Makalah Radiologi KEGAGALAN RADIOLOGI PANORAMIK
Disusun Oleh: Fridaniyanti Khusnul Khotimah
021511133050
Lintang Maudina Santosa
021511133052
Nancy Cynthia Sudiartha
021511133053
I Ketut Brahma Pande C.M
021511133054
Widya Rizky Romadhona
021511133055
DEPARTEMEN RADIOLOGI- FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1 1.2 Tujuan....................................................................................................................2 1.3 Manfaat..................................................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3 2.1 Radiografik Panoramik........................................................................................ 3 2.1.1 Definisi.......................................................................................................3 2.1.1 Indikasi.......................................................................................................3 2.2 Kegagalan radiografik panoramik........................................................................4 2.2.1 Kegagalan karena pajaran sinar.............................................................3 2.2.1.1 Unexposed film........................................................................... 4 2.2.1.1 Film exposed to light...................................................................5 2.2.1.1 Time and exposure factor............................................................ 6 2.2.1.1 Underexposured film...................................................................7 2.2.2 Kegagalan teknik pengambilan radiografik ............................................ 11 2.2.2.1 Kesalahan penempatan posisi penderita......................................11 2.2.2.1.1Tissue profection error..........................................................12 2.2.2.1.2 Incorect head project........................................................... 12 2.2.2.1.3 Preparasi Pasien...................................................................12 2.2.2.2 TMJ sampai tepi mandibula tidak tercakup................................ 13 2.2.2.3 Gigi anterior, kondilus kanan dan kiri tidak tampak jelas...........13 2.2.2.4 Mandibula (angulus dan ramus) kiri dan kanan tidak simetris dan tidak tampak jelas...................................................... 14 2.2.2.5 Septum nasal dan palatum tidak jelas......................................... 15 2.2.2.6 Ukuran gigi anterior dan posterior tidak proporsional................ 16 2.2.2.2 Preparasi Alat.............................................................................. 16 2.2.2.2.1 Incorect exposure.................................................................16
2.2.2.2.2 Incomplete exposure............................................................16 2.2.2.2.3 Incorrect program selection................................................. 16 2.2.3 Kegagalan akibat penempatan screen/ film loading.............................. 17 2.2.3.1 Static electricity...........................................................................18 2.2.3.2 Penguncian karet tidak sepenuhnya............................................ 18 2.2.3.3 Pemuatan film terbalik................................................................ 19 2.2.3.4 Intensifying screen terbalik..........................................................20 2.2.3.5 Kesalahan Pemrosesan film dark room....................................... 21 2.2.3.6 Penanganan film.......................................................................... 22 2.3. Evaluasi mutu radiografik panoramik................................................................. 23 BAB 3 KERANGKA KONSEP..................................................................................... 24 BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................25 BAB 5 PENUTUP.......................................................................................................... 28 5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 29 5.2 Saran......................................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 30
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi panoramik menjadi teknik radiografi ekstra oral yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi pasien. Teknik ini dapat menunjukkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial, termasuk maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya. Beberapa keuntungan lain dari teknik ini adalah mampu memperlihatkan gambaran dari seluruh gigi dan jaringan pendukung, teknik yang relatif sederhana, dosis radiasi yang rendah, dan biaya yang relatif murah. Radiografi panoramik sangat berguna untuk mendiagnosis masalah yang mencakup keseluruhan rahang. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Beberapa tujuan yang umum dilakukan adalah pada kasus-kasus trauma, penentuan lokasi molar ketiga, perluasan penyakit gigi atau tulang, lesi besar yang diketahui atau yang dicurigai muncul, perkembangan gigi khususnya pada masa gigi bercampur, kasus anomali perkembangan gigi atau rahang, dan kelainan pada sendi temporomandibular. Kesalahan dalam pengolahan radiografi mungkin disebabkan karena kesalahan teknis [kesalahan yang berhubungan dengan teknik mengambil radiografi] atau kesalahan pengolahan film [terkait dengan semua aspek
pengolahan].
Artefak
dapat
terjadi
sebagai
akibat
dari penanganan yang tidak tepat dari pemgiriman film, dan kecelakaan insidentil untuk pengolahan film dan dari kecacatan dari paket pengiriman film .Juga, gerakan yang berlebihan dari tabung, kepala pasien atau film dapat mengakibatkan berbagai kekurangan radiografi biasa.
