MAKALAH
GANGGUAN KEPRIBADIAN (PARANOID) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa I, Semester IV Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Oleh : Aprilia Mega David Ferry Purwo Fidhelia Erta Galamonica Muhamad Suryo Nuswantoro Pradika Sangga Pramana Putik Kusumasari Riana Puspita Sari Wahyu Mujayana Zarri
D IV KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA SURAKARTA 2010
A. Pengertian
(paranoid personality disorder ; PPD) adalah Gangguan kepribadian paranoid paranoid suatu kondisi karakteristik dimana individu tidak dapat mempercayai dan curiga terhadap orang lain secara berlebihan. Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya menetap, mengganggu dan membuat tertekan (distressing). Akan tetapi, perilaku ini tidak disebut sebagai bentuk gangguan kepribadian bila kemunculan perilaku tersebut disebabkan oleh skizofrenia, gangguan mood (seperti depresi berat) dengan gejala psikotik, atau gangguan psikotik lainnya (faktor neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan oleh kondisi medis. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid sulit percaya dan curiga berlebihan ketika berinteraksi dengan orang o rang lain sehingga individu PPD merasa takut untuk dekat dengan siapa pun, mencurigai orang asing meskipun orang itu tidak tepat untuk dicurigai. Individu PPD mempunyai teman yang sedikit, sulit mempercayai orang lain membuat individu ini tidak dapat diajak kerjasama dalam sebuah tim. Namun demikian, bukan berarti gangguan kepribadian paranoid tidak dapat menikah. Kecemburuan dan keinginan untuk mengontrol pasangannya menjadi bagian patologi dalam hubungan dengan pasangannya. Hampir setiap saat individu PPD kesulitan untuk bersikap tenang untuk tidak mencurigai orang lain, kadang mereka sengaja mencari-cari orang untuk menjadi tersangka dan patut untuk dicurigai. Rasa takut yang muncul justru membuat individu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa (gugup) ketika orang yang dicurigainya berada dekat dengannya. Seringnya individu PPD melakukan penolakan baik dengan konfrontasi, agresif atau perselisihan membuat mereka memilih tidak bersahabat dengan orang itu dan memilih diri untuk menyendiri. B. Ciri-ciri
1. Sensit Sensitif if terha terhadap dap kegaga kegagalan lan dan dan penola penolakan kan 2. Suka Suka menyimp menyimpan an dendam dendam meskipu meskipun n pada masala masalah h kecil kecil 3. Suka menyal menyalah-art ah-artikan ikan tindakan tindakan orang orang lain lain dengan kecuriga kecurigaan an yang tidak tidak mendasar 4. Konfrontat Konfrontatif if bila bila bersing bersinggungan gungan dengan hak-hak hak-hak pribadiny pribadinyaa 5. Suka Suka meny menyal alah ahkan kan ora orang ng lai lain n 6. Tida Tidak k perca percaya ya pada pada ora orang ng lai lain n 7. Menjaga Menjaga jarak jarak hubungan hubungan emosiona emosionall dengan dengan orang lain, tidak ingin akrab. 8. Wa Wasp spad adaa berle berlebi biha han n 9. Mera Merasa sa dir dirin inya ya send sendir iria ian n 10. Fanati Fanatik k 11. Suka mengeluh mengeluh atau membantah membantah orang lain 12. Mempunyai Mempunyai fantasi fantasi tinggi tinggi C. Tanda - tanda
Beberapa tanda-tanda pada gangguan kepribadian paranoid, antara lain :
1. Kecurigaan Kecurigaan yang yang berulang berulang tanpa tanpa dasar atau bukti bukti yang yang kuat, terhada terhadap p orang lain lain bahwa orang itu akan mengeksploitasi, bersikap jahat atau menipu dirinya. 2. Sulit Sulit mempercayai mempercayai orang orang lain dan dan tidak dapat dapat bersikap bersikap loyal loyal terhadap terhadap orang orang atau kerjasama tim 3. Enggan berbagi berbagi pelbaga pelbagaii informasi informasi kepada orang orang lain lain disebabkan disebabkan rasa rasa takut yang tidak beralasan bahwa sewaktu-waktu orang lain akan bersikap jahat kepadanya 4. Mengartikan Mengartikan kata-kata kata-kata atau atau teguran teguran yang yang ramah ramah sebagai sebagai ancaman ancaman atau atau merendahkan dirinya 5. Kecenderungan Kecenderungan untuk tetap tetap menyim menyimpan pan dendam, dendam, meskipu meskipun n pada masala masalahhmasalah kecil. Sulit untuk memaafkan orang lain yang pernah menganggu, melukai, menyakiti atau mengabaikan dirinya. 6. Ketika Ketika bersinggungan bersinggungan dengan dengan karakte karakterr atau reputas reputasinya inya oleh oleh orang lain, ia ia akan segera bereaksi dengan amarah atau menyerang balik orang itu (dengan kekerasaan fisik) 7. Kecurigaan Kecurigaan yang yang berulang, berulang, tanpa tanpa dasar, dasar, tentang tentang kesetiaan kesetiaan seksual seksual dari dari pasangannya.
