KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul “PENGARUH
KENAIKAN
HARGA
BAHAN
POKOK
(BERAS)
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI”. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Bogor, 3 Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................... Pengantar.................................................................. .................................................... ............................. Daftar Isi.............................................. Isi..................................................................... ...................................................... ............................... .... Abstak........................................ Abstak............................................................... .............................................. ....................................... ...................... ...... Pendahuluan................................. Pendahuluan........................................................ .............................................. ........................................... ....................
PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN POKOK (BERAS) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
ABSTRAK
Kenaikan harga merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga terjadi karena faktor musim atau cuaca yang tidak mendukung sehingga berakibat pada gagalnya panen padi. Kenaikan harga akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat karena pendapatan masyarakat lebih kecil daripada tingkat konsumsi sehingga berakibat pada meningkatnya jumlah kemiskinan. Kemiskinan dan tingkat pola konsumsi yang cenderung turun akan berpengaruh pada pertumbuhan ekononi suatu negara menjadi negatif. Sebagai akibat dari kenaikan harga bahan pokok, pemerintah melakukan kebijakan dengan cara menstabilkan harga bahan pangan dan melindungi kepentingan petani sebagai produsen yang rentan terhadap fluktuasi harga melalui upaya pengaktifan peran bulog.
2 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2013 ini, Indonesia dilanda krisis pangan yaitu kenaikan beras yang begitu tinggi. Harga beras yang begitu tinggi, mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia beralih ke makanan pokok pengganti lainnya yang harganya relatif murah, seperti singkong, jagung, kentang, dan berbagai jenis umbi-umbian. Krisis pangan bisa dalam dua arti, yakni keterbatasan stok atau kualitas rendah. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk. Kemiskinan dan kehancuran petani Indonesia semakin diperparah dengan lahan pertanian milik petani yang kian berkurang. Data di BPS pada 2002 disebutkan, buruh tani pada 1995 berjumlah sekitar 5,064 juta keluarga dan meningkat menjadi 7,10 juta keluarga pada 1999. Pada 2003 tercatat ada 11,7 juta keluarga buruh tani. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Impor beras adalah strategi jangka pendek yang tentunya "terpaksa" dilakukan karena kondisi Indonesia sudah kritis akibat bencana alam dan berbagai faktor darurat lain. Indonesia terjebak dalam kebijakan pangan yang monokultur, yang merupakan bagian dari upaya penyeragaman kebudayaan sejak Orde Baru. Indonesia menjadi sangat bergantung pada satu jenis tanaman pangan, yaitu padi yang menghasilkan beras sebagai bahan pokok pangan. Ribuan suku bangsa di Indonesia dapat menghasilkan sumber makanan yang beraneka ragam. Kearifan pangan lokal, seperti sagu, umbi-umbian, dan jagung mempunyai sumber energi karbohidrat yang berkualitas. Jika alam di wilayah tersebut tidak cocok untuk budidaya padi, yang terjadi adalah kelaparan seperti di Sikka (NTT) dan daerah lain di Indonesia. Menurut Suryana dkk. (2001), beras sebagai makanan pokok tampaknya tetap mendominan pola makan orang Indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat partisipasi konsumsi beras di Indonesia yang masih diatas 95%.
Bagi Indonesia, impor pangan adalah hal yang sangat biasa dan sudah dianggap wajar. Mulai dari gandum (untuk terigu), kedelai, gula hingga beras, ternyata sulit dipenuhi sendiri oleh Indonesia. Ironis memang, terutama Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Negara agraris merupakan negeri yang masih didomonasi oleh ekonomi pedesaan, sebagian besar dari jumlah angkatan kerja atau tenaga kerja bekerja di pertanian. Seperti yang dapat dilihat di tabel 1, tahun 1982 jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor tersebut tercatat 31,6 juta orang, atau lebih 50% dari jumlah tenaga kerja yang ada pada tahun tersebut. Sebagai perbandingan pada tahun yang sama industri manufaktur hanya mengerjakan sekitar 6 juta orang lebih atau pangsanya dalam total kesempatan kerja hanya sekitar 10%. Pada tahun 2000, jumlah orang yang bekerja di pertanian bertambah menjadi 40,7 juta orang lebih, namun masih lebih kecil dibandingakan jumlah pekerja di sektor tersebut pada awal tahun 1990-an, yakni sekitar 41 juta orang.
