n
yn 0
l
0
j
E m l
-
yn 0 0
j
E m
570 © Vani Sugiyono, S.T.
yn0
t
l
0
H ym
2
(13.37)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Kemudian apabila kita tulis ulang persamaan (13.12), maka kita akan peroleh persamaan sebagai berikut: -
t
`H
l
-
jy
1
En
1 n
+
2
t
`
0
0
j y
0
E n yn = H - E n
2 n
(13.38)
Padahal fungsi gelombang koreksi derajat satu yn 2 dapat kita nyatakan dengan persamaan deret seperti di bawah ini: yn2
=
! D
(n ) m
1 ym
(13.39)
n ! m
Selanjutnya kita masukkan persamaan (13.39) ke dalam persamaan (13.38), maka akan kita peroleh: -
t
`H
l
-
j y 1 + E 2 y 0 = ! `H 0 - E 0 j D ( t
1
En
n
n
n
1 n ) m m
n
y
n ! m
=
! `E
0 m
-
j
0
(n )
E n D m
n ! m
1 ym
(13.40)
1 Jika kita hasilkali titikkan dengan ym , maka:
-
ym1
t
H
l
yn1
+
1
2
E n .0 + E n .0 =
! `E
0 m
-
0
n ! m
-
t
ym1
H
l
yn1
=
`E 0 - E 0j D ( m
n
j
(n )
En Dm n ) m
1 1 y ym m
(13.41)
Dari persamaan (13.22) di atas, kita akan peroleh nilai
(n )
D m
adalah sebagai berikut:
(n )
D m
t
ym1 =
`E
H 0
n
l
-
yn 1 0
j
E m
(13.42)
571 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Kemudian apabila kita sederhanakan lagi, dengan memasukkan persamaan (13.20), maka persamaan (13.42) di atas menjadi:
(n )
D m
! `C j
(n ) 2
=
H
`E 0
-
m
n ! m
n
H
`E 0
n ! m
=
t
ym0
!
=
t
ym1
n
t
ym0
!
`E
n ! m
-
H 0 n
2
j ym1
0 2
`E 0
j
E m
n
t
H -
yn 1
l
0
j
E m
3
yn 0
l
-
0
E m
yn 0
l
yn 1
l
(13.43)
0 3
j
E m
Sehingga fungsi gelombang koreksi derajat satu yn 2 dapat kita nyatakan dengan persamaan deret seperti di bawah ini:
yn 2
=
!
H
`E 0
n ! m
=
t
ym0 n
!
H
`E 0
n ! m
n
yn 0
3
!C
(n ) m
0 3
j
E m
-
t
ym0
l
l
yn 0
0 ym
n ! m
4
0 4
j
0 ym
(13.44)
E m
-
Untuk suatu kasus terganggu, maka dengan analisis pendekatan derajat dua x 2 , kita akan peroleh:
0
En = E n + ξ
ψn0
t
l
H
ψn0
+
ξ2
!
n ! m
ψn
=
ψn 0 + ξ
!
n ! m
t
ψm0
H
`E
-
0 n
l
ψn 0 0
j
E m
t
ψm0
0 2 +ξ ψm
`E
H 0 n
!
n ! m
l
-
2
ψn 0
(13.45)
j
0 m
E
t
ψm0
`E
H 0 n
l
-
4
ψn 0 0 4
j
0 ψm
E m
(13.46) 572 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
13.3
Struktur Halus Atom Hidrogen
Pada bab sebelumnya, kita hanya mempelajari atom Hidrogen secara kasar, dengan hanya memperhitungkan interaksi Coulomb saja. Sehingga hamiltonian H yang kita pakai hanya berbentuk t
sebagai berikut: t H
' = -
2
2
2m
d
A B B B B C
kinetik
1 4πε0 r e
2
-
(13.47)
A B B BB C
Coulomb
Yang mana hamiltonian H terbentuk dari energi kinetik dan t
energi potensial Coulomb, tanpa memperhitungkan sama sekali
aspek relativistik sistem. Padahal, partikel berkelakuan menyerupai gelombang cahaya. Selain itu aspek kopling putar orbital seharusnya juga diperhatikan, namun pada analisis kita sebelumnya tidak. Apabila aspek relativistik dan kopling putar orbital kita perhatikan, maka struktur atom Hidrogen yang demikian kita sebut sebagai Struktur Halus Atom Hidrogen .
Tentunya akan sangat rumit untuk menganalisis sistem yang demikian, tapi untunglah kita punya teori Gangguan. Koreksi Relativistik
Aspek relativistik pada hamiltonian di atas dapat kita analisis dari energi kinetik. Energi kinetik pada persamaan (13.47) adalah (- ' 2/2m ) d 2 , yang mana dia juga dapat dinyatakan oleh persama-
an sebagai berikut: ' -
2
2m
d
2
t p =
2
2m
(13.48)
573 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Pada konsep relativitas, energi kinetik dinyatakan oleh persamaan di bawah ini: 2
K
mc =
-
(13.49)
2
mc
2
1
v -
2
c
Sedangkan kuadrat energi relativistik total dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut: 2
4
m c
2
1-
2
4
2
(13.50)
2
= m c +p c
v
2
c
Kemudian kita masukkan persamaan (13.50) ke dalam persamaan (13.49), maka kita akan peroleh: K
=
Bila kita keluarkan
(13.51)
m 2c 4 + p 2c 2 - mc 2
2
mc
dari ruas kanan sehingga dia berada
di luar tanda kurung, dan setelah itu kita ekspansikan (urai), maka persamaan (13.51) di atas akan menjadi:
K = mc 2
> >
1+
p2
(mc ) 2
-
H
1
2
4
H
1 p 1 p = mc 1 + +g-1 2 (mc ) 2 8 (mc ) 4 2
=
p2 p4 +g 2m 8m 3c 2
574 © Vani Sugiyono, S.T.
(13.52)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Jika kita masukkan persamaan (13.48) ke dalam persamaan (13.52) di atas, maka kita akan peroleh:
t K =-
'
pt 4
2 2
2m
d -
8m
3
2
c
(13.53)
+g
Dengan demikian hamiltonian H ketika kita memperhatikan t
aspek relativistik adalah sebagai berikut:
t H
' = -
2
2m
d
2
-
e 2
p4
1
4πε0 r
A B B B B B B B B B B C
t0 H
-
8m
3
2
c
(13.54)
A B B B B C
tl
H
Dari persamaan (13.54) di atas kita akan memperoleh:
t
l =-
H
t
p4 t
8m
3
(13.55)
c 2
Berdasarkan gangguan H di atas, kita dapat memperoleh nilai koreksi energi derajat satu
1
E n
=
l
E n sebagai 1
p4 t
0
yn
-
8m
1 =-
8m
3
8m
3
yn 0
c 2
2
yn0 p 4 yn 0
2
p 2 yn0 p 2 yn 0
c
1 =-
3
berikut:
c
t
t
t
(13.56)
Pada persamaan (13.56), kita perlu mendenisikan operator
momentum p dalam bentuk lain. Mungkin kita bisa mendapatkan t
575 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
jawabannya pada persamaan Scr�dinger tak gayut waktu. Kita ketahui bahwa persamaan Scr�dinger tak gayut waktu, apabila kita tengok persamaan (13.48), ternyata juga dapat ditulis sebagai berikut: p2 y 2m t
=
8En
U (r )B y
(13.57)
-
Dari persamaan (13.57) di atas, kuadrat operator momentum dapat kita nyatakan sebagai: p2 t
=
2m 8En U (r )B
(13.58)
-
Kemudian masukkan persamaan (13.58) ke dalam persamaan (13.56), maka kita akan peroleh:
E n1 = =-
=-
=-
1 8m
3
8m
t
2
c
1 3
p 2 yn0 p 2 yn 0
2
c
2m
E : mc : `E j mc 1
2
t
2
n -
2
n
1
2
8En -U B
2
D
U
2
2
- 2En
U
+
U2
D
(13.59)
Kita ketahui bahwa energi potensial U (r ) yang dimaksud di atas adalah energi potensial Coulomb. 2
U (r )
e =-
4πε0 r
576 © Vani Sugiyono, S.T.
1
(13.60)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Selanjutnya masukkan persamaan (13.60) ke dalam persamaan (13.59), maka kita akan peroleh: 1
E n = -
=-
1 2
2mc 1
2
2mc
:` j >` j
2
En
2
En
- 2En
U 2
e
+ 2E n
U
+
D 2
2
1 r
4πε0
2
e o e
+
1 2
4πε0
r
H
(13.61)
Berdasarkan teorema Feynman-Hellmann, maka kita akan peroleh dua persamaan sebagai berikut: 1 r
1
=
2
r
2
1
=
2
n
me
4πε0 '
1
`l + j n 1
3
2
f
2
,
(13.62) 2
2
me
4πε0 '
2
p
(13.63)
Lalu subtitusikan persamaan (13.62) dan (13.63) ke dalam persamaan (13.61), sehingga kita akan peroleh:
1 E n
=-
1 2
2mc
>` j En
2
+ 2E n
2
e o ` j e oH 2
2
m
e
n '
2
4πε0
+
l+
m
2
2
1
n '
e
3
2
4
4
4πε0
(13.64) Kemudian kita ketahui bahwa energi
E n pada
atom Hidrogen
menurut Bohr dapat dinyatakan oleh persamaan:
E n
2
m =-
2
2n '
2
2
e o e
4πε0
4
me =-
2
32π
2
2
ε0 n
'
2
(13.65)
577 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan memasukkan persamaan (13.65) ke dalam persamaan (13.64), maka kita akan dapatkan:
1 E n
=-
1 2mc
2
>f
2 2 2 32π ε0 n '
+
=-
=-
1 2mc
2
1 2mc
2
2
4
`
l +
> f -3
f
2
4
me
1 2
jf
-4
2
32π
2
2 2 2 32π ε0 n ' 2
2
2
ε0 n
'
2
'
2
p >`
2
'
2
p
pH
2
2
4
2
ε0 n
4
2
ε0 n
2
4
me
2
2
32π
me
me 32π
p f
2
4
me
p
+
4n
`l +
4n
l +
1 2
j
jf H
1 2
-3
2
32π
2
pH 2
4
me
2
ε0 n
'
2
(13.66)
Dari persamaan (13.66) di atas, kita dapat memperoleh nilai koreksi energi derajat satu
1 E n
=-
m 2
2c
e
E n sebagai 1
berikut:
o >` j 4
2
e
4πε0 n '
n
l +
1 2
-
3 4
H
(13.67)
Dengan l adalah bilangan kuantum orbital. Koreksi Kopling Putar Orbital
Selain aspek relativistik, kita juga harus memperhitungkan kopling putar orbital. Mekanismenya sederhana, elektron yang berputar (berevolusi) mengelilingi inti atom akan menghasilkan kuat medan magnetik B yang dapat kita rumuskan sebagai berikut:
B
m0 =
2r
i
m0 =
2r T
578 © Vani Sugiyono, S.T.
e
(13.68)
BAB BONUS: Teori Gangguan B
e +
L
r
e +
e
-
r
e v
i
Kuat medan magnet B pada sistem di atas ternyata memiliki
arah sama dengan momentum sudut orbital elektron L (inti dalam keadaan diam), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
L
=
Iω
=
2
mr
2π
(13.69)
T
Jika kita gabungkan persamaan (13.68) dan persamaan (13.69) di atas, maka kita akan peroleh persamaan:
B
µ0 e =
3
L
(13.70)
4πmr
Elektron pada orbital bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat sekali, seolah-olah dia memenuhi setiap ruang dalam orbital, sehingga orbital seakan-akan seperti cincin padat yang bermassa m (sama dengan massa elektron).
e +
r
e +
e
-
m v
r
e -
m
v
579 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
e +
e -
r
S
m
i
e +
m
r
e -
m
v
Kemudian apabila kita anggap inti tidak dalam keadaan diam, tetapi dia berotasi pada porosnya dan kala rotasinya sama dengan kala revolusi elektron, maka momentum sudut rotasi inti (cincin) dapat kita nyatakan dengan persamaan yang hampir sama dengan persamaan (13.69), namun memiliki perbedaan makna sis:
S
=
Iω
=
2
mr
2π
T
(13.71)
Sedangkan momen dipol magnetik cincin dapat kita densikan sebagai arus listrik yang mengelilingi luas lingkaran (cincin). Secara matematis, momen dipol magnetik cincin dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
µ
=
Ai
=
e
2
πr
T
(13.72)
Jika kita gabungkan persamaan (13.71) dan persamaan (13.72) di atas, maka kita akan peroleh persamaan:
m
e =-
2m
580 © Vani Sugiyono, S.T.