1.2. Tujuan Mengetahui
macam-macam
dan
penyebab
kegagalan
radiografik
panoramik 1.3. Manfaat Dengan mengetahui macam-macam kegagalan radiografik panoramik diharapkan dapat lebih teliti dalam proses pembuatan foto radiografik panoramik sehingga mengahasilkan foto radiografik panoramik yang berkualitas dan dapat digunakan dalam mendiagnosa serta menentukan rencana tindakan perawatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografik Panoramik 2.1.1 Definisi Panoramik berasal dari kata panorama, yang memiliki arti pandangan yang tidak terhalang dari beragai arah untuk melihat suatu bayangan atau objek. Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. (Smajilagi, et al.) Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran topografik yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distrosi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografik panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan pada satu film. Jadi tidak perlu dilakukan berkali-kali dan meminimalisir radioaktif yang akan terpapar ke dalam tubuh. Kegagalan dalam pengambilan foto radiografik panoramik dapat diakibatkan secara teknis dan processing maupun kesalahan yang diakibatkan oleh posisi pasien. 2.1.2 Indikasi Seleksi kasus yang memerlukan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti : 1.
Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi gambaran pada intraoral.
2.
Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
3.
Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan.
4.
Rencana perawatan ortodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi.
5.
Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
6.
Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height.
2.2 Kegagalan Radiografik Panoramik Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan radiografik panoramik yaitu: 2.2.1 Kesalahan karena Pajanan Sinar Macam – macam kegagalan karena pajanan sinar: 2.2.1.1 Unexposed Film Gambaran Radiografik yang dihasilkan akan terlihat transparan sehingga tidak terlihat gambaran – gambaran apapun pada film, terjadi karena film langsung dilakukan pemrosesan tanpa terkena pajanan sinar-x. Unexposed film tampak bersih, dan kering (Frommer, 2005).
Gambar 1. Unexposed Film
2.2.1.2 Film Exposed To Light Gambaran Radiografik yang dihasilkan akan terlihat hitam/gelap, terjadi karena pada waktu membuka film, lampu penerang (UV/Neon) tidak dimatikan sehingga film menerima sinar neon langsung (Frommer,2005).
Gambar 2. Film Exposed To Light
2.2.1.3 Over-exposed film (Film kelihatan gelap) Film kelihatan gelap disebabkan oleh a. Waktu eksposur terlalu lama b. Miliamper dan voltase tinggi; atau c. Kombinasi faktor-faktor penyebab di atas
Gambar 3.Over exposed film 2.2.1.4 Under-exposed film (Film kelihatan terang) Film kelihatan terang disebabkan oleh: a. Waktu eksposur yang inadekuat b. Miliamper dan voltase inadekuat; atau c. Kombinasi faktor-faktor penyebab di atas
Gambar 4.Under-exposed film 2.2.2 Kegagalan Teknik Pengambilan Radiografik Kesalahan teknik pada pengambilan radiografi dapat disebabkan oleh 3 hal tersebut, yaitu Preparasi alat, Preparasi Pasien dan Posisi pasien.
2.2.2.1 Kegagalan Teknik Preparasi Alat Pada preparasi alat, hal – hal yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pada hasil radiografi panoramik adalah kesalahan intensitas paparan, proses paparan tidak sesuai, dan kesalahan pemilihan program. a. Kesalahan Intensitas Paparan Pengaturan kilovoltage sangat penting untuk menentukan hasil radiografi panoramik. -terlalu tinggi → gambar yang lebih gelap (overexposed) -terlalu rendah → gambar yang lebih terang (underexposed)
Gambar 5. Kilovoltage terlalu rendah
Gambar 6.Kilovoltage terlalu tinggi
Gambar 7. Ukuran Voltage normal b. Proses paparan tidak sesuai Hal ini terjadi akibat dari penggunaan kaset fleksibel yang melekat pada drum yang berputar → drum tidak pada posisi awal setelah pemasangan kaset. Hasil yang didapat adalah gambar tercetak sebagian saja (partial image yang terbentuk).
Gambar 8. Akibat proses paparan tidak sesuai c. Kesalahan pemilihan program Kesalahan pemilihan program mungkin dapat terjadi karena tidak mengganti program paparan sebelumnya dimana padahal setiap alat panoramik memiliki program paparan sinar sesuai penderita, sehingga hasil gambar menjadi tidak sesuai dan tidak dapat digunakan.
