Makalah Radiologi 1 RADIOGRFIK PANORAMIK DAN EVALUASI MUTU
Oleh
:
1. Nahdah Izdihar Nastiti
021511133036 021511133036
2. Adjeng Inggar Ariyanti
021511133037 021511133037
3. Anisa Gita Rahmadiani
021511133038 021511133038
4. Nabila Zalfa Sannidhya
021511133039 021511133039
5. Valentina Vida Arief
021511133040 021511133040
RADIOLOGI I – DEPARTEMEN DEPARTEMEN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA Semester Genap 2016
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Adapun maksud dan tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mandiri pada Mata Kuliah Radiologi 1, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga Surabaya. Dalam makalah ini, penulis mengambil judul Radiografik
Panoramik
dan
Evaluasi
Mutu. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada Deny Saputra, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing tugas mandiri mata kuliah Radiologi 1 dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.
Surabaya, 18 Mei 2017
Penulis
iii i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................ ...................................................................................... ................................. ........... i Daftar Isi............................................ Isi................................................................... ............................................. ........................................ .................. ii ii Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang .................................................. ........................................................................ ................................. ........... 1 1.2 Tujuan ............................................ ................................................................... ............................................. ............................. ....... 1 1.3 Manfaat .......................................... ................................................................. ............................................. ............................. ....... 2 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Radiografi Panoramik .................................................. ........................................................................ ...................... 3 2.1.1 Definisi Radiografi Panoramik ...................................... ................................................. ........... 3 2.1.2 Indikasi Gambaran Panoramik........................................... .................................................. ....... 4 2.1.3 Prinsip Formasi Gambaran Panoramik .......................... ..................................... ........... 4 ................................................................. ................................. ........... 9 2.1.4 Focal Trough ........................................... ................................................................ ............................. ....... 11 2.1.5 Image Distortion .......................................... ............................................... .... 12 2.1.6 Real, Double and Ghost Images ...........................................
2.1.7 Mesin Panoramik ................................................ ...................................................................... ...................... 14 2.1.8 Intepretasi Gambaran Panoramik .......................................... .............................................. .... 22 2.1.9 Keuntungan dan Kerugian Radiografik Panoramik .................. .................. 29 2.2 Evaluasi Mutu .......................................................... ................................................................................ .......................... .... 31 2.2.1 Kriteria Kriter ia Kualitas yang Ideal ............................................... ...................................................... ....... 31 2.2.2 Evaluasi Mutu Radiografik Panoramik..................................... ..................................... 32 Bab 3 Pembahasan ........................................... ................................................................. ............................................ .......................... .... 35 Bab 4 Penutup ...................................................... ............................................................................ ............................................ ...................... 38 Daftar Pustaka ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ........... 39
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Radiografi di bidang kedokteran gigi mempunyai peranan penting dalam memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus, mulai dari menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis, memandu dalam perawatan, mengevaluasi, dan observasi hasil perawatan. Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam yaitu radiografi intra oral (film di dalam mulut) dan radiografi ekstra oral (film di luar mulut). Radiografi ekstra oral yang paling sering digunakan dokter gigi adalah panoramik. Kelebihan radiografik panoramik adalah sebagai berikut : a) lapangan pandang yang luas dari tulang fasial dan da n geligi, b) dosis radiasi yang rendah terhadap pasien, c) kenyamanan saat pemeriksaan pada pasien, d) kemampuan untuk digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulutnya, e) pembuatan panoramik membutuhkan waktu singkat, antara 3 sampai 4 menit (termasuk waktu yang diperlukan untuk memposisikan pasien dan siklus paparan yang tepat), f) kemudahan untuk memahami memahami pasien melalui film panoramik, sehingga dapat dipakai sebagai sarana visual penjelasan pasien serta persentasi kasus. Gambaran radiografi panoramik banyak digunakan untuk mendiagnosa gangguan pada rahang yang membutuhkan cakupan cakupan yang lebih luas, terutama t erutama pada evaluasi trauma, lokasi gigi molar ketiga, manifestasi penyakit sist emik, lesi yang luas pada rahang, pertumbuhan gigi geligi (terutama pada pertumbuhan gigi campuran), gigi yang belum tanggal atau sisa akar pada pasien endentulous, dan anomali pertumbuhan gigi. (White and Pharoah, 2014)
1.2 TUJUAN
Penyusunan makalah ini memiliki tujuan untuk memahami kegunaan radiografi panoramik. Serta mampu menerapkan evaluasi mutu radiografi panoramic dalam kedokteran gigi. gigi.
1
1.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat menerapkan dan mengetahui manfaat tentang radiografi panoramik dan evaluasi mutu yang akan diberikan di radiografi bidang kedokteran gigi.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RADIOGRAFI PANORAMIK 2.1.1 Definisi Radiografi Panoramik
Gambaran
panoramik
(pantomografi)
adalah
teknik
untuk
menghasilkan suatu gambaran utuh dari struktur wajah yang meliputi maksila dan mandibula, serta struktur pendukungnya. Gambaran panoramik digunakan untuk diagnosa yang membutuhkan cakupan luas dari rahang. Teknik ini menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang secara selektif menggambarkan lapisan tubuh secara spesifik. Pada radiografi panoramik, suatu sumber x-ray dan reseptor gambar berputar mengelilingi kepala pasien dan membentuk lengkungan focal trough, yaitu suatu zona dimana objek yang disertakan terlihat dengan jelas. Objek di depan atau di belakang focal trough menjadi buram dan tidak terlalu terlihat. Dengan demikian, mesin panoramik membentuk focal trough pada gigi dan jaringan di sekitarnya (White and Pharoah, 2014). Gambaran panoramik digunakan secara klinis untuk mendiagnosa masalah yang membutuhkan cakupan luas dari rahang, contohnya yaitu pada saat evaluasi trauma yang menyebabkan fraktur tulang rahang, lokasi molar ketiga, penyakit gigi atau tulang yang luas, pertumbuhan gigi dan erupsi (terutama pada gigi campuran), dugaan terdapat lesi yang besar, retensi gigi dan ujung akar gigi (pada pasien edentulous), TMJ pain¸dan perkembangan anomali gigi. Radiografi panoramik digunakan untuk evaluasi awal untuk membantu dan menunjang proyeksi lain. Selain itu, dapat digunakan untuk pasien yang tidak mentolerir pemeriksaan intraoral dengan baik (White and Pharoah, 2014).
