SA F E TY I N MANAJEMEN PENANGANAN PASIEN SAF HYPERBARI C THERAPY SEBELUM SEBELUM DAN SESUDAH PELAKSANAAN
Disusun oleh : Tutorial A1
Kirani Indah
1310211073
Made Listiani
1410211025
Regia Anadhia
1410211047
Nindy Handayani Handayani
1410211053
Ayuniar Fika Annisa
1410211087
Aggi Fitiyaningsih
1410211120
Silvana Putri Lahade
1410211145
Natasya Rosselini Rosselini
1410211162
Edwinantha Rama
1410211171
Axelomoon Faqilah
1410211180
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN 2017
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah mengenai Manajemen Penanganan Pasien Safety in Hyperbaric Therapy Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan. Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun mudah- mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum.wr.wb
November, 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Terapi hiperbarik adalah terapi dengan pemberian oksigen 100% dengan tekanan tinggi (< 1ATA) didalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT). Terapi ini telah digunakan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit, baik penyakit penyelaman maupun penyakit non-penyelaman. Sebagian besar oksigen yang dibawa dalam darah terikat pada hemoglobin, yang mana 97 % tersaturasi pada tekanan atmosfer. Namun beberapa oksigen dilakukan dalam plasma, dan bagian ini meningkat pada terapi hiperbarik karena Hukum Henry ,yang kemudian akan memaksimalkan oksigenasi jaringan. Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.
I.2. Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum tentang terapi hiperbarik oksigen. 2. Mengetahui manfaat dari terapi hiperbarik oksigen. 3. Mengetahui tentang manajemen penanganan pasien safety in hyperbaric therapy pada sebelum dan sesudah pelaksanaan
I.3. Manfaat
Penulis dapat mengetahui dan memahami mengenai hiperbarik oksigen beserta manfaatnya terhadap kesehatan tubuh, serta dapat melakukan penanganan terhadap keselamatan pasien baik sebelum maupun sesudah melakukan terapi hiperbarik guna mengurangi resiko terjadinya keja dian yang tidak diharapkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Terapi Hiperbarik Oksigen
Terapi
oksigen
hiperbarik
menggunakan
ruang
bertekanan
untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Tekanan udara di dalam ruang oksigen. Hiperbarik adalah sekitar dua setengah kali lebih besar dari tekanan normal di atmosfer. Hal ini membantu darah membawa oksigen lebih banyak ke organ dan jaringan tubuh. Terapi hiperbarik dapat membantu mempercepat penyembuhan luka, terutama luka terinfeksi.
II.2. Efek Fisiologi Terapi Hiperbarik Oksigen II.2.1. Efek pada Transpor Oksigen dan Tekanan Oksigen Jaringan ›
Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di antara paru dan darah. Sebagian besar dari oksigen berdifusi ke dalam daeah dan pada saat yang sama, karbondioksida berdifusi kelura. Berikut pertanyaannya adalah dimana oksigen akan pergi. Yang paling besar bagian oksigen (sekitar 97%) kini dilakukan oleh eritrosit. Yang menggabungkan dengan hemoglobin, pigmen yang mengandung besi ernapasan bawah konsentrasi tinggi membentuk senyawa kimia longgar oxyhemoglobin. Seiring aliran daeah selama sirkulasi, oxyhemoglobin mencapai jaringan, memecah, melepaskan oksigen.Sebagian kecil dari oksigen (sekitar 3%) juga larut dalam plasma dan dilakukan dalam bentuk solusi untuk aliran darah jaringan. Sekarang ini oksigen bebas, sebelum masuk ke dalam melewati jaringan tepat pertama ke dalam cairan jaringan dan kemudian memasuki jaringan dengan difusi. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler
didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O 2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O 2. Tekanan tinggi pada terapi oksigen hiperbarik tersebut dapat menekan saturasi hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel darah merah yang berfungsi mentransport oksigen yang secara kimiawi dilepaskan dari paru ke jaringan. Tekanan tinggi menyebabkan lebih banyak oksigen gas terlarut dalam plasma.