Gambar 9. Akibat Kesalahan Pemilihan Program 2.2.2.2 Kegagalan Teknik Preparasi Pasien Pada
pengambilan
foto
panoramik,
operator
harus
menginstruksikan pasien untuk melepaskan semua instrumen atau aksesoris yang melekat pada kepala, mulut, dan leher pasien, supaya tidak
mengganggu hasil foto. Preparasi pasien dibagi menjadi tiga : metallic artifacts, lead apron, dan thyroid collar. a. Metallic artifacts Disebabkan oleh benda logam / benda radiodens lalu menghasilkan gambaran radiopaque outline, ghost image.
Gambar 10. hasil radiografi panoramik metallic artifacts akibat kacamata dan anting yang tidak dilepas b. Lead apron Disebabkan oleh penempatan lead apron yang salah Terbentuknya gambaran bentuk kubah atau kerucut (gambaran artifak radiopaque yang membulat) → menghalangi informasi diagnostik yang terkait mandibular.
Gambar 11. Hasil Radiografi Panoramik akibat Lead apron c. Thyroid collar Penggunaan thyroid collar menghasilkan suatu karakteristik bilateral yaitu bentukan kerucut radiopak pada daerah tengah yang menutupi daerah mandibula.
Gambar 12. Hasil Radiografi Panoramik akibat Thyroid collar 2.2.2.3 Kegagalan karena Posisi Pasien Posisi pasien mempengaruhi terjadinya kesalahan hasil radiografi panoramik seperti incorrect head position, tissue projection error, dan shoulder receptor/x-ray interference. a. Incorrect Head position (kesalahan posisi kepala)
1. Perbedaan pada Bidang Anterior a. Too Far Forward - Penderita terlalu maju ke depan disebabkan karena penderita terdorong ke depan dan tidak menggunakan atau tidak menggigit bite block (menghisap bite block) - Efek Too Far Forward : 1. gigi anterior tampak blur,
2. ukuran dan bentuk gigi anterior tidak jelas (penyempitan), 3. premolar tampak saling tumpang tindih 4. hasil tidak tajam, 5. tulang tampak superimpos pada daerah ramus.
Gambar 13. Hasil Radiografi Panoramik akibat Too Far Forward b. Too Far Backward - Penderita terlalu jauh ke belakang disebabkan
karena penderita
terdorong ke belakang, menghisap bite block (tidak menggigit bite block seperti anjuran) - Efek Too Far Backward : 1. gigi anterior tampak lebar dan tidak jelas, 2. mahkota yang melebar, dan 3. akar yang terpotong. Efek lainnya: pelebaran dari foto, ghost image mandibula, conchae nasalis tampak blur. - Pencegahan : periksa posisi dagu pasien saat ditempatkan pada chin rest, dan seluruh gigi insisivus di alur bite block.
Gambar 14. Hasil Radiografi Panoramik akibat Too Far Backward
2. Perbedaan pada Bidang Horizontal a. Twisting (Kepala pasien terpelintir) - Gerakan memutar akan menghasilkan gambar terdistorsi dan sulit untuk interpretasi - Efek Twisting : 1. Tampak gambaran elongasi dari struktur mandibula, 2. Tampak terjadi pengurangan ukuran gigi pada satu sisi, 3. Kecacatan pada occlusal plane slope - Pencegahan : Garis median pasien harus sesuai dengan garis median insisal bite guide
Gambar 15. Hasil Radiografi Panoramik akibat Twisting b. Tilting (Kepala Pasien Miring) - Efek Tilting : 1. Tampak gambaran occlusal plane slope miring ke arah sisi yang miring 2. Tampak pengurangan ukuran gigi pada sisi yang miring
3. Tumpang tindih gigi pada sisi yang tidak miring - Pencegahan : Posisikan dagu secara tepat pada chin rest
Gambar 16. Hasil Radiografi Panoramik akibat Tilting 3. Perbedaan pada Bidang Vertikal a. Head tilt too high - Terjadi ketika kepala penderita diposisikan terlalu tinggi atau miring ke atas - Efek : mengubah posisi Occlusal Plane slope → concave - Pencegahan : menempatkan dagu pada chin rest dengan benar
Gambar 17. Hasil Radiografi Panoramik akibat Head Tilt Too High
b. Head tilt too low - Terjadi ketika kepala penderita diposisikan terlalu miring ke bawah - Efek : 1. Terjadi perubahan pada gambaran di occlusal plane slope → convex 2. Tampak pemendekan akar gigi anterior 3. Gigi anterior tampak kabur dan tidak jelas 4. TMJ terlihat tinggi 5. Tulang hyoid terlihat lebar - Pencegahan : menempatkan dagu pada chin rest dengan benar