Tabel 1 Kesempatan Kerja Menurut Beberapa Sektor : 1982-2000(Juta Orang*)
Periode Pertanian
Industri
1982
31,6
Manufaktur 6,0
1984
33,1
1989
Pertambangan Lainnya
Total
0,4
19,8
57,8
5,6
0,4
21,0
60,1
41,3
7,3
0,5
24,4
73,4
1991
41,2
8,0
0,6
26,7
76,4
1993
40,1
8,8
0,7
19,7
79,2
1995
35,2
10,1
0,6
34,1
80,1
1997
35,9
11,2
0,9
39,1
87,1
1999
38,4
11,5
0,7
38,2
88,8
2000
40,7
11,6
0,5
37,1
89,8
Keterangan :* = dibulatkan Sumber : BPS
Namun, banyaknya jumlah petani beras tidak mempengaruhi harga beras. Harga beras dipasaran tidak kunjung turun, bahkan persediaan beras di gudang penyimpanan beras makin manipis, hal ini diakibatkan karena adanya pembagian beras oleh Pemerintah Daerah bagi masyarakat. Upaya tersebut dilakukan untuk menetralkan harga beras di pasaran yang tidak kunjung turun. Selain upaya tersebut, Pemda juga mengadakan Operasi Pasar. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil seperti apa yang diharapkan. Beberapa akibat yang ditimbulkan dari kenaikan beras mencakup beberapa akibat, diantaranya : 1. Akibat bagi Pemakai atau Pengkonsumsi dan ; 2. Akibat bagi Petani atau pemproduksi Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat dan hampir di seluruh Indonesia, kecuali daerah papua. Walaupun beras bisa diganti dengan makanan lain, namun tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi makanan pengganti beras. Oleh karena itu, beras sangat dibutuhkan. Beras merupakan kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tingginya harga beras membuat masyarakat sedikit lebih hemat untuk membeli barang sekunder. Apalagi harga beras yang mengalami kenaikan cukup tinggi pada beberapa bulan terakhir. Akibat kenaikan harga bahan pokok, pertumbuhan ekonomi menjadi tidak stabil. Pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil cenderung naik atau turun. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah yang berjudul Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Pokok (Beras) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh kenaikan harga bahan pokok yang secara terusmenerus terhadap pertumbuhan ekonomi? 2. Bagaimana pula cara mengatasi peristiwa tersebut?
Tujuan Masalah
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui banyaknya pengaruh kenaikan harga bahan pokok terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara 2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kenaikan harga bahan pokok 3. Untuk mengetahui penyebab kenaikan harga beras
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat mengetahui pengaruh kenaikan harga bahan pokok terhadap pertumbuhan ekonomi dan mengetahui cara untuk mengatasinya jika sewaktu-waktu terjadi kembali.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pertanian
Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan. Mereka pada umumnya hidup bercocok tanam. Karena itu, pertanian merupakan bidang pembangunan yang penting di Indonesia. Faktor alam mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertanian. Pengaruh alam atas pertanian tersebut sangat jelas. Pengaruh – pengaruhnya itu adalah sebagai berikut : a. Pengaruh Iklim terhadap pertanian. Iklim sangat menentukan corak dan jenis tanaman sehingga terdapat perbedaan antara tanaman di daerah panas, daerah subtropis, dan daerah dingin. b. Pengaruh topografi terhadap pertanian. Pada daerah yang keadaan topografinya berbukit – bukit, pemakain mesin - mesin modern sulit dilaksanakan. c. Pengaruh pengairan terhadap pertanian. Daerah yang banyak airnya dapat digunakan sebagai area persawahan. d. Pengaruh angin terhadap pertanian. Angin yang kencang dapat merusak area pertanian. e. Pengaruh jenis tanah. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman, waktu bertanam, dan cara bertanam. Indonesia merupakan Negara agraris. Faktor pendukungnya adalah sebagai berikut : a. Tanahnya luas dan subur; b. Iklimnya cocok untuk pertanian, yaitu iklim tropis, suhu cukup tinggi, dan curah hujan tinggi ; c. Wilayah laut luas dan kaya ikan; d. Populasi hewan dan tumbuh-tumbuhan banyak jenisnya dan cocok untuk tumbuh di Indonesia e. Tanah yang berbukit – bukit dapat menambah keragaman holtikultura. Beberapa bukti bahwa Indonesia merupakan negara agraris adalah sebagai berikut : a. Sekitar 44,96% angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian (tahun 1998).