II.2.2. Efek pada Hemodinamik dan Mikrosirkulasi
Pada manusia oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah jantung sebesar 10-20%, yang disebabkan oleh terjadinya bradikardia dan penurunan isi sekuncup. Tekanan darah umumnya tidak mengalami perubahan selama pemberian hiperbarik oksigen. Pada jaringan yang normal HBO dapat menyebabkan vasokontriksi sebagai akibat naiknya PO 2 arteri.Efek vasokontriksi kelihatanya merugikan, namun perlu di ingat bahwa PO 2 200mmHg, oksigen yang tersedia dalam tubuh adalah 2 kali lebih besar daripada biasanya. Pada keadaan dimana terjadi edema efek vasokontriksi yang ditimbulkan oleh hiperbarik oksigen justru di kehendaki karena akan dapat mengurangi edema (Huda, 2010).
II.2.3. Efek pada Iskemia
Inti dari daerah iskemik mengacu pada daerah yang aliran darahnya terancam sehingga akan terjadi cedera seluler yang ireversibel dan jaringan yang iskemik tidak dapat diselamatkan. Di daerah tersebut, kematian sel biasanya terjadi dalam beberapa menit. Diseputaran daerah 'inti' terdapat area yang berkurang aliran darahnya namun masih mendapat aliran darah dari pembuluh darah kolateral, daerah tersebut merupakan jaringan yang berisiko terjadi infark tapi masih dapat diselamatkan. Jaringan ini disebut sebagai 'penumbra iskemik' dan merupakan target terapi neuroprotektif.
Hiperbarik oksigen dapat meningkatkan pengiriman oksigen atau ekstraksi oksigen untuk meningkatkan kelangsungan hidup neuron. Hiperbarik oksigen melindungi sawar darah otak dan mengurangi edema serebral. Metabolisme otak meningkat dengan Hiperbarik oksigen dan kadar glutamat, glukosa dan piruvat stabil. Efek penghambatan Hiperbarik oksigen di dalam reaksi inflamasi dan apoptosis dapat dimediasi oleh pengaturan kembali superoxide dismutase dan dengan meningkatkan jumlah gen Bcl-2. Akhirnya, Hiperbarik oksigen mengurangi deformabilitas sel darah merah untuk meningkatkan mikrosirkulasi dan mengurangi hipoksia-iskemia. Jaringan hipoksia adalah kontributor kunci untuk jalur ini. Peningkatan
kadar
oksigen
dalam
jaringan
iskemik
berfungsi
sebagai
neuroprotektor. Konsentrasi plasma yang sepuluh kali lipat lebih tinggi dari oksigen terlarut yang dicapai dengan Hiperbarik oksigen akan memfasilitasi difusi oksigen ke jaringan iskemik dan meminimalkan ketergantungan pada oksigen yang terikat pada hemoglobin Efek utama dari Hiperbarik oksigen adalah meningkatkan oksigenasi jaringan otak dan metabolisme dalam jaringan penumbra. Dalam kasus stroke fokal, Hiperbarik oksigen secara signifikan meningkatkan tekanan dan kadar oksigen arteri, terjadi peningkatan 20% pasokan oksigen ke daerah iskemik perifer. Dalam kasus cedera otak traumatis, Hiperbarik oksigen meningkatkan pO2 jaringan otak, meningkatkan tingkat metabolisme oksigen otak, penurunan kadar laktat dan piruvat di otak, dan meningkatkan fungsi mitokondria.
II.2.4. Efek pada Proses Penyembuhan Luka
Hiperbarik oksigen adalah suatu cara pengobatan dimana pasien menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada tekanan udara atmosfer normal. Pengobatan oksigen hiperbarik ini, berpengaruh pada pengiriman oksigen secara sistemik dimana terjadi peningkatan 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada atmosfir biasa. Mekanisme diatas berhubungan dengan salah satu manfaat utama HBOT yaitu untuk penyembuhan luka. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal
bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah disinggung sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi daerah luka tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN-γ menyebabkan TH-1 meningkat yang berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi peningkatan Ig-G. Dengan meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada luka, HBOT berfungsi menurunkan infeksi dan edema.