S
(13.73)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Hamiltonian pengganggu dari sistem tersebut dapat kita nyatakan dengan persamaan sebagai berikut: t
H
l =-
=-
=
µ $ B
b
e
-
2m
S
l$ e4
µ0 e
3 πmr
L
o
2 µ0 e (S $ L) 2 3 8πm r
(13.74)
Kita ketahui bahwa momentum sudut total sistem
J merupa-
kan hasil penjumlahan dari momentum sudut orbital elektron dan momentum sudut rotasi inti , maka kita akan dapatkan nilai kuadrat norma momentum sudut total sistem sebagai berikut:
`
2
j $ `L + Sj + 2 `S $ Lj + S
J = L + S =
L
2
(13.75)
2
Bila kita masukkan persamaan (13.75) ke dalam persamaan (13.74) di atas, maka kita akan peroleh persamaan:
t
H
l =
=
2 µ0 e (S $ L) 2 3 8πm r 2 µ0 e 8πm 2r 3
1 2 (J 2
-
L
2
-
S
2
)
(13.76)
Pada bab 11 kita sudah mempelajari momentum sudut orbital elektron L dan momentum sudut rotasi
S ,
yang mana momentum
sudut orbital nilainya bergantung pada bilangan kuantum orbital l dan momentum sudut rotasi nilainya bergantung pada bilangan
581 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
kuantum spin s . Keduanya secara sederhana dinyatakan oleh persamaan di bawah ini:
`
j,
(13.77)
`
j
(13.78)
L = ' l l + 1
S = ' s s + 1
Sedangkan nilai momentum sudut total J ternyata juga bergantung pada bilangan kuantum momentum sudut total j , yang dinyatakan oleh persamaan:
J
= '
j ` j + 1j
(13.79)
Langkah selanjutnya memasukkan persamaan (13.77), (13.78) dan (13.79) ke dalam persamaan (13.76), maka kita peroleh: 2
tl H =
µ0 e '
16πm
2
2
r 3
: j ` j
j
+ 1 -l
`l + 1j - s `s + 1jD
(13.80)
Kecepatan cahaya menurut Maxwell didensikan sebagai:
c
1
(13.81)
=
µ0 ε0
Sehingga persamaan (13.80) di atas menjadi: tl
H
=
e 2 ' 2 j ` j + 1j - l `l + 1j - s `s + 1j 2 2 3 16πε0 m c r
:
582 © Vani Sugiyono, S.T.
D
(13.82)
BAB BONUS: Teori Gangguan t
Berdasarkan gangguan H di atas, kita dapat memperoleh nilai koreksi energi derajat satu
1
E n
=
0
ψn
l
E n sebagai 1
berikut:
e 2 ' 2 0 j j + 1j - l `l + 1j - s `s + 1j ψn ` 2 2 3 16πε0 m c r
:
D
=
e 2 ' 2 j ` j + 1j - l `l + 1j - s `s + 1j 2 2 16πε0 m c
D
=
e 2 ' 2 j ` j + 1j - l `l + 1j - s `s + 1j 2 2 16πε0 m c
D
: :
ψn0
1
r 3
ψn 0
1
r 3
(13.83) Berdasarkan teorema Feynman-Hellmann, maka kita akan peroleh persamaan sebagai berikut:
1
=
3
r
1
`
l l+
1 2
j`l + 1j n
3
f
3
2
me
4πε0 '
2
p
(13.84)
Kemudian masukkan persamaan (13.84) ke dalam persamaan (13.83), sehingga kita akan peroleh:
1
E n =
=
` j ` j ` j > ` j` j H ` j ` j ` j o > ` j` j H (13.85)
j j + 1 - l l + 1 - s s + 1 me 8 4 4 3 4 2 1 1024π ε0 n ' c l l + 2 l + 1 mn 2 4c
e
4
e 2 4πε0 n '
j j + 1
-l
l +1
-s
s + 1
1
l l + 2 l + 1
Dengan nilai j dan l sesuai dengan nilai-nilainya, sedangkan s dapat kita ketahui dengan pasti bahwa nilainya adalah s
sehingga s `s + 1j =
1 2
=
1 2
,
` 12 + 1j = 3/4 . 583 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan demikian nilai koreksi energi derajat satu
E n pada 1
saat kita memperhitungkan kopling putar orbital adalah sebagai berikut:
R V 3 S j + 1 n - l l + 1 n - n W 4 j 2 m e 4 W S E n 1 = 2 1 WW c 4πε0 n ' SS 4l l + 2 l + 1 T X
` j ` j o ` j` j
e
(13.86)
Koreksi Total
Setelah kita temukan nilai koreksi energi derajat satu
E n pada 1
aspek relativistik dan kopling putar orbital, selanjutnya kita jumlahkan keduanya untuk mencapatkan koreksi total keduanya.
R V 3 S j + 1 n - l l + 1 n - n W 4 j 2 m e 4 W S E n 1 = 2 1 WW c 4πε0 n ' SS 4l l + 2 l + 1 T4 X 2 -
` j ` j e o ` j` j e o >` j H R V S ` W j ` j W e o SSS ` j` j WW ` j T X R S ` j ` j ` j S e o SS ` j ` j TR V S ` W j ` j W e o SSS WW ` j` j
m 2 2c
e
n
4πε0 n '
l + 2
1
-
3
4
3
=
1
E n =
=
m c 2
m 2 8c m 2 8c
j j + 1 n - l l + 1 n - n
4
2
e
4
4πε0 n '
4l
2 j
4
e 2
1
l + 2 l + 1
+
1
l + 2
2
j + 1 n - 2l l + 1 n - n - 4l l + 1 2
1
l l + 2 l + 1
2 j
4
e
n
3
4πε0 n '
2
-
3
3
8
V W n W +3 WW X
j + 1 n - n - 6l l + 1 n 2
4πε0 n '
1
l l + 2 l + 1
T
+3
X
(13.87) Ingat bahwa j l -
=
!
1
, atau kita ambil saja l 2 584
© Vani Sugiyono, S.T.
=
j
-
1 2
.
BAB BONUS: Teori Gangguan
Kemudian kita sederhanakan dengan memasukkan l
=
j
-
1 2
ke dalam persamaan (13.87), maka akan kita peroleh:
E n =
m 2 8c
=
m 2 8c
=
m 2 8c
E n =
m 2 8c
=
m 2 8c
1
1
=
m 2 8c
=
m 2 8c
e e e e e e e
e 2 4πε0 n '
e 2 4πε0 n '
e 2 4πε0 n '
e 2 4πε0 n '
R V 3 S j + 1 n - n - 6l l + 1 n W 4 2 j 2 S W +3 1 SS WW l l + 2 l + 1 TR X V 3 1 1 S j + 1 n - n - 6 j - j + n W 4 2 j 2 2 2 S W +3 1 1 WW SS j j - 2 j + 2 TR X V 3 6 S 2 W n - 6j 2n + n 4 2 j n + 2jn 2 4 S W +3 1 1 SS WW j j - 2 j + 2 T X R V 3 3 S 2 W n - 6j 2n + n 4 2 j n + 2jn 2 2 S W +3 1 1 SS WW j j - 2 j + 2 T X
` j ` j o ` j` j ` j ` j ` j o ` j` j o ` j` j
o
o > ` j` j ` j o > ` j` j o >` j H 4
e 2 4πε0 n '
e
4πε0 n '
4πε0 n '
2
n
1
j j - 2
j + 2
+3
1
- 4 j
j - 2 n
1
1
j j - 2
4
e 2
2 jn - 4j 1
4
2
` j` j
- 4n 1
j + 2
j + 2
+3
H H
+3
(13.88)
Dari persamaan (13.88) di atas, akhirnya kita dapatkan nilai koreksi energi total derajat satu
E n , 1
yaitu pada saat kita mem-
perhitungkan aspek relativistik dan kopling putar orbital adalah sebagai berikut:
1
E n =
m 2 8c
e
o> 4
e 2 4πε0 n '
3-
4n 1
j + 2
H
(13.89)
585 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Berdasarkan teori atom Bohr, kita ketahui bahwa:
0
E n
e
m =-
2
2
e
2' 2 4πε0 n
13, 6 eV
o
=-
(13.90)
2
n
Dengan demikian tingkatan energi pada struktur halus atom Hidrogen dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut: En
=
E n0 + E n 1
m e 2 =2' 2 4πε0 n
e e
m e 2 =2' 2 4πε0 n =-
13, 6 eV
n2
2
m e 2 + 8c 2 4πε0 n '
o e of e 2
1-
f
1+
o> o> 4
3-
o> 2
e
1
j + 2
2
1 e 2 4c 2 4πε0 n '
1 e 2 4n 2 4πε0 'c
4n
3-
4n
j
1 + 2
-
H
4n
j + 3
Hp
1 2
Hp (13.91)
Untuk menyederhanakan persamaan (13.91) di atas, kita perlu memasukkan nilai-nilai konstanta di atas.
ξ
=
2 1 e 4 4πε0 'c
e
2
o
=
1,33
#
10
-
5
(13.92)
Jika kita masukkan persamaan (13.92) ke dalam persamaan (13.91), maka kita peroleh tingkatan energi pada struktur halus atom Hidrogen adalah sebagai berikut:
E n = -
13, 6 eV
n
2
f > 1+
x
n
586 © Vani Sugiyono, S.T.