2.1.2 Indikasi Gambaran Panoramik
Indikasi Gambaran Panoramik: a. Evaluasi gigi secara keseluruhan b. Evaluasi gross dari TMJ
3
c. Evaluasi gigi yang terkena impaksi d. Evaluasi erupsi gigi permanen e. Trauma dentomaxillofacial f. Gangguan perkembangan skeleton maksilofasial
2.1.3 Prinsip Formasi Gambaran Panoramik
Paatero dan secara terpisah, Numata, merupakan orang yang pertama kali
menggambarkan
prinsip
radiografi
panoramik.
Gambar
2.1
menunjukkan gambaran skematis hubungan antara sumber x-ray, pasien, kolimator sekunder, dan reseptor gambar selama formasi gambaran radiografi panoramik. Ilustrasi tersebut menunjukkan pembentukan focal trough pada mesin panoramik. Hal ini digambarkan seperti suatu kumpulan yang berisi disk dengan objek fisik yang tegak (diwakilkan dengan huruf) dan suatu reseptor gambar (Gambar 2.2). Reseptor bergerak ke atas melalui beam pada kecepatan yang sama sepert i objek A melalui C mengelilingi beam tersebut. Sebuah kolimator timbal yang berbentuk celah terletak pada sumber x-ray yang membatasi x-ray vertical beam yang lebih dalam. Kolimator lain antara benda dan reseptor gambar mengurangi radiasi yang tersebar dari objek ke reseptor gambar, berdasarkan objek radiopak awal A hingga C. Karena perputaran disk, gambaran radiografik direkam dengan tajam pada reseptor yang juga bergerak melewati beam pada arah dan kecepatan yang sama. Hubungan yang spasial dari bayangan objek benar-benar mewakili hubungan dari objek yang sesungguhnya. Karena jarak sumber reseptor adalah konstan dan jarak reseptor objek adalah sama untuk setiap objek, perbesaran yang dihasilkan juga sama. Pada benda D sampai F, terletak di sisi yang berlawanan dari disk, yaitu terletak di antara sumber sinar x dan pusat rotasi disk. Benda-benda tersebut berlawanan dengan arah reseptor sehingga bayangan benda tersebut dibalik pada reseptor. Dikarenakan benda-benda ini jauh lebih dekat dengan sumber sinar x, gambar yang dihasilkan menjadi sangat diperbesar. Pada gambar 2.3, menunjukkan hubungan yang sama antara
4
perputaran reseptor dan objek jika disk dalam keadaan diam, namun sumber sinar x dan reseptor berputar mengelilingi pusat rotasi pada disk. X-ray beam masih melewati pusat dari disk dan secara berurutan melewati objek A hingga C. Reseptor masih bergerak melalui beam dan pada tingkat yang sama beam melewati A hingga C. Dalam keadaan ini, objek A melalui C bergerak melalui sinar-x bergerak melalui x-ray beam pada arah yang sama dan tingkat yang sama dengan reseptor. Objek D hingga F berlanjut menjadi kabur seperti sebelumnya. Pada gambar 2.4, menunjukkan pasien dapat mengganti disk dan objek A hingga F mewakili gigi dan tulang di sekelilingnya. Ilustrasi menunjukkan posisi sumber sinar x dan reseptor di awal siklus paparan. Pusat rotasi terletak di sisi lengkungan, jauh dari benda yang tergambar. Tingkat pergerakan reseptor diatur menjadi sama seperti x-ray beam yang menyapu struktur dentoalveolar pada sisi pasien yang terdekat dengan reseptor. Struktur yang berlawanan arah dengan pasien (dekat x-ray tube) terdistorsi dan nampak tidak fokus. Hal ini disebabkan x-ray beam menyapu struktur berlawanan tersebut pada arah yang berlawanan dari perpindahan reseptor gambar. Selain itu, struktur di dekat sumber sinar-x sangat diperbesar (perbatasan menjadi kabur) sehingga gambar tersebut tidak terlihat sebagai gambaran diskrit dari gambar yang dihasilkan. Struktur ini terlihat sebagai bayangan atau ghost images. Sehingga hanya struktur di dekat reseptor yang dapat ditangkap sebagai gambar yang dihasilkan. Mesin panoramik kontemporer menggunakan pergerakan terus menerus dari pusat rotasi daripada beberapa lokasi yang tetap (gambar 2.5). Fitur ini mengoptimalkan bentuk focal trough untuk menunjukkan gigi dan tulang di sekitarnya. Pusat rotasi ini terletak dekat permukaan lingual bagian kanan mandibula saat TMJ bagian kiri digambarkan. Pusat rotasi anterior bergerak sepanjang lengkung yang berakhir pada lingual simfisis mandibula ketika garis tengah digambarkan. Lengkung dibalik sebagai sisi yang berlawanan dar i rahang yang digambarkan. Prinsip dasar pembentukan formasi gambar ini tetap sama, terlepas dari jenis detektor yang digunakan untuk merekam gambar. Dalam kasus
5
di mana reseptor adalah rangkaian perangkat coupled charge (CCD), film ini diganti dengan array CCD dua dimensi. Setiap kolom dari array dibacakan untuk membangun gambar. Kuncinya adalah membacakan kolom pada tingkat yang sama dengan film bergerak imajiner yang akan bergerak melewati array. Array CCD dibacakan terus menerus sebagai sumber sinar-x dan reseptor yang mengelilingi pasien. Karakteristik proyeksi geometrik yang dihasilkan sama seperti jika film atau plat fosfor fotostimul (PSP) telah digunakan; Hal ini berlaku untuk distorsi geometrik seperti pembesaran dan pemanjangan, adanya gambar hantu, superimposisi tulang belakang leher rahim atas struktur garis tengah, tumpang tindih gigi, dan variasi ukuran kanan dari tidak adanya posisi yang tepat dari bidang sagital pas ien pada instrumen.
Gambar 2.1 Skema hubungan antara sumber sinar x, kolimator sekunder, dan film atau penyimpanan reseptor gambar fosfor.