II.3. Peralatan dan Chamber Hiperbarik II.3.1. Chamber Hiperbarik
Ruangan Hiperbarik berdasarkan klasifikasi dari National Fire protection Association (NFPA-99 Health care Facilities ) United states, dibagi atas: 1. Kelas A Untuk Manusia, Multiplace chamber atau ruangan hiperbarik yang diperuntukan bagi manusia dengan jumlah lebih dari satu orang dimana ruangan tersebut terdiri dari lebih dari 1 ruangan bisa dua, tiga atau lebih, sehingga jika terjadi kendala atau masalah pada salah satu pasien atau peserta terapi dapat dilakukan penanganan dengan baik tanpa mengganggu pasien yang lain. Selain itu juga masalah kontaminasi penyakit maupun hal lain dapat dipisahkan dengan baik. alat hiperbarik seperti ini adalah yang terbaik jika akan melayani pasien lebih dari 1 orang dalam satu kali pelayanan, sehingga baik tenaga perawat yang menemani didalam maupun yang mengawasi diluar , baik paramedis maupun dokter ahli hiperbarik dapat memberikan bantuan langsung kedalam jika terjadi hal hal yang tidak di inginkan. sebaiknya pasien atau peserta hiperbarik menilai dan menganalisa alat hiperbarik yang baik, aman, dan benar sesuai dengan standar yang berlaku di dunia internasional tentang pelayanan hiperbarik. Pikirkan seribu kali jika anda akan melakukan terapi hiperbarik secara
bersama sama dalam pengertian dalam satu kali terapi ada lebih dari satu orang dalam satu ruangan secara bersamaan, pastikan apakah ruangan hiperbarik itu merupakan multiplace chamber yang memiliki r uangan lebih dari satu didalammnya, jika bukan pikirkan jika terjadi sesuatu di dalam terhadap salah satu pasien atau peserta terapi, apa yang bisa dilakukan. Hatihati pasien yang lain akan gagal terapi paling ringan resikonya. Tetapi jika pasien yang mengalami itu memiliki masala serius bisa saja akan naik ke permukaan dan kita bisa terkena penyakit dekompresi. Sekali lagi pastikan jika anda melakukan terapi hiperbarik lebih dari satu orang maka ruangannya pun harus lebih dari satu ruangan didalamnya.
2. Kelas B Untuk manusia ( Monoplace chamber): ruangan hiperbarik seperti ini diperuntukan bagi manusia dengan kapasitas satu orang atau tunggal didalamnya dan biasanya pasien sendiri didalam tidak ditemani oleh tenaga medis. Tenaga medis hanya mengawasi dan memantau dari luar. Semua instruksi, peralatan pendukung, dan kendali ada diliuar.
3. Kelas C Untuk binatang, bukan untuk manusia.
II.3.2. Peralatan
1. Katup-katup yang dipakai sudah sesuai untuk peruntukannya, jangan sampai melakukan terapi hiperbarik dimana katup-katup yang mengalirkan udara tekanan tinggi menggunakan katup yang biasa dijumpai di matrial bangunan atau yang biasa dipakai untuk keperluan rumah tangga di kamar mandi. Apakah oksigen yang dipakai betul oksigen 100%, oksigennya cair atau gas (yang baik adalah oksigen cair, buat pengusaha oksigen cair boros dan mahal). 2. Kompresornya apakah sudah sesuai dengan kompresor untuk hiperbarik. Jika kompresor bentuknya sedikit aneh biasanya kompresor itu sesuai standar, tetapi jika kompresornya sering terlihat di pnggir jalan, tukang cat
pinggir jalan pakai, mereknya pun banyak di material atau toko bangunan, supermarket bangunan biasanya alat itu tidak berstandar. 3. Masker yang anda pakai apakah standar, caranya gampang jika anda sering lihat bentuk masker seperti itu dan salurannya juga banyak dijual untuk peralatan rumah tangga hati hati biasanya tidak standar. tp jika maskernya seperti pilot pesawat kemungkinan masker tersebut sesuai standar. (biasa dipakai di RSAL maskr spt ini) 4. Alat pendukung medis apakah tersedia di dalam dan di luar ruangan hiperbarik. Jika tidak ada, cari tahu dan konsultasikan dengan ahlinya.