b. Ekspor hasil pertanian merupakan sumber devisa yang penting. c. Bidang pertanian merupakan prioritas dalam pembangunan nasional hingga saat ini. 2.2 Tinjauan tentang Bentuk Pertanian
Kegiatan penduduk Indonesia di bidang pertanian ada dua macam, yaitu pertanian rakyat dan pertanian perkebunan. 1) Pertanian rakyat adalah pertanian yang dikerjakan oleh rakyat. Usaha pertanian rakyat sering disebut pertanian kecil. Berbagai bentuk pertanian rakyat di Indonesia dibedakan menjadi empat macam, yaitu bersawah, berladang, bertegalan, dan berkebun. a. Bersawah adalah cara bertanam padi di sawah-sawah yang mendapatkan air dari pengairan. Padi sawah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu padi rendengan dan padi gadu. 1) Padi rendengan ialah tanaman padi sawah yang waktu tanamnya pada musim penghujan, misalnya pada permulaan musim penghujan, yaitu bulan November – januari dan waktu menuai jatuh pada bulan April – Mei (penghabisan musin penghujan). 2) Padi gadu adalah penanaman padi sawah yang teratur pengairannya dan waktu penanamannya dilakukan sesudah padi rendengan atau musim kemarau. Padi gadu ditanam kira – kira bulan Juni –Juli. Usaha menanam padi lainnya dengan cara berikut : 1. Padi Lebak adalah padi yang ditanam di tanah lembab di kanan kiri sungai. Bila banjir, daerah ini terendam, tetapi pada musim kemarau daerah ini kering. 2. Padi Banarawa atau sawah rawa adalah sawah yang tidak pernah kering. Sawah ini banyak terdapat di pinggiran rawa atau muara sungai besar. b. Berladang ( huma ) adalah cara bertanam menebang hutan lalu membakarnya, setelah itu baru ditanami. Setelah ditanami 3 sampai 4 kali, lahan ini ditinggalkan karena tidak subur lagi. Petani lalu membuka bagian lain dari hutan untuk dijadikan ladang. Sesudah beberapa kali tanam mereka pindah lagi kebagian lain. Demikian seterusnya, hingga 10 sampai 20 tahun, baru mereka kembali kebagian pertama. Ladang yang demikian disebut dengan ladang berpindah. Sistem
pertanian ladang sangat merugikan, karena merusak hutan dan tanah kehilangan kesuburannya. c. Bertegalan adalah cara bertanam di tanah kering dengan menggantungkan pada air hujan. Permukaan tanah tegalan tidak tetlalu datar. Pada musim kemarau tegalan tidak ditanami karena terlalu kering. Tanaman utama tegalan adalah jagung, ketela pohon, kacang tanah, dan jenis kacang-kacangan untuk sayuran. Selain itu juga banyak ditanami pohon buah-buahan, dan pohon untuk kayu bakar. d. Tanaman pekarangan adalah jenis tanaman yang ditanam di sekitar rumah dan dikerjakan secara intensif. 2) Pertanian perkebunan adalah pertanian yang mengusahakan tanaman perkebunan. Berdasarkan modal, system pengolahan, kualitas dan hasil produksinya, pertanian perkebunan dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu: a. Perbebunan rakyat dan; b. Perkebunan besar Untuk lebih jelasnya perbedaan antara perkebunan rakyat dan perkebunan besar, anda dapat memperhatikan tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Perbedaan antara Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat - Diperlukan modal kecil
Perkebunan Besar - Diperlukan modal besar
- Sistem penanamannya kurang
- Sistem penanamannya
memperhatikan kesuburan tanah
memperhatikan kesuburan tanah
- Kurang memperhatikan bibit unggul
- Selalu menggunakan bibit unggul
- Pengairannya kurang teratur
- Pengairannya teratur
- Alat-alat sederhana
- Alat – alat modern
- Tidak ada atau sedikit tenaga ahli
- Banyak tenaga ahli
- Hasil produksi lebih ditujukan untuk
- Hasil produksi lebih ditujukan untuk
kebutuhan sendiri
di eksport.