6
Gambar 2.2 Produksi suatu gambar panoramik. Dalam konsep ini, sumber sinar x dan kolimator dalam keadaan diam. Reseptor bergerak melalui beam dan cakram yang berputar, membawa objek A-F melalui beam. Objek A-C bergerak melalui beam dengan kecepatan yang sama dan arah reseptor gambar digambarkan dengan baik. Objek D-F bergerak melalui beam sama seperti reseptor namun berbeda arah, sehingga gambar yang dihasilkan menjadi buram. Dalam kasus radiografi panoramik CCD, prinsip pembentukan gambar sama dengan film atau reseptor menyimpanan fosfor.
Gambar 2.3 Produksi gambar panoramik Disk berada secara stasioner ketika sumber x-ray, reseptor, dan kolimator berputar di sekitar pusat disk. Sinar x-ray masih melewati objek ke reseptor gambar ke arah yang sama seperti pada Gambar 3, dan hasil gambar yang sama diperoleh. Inset tersebut menekankan bagaimana reseptor bergerak melewati kolimator selama pergerakan di sekitar disk.
7
Gambar 2.4 Produksi gambar panoramik. Gambaran geometri sama seperti gambar 3 dan 4, namun disk dan objek diganti dengan pasien. Reseptor bergerak melalui beam sama dengan laju balok melewati benda A-C; Dengan demikian, hanya gigi mandibula di dekat reseptor (benda A-C) yang tergambar dengan baik. Struktur di sisi berlawanan dari mandibula (objek D-F) kabur tak bisa dikenali lagi.
Gambar 2.5 Produksi gambar panorama. Berbeda dengan tiga skematik sebelumnya gambar yang ditunjukkan pada gambar 3 sampai 5, pusat rotasi sumber sinar-x bergerak terus menerus saat tabung dan reseptor diputar di sekitar pasien. Awalnya, sinar x-ray berputar di ujung lengkung bertitik di sisi tabung pasien. Karena sumber x-ray bergerak di belakang pasien, pusat rotasi bergerak maju sepanjang busur/lengkung (garis putus-putus). Gambar itu menunjukkan arah sinar x-ray pada berbagai interval untuk paruh pertama siklus paparan. Sumber sinar x kemudian terus bergerak di sekitar pasien untuk gambar sisi yang berlawanan.
2.1.4 F ocal Trough
Focal through adalah kurva 3D di mana struktur akan tampak paling tajam dan jelas. Struktur yang jatuh di depan atau di belakang focal trough dapat terdistorsi, diperbesar atau dikurangi (White and Pharoah, 2014). Prinsip teknik radiografi panoramik yang penting yaitu mekanisme pergerakan sinar-X dan film menghasilkan zona bidang gambaran radiografik tiga dimensi berbentuk kurva yang di sebut focal trough. Semua obyek dalam focal trough terproyeksi secara fokus. Semua obyek di luar focal trough terlihat kabur, sehingga tumpang tindih gambaran
8
struktur anatomis lain disekitar rahang dapat dihindari dengan posisi standar, posisi TMJ atau sinus, posisi anterior, posisi anak – anak (White and Pharoah, 2014).
Gambar 2.6 Focal Trough. Semakin dekat ke pusat (area gelap) sebuah struktur anatomi diposisikan, semakin jelas gambar yang dihasilkan.
Bentuk focal through bervariasi dengan merek peralatan yang digunakan serta dengan bentuk gambaran yang dipilih di dalam setiap unit. Bentuk dan lebar focal through ditentukan oleh jalan dan kecepatan reseptor serta kepala tabung x-ray, penyelarasan sinar x-ray, dan lebar kolimator. Lokasi focal through dapat berubah dengan penggunaan mesin yang ekstensif, sehingga diperlukan pemeriksaan kalibrasi ulang jika produksi gambar tidak optimal (White and Pharoah, 2014). Pada
beberapa
mesin
panoramic,
bentuk
focal
through
dapat
disesuaikan agar sesuai dengan bentuk anatomi maxillomandibular pasien atau untuk menunjukkan daerah anatomis yang lebih baik, seperti TMJ atau sinus maksila. Penyesuaian ini dilakukan melalui berbagai bentuk pusat rotasi yang berputar dan memungkinkan posisi anak-anak yang lebih baik, bentuk pasien yang tidak biasa, atau situs anatomis tertentu. Sebagai contoh, di beberapa unit, gerakan busur rotasi x-ray merupakan sumberreseptor menurun untuk mengubah ukuran melalui fokus ke rahang anak. Busur rotasi yang menurun juga menyebabkan berkurangnya paparan radiasi pasien. Dalam beberapa unit panoramic, sudut proyeksi sinar x-ray dimodifikasi untuk menghasilkan gambar dengan tumpang tindih penurunan gigi yang berdekatan dengan struktur superimposisi minimal dari sisi berlawanan dari rahang (White and Pharoah, 2014).
9
2.1.5 I mage Di stortion
Gambar panoramik menghasilkan distorsi ukuran dan bentuk objek. Distorsi ini membuat gambar panoramik tidak dapat dilakukan untuk pengukuran linear dan bersudut. Distorsi gambar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: x-ray beam angulation, sumber x-ray ke objek, jalur pusat rotasi, dan posisi objek terhadap focal trough. Distorsi gambar juga dapat dipengaruhi oleh anatomi dan posisi pasien (White and Pharoah, 2014). Posisi horizontal ditentukan oleh posisi objek terhadap focal trough. Besar distorsi horizontal tergantung jarak objek dari pusat focal trough dan sangat dipengaruhi posisi pasien. Prinsip yang sama berlaku untuk bidang sagital yang diputar di focal through. Struktur posterior berada pada sisi dimana kepala pasien diputar sebesar dimensi horizontal karena struktur posterior dipindahkan dari reseptor gambar, sedangkan struktur posterior pada sisi berlawanan bergerak mendekati reseptor gambar dan dikurangi pada dimensi horizontal. Hasil gambar dari gigi horizontal molar dan ramus mandibula dan premolar didapatkan gambaran yang tumpang tindih parah di satu sisi dan dimensi horizontal gigi molar yang lebih kecil dan ramus mandibula
di
sisi
lain.
Penampilan
gambaran
ini
tidak
boleh
disalahartikan dengan kongenital atau perubahan asimetri wajah (artefak posisi ini ditunjukkan pada Gambar 2.7).