Gambar 18. Hasil Radiografi Panoramik akibat Head Tilt Too Low c. Chin Not On Chin Rest - Terjadi karena dagu penderita terangkat dari tumpuan dagu - Efek : 1. Struktur anatomis tampak berubah posisi ke arah lebih superior 2. Tumpang tindih gigi anterior 3. Gigi anterior tampak kabur 4. Beberapa bagian di rahang atas seperti sinus dan puncak kondilus terpotong
Gambar 19. Hasil radiografi panoramik akibat Chin Not On Chin Rest b. Tissue Projection Error (Kesalahan Proyeksi Jaringan) 1. Tongue Drop (Soft tissue) - Terjadi : Ketika pasien tidak diperintahkan untuk menempatkan lidah mereka pada palatum selama exposur dan menjaga untuk bibirnya tetap bersama - sama - Efek : Menghasilkan gambaran radiolusen pada orofaring dan nasofaring sehingga mengaburkan visualisasi
Gambar 20. Hasil radiografi panoramik akibat Tongue drop 2. Bibir tidak menutup (Soft tissues) - Terjadi karena mulut tidak ditutup selama exposur
- Efek : peningkatan radiolusensi daerah maksila, dan hasil gambar tampak hilang struktur rahang atas dan gigi anterior
Gambar 21. Hasil radiografi panoramik akibat bibir tidak menutup
Gambar 22. posisi bibir pasien yang tepat ketika melakukan tes radiografi panoramik 3. Tulang Belakang (Hard Tissues) - Disebabkan : posisi kepala penderita yang tidak tepat dan posisi berdiri penderita yang tidak tepat
Gambar 23. Posisi yang salah
Gambar 24. Posisi yang benar
c. X-ray Head Interference - Terjadi kontak antara bahu dan reseptor paparan sinar x-ray bisa disebabkan : Leher yang pendek Bahu yang besar - Kurangnya jarak antara bahu dan reseptor - Menyebabkan alat sinar tidak bisa memutar dengan benar dan hasil gambar yang terbentuk menjadi separuh
Gambar 25. posisi X-ray Head Interference 2.2.3 Kesalahan Penanganan Film 2.2.3.1 Developer Cut-off Gambaran Radiografik yang dihasilkan akan terpotong, terjadi karena larutan pengembang yang tidak mengenai seluruh bagian film. Terlihatnya gambaran putih dibagian pinggir film dapat diakibatkan karena hanya sebagian film yang terprocessing dan sebagian lainnya tidak terendam dalam larutan developer (Edwards,1990)
Gambar 26. hasil kesalahan penanganan film developer cut-off 2.2.3.2 Fixir Cut-off Gambaran Radiografik yang dihasilkan gambaran hitam dipinggir film akan terpotong dengan gambaran gelap mulai dari bagian yang terpotong sampai ujung film, terjadi karena larutan fiksasi yang tidak mengenai seluruh bagian film pada waktu pemrosesan sehingga bagian yang tidak terkena larutan fiksasi tidak mengalami pemrosesan dengan sempurna (Rahayuningsih, 2010)
Gambar 27. hasil kesalahan penanganan film Fixir cut-off 2.2.3.3 Overlapped Film Gambaran Radiografik yang dihasilkan akan terlihat daerah yang lebih gelap atau terang pada sebagian film, terjadi karena dua film yang saling tumpang tindih pada waktu pemrosesan film dilakukan sehingga bagian film yang saling tumpang tindih akan terlihat bayangan film lain. (Edward,1990)
Gambar 28. Hasil kesalahan penanganan film Overlapped Film 2.2.3.4 Fingerprint Artefak Terlihatnya gambaran sidik jari pada film dapat diakibatkan karena selama processing film, operator tidak menggunakan film klip sehingga permukaan film tersentuh oleh tangan operator sehingga terjadi kontaminasi silang dengan larutan developer (Edwards,1990)
Gambar 28. Hasil kesalahan Fingerprint Artefak 2.2.3.5 Scratched Film Gambaran Radiografik yang dihasilkan akan terlihat goresan terang pada film, terjadi karena diakibatkan lepasnya emulsi halus dari lapisan film disebabkan karena
benda tajam (klip film, kuku)
(Edwards,1990)
Gambar 29. Hasil kesalahan Scratched Film
BAB III PETA KONSEP
KEGAGALAN RADIOGRAFIK PANORAMIK
KESALAHAN TEKNIK
SCREEN/ FILM LOADING Incorrect exposure
PREPARASI ALAT
Incomplete exposure Incorrect program selection
1. Pemuatan film terbalik 2. Penguncian film 3. Intensifying screen terbalik 4. Pemrosesan film dan dark room 5. Penanganan film 6. Scratches intensifying screen 7. Film crimping 8. Static electricity
Metallic artifacts PREPARASI PASIEN
Lead apron Thyroid collar
Incorrect head projection POSISI PASIEN
Shoulder receptor / x-ray interference
BAB IV PEMBAHASAN
Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Foto panoramic dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah.Prinsip kerja pesawat panoramic menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinar-X dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film kaset berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan tempat kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan (Langland, 1989). Indikasi foto radiografi panoramik untuk kelainan yang mencakup daerah luas, kelainan yang berhubungan dengan struktur anatomi sekitarnya, periode gigi campuran yang memerlukan evaluasi gigi susu dan pertumbuhan gigi permanen secara keseluruhan, dilakukan pada pasien khusu misalnya keterbatasan membuka mulut, tingkat kesadaran kurang, dan kurang kooperatif. Selain itu digunakan untuk pasien yang sedang
menjalani perawatan orthodonsi. Kelebihan
pengambilan foto rontgen dengan foto panoramik adalah cakupan luas pada tulang dan gigi. Pesawat rontgen ini memiliki dosis radiasi yang rendah. Selain itu, penggunaan pada pasien dirasa lebih nyaman sebab tidak perlu ada penempatan film didalam mulut pasien. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan foto relatif lebih singkat.
Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien sehingga menyebabkan hasil foto radiografi panoramic distorsi. Kegagalan yang sering terjadi pada radiografi panorami kini 80% kesalahan disebabkan karena positioning, 20 % karena hal teknis dan hanya sekitar 20% radiografi panoramik yang bebas error. Positioning yang dimaksud bisa jadi karena dagu pasien yang diperiksa tidak berada tepat pada tumpuan dagu mungkin terlalu atas atau bawah posisidagunya, posisi kepala yang terlalu maju atau mundur, posisi bahu, posisi kepala pasien miring atau terpelintir, selain itu juga ketika mesin dihidupkan pasien bergerak sehingga tidak didapati hasil radiografi yang bagus. Dari segi teknis yang berhubungan dengan persiapan pada pasien, biasaya orang yang menjalani radiografi panoramic biasanya diperlukan untuk melepaskan anting-anting, perhiasan, pin rambut, kacamata, dan gigi tiruan karena apabila hal tersebut tidak dihilangkan dapat menciptakan artefak pada gambar (terutama jika mereka mengandung logam), penggunaan thyroid collar, penempatan lead apron yang salah. Diantara beberapa kesalahan posisi yang mengakibatkan kegagalan pada radiograf digital panoramik, posisi lidah pasien tidak berada pada palatum saat dilakukannya pemaparan merupakan kesalahan yang paling sering terjadi. Akibat dari kesalahan ini, udara di dalam rongga mulut tampak garis hitam yang lebih radiolusen dari gigi rahang atas pada radiograf. Hal ini dapat mempengaruhi interpretasi dari akar dan struktur disekitarnya yang digunakan untuk keperluan diagnostik. Kesalahan posisi yang juga sering terjadi dalam mempengaruhi hasil radiograf yaitu penempatan dagu pasien menempatkan yang terlalu rendah sehingga gambaran yang tampak adalah apeks dari gigi insisif bawah yang tidak fokus dan kabur, bayangan tulang hyoid tampak ditumpangkan pada mandibula anterior, kondilus tampak terpotong di bagian atas radiograf, tampak gambaran premolar yang tumpang tindih. Kegagalan ini dapat terjadi karena penempatan dagu yang lebih rendah dari reference line. Kesalahan posisi ini dapat dilakukan pencegahan dengan mengikuti instruksi dari produsen mesin, dan bagaimana memposisikan titik anatomis pada wajah dengan reference line pada unit. Kemungkinan penyebab banyaknya terjadinya kesalahan posisi pada pasien adalah karena ketidakmampuan beberapa pasien untuk mengikuti instruksi