II.4. Manajemen Pasien II.4.1. Indikasi Terapi Hiperbarik
A. Penyakit penyelaman 1. Penyakit dekompresi 2. Emboli gas arterial 3. Keracunan CO B. Penyakit klinis 1. Gas gangren 2. Bedah plastik dan skin graft 3. Osteomyelitis, osteoradionekrosis 4. Crush injury, traumatic ischemia 5. Thromboangitis obliterans 6. Neurologi (stroke, migrain, demensia) 7. Luka bakar 7. Luka hipoperfusi, ulkus DM 8. Infeksi jaringan lunak 9. Sudden deafness
II.4.2. Kontraindikasi Terapi Hiperbarik
Kontraindikasi hanya mutlak untuk terapi oksigen hiperbarik adalah pneumotoraks yang belum diobati. Sedangkan kontraindikasi relatifnya yang berarti bahwa pertimbangan khusus harus dilakukan oleh dokter spesialis sebelum HBO perawatan dimulai adalah sebagai berikut : 1. Penyakit jantung 2. Infeksi saluran pernapasan atas - Kondisi ini dapat menyulitkan pasien untuk menyamakan tekanan pada telinga atau sinus 3. Demam tinggi - Dalam beberapa kasus, demam harus terlebih dahulu diobati sebelum pengobatan dimulai. 4. Emfisema dengan retensi CO2 - Kondisi ini dapat menyebabkan pneumotoraks selama pengobatan HBO. 5. Riwayat bedah toraks - Dikhawatirkan udara dapat terjebak dalam lesi yang ditimbulkan oleh jaringan parut pasca bedah. Kondisi ini perlu dievaluasi sebelum mempertimbangkan terapi HBO. 6. Keganasan : Kanker berkembang dalam lingkungan yang kaya darah tetapi dapat ditekan oleh kadar oksigen yang tinggi. HBO dapat meningkatkan aliran darah melalui angiogenesis dan juga meningkatkan kadar oksigen. 7. Barotrauma telinga tengah selalu menjadi pertimbangan dalam mengobati anak-anak dan orang dewasa di lingkungan hiperbarik karena kebutuhan untuk menyamakan tekanan di telinga. 8. Kehamilan merupakan kontraindikasi relatif terhadap SCUBA diving dan perawatan oksigen hiperbarik.
II.4.3. Persiapan Pasien Terapi Hiperbarik Oksigen
1. Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2 minggu sebelum proses terapi dimulai. Tobacco mempunyai efek vasokonstriksi sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke jaringan. 2. Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik antara lain vitamin C, morfin dan alkohol. 3. Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan tidak memakai perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat dari bahan dasar petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung plastik, dan alat elektronik.
4. Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hairspray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik. 5. Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir rambut, dan lain-lain sebelum memasuki ruang untuk mencegah goresan akrilik silinder di ruang hiperbarik. 6. Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena pembentukan potensi gelembung antara lensa dan kornea. 7. Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk menghindari percikan api karena tekanan oksigen yang tinggi berisiko menimbulkan kebakaran. 8. Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien dievaluasi terlebih dahulu oleh seorang dokter yang menguasai bidang hiperbarik. E valuasi mencakup penyakit yang diderita oleh pasien, apakah ada kontraindikasi terhadap terapi oksigen hiperbarik pada kondisi pasien. 9. Sesi perawatan hiperbarik tergantung pada kondisi penyakit pasien. 10. Pasien umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30 menit terapi pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari keracunan oksigen pada pasien. 11. Terapi oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin sehingga satu pasien dapat ditangani oleh berbagai bidang ilmu kedokteran. 12. Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi dan melihat apakah terjadi komplikasi hiperbarik pada pasien. 13. Untuk mencegah barotruma GI, ajarkan pasien benapas secara normal (jangan menelan udara) dan menghindari makan besar atau makanan yang memproduksi gas atau minum sebelum perawatan.