10
A
B
C
D
E
F
Gambar 2.7 Pengaruh posisi objek terhadap ukuran radiografi. A. Mandibula menyangga posisi metal ring pada tengah focal trough. Mandibula diposisikan di tengah palung fokus dengan menempatkan tepi insisal dari gigi insisive sentral pada notch pada akhir perangkat gigitan rod positioning, B. Resultan radiografi panoramik menunjukkan distorsi minimal pada metal ring, C. Mandibula dan ring diposisikan 5 mm jauh dari focal trough, D. Resultan radiografi panoramic menunjukkan pembesaran horizontal dari ring dan gigi mandibula, E. Mandibula dan ring ditempatkan 5 mm depan notch bite-block, F. Resultan radiografi panoramik menunjukkan pengecilan horizontal dari ring dan gigi mandibula.
2.1.6 Real, Double, and Ghost I mages
Karena adanya rotasi dari sumber x-ray dan reseptor, maka x-ray beam akan membagi beberapa objek struktur anatomi. Objek akan dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan lokasinya, yaitu real images, double images, dan ghost images (White and Pharoah, 2014). a. Real Images Gambaran yang dihasilkan berdasarkan letaknya objek yang berada diantara pusat rotasi dan reseptor. Pada zona ini, objek yang terletak didalam focal trough menghasilkan gambaran yang tajam, sedangkan
11
yang jauh dari focal trough menghasilkan gambar yang kabur atau tidak jelas (White and Pharoah, 2014).
Gambar 2.8 Hasil dari gambaran nyata atau real images
Objek yang terletak di belakang pusat rotasi dan ditembakkan dua kali oleh x-ray beam yang membentuk bentukan gambar ganda. Regio yang mencakup yaitu tulang hyoid, epiglotis, dan tu lang servikal.
b. Double Images Objek yang terletak di belakang pusat rotasi dan ditembakkan dua kali oleh x-ray beam yang membentuk bentukan gambar ganda. Regio yang mencakup yaitu tulang hyoid, epiglotis, dan tulang servikal.
c.
Ghost Images Beberapa objek diletakkan di antara sumber x-ray dan pusat rotasi. Objek yang diletakkan pada posisi tersebut menghasilkan ghost images. Pada gambaran panoramik, ghost images muncul pada gambar yang berlawanan dengan posisi anatomis yang sebenarnya dan pada tingkat yang lebih tinggi karena kecenderungan x-ray beam untuk ke atas. Ghost images menjadi blur dan membesar disebabkan oleh objek terletak di luar bidang fokus dan dekat dengan sumber xray. Aksesoris logam, seperti anting, kalung, dan jepit rambut, membentuk bentukan ghost images dan nampak seperti gambar radiopak blur yang menganggu bentukan anatomis , mask pathologic changes, atau mimic pathologic changes.
12
Gambar 2.9 Gambaran ghost dari metal plates
A
B
C
Gambar 2.10 Lokasi struktur anatomi atau objek yang menghasilkan real, double dan ghost images. (A. real images, B. double images, C. ghost images)
2.1.7 Mesin Panoramik
Banyak perusahaan memproduksi mesin panoramik digital dengan berbasis film kualitas tinggi. Veraviewepocs, GXDP-700, dan ProOne, semuanya sangat serbaguna. Selain menghasilkan gambar panoramik rahang, mereka memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan pasien dari berbagai ukuran dan pengambilan gambar frontal dan gambar lateral TMJ. Beberapa mesin ini juga mampu menghasilkan tampilan tomografi melalui sinus dan gambaran penampang dari rahang atas dan rahang bawah (White and Pharoah, 2014). Gambar-gambar ini diperoleh dengan memiliki “tube head” dan program pegerakan film khusus yang dimasukkan ke dalam mesin. Setiap mesin juga memiliki kemampuan untuk menambahkan pada lampiran Cephalometri untuk memungkinkan paparan standart gambar tengkorak. Beberapa mesin memiliki kemampuan otomatis kontrol eksposur; ini dilakukan dengan mengukur jumlah radiasi yang melewati mandibula pasien selama bagian awal dari eksposur dan menyesuaikan gambaran faktor (peak kilovoltage [kVp], milliamperage [mA], dan kecepatan
13
gerakan gambar) untuk mendapatkan gambar dengan dengan tepat. Akhirnya, semua mesin ini tersedia dalam konfigurasi CCD-digital, dan beberapa memiliki kemampuan pencitraan cone-beam (White and Pharoah, 2014)..
Gambar
2.10
mesin
panaoramic
A, Veraviewepocs two-dimensional panoramic unit with
cephalometric arm attachment. B, GXDP-700 panoramic unit. C, ProOne panoramic machine. In a clinical situation a leaded apron would be used to protect the patient. (A,Courtesy
J.
Morita Mfg Corp, Kyota, Japan; B,Courtesy Gendex Dental Systems, Hatfield, PA; C,Courtesy Planmeca Inc, Wood Dale, IL.)
2.1.7.1 Posisi Pasien dan Pengaturan Kepala
Untuk mendapatkan gambaran radiografik panoramik yang bagus, maka sebaiknya mempersiapkan pasien dengan baik dan keadaan kepala dalam focal trough. Dental aplikasi, anting-anting, kalung, jepit rambut dan berbagai barang logam yang berada dikepala dan
leher harus
dilepaskan. Pasien harus dijelaskan untuk tidak melakukan apapun atau diam ketika prosedur ini berlangsung. Hal ini penting terutama untuk anak-anak, yang mungkin cemas. Anak-anak harus diinstruksikan untuk melihat ke depan dan tidak mengikuti kepala tabung dengan mata mereka (White and Pharaoh, 2014).