2
4n
j
1 + 2
-
3
Hp
(13.93)
BAB BONUS: Teori Gangguan
13.4 Efek Zeeman Pada tahun 1890-an para Fisikawan dipusingkan oleh sebuah fenomena menggemparkan yang berhubungan dengan spektrum atom Hidrogen yang tidak mampu mereka jelaskan. Dia bernama Pieter Zeeman, seorang sikawan berkebangsaan
Belanda yang pada tahun 1896 melakukan penelitian mendalam tentang spektrum atom Hidrogen. Zeeman menemukan bahwa garis spektrum atom Hidrogen akan terpecah menjadi beberapa garis spektrum apabila atom Hidrogen berada pada ruang yang dipengaruhi oleh medan magnet tertentu. Semakin besar medan magnet tersebut, semakin lebar jarak pisah antar spektrum. Efek Zeeman Normal
l
=
2
l
=
1
Sebelumnya tak ada yang mampu menjelaskan efek Zeeman hingga Scr�dinger datang bak pelita yang menerangi ruangan yang tadinya gelap gulita. Medan magnet dari luar sistemlah yang men jadi biang keladi dari terpecahnya spektrum atom Hidrogen men jadi beberapa spektrum. Ingat pada pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari struktur halus atom Hidrogen yang juga dipengaruhi oleh medan
magnet B internal (dari dalam), yaitu medan magnet dari elektron yang sedang berputar. Medan magnet tersebut mempengaruhi tingkat energi
E n dan
kita tahu tingkat energi
E n adalah
salah satu
587 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
yang telah membentuk spektrum atom Hidrogen. Berarti bisa jadi medan magnetlah yang membuat spektrum atom Hidrogen menjadi seperti itu (merubah spektrum atom). Namun, kali ini berbeda, bukan medan magnet dari dalam tetapi medan magnet pengganggu yang berasal dari luar
luar
B
.
Dengan adanya medan magnet dari luar tersebut sehingga tercipta kemungkinan energi
E n yang
lebih banyak dari sebelumnya,
akibatnya spektrum atom Hidrogen terpecah menjadi sebanyak kemungkinan tingkatan energi
E n tersebut.
Hamiltonian penggangu untuk efek Zeeman (medan magnet dari luar) dapat kita nyatakan dengan persamaan: t
l
H
=-
e (gl L + g s S ) $ B luar 2m
=
Dengan g l dan
(mL + mS ) $ B luar
g s
(13.94)
adalah rasio gyromagnetik yang nilainya
tergantung dari sistem. Kita ketahui bahwa g l . 1 dan g
. 2
itu pada bab 11 kita juga telah mengetahui bahwa
m l ' begitu
s
juga dengan S
=
m s ' ,
L
=
, selain
dengan demikian persamaan (13.94) di atas
dapat kita tulis secara sederhana menjadi sebagai berikut: e ' t H l = (ml + 2m s ) B luar 2m
Ingat bahwa
ms
=
! s = !
1 2
(13.95)
, maka persamaan (13.95) dapat
kita sederhanakan lagi menjadi: t H l
e ' =
2m
(m l ! 1) B luar
588 © Vani Sugiyono, S.T.
(13.96)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Dari persamaan (13.96) dapat kita simpulkan bahwa bilangan kuantum magnetik
m l memiliki
peran yang sangat penting terjadi-
nya efek Zeeman. Efek Zeeman Normal
l
l
=
=
2
1
m l
=
2
m l
=
1
m l
=
m l
=-
1
m l
=-
2
0
m l
=
m l
=
m l
=-
1
0 1
Dan akhirnya terjawab, bagaimana mekanisme yang terjadi pada efek Zeeman. Sekali lagi, Scr �dinger berhasil menjawabnya. Atas jasanya yang telah berhasil menemukan fenomena efek Zeeman, maka Pieter Zeeman mendapatkan hadiah nobel bidang sika pada tahun 1902, di tahun kedua penghargaan tersebut kali
pertama diadakan.
13.5 Efek Stark Selain efek Zeeman, ternyata fenomena aneh yang melibatkan spektrum atom Hidrogen juga berulang untuk kali kedua. Kali ini bukan medan magnet dari luar yang mempengaruhi spektrum atom Hidrogen, melainkan medan listrik dari luar yang mempengaruhi. Efek Stark merupakan fenomena yang mana spektrum atom
Hidrogen terurai menjadi spektrum-spektrum baru. Fenomena ini kali pertama ditemukan oleh, Johannes Stark, seorang sikawan
berkebangsaan Jerman pada tahun 1913. Namun, ada kontroversi tersendiri dengan ditemukannya efek ini. Karena seorang sikawan berkebangsaan Italia yang bernama
589 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Antonio Lo Surdo mengaku telah melakukan penelitian yang sama namun terpisah dengan Stark. Ajaibnya keduanya menemukan dua hal yang sama pula. Akan tetapi, karena Lo Surdo lebih cenderung pada politik dan dia lebih fokus dalam proyek-proyek Hitler dan Mussolini sehingga dia keluar dari kandidat peraih nobel bidang sika atas jasanya me-
nemukan efek tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1919, hanya Stark satu-satunya yang meraih hadiah nobel bidang sika untuk
penemuan (yang seharusnya disebut efek Stark-Lo Surdo) tapi akhirnya disebut sebagai efek Stark. Hamiltonian penggangu untuk efek Stark (medan listrik dari luar) dapat kita nyatakan dengan persamaan: t
H
l =-
luar
e E
$ r
(13.97)
Dari persamaan (13.97) di atas, maka kita akan dapatkan persamaan koreksi energi derajat satu 1
En
=
ψn0
-
ψn0
luar
r
e E
=-
e E
=-
luar
luar
=-
=-
e E
E n , 1
$ r ψn 0
r
ψn 0
4πε0 ' luar 2 e E n 2 me 2
n
4πε0 ' me
sebagai berikut:
2
2 luar
E
(13.98)
Dari persamaan (13.96) di atas dapat kita simpulkan bahwa bilangan kuantum utama n memiliki peran yang sangat penting
terjadinya efek Stark. 590 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
13.6
Teori Gangguan Gayut Waktu
Setelah sebelumnya telah kita pelajari teori Gangguan Tak Gayut Waktu, maka kali ini kita akan mempelajari teori Gangguan Gayut Waktu. Keduanya hampir sama, namun kali ini kita meng-
anggap fungsi gelombang tidak hanya sebagai fungsi posisi, tetapi sebagai fungsi waktu juga. Persamaan Scr�dinger gayut waktu dari sebuah sistem tertentu dapat dinyatakan oleh persamaan di bawah ini: t H
Y
=
i '
2Y
(13.99)
2t
Sedangkan persamaan Scr�dinger tak gayut waktunya, H t
y
=
E y
(13.100)
Dengan penyelesaian dari persamaan (13.99) di atas adalah sebagai berikut: i E t
Ψ (x, y, z, t )
=
ψ (x, y, z ) e
-
'
(13.101)
Dua Sistem Bertingkat
Apabila kita mengetahui ada dua sistem yang saling bertingkat yang mana salah satu sistem berada di atas sistem lain dan keduanya dalam keadaan tidak diganggu, sebagai berikut: H t
0
ya
=
0
E a
ya
(13.102)
591 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dan sistem yang lain, H t
0
yb
=
0
E b
yb
(13.103)
Dengan catatan, untuk ya dan yb berlaku hubungan: ψa ψb
δab
=
(13.104)
Kita asumsikan ya adalah keadaan di tingkat lebih bawah dari keadaan yb , bisa kita lihat di bawah ini: yb ya
Maka penyelesaian dari dua tingkat energi di atas dapat kita nyatakan sebagai berikut:
Ψ (x, y, z, t ) = Ca ψa (x, y, z ) e
-
i Ea t '
+
Cb ψb (x, y, z ) e
-
i Eb t '
(13.105) Nilai peluang total dari fungsi gelombang di atas adalah: Ca
2
+
C b
2
= 1
(13.106)
Itu artinya, peluang sebuah partikel berada pada keadaan ya adalah
C a
2
, sedangkan peluang sebuah partikel berada pada
keadaan yb adalah
C b
2
. 592
© Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
Apabila posisi (x, y, z ) tidak menjadi masalah untuk analisis kita, maka semua akan bergantung hanya pada waktu, sehingga persamaan (13.105) di atas dapat kita tulis:
Ψ (t ) = Ca ψa e
-
i Ea t '
Cb ψb e
+
-
i Eb t
(13.107)
'
Dengan catatan persamaan (13.107) berlaku pada sistem yang tidak terganggu atau tidak sedang diganggu. Hamiltonian sistem
yang terganggu dinyatakan oleh persamaan: t
t
t
0
(13.108)
H = H + H (t ) l
Sedangkan untuk sistem yang terganggu oleh Ca (t ) dan Cb (t ) merupakan
t
H (t ),
maka
l
fungsi yang bergantung oleh waktu.
Ψ (t ) = Ca (t ) ψa e
-
i Ea t '
Cb (t ) ψb e
+
-
i Eb t
(13.109)
'
Kemudian dengan memasukkan persamaan (13.108) dan persamaan (13.109) di atas, ke dalam persamaan (13.99), maka kita akan peroleh: t0 Ca (t ) H ya e
i Ea t '
t0 + Cb (t ) H yb e
t + Cb (t ) H l(t ) yb e
+ i '
i Eb t '
i Eb t '
dCa (t ) dt
=
Ca (t ) Ea ya e
ya e
-
i Ea t '
+
i '
i Ea t
t + Ca (t ) H l(t ) ya e
-
i Ea t '
+
dCb (t ) dt
-
'
i Eb t
Cb (t ) Eb yb e
-
yb e
'
i Eb t '
(13.110) 593 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan mengingat persamaan (13.102) dan (13.103), maka persamaan (13.105) di atas dapat kita sederhanakan lagi menjadi sebagai berikut: t Ca (t ) H l(t ) ya e
i '
dCa (t ) dt
ya e
i Ea t '
-
i Eb t
t + Cb (t ) H l(t ) yb e
dCb (t )
i Ea t
+
'
i '
dt
-
=
'
i Eb t
yb e
(13.111)
'
Lalu persamaan (13.111) di atas, kita hasilkali titik dengan ya (ingat bahwa ya yb
Ca (t )
ya
tl H (t )
=
ya
e
=
-
0 ),
maka kita akan peroleh:
i Ea t
i '
'
+
Cb (t )
dCa (t ) dt
-
ya
Ht l(t )
yb
e
-
i Eb t
'
i Ea t
e
(13.112)
'
Dari persamaan (13.112) di atas, kita dapat menyederhanakan lagi dan akan memperoleh persamaan sebagai berikut: dC a dt
=-
i '
=
Ca
ya
t Hl
ya
+
Cb
ya
t Hl
yb
e
-
G
i (Eb - Ea ) t
'
(13.113) Untuk kasus ini ternyata berlaku
ya
t
H
l
ya
=
0,
sehingga
persamaan (13.113) di atas menjadi: dC a dt
i =-
'
Cb
ya
t Hl
i (Eb
yb
594 © Vani Sugiyono, S.T.
e
-
-
'
Ea ) t
(13.114)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Kita lakukan hal yang sama, hasilkali titikkan juga persamaan (13.111) dengan yb , maka kita akan peroleh:
Ca (t )
yb
t H l(t )
ya
e
-
i Ea t
i '
=
'
+
Cb (t )
dCb (t ) dt
-
yb
t H l(t )
yb
e
-
i Eb t
'
i Eb t
e
(13.115)
'
Dari persamaan (13.115) di atas, kita dapat menyederhanakan lagi dan akan memperoleh persamaan sebagai berikut: dC b dt
=-
=
i
yb
Ca
'
t Hl
ya
+
Cb
yb
t Hl
G
i (Eb - Ea ) t
yb
e
'
(13.116) Untuk kasus ini ternyata berlaku
t
ya
H
l
ya
=
0,
sehingga
persamaan (13.113) di atas menjadi: dC b
i =-
dt
'
Ca
yb
t Hl
i (Eb
ya
e
-
Ea ) t
Apabila selanjutnya kita menganggap ya yb
t
H
l
ya
=
t
H ba ,
(13.117)
'
t
H
l
yb
=
t
H ab dan
maka persamaan (13.114) dan (13.117) di atas
akan menjadi sebagai berikut: dC a dt
=-
i t Hab e '
dC b dt
=-
i (Eb -
i t Hba e '
i (Eb
-
'
-
'
Ea ) t
C b
Ea ) t
C a
,
(13.118) (13.119)
595 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Sekarang kita dapat menggunakan persamaan (13.118) dan (13.119) bersamaan secara sekuensial (berurutan). Misalkan saja sebuah partikel awalnya berada pada keadaan ya , maka C a (0) (ada di ya ) dan C b (0)
=
=
1
=
1
0 (tidak ada di yb ).