2.3 Tinjauan tentang Pertanian Tanaman Pangan
Jenis makanan pokok atau tanaman pangan pokok sebagian besar rakyat Indonesia adalah beras , jagung di Madura dan Nusa Tenggara Timur, dan Ubi kayu sebagian di Irian Jaya dan daerah Gunung Kidul. Produksi tanaman pangan itu sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan sisanya dijual di pasaran. Usaha meningkatkan hasil produksi pertanian anrata lain dapat dilakukan dengan lima cara yaitu : 1. Intensifikasi Pertanian Intensifikasi Pertanian adalah pengolahan lahan pertanian dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan beberapa sarana. Sarana-sarana produksi yang digunakan dalam intensifikasi pertanian meliputi lima bidang yang disebut panca usaha tani. 2. Ekstensifikasi Pertanian Ektensifikasi Pertanian adalah usaha memperluas lahan pertanian dengan cara membuka lahan pertanian baru. Misalnya, dengan cara membuka hutan dan semak-semak, daerah sekitar rawa-rawa. Usaha tersebut hanya dapat dilaksanakan di pulau-pulau besar di luar Jawa. Sebab di daerah itu masih tersedia tanah yang luas. 3. Mekanisasi Pertanian Mekanisasi pertanian adalah usaha pengolahan sawah dengan menggunakan mesin – mesin. 4. Diversifikasi Pertanian 5. Rehabilitasi Pertanian
Seperti tampak pada Tabel 3, produksi tanaman padi selama periode 19681992 hasilnya baik dan meningkat terus. Bahkan pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada dalam penyediaan beras secara nasional. Sukses
Indonesia
mencapai
swasembada
beras
mendapat
pujian
internasional. Presiden pada saat itu Soeharto pada tahun 1985 memperoleh kehormatan dengan diundang untuk berpidato dalam sidang FAO di Roma. Perhatikan tabel 3 tentang peningkatan produksi dari tahun 1968-2000.
Tabel 3 Produksi Padi 1968-2000 (juta ton)
Tahun
1968
Produksi Padi Nasional Luar Nasional Jawa Jawa 17,2 tad tad
Volume
Beras Persentase
tad
Pertumbuhan tad
1973
21,5
tad
tad
tad
tad
1978
25,8
tad
tad
17,5
10,4
1983
35,3
tad
tad
24,0
5,1
1988
41,7
tad
tad
29,3
7,7
1990
45,2
27,2
18,0
29,4
1,0
1991
44,7
26,4
18,3
29,0
-1,1
1992
48,2
28,3
20.0
21,4
8,0
1994
46,6
26,5
20,1
30,3
-3,1
1996
51,1
28,4
22,7
33,2
2,7
1997
49,4
27,9
21,5
31,2
-6,1
1998
49,2
27,7
21,5
31,1
-0,3
2000
51,2
28,5
22,0
31,7
0,6
Sumber : BPS Keterangan : tad = tidak ada data
Menurut Surono (2001), kemampuan produksi setiap satu ha lahan di pulau Jawa paling tinggi, yakni menghasilkan padi sebesar 5 ton Gabah Kering Giling (GKG), sedangkan di luar Jawa rata-rata hanya 3,7 ton. Apabila dilihat dari sisi banyaknya beras yang dikonsumsi di dalam negeri selama periode 1980-an hingga krisis ekonomi (1998), pada tahun-tahun tertentu tingkat produksi beras berada dibawah garis swasembada, yang artinya produksi beras tidak mencukupi kebutuhan konsumsi di dalam negeri, sehingga import beras meningkat. Pada tahun 1990 hingga 1991 volume produksi berada di bawah kebutuhan konsumsi domestik, dan tahun 1992 sampai dengan pertengahan 1993 produksi meningkat cukup tajam hingga melebihi kebutuhan pasar dalam negeri, walapun menjelang akhir tahun itu produksi kembali menurun. Tahun 1997 produksi padi merosot sebesar 3,4% akibat musim kering yang sangat panjang (El
Nino) ditambah dengan efek krisis ekonomi. Tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, Indonesia juga mengalami krisis beras yang serius yang ditandai dengan pembelian panik, penjarahan dan kelangkaan artifisial, sehingga harga beras pada saat itu membumbung tinggi. Volume produksi pada saat itu menurun sebesar 4,6% ( Simatupang, 2000) Luas panen padi secara keseluruhan selama tahun 1968-1992 meningkat dari 8.020 ribu ha menjadi 10.870 ribu ha, atau meningkat 1,4 x. Dalam Repelita III dan IV, usaha percetakan sawah mencapai 371 ribu ha. Selama tahun – tahun 1989-1992, total produksi padi rata –rata meningkat 4,3%/tahun. Bertambah besarnya luas panen padi pada tahun 1998 tidak diikuti oleh peningkatan produksi dan produktivitas padi. Hal itu tercermin dari angka produksi padi pada tahun 1997 yang merosot 3,4%, hingga tahun 1998 volume produksi padi menurun sebesar 4,6%. 2.4 Tinjauan tentang Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah pembayaran yang didapat karena seseorang telah bekerja atau menjual jasa, tetapi tidak sama dengan kekayaan. Karena kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya. Menjelang pertengahan 1997, beberapa saat sebelum krisis ekonomi muncul, tingkat pendapatan per kepala di Indonesia sudah melebihi 1000 dolar AS, dan tingkat ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan 30 tahun yang lalu. Menurut teori klasik, tingkat pendapatan riil ditentukan oleh produktivitas tenaga kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat produktivitas dan jenis pekerjaan yang didapat sesorang itu sendiri ditentukan oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan. Misalnya, tidak mungkin seorang dokter mata sama gajinya dengan seorang penarik becak.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari selasa , tanggal 1 Juni 2013, di desa Cipaku, kecamatan Mrebet, kabupaten Purbalingga yang diakses melalui internet dan menanyakan petani yang bertempat tinggal disana dan melakukan wawancara atau tinjauan kembali dengan jawaban yang kurang jelas. 3.3 Analisis Data Pengolahan data yang kami gunakan yaitu dengan cara analisis presentase.