14
Posisi anteroposterior radiografi dari pasien dapat tercapai dengan menempatkan pasien dengan tepi insisal dari gigi seri rahang atas dan rahang bawah menjadi posisi berlekuk perangkat (menggigit-blok). Pasien tidak boleh menggeser
mandibula pada posisi lain ketika
membuat gerakan protrusif ini. Pesawat midsagittal harus berpusat di dalam focal through dari x-ray khusus satuan. Sebagian besar unit panoramik memiliki sinar laser untuk memfasilitasi keselarasan pesawat pasien midsagittal, pesawat Frankfort, dan posisi anteroposterior dalam focal through(White and Pharaoh, 2014). Penempatan pasien yang
terlalu jauh anteriornya atau terlalu jauh
posteriornya menghasilkan hasil penyimpangan dimensi yang signifikan dalam gambar. Posisi posterior yang terlalu jauh menghasilkan dimensi mesiodistal diperbesar melalui sextants anterior dan menghasilkan gigi “gemuk” (lihat Gambar. 2.11). Posisi anterior yang terlalu jauh mengurangi
dimensi
mesiodistal
melalui
sextants
anterior
dan
menghasilkan gigi “tipis” (lihat Gambar. 2.11). Kegagalan untuk posisi pesawat midsagittal pada rotasi garis tengah
mesin menghgasilkan
gambaran radiografi yang benar dan sisi kiri yang tidak merata diperbesar dalam dimensi horizontal (Lihat Gambar. 2.11).
Gambar 2.11 Gambar Panoramic menunjukkan kesalahanp posisi- rotasi bidang sagital. kepala pasien diputar ke kanan, menempatkan rahang kanan bukal ke focal through dan rahang kiri lingual ke focal through. Sebagai konsekuensinya, gambar dari kanan rahang diminimalkan, sedangkan
15
gambar rahang kiri yang diperbesar. Perhatikan juga tumpang tindih parah dari gigi posterior kiri. Ini penting untuk mengenali distorsi umum ini dan tidak untuk dilakukan kesalahan itu untuk skeletal asimetris (White and Pharaoh, 2014).
Kesalahan menentukkan garis tengah menyebabkan distorsi horizontal di daerah posterior; tumpang tindih gigi yang berlebihan di daerah premolar; dan kadang-kadang, tidak terdiagnostik, gambar klinis tidak dapat diterima. Sebuah metode sederhana untuk mengevaluasi tingkat distorsi horizontal gambar adalah untuk membandingkan lebar rahang bawah molar pertama bilateral. Yang lebih kecil sisi terlalu dekat dengan reseptor, dan sisi yang lebih besar adalah terlalu dekat dengan Sumber xray (White and Pharaoh, 2014). Dagu dan bidang oklusal dari pasien harus diposisikan dengan benar untuk menghindari distorsi. Bidang oklusal sejajar sehingga bagian anterior
lebih
rendah,
dengan
kemiringan
20-30
derajat
dari
horizontal. Panduan umum mengenai posisi dagu adalah menempatkan tragus dari telinga ke kantus luar mata sejajar dengan lantai. Jika dagu terlalu tinggi maka bidang oklusal akan tergambar datar atau terbalik pada
radiograf,
dan
akan
menghasilkan gambaran mandibula yang
terdistorsi.
16
Gambar 2.12 Radiografi Panoramic menunjukkan kesalahan keselarasan kepala pasien. A, Dagu dan bidang oklusal yang diputar ke atas, sehingga tumpang tindih gambar dari gigi dan bayangan opak (palatum) menutupi akar gigi rahang atas. B, Dagu dan bidang oklusal diputar ke bawah, memotong wilayah symphyseal pada radiograf dan mendistorsi anterior gigi (White and Pharaoh, 2014).
Selain itu, radiopak sebuah bayangan palatum ditumpangkan pada akar gigi rahang atas. Jika dagu terlalu rendah, gigi menjadi sangat tumpang tindih, wilayah symphyseal mandibula kemungkinan terpotong pada film dan condylus mandibular kemungkinan terproyeksi pada bagian atas film. Pasien diposisikan dengan punggung dan tulang belakang mereka setegak mungkin dan leher mereka dipanjangkan. Pasien menempatkan kaki mereka pada dibawah dan menggunakan bantal untuk dukungan dapat memfasilitasi ketepatan posisi duduk. Perangkat ini membantu meluruskan tulang belakang, meminimalkan artefak yang dihasilkan oleh bayangan tulang belakang. ekstensi leher yang tepat paling baik dilakukan dengan menggunakan gaya ke atas pada eminences mastoid. Kemungkinkan kepala pasien turun dan leher mereka maju menyebabkan buram besar artefak di garis tengah yang dibuat oleh superimposisi dari peningkatan massa tulang belakang leher. Bayangan ini mengaburkan seluruh wilayah symphyseal mandibula dan mungkin
17
memerlukan foto radiografi lagi. Akhirnya, setelah pasien diposisikan dalam mesin, mereka harus diinstruksikan untuk menelan dan memegang lidah pada langit-langit mulut. Hal ini menimbulkan dorsum yang lidah ke langit-langit keras, menghilangkan ruang udara dan menyediakan visualisasi yang optimal dari apeks gigi rahang atas. (White and Pharaoh, 2014).
2.1.7.2 Reseptor Gambar
Reseptor digital yang digunakan semakin meningkat untuk membuat gambar panoramik. Salah satu pilihan adalah dengan menggunakan film sized PSP plate. Setelah mengekspos piring, gambar diproses dengan membaca gambar laten off dari pelat PSP menghasilkan gambar digital. Alternatifnya, sebagian besar produsen telah mengembangkan digital langsung mesin panoramic akuisisi. Reseptor pada mesin tersebut adalah array detektor solid-state (CCD atau logam komplementer oksida semikonduktor sensor). Sensor array mentransmisikan sinyal elektronik ke komputer pengendali, yang menampilkan gambar pada viewscreen seperti yang diakuisisi. Keduanya modalitas digital memungkinkan pengguna untuk memodifikasi karakteristik gambar, termasuk kontras dan kepadatan penyesuaian, hitam/pembalikan putih, daerah pembesaran, peningkatan tepi, dan rendering warna. Sebagian besar unit mampu mengekspor
image
digital
di
DICOM
( Digital
Imaging
and
Communication in Medicine) Format atau dalam berbagai format gambar standar, seperti Tagged Image File Format (TIFF) atau Joint Fotografi Experts Group (jpeg), yang memungkinkan pertukaran mudah radiografi gambar.
DICOM
adalah
standar
yang
menentukan
penanganan,
penyimpanan, percetakan, dan transmisi gambar medis. Amerika Dental Association mendukung penggunaan DICOM sebagai standar untuk pertukaran semua gambar digital gigi dan merekomendasikan bahwa semua unit digital x-ray baru menjadi DICOM compliant (White and Pharaoh, 2014). Intensitas layar digunakan pada radiografik panoramik berbasis film,
18
karena signifikan mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan pada saat dilakukan
paparan.