II.5. Safety in Hyperbaric Medicine
a) Equipment Safety
Penggunaan Chamber hiperbarik harus memenuhi standard untuk memenuhi aspek keamanan alat. Terdapat beberapa hal dasar yang harus terpenuhi dalam penggunaan chamber hiperbarik: (U.S. Diving manual , 2008): 1. Fitur Standard Chamber hiperbarik harus di lengkapi sarana untuk menghantarkan oksigen ke personel di dalam ruangan. Inner lock harus di lengkapi koneksi inhalasi, oksigen dapat dilengkapi dengan manifold pengurangan tekanan yang dihubungkan dengan silinder pasokan oksigen di luar ruangan. 2. Labeling Seluruh indikator gas harus diberikan label yang difungsikan sebagai indikasi tekanan parsial gas masing-masing. Pemberian label di sesuakian dengan Recompression chamber line guide 3. Saluran masuk dan pembuangan gas Chamber hiperbarik yang ideal harus memiliki pembatas antara saluran masuk dan pembuangan gas di dalam chamber hiperbarik tersebut. Saluran pembuangan harus dilapisi dengan alat pelindung dengan tujuan mencegah adanya kecelakaan ketika terbuka. 4. Pengukur tekanan Chamber hiperbarik harus dilengkapi dengan indikator tekanan gas. Indikator tekanan tersebut terdiri atas satuan feet sea water ( fsw) yang terkalibrasi menurut planned maintanence system (PMS). 5. Sistem komunikasi Sistem
komunikasi
merupakan
sarana
penting
yang
berfungsi sebagai penghubung antara personil di dalam chamber hiperbarik dengan operator di luar chamber . Keduanya di hubungkan melalui microphone atau speaker . Sistem komunikasi cadangan harus tersedia menggunakan teknologi standard sound-
powered
telephone untuk
mengantisipasi
kegagalan
sistem
komunikasi primer. 6. Sistem pencahayaan Pencahayaan yang ideal di dalam chamber hiperbarik adalah pencahayaan tingkat rendah (pada sirkuit terpisah), dengan tujuan meringankan panas untuk menurunkan resiko terjadinya kebakaran. Tidak di perkenankan menggunakan peralatan listrik selain yang tercantum dalam NAV , seluruh peralatan listrik harus terspesifikasi terlebih dahulu dikarenakan adannya kemungkinan ledakan akibat panas yang timbul dari sistem pencahayaan listrik. 7. Sistem pemadam kebakaran Chamber hiperbarik wajib dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran. Beberapa alat yang dapat digunakan sebagai pemadam kebakaran adalah kain basah, bak air, tabung pemadam, hand-held hose system. Bahan pemadam kebakaran dalam chamber yang paling sering digunakan adalah air yang dikompres dalam tabung dengan ukuran mulai dari 50 Liter. Ketersediaan alat ini penting dan pengecekan fungsi dan validasi dilakukan oleh pihak ketiga secara independent. 8. Maintanence Pemeliharaan alat merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh senter hiperbarik. Pertama: tersedianya checklist pemeriksaan berkala untuk setiap alat (oiless compressor, airbank, chamber hiperbarik, ketersediaan oksigen, kadaluarsa alat pemadam kebakaran (fire hydrant)). Pemeliharaan alat yang rutin dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi selama operasional
b) Patient Safety 1. Keamanan tekanan
Chamber hiperbarik, dilengkapi dengan pengaman menjaga tekanan yang aman bagi pasien. Pertama: tersedianya valve exhaust cepat. Exhaust cepat ini merupakan saluran pengeluaran udara secara cepat, sehingga memungkinkan pengeluaran pasien dengan cepat jika terjadi kedaruratan. Kedua: Pemberian tekanan (ascent) dan pengurangan tekanan (descent) diberikan sekurang-kurangnya 1 meter laut permenit atau kurang, untuk mengurangi resiko terjadinya barotrauma pada pasien. 