Dimana hasilnya akan dijadikan dalam bentuk persen.
METODOLOGI
Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2005 selama dua musim tanam di Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka sebagai sentra dan wilayah potensial pengembangan padi di Sulawesi Tenggara. Dengan pertimbangan yang sama, dari masing-masing kabupaten dipilih dua desa untuk melihat keragaman kinerja usaha tani padi, terpilih Desa Langgomea dan Duriasi di Kabupaten Konawe, Desa Mowewe dan Tahoa di Kabupaten Kolaka. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan mewawancarai beberapa petani pemilik dan penggarap lahan, pemilik traktor, pemilik pompa air dan power tresher serta wawancara terhadap pemilik penggilingan (RMU). Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabeltabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenaikan Harga bahan Pokok
Dalam jangka waktu tertentu bahan pokok akan mengalami suatu kenaikan atau penurunan harga. Kenaikan harga bahan pokok merupakan salah satu pengaruh terhadap perekonomian masyarakat. ”Harga beras yang melonjak dalam beberapa hari ini diperkirakan bakal mempengaruhi laju inflasi” (Fathoni, 2010: 1). Hal ini dikarenakan tingginya kenaikan harga beras. Sehingga banyak masyarakat mengeluh karena tidak dapat membeli beras seperti sebelum harga beras naik. Kenaikan harga beras sangat dirasakan oleh rakyat menengah kebawah, sedangkan untuk rakyat menengah keatas tidak begitu merasakan karena mereka masih mampu untuk membelinya. ”Di sisi lain, kenaikan harga tak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Pegawai negeri sipil dan TNI/Polri lebih baik karena menerima kenaikan gaji” (Prabowo, 2010: 1). ”Biasanya, kenaikan harga beras akan diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok lainnya sehingga bakal mendongkrak angka inflasi” (Fathoni, 2010: 1). Kenaikan harga-harga yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor, yaitu. 1) Para buruh yang menginginkan upahnya dinaikkan 2) Harga naik terjadi karena ulah pedagang yang selalu ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya 3) Faktor musim yang berkepanjangan seperti kemarau yang sangat panjang dapat mengakibatkan harga naik secara drastis karena padi yang ditanam mereka kering bahkan mati. Begitu pula hujan yang berkepanjangan yang mengakibatkan banjir sehingga petani gagal panen 4) Pemberitaan akan kenaikan harga di media informasi 5) Selain itu kenaikan harga-harga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap masyarakat antara lain. a) Bila harga bahan pokok secara umum naik secara terus-menerus, maka masyarakat panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan untuk memborong barang, sementara yang kekurangan tidak bisa
membeli barang. Akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya. b) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar
keuntungan
dengan
cara
mempermainkanharga dipasaran, sehingga harga akan terusmenerus naik. c) Bila kenaikan harga-harga berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya akan relatif semakin mahal sehingga tidak dapat membelinya. d) Kenaikan harga yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh e) Tingkat pengangguran cenderung turun karena masyarakat akan bergerak melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha (Putong, 2003: 252).