Semua
gambar
panoramik
harus memiliki
mekanisme yang secara otomatis akan menandai bagian kanan dan kiri pasien.
Juga
pengambilan
nama
dan
gambar.
umur
Struktur
dari
pasien
anatomi
dari
serta tanggal
saat
pasien tidak boleh
tertutupi oleh label apapun (White and Pharaoh, 2014).
Screen film Proyeksi ekstra oral yang paling umum digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk panoramic, tengkorak dan radografik cephalometri.Screen film ini dikombinasikan dengan intensifiying screen . Emulsi yang digunakan di dalam screen film ini telah ditambahkan pewarna untuk secara spesifik meningkatkan absorbs panjang gelombang cahaya dari intensifiying screen. Karena sifat dari intensifiying screen berbeda, sangat penting untuk menggunakan kombinasi screen-film tepat yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat sehingga absorpsi dari screen-film cocok (Goaz,1987). Beberapa tipe umum film cocok untuk radiografi extraoral, masingmasing
ditujukan
dengan
penggunaan
spesifik.Semua
pabrik
menyediakan film high contrast kecepatan medium yang cocok untuk panoramic dan radiografi tengkorak. Seringkali salah satu film tersebut ditujukan untuk pemrosesan manual dan yang lain dirancang untuk proses otomatis. Film lainyang ada dan lebih cepat, menyediakan paparan radiasi yang kecil namun memberikan gambar yang kurang detail. Film seperti itu lebih dipertimbangkan untuk radiografi panoramic dimana detail gambar tidak tersedia karena pergerakan dari tube head selama paparan.Baru-baru yangditujukan
ini
untuk
sebuah
film
digunakan
baru
dengan
telah
diperkenalkan
rare-earthintensifiying
screen.Kombinasi screen-filmini beberapa kali lebih cepat dari film-film sebelumnya dan menyediakan hasil yang lebih jelas untuk banyak pekerjaan diagnostik.Hal ini sangat berguna untuk radiografi tengkorak dan radiografi panoramic (Goaz, 1987).
19
I ntensifying screens Intersifying screen digunakan dengan dikombinasikan bersamaan dengan film untuk semua radiografi extraoral termasuk panoramic, cephalometri, dan radiografi tengkorak. Meskipun terdapat rentan kecepatan intensifying screen, penggunaan dari high-speed intensifying screen mengurangi dosis yang dibutuhkan pasien untuk mencapai sebuah densitas standard film. Intensifying screen rutin digunakan dalam radiografi panoramic karena secara signifikan dapat mengurangi jumlah paparan radiasi yang diperlukan untuk sebuah paparan radiogrfi yang seharusnya.Dalam banyak kasus pada umumnya, mesin panoramic telah dilengkapi dengan intensifying screen oleh perusahaan pembuat mesin panoramic.Jenis screendicetak dalam huruf hitam pada setiap screen dan diproyeksikan ke radiografi sebagai huruf yang jelas. Pemilihan kombinasi screen-film tergantung pada aplikasi diagnostic. Penggunaan filmyang berkecepatan lebih lambat dan screen yang berkecepatan medium akan menghasilkan detail area yang lebih besar dari umumnya. Umumnya bijak untuk menggnakan film berkecepatan tinggi untuk mengurangi paparan radiasi pasien (Goaz, 1987).
2.1.7.3 Teknik Dark Room F ilm
Prosedur dark room dibutuhkan ketika film panoramik sedang diproses. Dark room film sangat sensitive terhadap cahaya dibanding film intraoral khususnya setelah mereka terpapar. Pengurangan pencahayaan ruang gelap dari yang digunakan untuk film intraoral konvensional sangat penting. Panoramic dapat dikembangkan baik secara manual maupun dalam prossesor film otomatis, menggunakan faktor pengolahan yang sama seperti untuk film intraoral. Perawatan yang sama harus dilakukan untuk mengembangkan, membilas, memperbaiki, dan mencuci secara benar film panoramic dengan film intraoral untuk mendapatkan hasil optimal (Goaz, 1987).
20
2.1.8 Interpretasi Gambar Panoramik
Saat menginterpretasikan gambar, titik awal adalah menganalisis sistematis terhadap gambar dan pemahaman yang menyeluruh tentang struktur anatomis normal dan variannya pada gambar. Gambar panoramik sangat berbeda dari gambar intraoral dan menuntut pendekatan disiplin dan fokus terhadap interpretasi mereka. Mengenali struktur anatomi normal pada radiografi panoramik sangat menantang karena adanya anatomi kompleks di bagian tengah, superimposisi berbagai struktur anatomis, dan orientasi proyeksi yang berubah dengan real, double, and ghost images. (White and Pharoah, 2014) Akan sangat membantu jika melihat gambar seolah melihat pasien, dengan struktur di sisi kanan pasien diposisikan di sebelah kiri pengamat. Dengan demikian, gambar tersebut dapat dilihat dalam orientasi yang sama dengan gambar periapikal dan bitewing , sehingga interpretasinya lebih nyaman. Gambar panorama mewakili rahang melengkung yang dilipat ke bidang datar. Di daerah posterior, gambar panorama menggambarkan pandangan sagital (lateral) pada rahang, sedangkan pada kelompok