Untuk mendapatkan C b1 (derajat 1), masukkan nilai C a (0) ke dalam persamaan (13.119), sehingga kita dapatkan: dC b dt
i (Eb
=-
i t Hba e '
-
Ea ) t
(13.120)
'
Kemudian kita integralkan, maka kita peroleh:
1
C b (t )
Dengan
1
C b (t )
2
i =-
t
# H t
i (Eb
-
ba e
' 0
Ea ) t
'
(13.121)
dt
didensikan sebagai peluang transisi partikel
dari keadaan ya menjadi yb , atau peluang transisi tersebut dapat kita rumuskan sebagai berikut:
Pa
"
b
(t )
=
1 '
2
t
# 0
t Hba e
i (Eb
-
'
Ea ) t
dt
2
(13.122)
Transisi inilah yang disebut oleh Bohr dalam teori atomnya
sebagai loncatan kuantum. Jadi elektron yang berada pada tingkat energi tertentu dapat melakukan loncatan menuju ke tingkat energi lain yang lebih rendah ataupun yang lebih tinggi, tentunya dengan konsekuensi elektron tersebut menyerap atau mengemisi energi (radiasi) dari atau keluar dari sistem. Fisikawan percaya, jika loncatan kuantum ini benar dan dapat diterapkan dalam dunia nyata, maka inilah konsep teleportasi. 596 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
13.7 Emisi dan Serapan Radiasi Sebelumnya telah kita singgung bahwa apabila elektron berpindah dari tingkat energi tertentu menuju tingkat energi yang lain, maka elektron akan menyerap atau mengemisi energi (radiasi). Sebelumnya kita luruskan terlebih dahulu, apakah radiasi itu? Banyak orang yang mendengar kata radiasi akan langsung alergi dan teringat dengan kejadian yang menimpa kota Chernobyl, yaitu bulan April 29 tahun silam, saat material nuklir membanjiri kota yang tenang ini dengan radiasi. Orang awam akan melihat bahwa radiasi menyebabkan banyak sekali korban berjatuhan, manusia, hewan bahkan tumbuhan. Dan sampai saat ini radiasi di kota ini masih dalam keadaan kritis, yaitu masih berada pada 5,6 Gy/s, nilai radiasi yang cukup berbahaya untuk ditinggali. Itulah radiasi dari kacamata orang awam. Padahal radiasi ada banyak jenisnya, tidak hanya radiasi nuklir saja. Radiasi merupakan gelombang elektromagnet yang merambat
dengan membawa sejumlah energi tertentu, tanpa harus memerlukan media rambat (medium). Cahaya matahari merupakan radiasi, cahaya lampu neon merupakan radiasi, microwave di dapur ibumu merupakan radiasi dan bahkan smartphone android-mu memancarkan radiasi. Ya, radiasi ada di mana-mana. Gelombang elektromagnet terbentuk dari elektro (listrik) dan magnet yang berbentuk gelombang (getaran berjalan).
Secara matematis radiasi gelombang elektromagnet dapat dinyatakan oleh dua persamaan sebagai berikut: E
=
B
E0 cos wt k
=
t
B0 cos wt i
t
,
(13.123) (13.124)
597 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Hamiltonian pengganggu untuk kasus sebuah atom yang terpapar oleh medan listrik tertentu dapat dinyatakan oleh: t
H
l =-
=-
t
q (E0 cos wt
t
k) $ z k
(13.125)
q E0 cos wt z
Dari persamaan (13.125), nilai
H ba dapat t
kita peroleh dengan
persamaan sebagai berikut: Hba t
ψb
=
=-
-
q E0 cos ωt z ψ a
(13.126)
q E0 cos ωt ψb z ψ a
Dengan demikian peluang transisi partikel dari tingkat energi E a (keadaan
ya ) menuju tingkat energi
E b (keadaan
yb ), dapat kita
peroleh sebagai berikut:
Pa
"
b
(t )
=
=
1 '
2
1 '
2
t
# :
-
0
-
q E0 cos ωt ψb z ψa t
De
# cosωt e
q E0 ψb z ψa
0
i (Eb
i (Eb
-
'
-
2
Ea ) t
dt
'
Ea ) t
dt
2
(13.127) Ingatlah hubungan antara trigonometri dengan eksponensial berpangkat bilangan kompleks sebagai berikut:
cos f
sin f
=
e
if
if
-
2 i
i f
(13.128)
-
e
598 © Vani Sugiyono, S.T.
,
2 e
=
-i f
+ e
(13.129)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Kemudian kita selesaikan terlebih dahulu integral pada persamaan (13.127),
# cosw t
te
i (Eb - Ea )t '
0
dt =
1 2
=
1 2
# 8e t
+
0
# : t
e
i
e
-i wt
Be
(Eb - E a ) + w' '
t
0
R S 1 Se = 2S S T =
i wt
i
(Eb - E a ) + w'
t
'
-
i (Eb - Ea ) t
+
1
(Eb - E a ) + w'
dt
'
e
i
(Eb - E a ) - w' '
i
+
e
'
>
e
'
dt
(Eb - E a
t
'
-
'
(Eb - E a ) + w'
' e
i (Eb - Ea ) t
V W -1 W ) w WW X ) w
(Eb - E a ) - w'
'
i
D
t
'
t
-
1
2 (Eb - E a ) + w'
i
+
(Eb - E a
e
'
-
'
t
1
-
(Eb - E a ) - w'
H
(13.130) Lalu kita asumsikan nilai (Eb - Ea ) + w'
&
(Eb - Ea ) - w' ,
maka persamaan (13.128) menjadi:
# cosw t
te
0
i (Eb - Ea )t '
dt =
=
=
> >
i
(Eb - E a ) + w'
' e
'
t
-
1
2 (Eb - E a ) + w' '
2 '
2
i
0+
i
(Eb - E a ) - w'
e
'
+
-
2'
t
>
e
i
(Eb - E a ) - w '
e
'
(Eb 1
(Eb - E a ) - w'
(Eb - E a ) - w'
e
t
i
-
=
i
i 'e
2'
t
-
-
1
w'
H
H
(Eb - E a ) - w' 2'
t
-
- i
(Eb - E a ) - w '
e
2'
t
(Eb - E a ) - w'
R ( V ) w S sin b 2 W l S W SS (E - E ) - w' WW T X Eb - E a -
(Eb - E a ) - w'
E a )
t
'
b
H
'
t
a
(13.131)
Setelah kita peroleh persamaan (13.131), masukkan persamaan tersebut ke dalam persamaan (13.127), sehingga kita akan per599 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
oleh persamaan sebagai berikut:
Pa
"
b
(t )
1
=
'
-
2
i (Eb
# cosωt e t
q E0 ψb z ψa
0
-
dt
'
2
Ea ) t
R (E E ) S sin b 2 t S SS (Eb E a ) T b
1
=
'
-
2
i
-
E a )
q E0 ψb z ψa i 'e i
bq E
=
(Eb
0
ψb z ψa
2
l
(Eb
-
E a )
e
-
ω'
2'
-
a
ω'
'
8(Eb
t
-
sin 2 E a )
b
(Eb
-
-
E a )
2'
ω' B
-
-
ω'
l
V2 t l W W ω' WW X
ω'
'
-
-
-
t
2
(13.132) Ingat bahwa tanda g , merupakan tanda norma, yang mana semua komponen imajiner harus kita hapus. Maka eksponensial pangkat imajiner pada persamaan (13.132) harus dihapus, sehingga kita akan memperoleh peluang transisi partikel dari tingkat energi E a menuju
Pa
"
b
tingkat energi
(t )
=
E b sebagai
q E0 ψb z ψ a
2
berikut: sin 2
8(Eb
b
(Eb
-
-
E a )
-
2'
E a )
-
ω'
l
t
ω'B
2
(13.133)
Serapan Radiasi
Kita ketahui bahwa terjadi perpindahan partikel dari tingkat energi lebih rendah (energi
E a )
menuju tingkat energi lebih tinggi
(energi E b ), maka terjadi fenomena serapa radiasi oleh partikel. E b
E a
600 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan Emisi Radiasi
Sedangkan apabila terjadi perpindahan partikel dari tingkat energi lebih tinggi (energi (energi
E a ),
E b )
menuju tingkat energi lebih rendah
maka akan terjadi fenomena emisi radiasi (pancaran
radiasi) oleh partikel. Ada dua jenis emisi, yaitu: emisi radiasi terrangsang dan emisi radiasi spontan.
Untuk emisi radiasi terrangsang, maka partikel harus mendapat rangsangan dari luar terlebih dahulu, baru dia akan mulai mengemisi sejumlah radiasi. E b
E a
Sedangkan emisi radiasi spontan, partikel tak harus mendapat rangsangan dari luar terlebih dahulu, karena dia akan secara alami mengemisi radiasi dengan sendirinya. E b
E a
Saya rasa Bab Bonus tentang Teori Gangguan ini sampai di sini dulu. Kesimpulan yang dapat kita peroleh adalah terdapat beberapa pendekatan matematis dalam Mekanika Kuantum, salah satunya adalah dengan teori Gangguan, sehingga kasus-kasus yang tergolong rumit dalam Mekanika Kuantum dapat kita selesaikan dengan mudah. [ ]
601 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
A 1.