D. Penyebab
Penyebab utama munculnya gangguan kepribadian paranoid tidak diketahu secara pasti, namun diperkirakan faktor genetika mempunyai peran terhadap kemunculannya gangguan tersebut, misalnya anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia. Gangguan kepribadian paranoid dapat juga muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang tumbuh dari keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan ancaman. Perilaku orangtua dengan kesehariannya yang kasar, berantakan, merendahkan diri anak-anaknya, juga mempengaruhi pembentukan karakteristik gangguan ini pada anak dikemudian hari.
E. Treatment
1. Medikasi Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien. 2. Psikoterapi Kesulitan yang dihadapi oleh terapist pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu PPD yang tidak memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya konfrontasi ide-ide atau pemikiran secara langsung dengan pasien. Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Namun demikian, individu dengan PPD kronis terapi kelompok dan keluarga tidak akan efektif dijalankan karena pada p ada individu PPD kronis tingkat kepercayaan terhadap orang lain samasekali tidak ada
F. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat menaikkan stres, kecemasan dengan berakhir dengan gangguan persepsi. Disamping itu karena pengurus proses tumbang yang tidak tuntas seperti BHSP tidak baik, kegagalan dalam mengungkapkan perasaan, pikiran serta proses kehilangan yang berkepanjangan. b. Faktor Sosial Budaya Pengalaman hidup yang patut, pengalaman tersebut menyebabkan individu menjadi cemas, merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan, individu mencoba menggunakan koping dengan mengingkari ancaman/ dengan perilaku proyeksi. c. Faktor Fisik Intoksikasi alkohol, kekurangan gisi, hygiene perorangan yang buruk, sulit tidur. d. Status Emosi Ketakutan menjadi berbahaya, isolasi, pikiran yang di kontrol rasa curiga yang ekstrim, bermusuhan/ marah, perasaan rendah diri/ ketidak berdayaan, rasa malu, rasa bisalah, perasaan mendatar, tumpul tidak sesuai dengan keadaan. e. Status Intelektual Perasaan yang terpecah, paranoid, sombong, gagguan seksual, ketidakmampuan dalam mengambil keputusan f. Status Sosial Kegagalan dalam mengungkapkan pikiran, menarik diri, isolasi, cepat menyalahkan orang lain, hgangguan melakukan peran sosial, curiga
II. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian
Menurut Stuart dan Sundeen (1990) mengatakan data yang dapat dikaji pada klien yang mengalami perilaku paranoid adalah : Ds : Klien mengatakan merasa merasa curiga terhadap orang lain lain tanpa alasan yang jelas, klien mengatakan merasa takut dan perasaan tidak nyaman, merasa cemas. Do : Klien terkadang tampak panik, tidak mampu untuk berkonsentrasi, berkonsentrasi, kebersihan diri (-), gelisah, suka mondar-mondir, mudah tersinggung B. Diagnosa Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ganggua Gangguan n proses proses pikir pikir : curiga curiga Gang Ganggua guan n konse konsep p diri diri : HDR HDR Gang Ganggua guan n ras rasaa ama aman n : ketak ketakut utan an Koping Koping indivi individu du tidak tidak efekti efektif f Ansi Ansiet etas as (pan (panik ik)) Ganggua Gangguan n nutr nutrisi isi : Kurang Kurang dari dari kebu kebutuh tuhan an Gang Ganggua guan n kebe kebers rsih ihan an dir dirii Dist Distre ress spir spirit itua uall
C. Perencanaan
1. Gangguan proses pikir : curiga a. Tingkatkan kepercayaan klien dengan cara BHSP dengan kriteria : klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, ada kontak mata, klien mengetahui nama perawat, klien dapat mengungkapkan perasaanya. b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan curiganya. c. Ciptakan lingkungan yang hangat bersahabatseperti lingkungan yang tidak gaduh 2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah TU : Klien mampu mempertahankan harga diri Positif TK : Stl dilakukan tindakan keperawatan 3 x 15 klien mampu Memperluas Kesadaran diri a. Dengark Dengarkan an keluhan keluhan klien klien nyatak nyatakan an kesedia kesediaan an perawat perawat.. b. Bantu klien klien mengungk mengungkapkan apkan upaya–up upaya–upaya aya yang yang biasa biasa digunakan digunakan dalam menghadapi masalah anjurkan klien mengekspresikan diri tentang sesuatu yang dirasakan. D. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan tindakan dilakukan dengan intervensi yang telah dibuat dapat domodifikasi kondisi
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien dengan perilaku paranoid : 1. Dapa Dapatt berfi berfiki kirr dan rea reali lita tass 2. Dapat Dapat mengeks mengekspre presik sikan an pera perasaa saanya nya 3. Klien Klien dapat dapat mengemba mengembangka ngkan n persepsi persepsi diri diri positi positif f 4. Klien dapat dapat berhubungan berhubungan dengan lingkun lingkungannya gannya dapat dapat berinter berinteraksi aksi dengan dengan baik. baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi39para.php