sektan
anterior,
ini
mewakili
pandangan
koronal
(anteroposterior). (White and Pharoah, 2014)
Gambar 2.13 Tulang rahang bawah, tulang belakang, tulang belakang servikal, dan tengkorak seperti pada gambar panorama. Gambar terdiri dari pandangan lateral kiri dan kanan dari tulang wajah yang posterior pada gigi taring dan pandangan anterior ke gigi premolar. (White and Pharoah, 2014)
21
2.1.8.1 Dentition
Dentition adalah demonstrasi dari gigi yang lengkap. Meskipun ada situasi langka di mana posisi pasien atau gigi ektopik menempatkan gigi dari palung fokus, semua gigi umumnya terlihat pada gambar. Dengan demikian, interpretasi harus selalu menyertakan identifikasi pada gigigigi yang tumbuh dan juga yang berkembang. Gigi harus diperiksa untuk kelainan jumlah, posisi, dan anatomi. Dalam kedokteran gigi, termasuk obturations endodontik, mahkota, dan restorasi tetap lainnya, harus dicatat. Terlalu lebar atau sempit gigi anterior menyarankan malposisi dari pasien di palung fokus. Demikian pula, gigi yang lebih luas disatu sisi dari yang lain menunjukkan bahwa bidang sagital pasien diputar. Karies yang lebih dalam dan penyakit periapikal dan periodontal mungkin jelas. Namun, resolusi dari radiograf panoramik adalah lebih rendah dari radiografi intraoral, dan radiografi intraoral tambahan mungkin diperlukan untuk mendeteksi subtle disease. Permukaan proksimal gigi premolar sering tumpang tindih, yang mengganggu interpretasi karies. (White and Pharoah, 2014) Hal ini sangat penting untuk memeriksa molar ketiga yang terkena dampak. Orientasi molar, jumlah dan konfigurasi akar, hubungan komponen gigi untuk struktur anatomi kritis, seperti kanal mandibula, lantai dan dinding posterior sinus maksilaris, tuberositas maksila, dan gigi yang berdekatan, dan adanya kelainan pada tulang perikoronal atau periradikular yang harus dipelajari dengan cermat. Namun, mengingat sifat panorama dua dimensi, mungkin memerlukan pencitraan tambahan dengan tomografi cone-beam (CT) untuk mendefinisikan dengan tepat hubungan spasial akar molar yang berdampak pada struktur vital. (White and Pharoah, 2014)
2.1.8.2 Mi dfacial Region
Midface adalah terdiri dari campuran kompleks dari tulang, rongga udara, dan jaringan lunak, yang semuanya muncul pada gambar panorama. Tulang individu yang mungkin muncul pada gambar
22
panorama midface termasuk temporal, zygoma, rahang, frontal, maksila, sphenoid, ethmoid, vomer, hidung, hidung conchae, dan palatum; dengan demikian, keliru untuk merujuk ke wilayah midfasial pada gambar panorama sebagai "rahang atas". Memelihara disiplin dan fokus pemeriksaan sistemik semua aspek dari gambar midfasial sulit dan kritis dalam pemeriksaan keseluruhan gambar panoramik. (White and Pharoah, 2014) Maxilla dapat dikelompokkan ke dalam lokasi utama untuk pemeriksaan ,sebagai berikut: •
Batas kortikal dari maksila, termasuk batas posterior dan alveolar ridge
•
Fissure pterygomaxillary
•
Sinus maksilaris
•
Kompleks zygomatik, termasuk orbital rim inferior dan latera l
•
Rongga hidung dan conchae
•
TMJ (juga dilihat di mandibula, namun memvisualisasikan struktur penting merupakan ide bagus dalam interpretasi gambar)
•
Gigi rahang atas dan supporting alveolus
Meneliti garis besar korteks maxilla adalah cara yang baik untuk pusat pemeriksaan midface. Batas posterior maksila memanjang dari bagian superior fissure pterygomaxillary sampai ke daerah tuberositas dan sekitar ke sisi yang lain. Batas posterior fissure pterygomaxillary adalah tulang pterygoideus dari tulang sphenoid (perbatasan anterior dari lempeng pterygoideus). Kadang-kadang, sinus sphenoid dapat meluas ke dalam struktur ini. Fissure pterygomaxillary itu sendiri memiliki penampilan tetesan air mata yang terbalik; Sangat penting untuk mengidentifikasi area ini pada kedua sisi gambar karena mucoceles sinus maksila dan karsinoma secara khas menghancurkan batas maxillary posterior, yang dimanifestasikan sebagai hilangnya batas anterior fisura pterygomaxillary. (White and Pharoah, 2014)
23
Sinus maksila biasanya divisualisasikan dengan baik pada gambar panorama.
Dokter
harus
mengidentifikasi
masing-masing
batas
(posterior, anterior, lantai, atap) dan perhatikan apakah seluruhnya digariskan dengan tulang kortikal, kira-kira simetris, dan sebanding dengan kepadatan radiografi. Batas harus ada dan utuh. Batas medial sinus maksila adalah batas lateral rongga hidung. Namun, antarmuka ini tidak ditunjukkan pada gambar panorama. Batas superior, atau atap, sinus maksila adalah lantai orbit. Antarmuka ini ditunjukkan pada gambar panorama
dalam
aspek
anteriornya.