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output atau pendapatan perkapita. Perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Jika pendapatan perkapita naik maka ekonomi akan tumbuh. ”Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan bernilai
positif,
tetapi
juga
mungkin
saja
bernilai
negatif....Negatifnya
pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun
berikutnya dibandingkan dengan tahun
sebelumnya” (Putong, 2003: 252). Adanya pertumbuhan ekonomi
bertujuan
menyarankan
bagaimana
mengelola sumber daya agar perekonomian tetap stabil sesuai keinginan masyarakat. Fenomena penting mengenai pertumbuhan diberbagai negara, yaitu terdapatnya perbedaan dalam taraf kemajuan ekonomi dan kemakmuran ekonomi yang dicapai berbagai negara dan pertumbuhan ekonomi suatu negaratetap
mengalami perubahan yang relatif besar dan tingkat pertumbuhannya tidak selalu teguh (Sukirno, 2005: 444).
Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Pokok Pada Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh akibat kenaikan harga bahan pokok terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu ketika harga-harga bahan pokok naik, maka secara riil pendapatan seseorang menjadi turun. Pendapatan secara riil yang turun akan berakibat pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif. Secara matematis, sebagai berikut. Y = C+I+G+X-M
dimana:
Y = Pendapatan Nasional C = Tingkat Konsumsi I = Tingkat Investasi G = Pengeluaran pemerintah X = Ekspor M = Impor
Dimana kenaikan harga bahan pokok akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang semakin menurun. Tingkat konsumsi yang semakin turun akan mempengaruhi pendapatan secara nasional. Pendapatan nasional tersebut akan berpengaruh terhadap Pertumbuhan ekonomi. Karena pertumbuhan ekonomi turun, maka Pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif (pertumbuhan ekonomi turun). Selain itu, kenaikan harga bahan pokok akan mengakibatkan kenaikan harga terhadap barang lainnya yang akhirnya juga akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Cara Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Pokok (Beras)
Kenaikan harga pangan ini perlu mendapat perhatian dan fokus utama dalam agenda kerja pemerintah. Karena ini sangat berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan sangat urgen bagi kelangsungan kehidupan rakyat kecil. Untuk mengatasi kenaikan harga pangan, ada beberapa hal tindakan yang dapat dilakukan, diantaranya melalui upaya jangka pendek dan jangka menengah. Salah satu upaya mengatasi kenaikan harga pangan dalam jangka pendek adalah melalui upaya pengaktifan peran Bulog. Hal ini sangat penting untuk menstabilkan harga bahan pangan dan melindungi kepentingan petani sebagai
produsen yang rentan terhadap fluktuasi harga. Kebijakan strategis dalam jangka menengah adalah meningkatkan produksi bahan pangan terutama beras, jagung, dan kedelai. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus lebih fokus dalam meningkatkan produksi pangan. Program ekstensifikasi maupun intensifikasi melalui penyediaan bibit unggul, kredit, dan penyuluhan juga sangat penting untuk ditingkatkan. Tentu untuk meningkatkan produksi domestik tidak bisa dilakukan dalam sekejap. Berbagai tahapan perlu dikaji dan dilakukan. Bibit unggul harus disediakan, lahan pertanian di luar Jawa harus dibuka lebih luas, dan petani di Jawa terpaksa harus ditransmigrasikan. Pembangunan sektor pertanian pun sebaiknya dilakukan melalui pendekatan agrobisnis agar produksi pertanian mempunyai value added dan nilai jual yang tinggi. ”Selain itu, penciptaan lapangan kerja bidang perpanganan juga merupakan cara yang tepat untuk mengatasi dampak kenaikan harga pangan” (Epsdin, 2008:1). Kebijakan lain yang dapat mengatasi kenaikan harga bahan pokok, yaitu dengan mengimpor beras dari luar negeri yang berpotensi menghasilkan beras yang banyak. Antara lain, Thailand, Vietnam, Filifina, dan lain-lain.
Beberapa cara lain yang dapat ditempuh untuk menangani kenaikan harga barang kebutuhan pokok khususnya ketika saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri adalah sebagai berikut.
1. Menyeimbangkan Produksi dengan Kebutuhan Bulan Ramadhan kemudian dilanjutkan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat mulai bersiap-siap menyambutnya dengan mulai mencari segala kebutuhan pokok untuk persediaan. Hal ini menyebabkan pola konsumsi dalam masyarakat mengalami perubahan.
Semula
pola
konsumsi
masyarakat
dalam
memenuhi
kebutuhannya hanya untuk sesaat itu saja, kemudian berubah menjadi pola konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan jangka waktu yang lama.
Upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu yang
lama
ini
dengan
meningkatkan
persediaan
barang
keperluan sebanyak-banyaknya untuk menjamin kebutuhan yang akan datang dengan cara saling mendahului di antara masyarakat untuk mencari dan membeli barang kebutuhan terutama kebutuhan pokok.