dari radiografer sebelum dilakukannya pemaparan atau ketidakmampuan radiografer dalam memposisikan pasien pada waktu pengambilan radiograf. Penyebab dari kesalahan ini yaitu kurangnya komunikasi antara operator dan pasien. Untuk alasan inilah, radiographer harus terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada pasien tersebut bagaimana mesin akan bergerak dan bagaimana posisi pasien yang semestinya saat mesin sedang bergerak. Persiapan alat juga merupakan salah satu alas an kenapa foto radiografi panoramik yang dihasilkan tersebut gagal. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan intensitas paparan, proses paparan tidak sesuai, dan kesalahan pemilihan program. Frekuensi kegagalan pada radiograf digital panoramik masih sering terjadi. Peningkatan kemampuan serta pengetahuan dari operator serta perhatian penuh dari pasien saat diberikan instruksi oleh operator sebelum dilakukannya pemaparan merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Setelah memberikan instruksi, operator sebaiknya bertanya kepada pasien apakah mereka paham dengan instruksi yang telah diberikan, kemudian memposisikan pasien pada alat x-ray sesuai dengan petunjuk pengoprasian alat. Besarnya frekuensi kegagalan yang terjadi ini juga berpengaruh pada besarnya kemungkinan pasien untuk menerima paparan berulang. Paparan berulang dari sinar-x mengakibatkan kemungkinan bertambah besarnya efek negatif yang diterima oleh pasien, salah satunya yaitu efek stokastik yang tidak memiliki dosis ambang. Efek stokastik baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik. Peningkatan kemampuan dan pendidikan operator dalam hal pengoprasian dan tatalaksana pasien radiografik panoramik perlu ditingkatkan. Adanya Standard Operating Procedure dalam penentuan posisi pasien yang tertempel di alat juga merupakan alternatif dalam mengatasi kesalahan ini.
BAB V KESIMPULAN Foto radiografik panoramik merupakan gambaran yang mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. Penggunaan teknik ini diupayakan untuk meminimalisir rasa tidak nyaman yang dirasakam pasien pada saat pengambilan foto radiografik dengam metode intraoral. Hasil gambaran foto radiografik panoramik juga harus meenuhi kriteria yaitu harus jelas dan detail sehingg bisa dilakukan diagonosa dengan benar. Tetapi frekuensi kegagalan pada radiograf digital panoramik masih sering terjadi. Foto radiografik panoramic dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien sehingga menyebabkan hasil foto radiografi panoramic distorsi. Kegagalan yang sering terjadi pada radiografi panorami kini 60% kesalahan disebabkan karena positioning, 20 % karena hal teknis dan hanya sekitar 20% radiografi panoramik yang bebas error. Peningkatan kemampuan serta pengetahuan dari operator serta perhatian penuh dari pasien saat diberikan instruksi oleh operator sebelum dilakukannya pemaparan merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk meminalisir kesalahan. Sebab besarnya frekuensi kegagalan yang terjadi ini juga berpengaruh pada besarnya kemungkinan pasien untuk menerima paparan berulang.
DAFTAR PUSTAKA White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 6th ed. St. Louis, Mo.: Mosby/Elsevier, 2009. Print. Mohtavipour ST, Haghighat ASJ. Common Errors in Digital Panoramic Radiographs Taken in Rasht Dental School. Rasht: Journal of Dentomaxillofacial Radiology, Pathology and Surgery, 2013, 1-5. Dhillon M, Raju SM, Verma S, Tomar D, Mohan RS, Lakhanpal M, and Krishnamoorthy B. Positioning Errors and Quality Assessment in Panoramic Radiography. Imaging Science in Dentistry. 2012:42: 207-212. Pandey S, Pai KM, Dhakal A. Common Positioning and Technical Errors in Panoramic Radiography. Journal of Chitwan Medical College. 2014; 4(7): 26-29. Pillai KG. Oral and MaxillofacialRadiology Basic Principles and Interpretation. 1st ed. New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publishers (P),2015 Sinta MA, dkk. Digital radiograph failure frequency at RSGM FKG Universitas Airlangga
(period
October-December
2014).
Dentomaxillofacial
Radiology Dental Journal Vol. 6 (2). 2015; 24-27 Smajilagi A, Dilberovi F. Clinical and anatomy study of the human mental foramen. Bosnian Journal of Basic Medical Science 2004; 4 (3): 15-23. Agarwal DR, Gupta SB. Morphometric analysis of mental foramen in human mandibles of South Gujarat. People’s J of Scien Res 2011; 4: 16 Aher V, dkk. Anatomical position of Mental Foramen : A Review. Global Journal of Medical and Public Health 2012; 1: 49-52 White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. 6 th ed., St Louis : Elsevier., 2009 : 175