Contoh Soal Sebuah partikel bermassa m bergerak dalam satu dimensi dengan hamiltonian seperti di bawah ini:
H 0 =
p2 + U (x ) 2m
(13.134)
Sehingga persamaan eigen untuk sistem partikel satu dimensi tersebut adalah: H0 yn (x )
=
E n yn (x )
(13.135)
Dengan E n dan yn (x ) sudah kita ketahui. Lalu kita tambahkan pengganggu pada hamiltonian H
l =
l p/m (dengan l dan m
bernilai konstan, sedangkan p adalah operator momentum). Maka hamiltonian akan berubah menjadi:
H
=
H 0 +
l m
p
(13.136)
Dengan nilai hamiltonian yang baru, turunkanlah nilai eigen dan fungsi eigen sistem tersebut! Penyelesaian:
Masukkan persamaan (13.134) ke dalam persamaan (13.136) dan denisikan juga p
H = -
=-
i 'd ,
2
i 'l 2 d d + U (x ) m 2m '
602 © Vani Sugiyono, S.T.
maka kita akan peroleh: (13.137)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Kita susun persamaan eigen untuk hamiltonian yang baru, lalu masukkan persamaan (13.137) ke dalamnya, maka kita akan peroleh persamaan diferensial orde dua (dengan adanya orde 1 sebagai dumper di dalamnya), sebagai berikut: u (x ) = E u (x ) u ψ Hψ n n n
=
-
=
-
=
-
'
2
'
2
2m 2
'
2 2
2m
d -
2 u d + U (x ) - E n
2
2m 2x 2
+U
G
G
i 'λ u (x ) = E u (x ) u ψ d + U (x ) ψ n n n m i 'λ u dψn (x ) = 0 m
u (x ) ψ n
G
u (x ) u ψ (x ) - E n n
i 'λ 2 u ψ (x ) = 0 m 2x n
(13.138)
Penyelesaian dari persamaan orde dua (13.138) di atas adalah sebagai berikut: u ψ
n
(x )
=
-
e
λ '
x
ψ (x ) n
(13.139)
Dengan yn (x ) adalah penyelesaian dari persamaan diferensial orde dua di bawah ini:
=
-
'
2
2
2
2m 2x 2
+U
G
(x ) - E n yn (x ) = 0
(13.140)
Dengan demikian, kita akan peroleh fungsi eigen hamiltonian yang baru dari sistem tersebut adalah:
u ψ
n
(x )
=
-
e
λ '
x
ψ (x ) n
603 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Masukkan persamaan (13.134) ke dalam persamaan (13.136) tanpa denisi dari p
H = =
=
=-
i 'd ,
maka kita akan peroleh:
p2 l + p + U (x ) 2m m p2 l l2 l 2 + p+ + U (x ) m m 2m m
(p + l ) 2
2m
-
l 2 m
(x )
+ U
(13.141)
Jika kita anggap l sangat kecil sekali, hampir mendekati nol. Maka persamaan (13.141) di atas menjadi:
H =
p2 l2 l 2 + U (x ) = H 0 m m 2m
(13.142)
Kita susun persamaan eigen untuk hamiltonian yang baru, lalu masukkan persamaan (13.142) ke dalamnya, maka kita akan peroleh: u (x ) Hψ n
=
H 0
-
u (x ) H 0 ψ n
e
-
e
-
λ '
x
H 0 ψn (x )
λ '
x
E n ψn (x ) u (x ) E n ψ n
=
E n
λ 2 m
-
-
-
-
-
G
λ 2 m
λ 2 m
λ 2 m
λ 2 m
λ 2 m
G
u (x ) ψ n u (x ) ψ n u (x ) ψ n u (x ) ψ n u (x ) ψ n u (x ) ψ n
604 © Vani Sugiyono, S.T.
=
=
=
=
=
=
=
u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n u (x ) u ψ E n n
(13.143)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Dengan demikian, kita akan peroleh nilai eigen hamiltonian yang baru dari sistem tersebut adalah:
u E
=
n
2.
E n
-
l 2 m
Sebuah partikel bermassa m terikat di dalam sumur potensial berhingga yang berada pada batas -a/2 1 x 1 a /2. a. Carilah nilai eigen sistem tersebut pada keadaan dasar! b. Carilah fungsi eigen sistem tersebut pada keadaan dasar! c. Apabila pengganggu yang sangat kecil ditambahkan pada sistem, yaitu: U (x ) l
=
2e | x |/ a . Maka perubahan energi
karena adanya gangguan adalah ... (Kita gunakan teori gangguan derajat satu pada soal ini) Penyelesaian: a. Nilai eigen dari sistem pada keadaan dasar:
Untuk mengerjakan soal ini kita bisa kembali melihat analisis sumur potensial berhingga pada bab 9. Pada bab tersebut untuk batas -b 1 x 1 b , nilai eigennya pada keadaan dasar: E 0
=
p2 ' 2 8mb
(13.144)
2
Maka untuk batas -a/2 1 x 1 a /2, nilai eigennya adalah: E 0
=
=
p2 ' 2 8mb
2
p2 ' 2 8m
2
b l 1
2
a
=
p2 ' 2 2
2ma
(13.145)
605 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan demikian, kita akan peroleh nilai eigen sistem pada keadaan dasar adalah:
E 0
p2 ' 2
=
2
2ma
b. Fungsi eigen dari sistem pada keadaan dasar:
Untuk mengerjakan soal ini kita bisa kembali melihat analisis sumur potensial berhingga pada bab 9. Pada bab tersebut untuk batas -b 1 x 1 b , fungsi eigennya pada keadaan dasar: ψ0 (x )
A cos
=
πx
(13.146)
2b
Maka untuk batas -a/2 1 x 1 a /2, nilai eigennya adalah: ψ0 (x )
=
A cos
=
A cos
πx 2b
πx 2
b l 1
=
A c os
a 2
πx a
(13.147)
Kemudian kita lakukan normalisasi kita peroleh: A
=
2
(13.148)
a
Dengan demikian, kita akan peroleh fungsi eigen sistem pada keadaan dasar adalah:
ψ0 (x )
2
=
606 © Vani Sugiyono, S.T.
πx
cos a a
BAB BONUS: Teori Gangguan c. Perubahan energi karena adanya gangguan:
Perubahan energi berdasarkan teori gangguan derajat satu dapat kita peroleh dari persamaan: a /2
DE
#
=
-
U
l
a /2
(x ) y02 (x ) d x
(13.149)
Masukkan data-data yang kita peroleh di atas ke dalam persamaan (13.149), maka kita akan dapatkan:
DE = =
=
=
=
e
a /2
#
/
-a 2
4ε 2
a
8ε 2
a
8ε 2
a
a
a
a /2
#
/
-a 2
a /2
# 0
oe
2 cos a
| x | cos 2
x cos
a /2
#
4ε 2
2ε | x |
x
0
f
πx
a
o
d x
x d x a
2π
1 + cos
2πx a
2
a /2
# x b1
2
πx d x a
+
0
cos
p
d x
l
2πx d x a
(13.150)
Kemudian untuk mempermudah dalam mengintegralkan, kita ubah x
=
a θ/2π dan a
DE = =
=
=
a /2
2πx d x a
# θ `
j
2
a
1 + cos
0
π
2
π
2p , maka:
# x b
4ε
ε
=
1 + cos θ d i
0
=
ε 2
π
ε 2
2π
l
2
θ
2
8
+θ
2
sin θ + cos θ
π -4
B
G
π
0
(13.151)
607 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan demikian, kita akan peroleh perubahan energi berdasarkan teori gangguan derajat satu adalah:
DE
3.
ε =
2
2π
8
2
π
-
4
B
Sebuah inti atom yang memiliki nomor atom Z berbentuk bola sempurna dengan jari-jari R0 dengan densitas muatan merata secara homogen. Asumsikan
R0 11 a 0 ,
yang mana a 0
adalah jari-jari Bohr atom hidrogen. a. Turunkan persamaan energi potensial antara inti atom dan elektron dalam atom tersebut! b. Carilah beda potensial DU
=
U (r )
-
U 0 (r ), dengan U 0 (r )
adalah energi potensial di permukaan inti atom! c. Asumsi elektron terikat oleh nukleus pada kondisi terikat paling dasar, maka persamaan gelombang elektron yang kita hitung dengan potensial U 0 (r ) adalah ... d. Gunakanlah pendekatan derajat satu teori gangguan untuk menurunkan persamaan perubahan energi elektron pada kondisi dasar dengan ukuran inti atom yang berhingga! Penyelesaian: a. Energi potensial:
Berdasarkan hukum Gauss, maka gaya Coulomb di dalam inti atom dan dan di luar inti atom akan memenuhi persamaan:
F
dU (r ) =-
d r
=
Z ] ] [ ] ] \
2
Ze -
2
r
R0
r 1 R0
(13.152)
2
Ze -
2
r
608 © Vani Sugiyono, S.T.
3
e o r
r 2 R0
BAB BONUS: Teori Gangguan
Berdasarkan persamaan (13.152) di atas, maka energi potensial adalah hasil intergral dari gaya Coulomb tersebut. Sehingga kita akan peroleh:
Z ] # Ze ] r [ ] # Ze ] r \
2
2
U (r )
=
3
e o r
R0
dr
r 1 R0
(13.153)
2
2
dr
Agar U (r ) kontinyu di untuk
r 1 R0
r
r 2 R0
=
R0 ,
maka konstanta hasil integral
harus sama dengan -3. Sehingga kita akan
dapatkan sebagai berikut:
U (r )
=
Z ] ] [ ] ] \
2
Ze -
2R0
> e oH 3
2
r
-
r 1 R0
R0
(13.154)
2
-
Ze r
r 2 R0
Dengan demikian, kita akan peroleh energi potensial antara inti atom dan elektron dalam atom tersebut adalah:
U (r )
=
Z ] ] [ ] ] \
2
Ze -
2R0
> e oH 3
r
-
R0
2
r 1 R0
2
-
Ze r
r 2 R0
b. Beda potensial:
Energi potensial di permukaan inti atom adalah: 2
U 0 (r )
=-
Ze r
(13.155)
609 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Padahal beda potensial
DU
=
U (r )
-
U 0 (r ) dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:
Z ] - Ze 2 3 - r ] 2R0 R0 DU (r ) = [ ] Ze 2 ] - r + U0 (r ) \
> e oH 2
(r )
+ U0
r 1 R0
(13.156) r 2 R0
Masukkan persamaan (13.155) pada persamaan (13.156) di atas, maka kita akan dapatkan:
DU (r )
=
Z ] ] [ ]] \
2
Ze -
2R0
> e o 3
2
r
-
R0
H
2R0 -
r
r 1 R0
(13.157)
r 2 R0
0
Dengan demikian, kita akan peroleh beda potensial antara inti atom dan elektron dalam atom tersebut adalah:
DU (r )
=
Z ] ] [ ]] \
2
Ze -
2R0
> e o 3
2
r
-
R0
2R0 -
r
H
r 1 R0 r 2 R0
0
c. Persamaan gelombang elektron paling dasar:
Persamaan gelombang paling dasar y100 pada atom hidrogen (dengan Z
=
1) dapat kita peroleh dengan tabel pada bab 10,
sebagai berikut: ψ100 (r , θ, φ)
1
πa 03
610 © Vani Sugiyono, S.T.