Hal ini menyebabkan konsumsi dalam masyarakat menjadi meningkat pesat. Meningkatnya konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan persediaan untuk jangka waktu yang lama tidak seiring dengan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Barang-barang dibutuhkan masyarakat dapat diperoleh dipasar-pasar dengan proses jual-beli.
Meningkatnya konsumsi kebutuhan
menjadi
masyarakat mengakibatkan barang
langka,
cepat
habis
bahkan
lenyap.
Kelangkaan barang kebutuhan di pasar-pasar mengakibatkan masyarakat panik. Kepanikan masyarakat dalam memperoleh barang kebutuhan mempengaruhi proses jual-beli di pasar-pasar.
Masyarakat
berusaha
secepatnya
memperoleh
barang
kebutuhannya sementara pedagang di pasar-pasar berusaha menyediakan barang kebutuhan masyarakat secara lengkap dan sebanyak-banyaknya. kebutuhan berusaha
Untuk
masyarakat memperoleh
untuk
menyediakan dijual,
ketempat-tempat
Barang-barang
pedagang-pedagang produksi
barang
kebutuhan masyarakat. Produksi barang kebutuhan masyarakat terbatas cenderung jumlah produksi barang tetap. Memaksa pedagang memperoleh barang kebutuhan dari sesama pedagang yang masih memiliki persediaan berapapun tinggi harga barang kebutuhan masyarakat.
Akibatnya harga barang kebutuhan masyarakat di pasar-pasar menjadi bergejolak atau harga-harga naik.
Dapat kita lihat
bahwa adanya Peningkatan yang pesat dan cepat dalam masyarakat untuk memperoleh barang kebutuhannya, adanya Kelangkaan penyediaan barang-barang kebutuhan masyarakat di pasar-pasar.
Peristiwa kenaikan harga-harga barang sudah sering terjadi dan berulang-ulang setiap tahunnya. Untuk mengatasi peristiwa kenaikan
harga-harga
diperlukan
Peranan
penting
sektor
produksi barang kebutuhan masyarakat, kepentingan sektor produksi adalah meningkatkan jumlah produksi barang-barang kebutuhan
masyarakat
pada
saat
terjadinya
peningkatan
konsumsi masyarakat.
Peranan sektor produksi
oleh perusahaan swasta maupun
Perusahaan Negara harus lebih tanggap terhadap peristiwa kenaikan harga-harga karena peristiwa kenaikan harga-harga terjadi berulang-ulang setiap tahunnya. Namun masih diperlukan juga peranan pemerintah dalam hal memonitor jumlah konsumsi masyarakat dan jumlah barang kebutuhan masyarakat yang di hasilkan oleh sektor produksi, menerbitkan kebijakan impor bila masih kurang dalam penyediaan barang kebutuhan masyarakat dan mengawasi jalur distribusi barang supaya lancar sehingga Kenaikan harga-harga barang kebutuhan masyarakat dapat terkendali.
2. Operasi Pasar Menjelang puasa, harga kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikan. Guna menekan kenaikan harga kebutuhan pangan, pemerintah harus meningkatkan volume operasi pasar terutama
di daerah-daerah rawan kenaikan harga. Operasi pasar ini perlu, untuk mencegah para spekulan menaikkan harga semaunya. Tujuannya
melindungi
masyarakat, supaya
tidak
terbebani
kenaikan-kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako).
Operasi pasar disinyalir bisa menekan inflasi. Karena kenaikan harga
kebutuhan
pokok
biasa
diikuti
inflasi.
Pemerintah
seharusnya mewaspadai gejolak harga pangan khususnya beras. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa setiap menjelang Ramadhan
dan
Hari
Raya
Idul
Fitri,
harga-harga
selalu
mengalami kenaikan.
Menjelang bulan Ramadhan tahun ini pun, beberapa harga bahan pokok sepertinya akan terus mengalami kenaikan, seperti telur, ayam, dan terutama beras. Perubahan harga kebutuhan pokok khususnya
beras
harus
Menjelang
Ramadhan ini
segera direspon oleh pemerintah. kebutuhan
konsumtif
masyarakat
semakin tinggi, bila tidak ada operasi pasar maka harga dikhawatirkan akan terus melambung.
Harga
bahan pokok
yang mengalami
kenaikan menjelang
Ramadhan, menurut saya juga tidak terlepas dari pengusaha dan distributor bahan pokok yang
nakal
yang melakukan aksi
penimbunan seperti yang saya ungkapkan di atas sebelumnya. Bukannya ingin menuduh, tetapi dari yang sudah-sudah hal tersebut telah sering terjadi di negeri yang kita cintai ini.