2. Pemberian oksigen Chamber hiperbarik dilengkapi dua pipa inlet utama: udara atmosfir dan oksigen 100%. Pada awal pemberian tekanan pipa inlet udara atmosferlah yang memberi tekanan pertama kali. Seperti diketahui bahwa udara atmosfer terkandung oksigen 21%, akibatnya komposisi udara chamber pada saat mencapai kedalaman terapi sama dengan atmosfer. Oksigen 100% baru diberikan ke pasien melalui masker oksigen tertutup sehingga diharapkan maksimal kadar oksigen didalam ruang chamber (diluar masker) adalah 40%. Pertama: Konsentrasi ini dapat dijaga dengan cara ventilasi (membuka inlet dan outlet secara bersamaan) yaitu proses pencucian udara. Kedua: chamber selalu disediakan oksiggen analyzer untuk monitoring dan memastikan upaya ventilasi berhasil. 3. Mengeliminasi semua pemicu kebakaran. Seperti diketahui bahwa oksigen merupakan bahan bakar api yang sempurna, oleh karena itu seluruh benda yang memicu kebakaran tidak diperbolehkan masuk ke dalam chamber, seperti bahan kertas koran, korek api, jam tangan/hp/laptop/PDA/pager/remote mobil/kamera/mainan anak berbatere (>6 Volt), alat mekanik yang memiliki rotor besi, balsem yang mengandung parafin, pemakaian kosmetik yang berlebihan dan bahan volatile. Pertama: petugas akan menskrining barang-barang yang dibawa oleh pasien dan tender. Kedua: Tersedia portal pengeluaran barang (medical lock) yang dapat mengeluarkan benda2 tersebut selama terapi.
4. Tenaga pengawak chamber yang terampil.
Keterampilan pengawak chamber ini mutlak dimiliki masingmasing senter hiperbarik. Pertama: Pelatihan diawal pembukaan dan diakui (sertifikasi Perdokla atau badan lain yang diakui), dilanjutkan dengan on the job training. Kedua: Evaluasi internal reguler dilaksanakan oleh dokter hiperbarik beserta timnya minimal 1 bulan sekali. Ketiga: setiap pelaksanaan terapi dikawal oleh seorang tender tersertifikasi untuk memandu peserta terapi terhadap perubahan tekanan. II.6. Komplikasi Terapi Hiperbarik Oksigen
Terapi oksigen hiperbarik umumnya merupakan prosedur yang aman. Komplikasi jarang terjadi, namun perawatan ini berisiko menimbulkan efek samping sebagai berikut: 1) Rabun jauh sementara (miopia) yang disebabkan oleh perubahan sementara pada lensa mata 2) Kerusakan telinga tengah, termasuk kebocoran cairan dan robekan gendang telinga akibat meningkatnya tekanan udara 3) Kerusakan paru-paru akibat perubahan tekanan udara (Barotrauma). 4) Kejang akibat terlalu banyak oksigen (toksisitas oksigen) di dalam sistem saraf pusat 5) Pada keadaan tertentu dapat terjadi kebakaran karena lingkungan terapi yang kaya oksigen.
BAB III PENUTUP III.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi oksigen hiperbarik memilki manfaat yang sangat luas, terutama nya digunakan untuk kasus emergensi dekompresi akibat penyelaman dan dapat menyembuhkan atau mempercepat penyembuhan banyak penyakit klinis, mulai dari infeksi mikroorganisme hingga ke penyembuhan perbaikan jaringan yang mengalami luka. Namun dalam pelaksanaan terapi oksigen hiperbarik haruslah sesuai dengan protokoler dan prosedur yang ada, untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping yang dapat terjadi seperti keracunan oksigen, barotrauma dan lain sebagai nya. Selain itu haruslah diperiksan dan digali kondisi pasien untuk menentukan apakah ada kontraindikasi untuk dilaksanakan terapi oksigen hiperbarik atau tidak, baik yang bersifat kontraindikasi absolut maupun berbagai kondisi kontraindikasi relative yang harus melihat antara manfaat dan kerugian mana yang lebih besar serta untuk meminimalisir efek samping atau kerugian yang mungkin terjadi dari dilakukan nya terapi oksigen hiperbarik ini.