-
e
=
/a 0
r
(13.158)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Sedangkan untuk Z ! 1, maka persamaan gelombang paling dasar dari atom yang mirip dengan hidrogen adalah:
Z 100
(r , θ, φ)
ψ
Z =
3 -
πa 03
e
Zr/ a0
d. Perubahan energi elektron pada kondisi tertentu:
Perubahan energi elektron berdasarkan teori gangguan derajat satu pada kondisi dasar dengan ukuran inti atom yang berhingga dapat kita peroleh dari persamaan: DE
# DU (r ) ψ 3
=
Z 2 100
(r , θ, φ) d 3r
(13.159)
-3
Masukkan persamaan gelombang paling dasar dari atom yang mirip dengan hidrogen yang kita peroleh di atas ke dalam persamaan (13.159), maka kita akan dapatkan: DE
# DU (r ) ψ 3
=
Z 2 100
(r, θ, φ) d 3r
-3
# DU (r ) 3
=
0
2π
0
0
πa 03
e
π
0
-
>
Z
H
3
d r
3 3 0
e
-
Zr/a 0
-
πa
2Zr/a 0
3 0
0
Zr/a 0
2
3
# DU (r ) πa e Z
3
=
Z
# # # DU (r ) 3
=
>
3
2
r dr
H
2
r
2π
2
sin θdθdφdr
# # sin θdθdφ 0
π
0
1 4444 2 4444 3 4π
=
2
-
2Zr/a 0
3 0
0
4Z =
3
# DU (r ) πa r e Z
3
3 0
a
3
# DU (r ) r e 3
2
-
d r 4π
2Zr/a 0
dr
(13.160)
0
611 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Lalu masukkan beda potensial antara inti atom dan elektron dalam atom ke dalam persamaan (13.160), maka kita akan peroleh: DE
4Z =
# DU (r ) r e
3
a 0
4Z =
3
3
-
2Zr/a 0
dr
0
3
3 0
a
R0
# 0
4
f > 2
Ze
-
2
2Z e =-
2
R0
#
3 0
R0 a
>
-
2
-
R0
r
2R0
-
Hp
2R0 -
R0
r
3
0
e o e o
3
2R0
2
r
r
H
2
r e
2
r e
2Zr/a 0
-
2Zr/a 0
-
d r
(13.161)
d r
Kemudian untuk mempermudah dalam mengintegralkan, kita ubah r
=
a0 x /2Z dan R0
4
DE
2
2Z e =-
3 0
R0 a 2
R0
#
2
x
=-
# a x
2
0
0
2
2
2
Z e =-
2a 0 x 2
2
Z e =
R
-
2 0
3
-
2
x
2
3x e
x
-
r
2x -
x
H
x
1 -
2
x
x
0
0
2
-
2
# = a x
2
2R0
r
x
x
Z e =-
>
a0 x/2Z ,
2
3
0
Z e
>
=
4
2
e
maka:
H
e
-
-
2
r e
x
x
-
2Zr/a 0
d r
d x
-
2x x e
x
-
G
dx
= G 2
2x
-
10
x
(13.162)
10a 0
Dengan demikian, kita akan peroleh perubahan energi berdasarkan teori gangguan derajat satu adalah: 2
DE
=
x
10a 0
612 © Vani Sugiyono, S.T.
2
Z e
BAB BONUS: Teori Gangguan
4.
Sebuah partikel bergerak dalam osilator harmonik tiga dimensi yang memiliki energi potensial U (x, y, z ) sebagai berikut: U (x, y, z ) =
2 m w
2
`x 2 + y 2 + z 2j
Lalu sebuah gangguan yang sangat lemah
(13.163) DU digunakan
agar
kita bisa menggunakan teori gangguan untuk kasus ini, yang mana DU dinyatakan oleh: 2
U (x, y, z ) = ς xyz +
ς
'ω
2 2 2 x y z
(13.164)
Asumsi konstanta V sangat kecil sekali. Maka gunakan pendekatan teori gangguan hingga derajat dua untuk mendapatkan per ubahan energi total sistem pada keadaan dasar! Penyelesaian:
Perubahan energi total adalah penjumlahan dari perubahan energi pada derajat satu dan perubahan energi pada derajat dua, sebagai berikut: DE
=
DE
(1)
+ DE
(2)
0 DU (x, y, z ) 0 =
| +
E 0x, y, z - E 0
|2
1 DU (x, y, z ) 0
E 0x, y, z - E 1x, y, z
(13.165)
Masukkan DU (x, y, z ) pada DE (1) , maka: 0 DU (x, y, z ) 0 x, y, z
E0
- E 0
=
V
0 xyz 0 x, y, z
E0
- E0
2
2
+ V
2
2
0x y z 0
E 0x, y, z - E0
(13.166)
613 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Masukkan DU (x, y, z ) pada DE (2) , maka: |
1 DU (x, y, z ) 0
|2
E 0x, y, z - E 1x, y, z
=
| 2
V
1 xyz 0
|2
2
| 4
+ V
E 0x, y, z - E 1x, y, z
2
2
1x y z 0
|2
E 0x, y, z - E 1x, y, z
(13.167) Sekarang bagian yang berat akan kita lakukan, kita uraikan lagi menjadi bagian-bagian tiap sumbu xyz, maka kita peroleh: 0 xyz 0
ς
E 0x, y, z - E 0
0x0 =
ς
0y0
`
j
E 0x + E 0y + E 0z 3
0 x 0 =
ς
e #
3
x
ς
ψ d x
1
1
e #
3
ψ d x
x
ς2
2
x, y, z
E0
ς
2
- E 0
ς 2
2
0x 0
`
ς 2
ς 2
ς 2
- E0
x
3E 0 - E 0
e #
3
x
2
o
2 0
ψ d x
0
1
1
3 ( 2 'ω) - ( 2 'ω)
e #
3
x
2
2 0
o
ψ d x
0
'ω
614 © Vani Sugiyono, S.T.
j
3
0 x 0
3
=
0 z 0
E 0x + E 0y + E 0z
3
=
2
0y 0
2
=
(13.168)
'ω
2
=
o
2 0
0
2
o
2 0
3 ( 2 'ω) - ( 2 'ω) 3
0x y z 0
x
0
=
- E0
3E 0 - E 0 3
=
0 z 0
(13.169)
BAB BONUS: Teori Gangguan
| 2
ς
1 xyz 0 x, y, z
E0
|2
x, y, z =
- E 1
=
ς 2
ς 2
|
1x 0
ς 2
j
E 1x + E 1y + E 1z
|2
( 32 'ω) - 3E 1x
e #
6
o
3
=
3
1 x 0
ψ1ψ0 d x
x
0
( 32 'ω) - 3 ( 32 'ω)
e #
6
o
3
2
ς
2
2
2
1x y z 0
|2
E 0x, y, z - E 1x, y, z
=
=
2
ς
2
1x 0 1
3
2
|
2
1y 0
3 ( 2 ' ω) 1 x 0
1 z 0
`
|2
j
E 1x + E 1y + E 1z
|2
( 32 'ω) - 3E 1x 6
e #
3
=
(13.170)
3'ω
| 4
ς 4
ψ1ψ0 d x
x
0
= -ς
| 4
2
`
1
3 ( 2 'ω) -
|
1 z 0 |
1y0
ς 4
x
2
0
o
ψ1ψ0 d x
( 32 'ω) - 3 ( 32 'ω) 6
e #
3
4
= -ς
x
2
o
ψ1ψ0 d x
0
(13.171)
3'ω
Kita ingat bahwa kasus yang kita kerjakan ini adalah osilator harmonik (ingat bab 9), maka kita akan peroleh: ψ20
ω π'
ψ1ψ0
ω
m
m =
-
e
2 =
2π
'
ω
m
'
2
x
(13.172)
,
ω
m
x e
-
'
2
x
(13.173)
615 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Masukkan persamaan (13.172) ke dalam persamaan (13.168) dan (13.169), maka kita akan dapatkan:
e #
3
3
2 0
x
ψ
0
ς
o e
m ω
d x
=
'ω
π'
=
e #
3
ς 2
x
2 0
ψ
o
=
'ω
=
=
m ω
π'
ς
'
2
x
3
o
d x
3
' 2m ω
.
o
'ω
ς
' 2
e
ς 2
(13.174)
π3m ω
8ω
d x
0
m ω
'ω
3
2
e
-
0
ς
e
=
# x 3
m ω
# x 3
π'
2
e
-
m ω '
2
x
3
o
d x
0
'ω
e
ς 2
m ω
π'
π' m ω
'
.
2m ω
3
o
'ω
ς 2 ' 2 3
8m
(13.175)
ω4
Lalu masukkan kedua persamaan di atas ke dalam persamaan (13.166), sehingga kita peroleh
DE
(1)
(1)
adalah:
0 DU (x, y, z ) 0 =
E 0x, y, z - E 0 2
0 xyz 0 = ς
=
x, y, z
E0
- E0
2
8ω
3
π
mω
+
2
2
0 x y z 0
E 0x, y, z - E0 2
'
ς
2
+ ς
616 © Vani Sugiyono, S.T.
DE
ς
' 3
2 4
8m ω
(13.176)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Masukkan persamaan (13.173) ke dalam persamaan (13.170) dan (13.171), maka kita akan dapatkan:
e #
6
o
3
ς 2
x
ψ1ψ0 d x
0
=
3'ω
=
ς 2
ς 2
=
e #
3
ς 4
e
x
0
'
2π
f
2
e
-
m ω '
2
x
6
o
d x
0
m ω
2
.
'
2π
π' m ω
' 2m ω
6
p
3'ω
ς 2 ' 2 2
24m
o
ψ1ψ0 d x
=
3'ω
# x 3
3'ω
6
2
m ω
2
=
=
ς 4
ς 4
(13.177)
ω4 m ω
2
e
'
2π
#
3
3
x e
-
m ω '
2
x
6
o
d x
0
3'ω
f
m ω
2
'
2π
'
.
2
2m
6
2
ω2
p
3'ω
ς 4 ' 5 6
8m
(13.178)
7
ω
Lalu masukkan kedua persamaan di atas ke dalam persamaan (13.167), sehingga kita peroleh
DE
(2)
1 DU (x, y, z ) 0
| =
DE
(2)
adalah:
|2
E 0x, y, z - E 1x, y, z
| 2
= ς
1 xyz 0
E 0x, y, z - E 1x, y, z 2
=-
|2
ς
'
2
2
| 4
+ ς
4
4
24m ω
-
ς
'
2
2
2
1x y z 0
|2
E 0x, y, z - E 1x, y, z
5
6
7
8m ω
(13.179)
617 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Setelah semua ditemukan, masukkan persamaan (13.176) dan (13.179) ke dalam persamaan (13.165), maka kita peroleh: DE
=
=
=
DE
(1)
+ DE
(2)
2
'
ς 2
3
8ω
π
mω
2
3
8ω
π
mω
+
2
' 3
2
+-
4
8m ω 2
'
ς
+
ς
ς
'
12m
ς
4
-
4
4
24m ω 4
ω
2
2
2
3
'
'
ς
-
ς
'
5
6
7
8m ω
5
6
(13.180)
7
8m ω
Dengan demikian, kita akan peroleh perubahan energi total sistem pada keadaan dasarber dasarkan teori gangguan derajat dua adalah:
DE =
5.