Peningkatan permintaan masyarakat dan keterbatasan stok dijadikan alasan bagi mereka untuk menaikkan harga. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan berikut jajarannya (dinas terkait) wajib mewaspadai (bukan mencurigai) aksi penimbunan stok bahan pokok tersebut. Tindakan seperti itu perlu dilakukan agar ketersediaan serta harga sembako tidak melambung
sehingga
bisa
menimbulkan
ketenangan
masyarakat, khususnya yang akan menjalani puasa.
3. Pengendalian Stok Kenaikan harga pangan di dunia ternyata mempengaruhi harga pangan di dalam negeri. Apalagi saat ini sepengetahuan saya sebagian besar bahan pangan yang ada di pasar dalam negeri diperoleh dari impor.
Karena itu, menurut saya selama indonesia masih tergantung pada pasokan pangan impor, kenaikan harga pangan dunia yang dipastikan terus terjadi setiap tahunnya akan berujung pada tambahan beban bagi masyarakat, ditambah lagi kebijakan pemerintah
yang
menyerahkan
pengadaan
bahan
pangan
kepada mekanisme pasar membuat harga barang kebutuhan pokok selalu mengalami kenaikan. Khususnya setiap menjelang hari besar keagamaan seperti puasa dan lebaran.
Seharusnya kebijakan perekonomian nasional lebih berpihak pada
kepentingan
rakyat.
Jangan
semua
dilepas
kepada
mekanisme pasar tanpa ada kendali dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus berani menindak tegas para pemain atau spekulan yang terbukti memainkan harga di pasaran. Sejauh yang saya tahu, stok beras nasional mayoritas dikendalikan oleh
pihak swasta dan sisanya dipegang pemerintah melalui Perum Bulog.
Bisa kita bayangkan, dengan dominasi pihak swasta sebagai pengendali stok beras nasional, mereka bisa memainkan harga dengan leluasa sehingga sampai kapan pun Bulog tidak akan sanggup membeli gabah dari para petani kita. Ini karena harganya yang memang melewati harga pembelian pemerintah.
Pemerintah
bakal
mengalami
kesulitan
mengendalikan
kestabilan harga bahan pangan maupun komoditas lainnya. Apalagi pasokan bahan pangan itu sebagian besar memang telah dipegang swasta. Kecuali ada kebijakan yang diubah mengenai harga
pangan dari
dikendalikan sendiri.
pemerintah yang memang
seharusnya
BAB 4 PENUTUP Simpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga ditimbulkan oleh beberapa faktor salah satunya faktor cuaca dimana jika terjadi hujan berkepanjangan, maka sawah-sawah akan terendam air akibatnya petani gagal panen. Sehingga harga bahan pokok terus melonjak naik. Harga bahan pokok yang mengalami kenaikan akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara turun. Dimana pendapatan suatu negara semakin kecil daripada tahun sebelumnya. Jika harga barang pokok naik, masyarakat akan mengurangi tingkat konsumsinya. Untuk itu, agar tidak terjadi kenaikan harga yang berkepanjangan, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan cara meningkatkan produksi bahan pangan terutama beras.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan masalah kenaikan harga tersebut adalah masyarakat tidak usah panik apabila terjadi kenaikan harga karena pemerintah telah mengetahui sebelumnya bahwa akan terjadi kenaikan harga bahan pokok dan pemerintah sudah melakukan tindakan untuk mengatasi masalah kenaikan harga beras. Saran yang kedua, jika masyarakat mengetahui bahwa akan terjadi kenaikan harga, sebaiknya jauh-jauh hari masyarakat bersikap lebih hemat agar dapat mengatasi kenaikan harga jika terjadi sewaktu-waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Epsdin. 2008. ”Mengatasi Kenaikan Harga Pangan”, (Online), (http://epsdin.wordpress.com/2008/02/23/mengatasi-kenaikan-harga-pangan/ ). Fathoni, Riza. 2010. ”Kenaikan Harga Beras Diramal Dongkrak Inflasi Bulan Ini”, (Online), (http://www1.kompas.com/read/xml/2010/01/25/17531079/ kenaikan.harga.beras.diramal.dongkrak.inflasi.bulan.ini). Prabowo, Hermas E. 2010. ”Mencari Solusi Kenaikan Harga Beras”, (Online), (http://nasional.kompas.com/read/2010/09/01/0753027/Mencari.Solusi.Kena ikan.Harga.Beras). Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.