2
'
ς 2
8ω
3
π
mω
+
ς
'
2
3
4
4
12m ω
-
ς
' 6
5 7
8m ω
Sebuah elektron berada dalam osilator harmonik tiga dimensi yang diganggu oleh interaksi gerak rotasi dan gerak melingkar sehingga hamiltoniannya menjadi: H
=
H0 + U SO
=
e
p2 mw2r 2 + 2m 2
o e +
'
2
w2 2
2mc
S $ L
o
(13.181)
a. Nilai eigen sistem tersebut untuk keadaan dasar adalah ... b. Carilah nilai eigen sistem tersebut pada keadaan terangsang paling rendah! c. Gunakkan teori gangguan untuk menentukan nilai eigen pada keadaan terangsang pertama! 618 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan Penyelesaian: a. Nilai eigen pada keadaan dasar:
Nilai eigen sistem osilator harmonik satu dimensi pada keadaan dasar adalah 'w/2, namun untuk sistem tiga dimensi berarti akan ada 3 komponen yang kita anggap sama yang masingmasing dari mereka memiliki nilai eigen pada keadaan dasar 'w/2.
Maka nilai eigen sistem osilator harmonik tiga dimensi
pada keadaan dasar adalah: E 0x y z ,
,
= =
=
E 0x + E 0y + E 0z 1 2 3 2
'w +
1 2
'w +
1 2
'w
(13.182)
'w
Dengan demikian, nilai eigen dari sistem osilator harmonik tiga dimensi pada keadaan dasar adalah:
E 0x y z ,
,
3 =
2
'w
b. Nilai eigen pada keadaan terangsang paling rendah:
Interaksi gerak rotasi dan gerak melingkar juga menyumbang masing-masing 'w/2 pada nilai eigen sistem osilator harmonik tiga dimensi, untuk kasus terangsang: E 0x y z s l ,
,
,
,
= =
=
E 0x + E 0y + E 0z + E 0s + E 0l 1 2 5 2
'w +
1 2
'w +
1 2
'w +
1 2
'w +
1 2
'w
(13.183)
'w
619 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Dengan demikian, nilai eigen dari sistem osilator harmonik tiga dimensi pada keadaan terangsang paling rendah adalah:
E 0x y z s l ,
,
,
,
5 =
2
'w
c. Nilai eigen dengan interaksi rotasi-melingkar:
Nilai eigen pada keadaan terangsang pertama dapat kita peroleh dari persamaan: Eu 1 j = =
x, y, z, s , l
E 0 5 2
'w +
w2 + S $L 2 2mc '
2
w2 8J (J + 1) - L (L + 1) - S (S + 1)B 2 4mc '
2
Keadaan terangsang pertama berarti L J 1
3 =
dan J 2 2
1 =
2
=
(13.184)
1 dan S
1 =
2
, maka
. Sehingga akan ada dua nilai eigen pada
keadaan terangsang pertama yang akan kita temukan, yaitu sebagai berikut: 2
2
u 3/2 = 5 'w + ' w E 1 2 2 4mc =
5 2
'w +
'
2
:
3
D
3
1 1 + 1) - 1 (1 + 1) - ( + 1) ( 2 2 2 2
w2
(13.185)
2
8mc
Dan juga sebagai berikut: 2
2
u 1/2 = 5 'w + ' w E 1 2 2 4mc =
5 2
'w -
'
2
:
1
1
w2
1
D
(13.186)
2
2mc
620 © Vani Sugiyono, S.T.
1
( + 1) - 1 (1 + 1) - 2 ( 2 + 1) 2 2
BAB BONUS: Teori Gangguan
Dengan demikian, nilai eigen pada keadaan terangsang pertama pada osilator harmonik tiga dimensi adalah: 2
2
2
u 3/2 = 5 'w + ' w E 1 2 2 8mc
6.
dan
2
u 1/2 = 5 'w - ' w E 1 2 2 2mc
Sebuah atom hidrogen dalam keadaan dasar ditempatkan antara plat paralel kapasitor. Untuk t 1 0 kita anggap tidak ada tegangan listrik yang bekerja. Mulai dari t E (t )
=
E 0 e
t /t
-
=
0 medan listrik
bekerja, yang mana t bernilai konstanta.
a. Maka turunkanlah persamaan probabilitas transisi elektron dari 1s ke 2s (gunakan teori gangguan gayut waktu untuk menyelesaikan soal ini)! b. Maka turunkanlah persamaan probabilitas transisi elektron dari 1s ke 2p (gunakan teori gangguan gayut waktu untuk menyelesaikan soal ini)! Penyelesaian: a. Persamaan probabilitas (peluang) transisi dari 1s ke 2s:
Untuk teori gangguan gayut waktu (seperti yang telah kita pelajari sebelumnya), maka persamaan gelombang dapat dinyatakan oleh persamaan: Y (r , t)
=
!a (t ) e j
-
iE j t /'
j
(13.187)
j
Sedangkan energi potensial gayut waktu adalah: U (t )
=-
t /t
e | E0 | e -
z
(13.188)
621 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Kemudian dari persamaan SchrÖdinger gayut waktu kita akan dapatkan persamaan sebagai berikut:
i ' i '
2
!a (t ) e 2t j
2 2t
/
-iE j t '
Y = 8H0 + U (t )BY
j
=
j
i '
2 2t
!a (t ) e l
/
-iEl t '
l
a j (t ) e -iE j t /'
j j
=
8H0 + U (t )B
l
al (t ) e -iEl t /' j H0 + U (t ) l
i a j (t ) = - al (t ) e -i (E j - El ) t/ ' j U (t ) l 2t ' 2
(13.189) Dalam soal hidrogen pada keadaan dasar, maka
al
=
a 1s
=
1.
Masukkan persamaan (13.188) ke dalam persamaan (13.189) di atas, setelah itu kita integralkan. 2
a j (t ) 2t a j (3)
=
i '
e | E0 | e
t/t i (E j
-
-
ie | E0 | j z l =
'
-
El ) t/ '
# e 3
-
j z l
[1/t i (E j -
'
-
-
El )] t/ '
dt
0
(13.190)
ie | E0 | t j z l =
i t (E j
-
E l )
Akhirnya kita dapatkan probabilitas transisi elektron dari l 1s =
ke j sebagai berikut: P1s
j =
"
| a j (3)|
2
e 2 | E0 | 2 t 2 =
2
2
' + t
1s
(E j - E 1s) 2
622 © Vani Sugiyono, S.T.
j z
2
(13.191)
BAB BONUS: Teori Gangguan
Dari persamaan di atas, probabilitas transisi elektron dari 1s ke 2s kita dapatkan sebagai berikut: e P 1s
"
2s
2
| E 0 | 2 t 2
=
2
=
Nilai
2s z 1s
2
' + t (E2s - E 1s)
e
2
| E 0 | 2 t 2
2
2
0 karena
2
0
' + t (E2s - E 1s)
=
2
2s z 1s
2
(13.192)
0
=
sifat paritas.
Dengan demikian probabilitas transisi elektron dari 1s ke 2s adalah 0. b. Persamaan probabilitas (peluang) transisi dari 1s ke 2p:
Dari persamaan di atas, probabilitas transisi elektron dari 1s ke 2p kita dapatkan sebagai berikut: e P 1s
"
2
2s =
| E 0 | 2 τ 2 2p 2
2
.
| E 0 | 2 τ 2 2
2
2
' + τ (E2p - E 1s)
2
2
2
2
2
# ψ
2
#
3
0
| E 0 | 2 τ 2 2
' + τ (E2p - E 1s)
210
0
| E 0 | 2 τ 2 2
e =
2
' + τ (E2p - E 1s)
e =
2
' + τ (E2p - E 1s)
e =
z 1s
2πr 4
3
4 a 0
π 1
2
3
2 a 04
0,745 e 2 | E0 | 2 τ 2a 0 2
2
' + τ (E2p - E 1s)
ψ100 d 3r
e
-
32
#
3
4
r e
3r 2a 0 dr
/3a 0
-3r
# sin θ cos π
2
θdθ
0
dr
0
(13.193)
2
623 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
7.
Tritium
3 H 1
adalah isotop hidrogen
, dengan 1 proton dan
1 H 1
2 neutron. Inti tritium akan memancarkan radiasi beta
0
-1 b
,
sehingga muatan tritium tiba-tiba berubah menjadi +2 dan sekaligus mengubah dirinya menjadi isotop helium
3 He 2
. Jika
awalanya elektron dalam keadaan dasar dalam atom tritium, maka peluang tritium masih dalam keadaan dasar setelah memancarkan beta dan berubah menjadi helium adalah ... Penyelesaian:
Pada keadaan dasar tritium Z
=
3 H 1
yang memiliki nomor atom
1 akan mempunyai persamaan gelombang pada keadaan
H dasar y100 yang sama dengan atom hidrogen pada umumnya,
yaitu sebagai berikut: H ψ100 (r , θ, φ)
1
r
-
e
=
/a 0
Sedangkan persamaan gelombang helium nomor atom Z
=
(13.194)
πa 03
3 He 2
yang memiliki
2 pada keadaan dasar dinyatakan oleh per-
samaan sebagai berikut:
He 100
ψ
(r , θ, φ)
Z =
3
πa 03 8
=
πa 03
Zr/a 0
-
e
2r/a 0
-
e
(13.195)
Peluang tritium masih dalam keadaan dasar setelah berubah menjadi helium dapat kita cari dengan menggunakan dua persamaan gelombang di atas, karena kedua persamaan di atas berada pada keadaan dasar. 624 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
Berikut adalah peluang tritium masih dalam keadaan dasar setelah berubah menjadi helium: H
P 0
"
He
H ψ100 ψHe 100
=
=
#
3
H 100
ψ
ψHe ψH 100 100
He 3 d x 100
ψ
-3
= #
H 100
ψ
0
=
=
>
# ψ
=
He 100
3 d x ψH 100
-3
3
=
# ψ 3
3
H 100
0
G
2
He 3 d x 100
ψ
He 2 r dr 100
ψ
2π
# #
π
sin θdθdφ
0 0 1 4444 2 4444 3 4π
# ψ 3
4π
0
H 100
He 2 r d r 100
ψ
G
H
2
2
(13.196)
Lalu masukkan persamaan (13.194) dan persamaan (13.195) ke dalam persamaan (13.196) di atas, maka kita peroleh:
H P 0
"
He
=
=
=
> # > e oH 4p 8
3
3 a 0
p
r e
-
3r/a 0
0
H
2
d x
3 2
a 0
4 8
3
3
a 0
= G 2 3/2 3
2
6
.
0,702
(13.197)
Dengan demikian, peluang tritium masih dalam keadaan dasar setelah memancarkan beta dan berubah menjadi helium adalah sebesar:
P 0H
"
He
.
70,2%
625 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
B 1.
Soal Latihan Sebuah partikel bermassa m bergerak dalam satu dimensi dengan hamiltonian seperti di bawah ini:
H 0 =
p2 + U (x ) 2m
(13.198)
Sehingga persamaan eigen untuk sistem partikel satu dimensi tersebut adalah: H0 yn (x )
=
E n yn (x )
Dengan E n dan yn (x ) sudah kita ketahui. Lalu kita tambahkan pengganggu pada hamiltonian H
l =
| e | p (dengan l dan m
bernilai konstan, sedangkan p adalah operator momentum). Maka hamiltonian akan berubah menjadi: H
=
H0 +| e | p
(13.199)
Dengan nilai hamiltonian yang baru, maka: a. Turunkanlah nilai eigen sistem tersebut! b. Turunkanlah fungsi eigen sistem tersebut!! 2.
Sebuah partikel bermassa m terikat di dalam sumur potensial berhingga yang berada pada batas -b 1 x 1 b . a. Carilah nilai eigen sistem tersebut pada keadaan dasar! b. Carilah fungsi eigen sistem tersebut pada keadaan dasar! c. Apabila pengganggu yang sangat kecil sekali ditambahkan 626
© Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
pada sistem tersebut, yaitu:
U
l
(x )
=
2eb | x
-
1
|. Dengan
menggunakan teori gangguan, maka perubahan energi karena adanya gangguan adalah ... 3.
Sebuah inti atom yang memiliki nomor atom Z berbentuk 1
bola sempurna dengan jari-jari
a 0 dengan densitas muatan
10
merata secara homogen. Ingatlah a 0 adalah jari-jari Bohr atom hidrogen. Maka: a. Turunkan persamaan energi potensial antara inti atom dan elektron dalam atom tersebut! b. Carilah beda potensial DU
=
U (r )
-
U 0 (r ), dengan U 0 (r )
adalah energi potensial di permukaan inti atom! c. Asumsi elektron terikat oleh nukleus pada kondisi terikat paling dasar, maka persamaan gelombang elektron yang kita hitung dengan potensial U 0 (r ) adalah ... d. Gunakanlah pendekatan derajat dua teori gangguan untuk menurunkan persamaan perubahan energi elektron pada kondisi dasar dengan ukuran inti atom yang berhingga! 4.
Sebuah partikel bergerak dalam osilator harmonik tiga dimensi yang memiliki energi potensial U (x, y, z ) sebagai berikut:
U (x, y, z )
=
1 2
L`x 2 + y 2 + z 2j
Lalu sebuah gangguan yang sangat lemah
(13.200)
DU digunakan
agar
kita bisa menggunakan teori gangguan untuk kasus ini: 5
DU (x, y, z )
=
! e'
j
=
1
1
ω
j
o
-
1
j j j j ς x y z
(13.201)
627 © Vani Sugiyono, S.T.
MEKANIKA KUANTUM
Asumsi konstanta V sangat kecil sekali. Maka gunakan pendekatan teori gangguan hingga derajat dua untuk mendapatkan perubahan perubahan energi total sistem pada keadaan dasar! 5.
Sebuah partikel tak berotasi bergerak dalam osilator harmonik satu dimensi dengan energi potensial:
U (x )
1 =
2
2
2
(13.202)
m w x
a. Hitunglah koreksi relativistik pada keadaan dasar dengan menggunakan pendekatan derajat satu teori gangguan! b. Jika hamiltonian suatu osilator harmonik adalah:
H =
p2 m ω2x 2 3 + + αx 2m 2
(13.203)
Agar koreksi pada kasus ini bernilai sama dengan soal (a.), maka nilai a adalah ... 6.
Sebuah elektron berada dalam osilator harmonik tiga dimensi yang diganggu oleh interaksi gerak rotasi dan gerak melingkar sehingga hamiltoniannya menjadi: H
=
H0 + U SO
=
e
p2 mw2r 2 + 2m 2
o
+
f
'
1 2U (r )
2
2m c r 2
2
2r
S $ L
p
(13.204)
Jika energi potensial pada sistem di atas dinyatakan oleh persamaan U (r )
=
Lr 2 (dengan L konstan), maka:
628 © Vani Sugiyono, S.T.
BAB BONUS: Teori Gangguan
a. Nilai eigen sistem osilator harmonik tiga dimensi tersebut untuk keadaan dasar adalah ... b. Carilah nilai eigen sistem osilator harmonik harmonik tiga dimensi tersebut pada keadaan terangsang paling rendah! c. Gunakkan teori gangguan untuk menentukan nilai eigen pada keadaan terangsang pertama! 7.
Dua elektron terikat dengan proton oleh interaksi Coulomb. Tapi, kali ini kita abaikan gaya tolak antar elektron karena muatan mereka yang sama. Maka: a. Energi pada keadaan dasar dari sistem ini adalah ... b. Persamaan gelombang pada keadaan dasar dari sistem sistem ini adalah... c. Bayangkan jika ada energi energi potensial potensial yang sangat lemah antara dua elektron sebesar: U (r1
-
)
r2
=
U 0 d 3 (r1
-
) $
r 2 s1 s2
Dengan U 0 bernilai konstan dan
s j adalah
(13.205) operator rotasi
untuk elektron j . Maka dengan menggunakan pendekatan derajat satu teori ganguan, energi terganggu pada keadaan dasar adalah ... 8.
Sebuah elektron berada pada kulit L atom hidrogen. Asumsi kita tidak membahas koreksi relativistik di sini, sehingga kondisi 2s dan 2p awalnya terdegenerasi (merosot). Kemudian kita paksakan medan listrik kecil
E
=
| E | z , untuk mengganggu t
sistem tersebut. Gunakan teori gangguan untuk mendapatkan bagaimana tingkat energi berubah ke urutan terendah te rendah dalam pengaruh |E | yang sangat kecil sekali! 629 © Vani Sugiyono, S.T.
“ Alam semesta membuatku selalu penasaran, membuatku selalu bertanya-tanya dengan tekatekinya. Mungkinkah kita mampu memecahkan teka-teki raksasa ini? ” ~Vani Sugiyono
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Vani. Catatan Pribadi Penulis. Ashby, Neil dan Miller, Stanley C. 1970. Principles of Modern Physics. San Francisco: Holden-day, Inc.
Ballentine, Leslie E. 1998. Quantum Mechanics A Modern Deve
-lopment. Singapore: World Scientic Publishing.
Baumann, Gerd. 2004. Mathematica fot Theoretical Physics, 2nd Edition. Berlin: Springer-Verlag.
Beiser, Arthur. 2003. Consepts of Modern Physics . New York: McGraw-Hill Companies. Biswas, Tarun. 1990. Quantum Mechanics Consepts and Appli
-cation. New York: University of New York.
Brasden, B.H., dan Joachain, C.J. 1989 (2000). Quantum Mechanics. Harlow: Pearson Education Limited. Brasden, B.H., dan Joachain, C.J. 1983. Physics of Atoms and Molecules. Harlow: New York: John Wiley and Sons, Inc.
Cahn, B. Sydney dan Nadgorny, E. Borris. 1994. A Guide to Physics Problems, part 1. New York: Kluwer Academic Publishers.
Cahn, B. Sydney and Nadgorny, E. Borris. 1994. A Guide to Physics Problems, part 2. New York: Kluwer Academic Publishers.
Cropper, William H. 2001. Great Physicists . New York: Oxford University Press, Inc. Dirac, Paul. A. M. 1958. The Principles of Quantum Mechanics . London: Oxford University Press. 631 © Vani Sugiyono, S.T.
Grifths, David J. 1995. Introduction to Quantum Mechanics. New
Jersey: Prentice Hall. Hameka, Hendrik F. 2004. Quantum Mechanics A Conceptual Approach. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Liboff, Richard L. 1980. Introductory Quantum Mechanics. Mass-achusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Lipson, Marc Lars and Lipshultz, Seymour. 2002. Schaum’s Easy Outline of Linear Algebra. New York: McGraw Hill.
Manning, Phillip. 2008. Atoms, Molecules, and Compounds. New York: Infobase Publishing. McEvoy, J.P. dan Zarate, Oscar. 2005. Introducing Quantum The-ory a Graphic Guide to Science’s Most Puzzling Discovery .
Malta: Gutenberg Press. McMurry, John E. dan Fay, Robert C. 2012. Chemistry. New Jersey: Prentice Hall. Merzbacher, Eugen. 1961. Quantum Mechanics. New York: John Wiley and Sons, Inc. Peleg, Yoav dan Friends. 1998. Schaum’s Outline of Theory and Problems of Quantum Mechanics. New York: McGraw Hill.
Phillips, A. C. 2003. Introduction to Quantum Mechanics. New York: John Wiley and Sons, Inc. Potter, Franklin dan Jargodzki, Christopher. 2005. Mad About Modern Physics, Braintwisters, Paradoxes, and Curious
-cities. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Ross, Shepley L. 1984. Differential Equations Third Edition . New York: John Wiley and Sons, Inc. Sakurai, J. J. 1994. Modern Quantum Mechanics Revised Edition . Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Shankar, Ramamurti. 1980. Principles of Quantum Mechanics Second Edition. New York: Plenum Press.
632 © Vani Sugiyono, S.T.
Silberber, Martin S. 1945. Principles of General Chemistry. New York: McGraw Hill. Tang, K. T. 2007. Mathematical Methods for Engineer and Scientists Vol 1: Complex Analysis. Berlin: Springer-Verlag.
Tang, K. T. 2007. Mathematical Methods for Engineer and Scientists Vol 2: Vector Analysis, Mathematical. Berlin: Springer-
Verlag.
Tang, K. T. 2007. Mathematical Methods for Engineer and Scientists Vol 3: Fourier Analysis, Partial Differential Equations and Variational Methods. Berlin: Springer-Verlag.
Tipler, Paul A. 1969. Modern Physics. New York: Worth Publisher, Inc. Warren, Warren S. 2000. The Physical Basis of Chemistry, 2nd . New York: Harcourt Science and Thecnology Company. Zettili, Nouredine. 2009. Quantum Mechanics, Consept and App
-plications. New York: John Wiley and Sons, Inc.
633 © Vani Sugiyono, S.T.
TENTANG PENULIS
Vani Sugiyono, lahir di kota Banyuwangi, Jawa Timur. Dia merupakan alumni dari jurusan Teknik Fisika, program studi Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada. Sejak kecil, dia sudah
menunjukkan bakat yang luar biasa dalam bidang sains dan matematika. Bahkan dia sudah menciptakan rumusrumusnya sendiri saat masih
di bangku SMP dan SMA. Kecintaannya terhadap sika dibuktikan dengan meraih Juara 1 Olimpiade Fisika Mahasiswa Provinsi D.I. Yogyakarta.
Tidak hanya berhenti di situ, selama menjadi mahasiswa hingga sekarang, dia telah menelurkan 8 buku (untuk SMP, SMA, dan Olimpiade) dan 2 buku untuk Universitas. Dedikasinya dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan terus memotivasinya untuk selalu menulis buku-buku yang berkualitas demi mencerdaskan generasi penerus bangsa dan kemajuan teknologi Indonesia di masa depan nanti. [ ]
634 © Vani Sugiyono, S.T.
Jika Anda berminat untuk membeli buku “Mekanika Kuantum“ karya Vani Sugiyono, S.T., bisa Anda order di: Toko Buku terdekat (Gramedia, Togamas, dll) Atau silakan hubungi *) facebook: vanisugiyono.ST WhatsApp kami: 0857 859 83 888 *) free tanda tangan penulis + sampul
UM
T UA N K A MEKA N I K