Meskipun
berguna
untuk
membandingkan sinus maksila kanan dan kiri saat mencari kelainan, penting untuk diingat bahwa sinus sering secara asimetris secara nonpathologis relatif terhadap ukuran, bentuk, dan kehadiran dan jumlah septa. Aspek posterior sinus lebih buram karena superimposisi zygoma. Setiap sinus harus diperiksa untuk bukti adanya kista retensi mukosa, penebalan mucoperiosteal, dan kelainan sinus lainnya. (White and Pharoah, 2014)
2.1.8.3 Mandibula
Mandibula dapat dikelompokkan ke dalam area anatomis utama tulang melengkung, sebagai berikut: •
Condylar process dan TMJ
•
Coronoid
•
Ramus
• Body and angle •
Anterior sextant
•
Gigi mandibular dan supporting alveolus
Dokter harus bisa mengikuti batas kortikal di sekitar tulang, kecuali daerah dentate. Perbatasan ini harus halus, tanpa interupsi (langkah deformitas) dan harus memiliki ketebalan simetris di area anatomis yang sebanding (misal: Sudut, batas tubuh lebih rendah, batas posterior ramus). Trabekula dari mandibula cenderung lebih banyak terjadi di daerah
24
anterior, sedangkan kompartemen sumsum meningkat ke arah sudut dan ke dalam ramus. Namun, pola dan kerapatan trabekular ini harus relatif simetris. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak, yang memiliki trabekula sangat jarang selama tahap gigi berganti dan campuran. (White and Pharoah, 2014) Kondilus mandibula pada umumnya diposisikan sedikit anteroinferior pada posisi tertutup
normal karena pasien harus membuka dan
menonjolkan sedikit mandibula untuk melibatkan alat pemosisian di sebagian besar mesin panorama. TMJ dapat dinilai untuk perubahan anatomi kepala condylar dan fossa glenoid; jaringan lunak, seperti disk artikularis dan ligamen posterior, tidak dapat dievaluasi. Fossa glenoid adalah bagian dari tulang temporal, dan dapat dipicu oleh sel-sel udara mastoid. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya radiolusen multilokular di disk artikularis dan fossa glenoid, yang merupakan varian normal. Penilaian terhadap tulang yang lebih definitif dari TMJ dilakukan dengan menggunakan cone-beam (CT) dan CT scan. Magnetic Resonance Imaging adalah pemeriksaan pilihan untuk evaluasi disk dan jaringan lunak pericondylar. (White and Pharoah, 2014)
Bayangan dari struktur lain yang dapat ditumpangkan di atas area ramal mandibula, meliputi:
Faring nafas bayangan, terutama ketika pasien tidak mampu untuk mengusir udara dan menempatkan lidah di langit-langit mulut selama paparan
Posterior dinding nasofaring
Serviks vertebra, pada pasien biasanya terlihat pada individu yang osteoporosis
Earlobe and ear decorations
Nasal cartilage and nasal decorations
Soft palate and uvula
2.1.8.4 Jaringan Ikat
25
Banyak struktur jaringan lunak yang dapat diidentifikasi pada radiograf panoramik, termasuk lidah yang melengkung di atas gambar di bawah langit-langit keras (kira-kira dari sudut-sudut mandibula kanan ke sudut kiri), tanda bibir (di tengah film ), Langit-langit lunak yang membentang posterior dari langit-langit keras di setiap ramus, dinding posterior faring oral dan nasal, septum nasal, daun telinga, hidung, dan lipatan nasolabial . Bayangan napas radiolusen melapisi struktur anatomi normal dan dapat ditunjukkan oleh batas-batas jaringan lunak yang berdekatan. Termasuk fossa hidung, nasofaring, rongga mulut, dan orofaring. Epiglotis dan kartilago tiroid sering terlihat pada gambar panoramik. Kadang-kadang, ruang udara antara dorsum lidah dan langitlangit lunak mensimulasikan fraktur melalui ramus at au sudut mandibula. (White and Pharoah, 2014)
Gambar 2.14 Gambar jaringan lunak pada radiografi panoramik. A, Penggunaan radigafi panoramik dengan benar. B, Gambar panorama yang sama (diproses dengan filter) dengan overlay yang menunjukkan posisi jaringan lunak orofacial yang tampak secara radiografi. C, Gambar panorama yang sama dengan overlay yang menunjukkan komponen jalan nafas. Nasofaring adalah posterior turbinates dan di atas langit-langit keras. Velofaring adalah posterior langit-langit lunak. Orofaring berada di bawah uvula. (White and Pharoah, 2014)
26
Gambar 2.15 Struktur normal kadang terlihat di daerah leher pada gambar panoramik. Aspek superior tulang rawan tiroid (panah putih) bisa salah untuk kalsifikasi vaskular. Epiglotis (panah hitam) terletak di posterior dorsum lidah. Perhatikan juga pada bagian telinga posterior kepala condylar mandibula. (White and Pharoah, 2014)
Gambar 2.16 Bayangan yang ditumpangkan di atas ramus mandibula mungkin salah untuk patah tulang (tiga panah putih). Juga, ghost image dari anting-anting logam di sisi kiri pasien ditumpangkan di atas daerah tuberositas maksila kanan (panah putih tunggal). (White and Pharoah, 2014)
2.1.9 Kentungan dan Kerugian Radiografik Panoramik 2.1.9.1 Keuntungan
Gambar mencangkup wilayah yang luas dan dapat menampilkan semua jaringan dalam focal through, termasuk gigi anterior, bahkan ketika pasien tidak mampu untuk membuka mulut.
27
Gambar mudah dipahami
pasien, oleh karena itu, dapat
digunakan sebagai media mengajar yang baik.
Gerakan pasien dalam bidang vertikal hanya akan menyebabkan distorsi bagian gambar yang dihasilkan pada saat itu.
Pengaturan posisi relatif sederhana dan hanya memerlukan keahlian minimal.
Keseluruhan tampilan rahang memungkinkan penilaian cepat dari dasar penyakit, atau penyakit yang mungkin tak terduga
Tampilan kedua sisi mandibula pada satu film berguna pada saat menilai fraktur dan nyaman bagi pasien yang terluka.
Keseluruhan tampilan dapat digunakan untuk mengevaluasi status periodontal dan penilaian ortodontik.
Dasar antral, dinding medial dan posterior ditampilkan dengan baik.
Kedua kepala condylar ditampilkan dalam satu film, yang memudahkan dilakukannya perbandingan
Dosis radiasi (dosis efektif ) sekitar seperlima dari dosis survei full-mouth film intra-oral
Pengembangan dari teknik pembatasan lapangan pandang menghasilkan pengurangan dosis yang lebih lanjut.
2.1.9.2 Kerugian
Gambaran tomografi hanya mewakili bagian dari pasien. Struktur atau kelainan yang tidak berada dalam focal through tidak terlihat
Jaringan lunak dan bayangan udara dapat menutupi bagian atas struktur jaringan keras yang dibutuhkan.
Ghost atau bayangan artefactual dapat menutupi bagian atas struktur pada focal through
Pergerakan tomografi bersama dengan jarak antara focal through dengan reseptor gambar menghasilkan distorsi dan perbesaran pada hasil gambar akhir
28
Penggunaan film indirect dan intensifying screen menghasilkan pengurangan kualitas gambar, tetapi resolusi gambar dapat ditingkatkan dengan menggunakan digital image receptors.
Teknik ini tidak cocok untuk anak di bawah enam tahun atau pada beberapa pasien cacat akibat dari panjangnya siklus eksposur.
Bentuk focal through tidak sesuai dengan beberapa pasien sehingga akan terdapat beberapa struktur yang keluar dari fokus.
Pergerakan pasien selama paparan dapat menghasilkan kesulitan dalam menginterpretasikan gambar
2.2 EVALUASI MUTU
Penilaian kualitas gambar pada dasarnya melibatkan tiga tahap terpisah, yaitu:
Perbandingan gambar terhadap kriteria kualitas yang ideal
Penilaian subjektif terhadap kualitas gambar berdasarkan standar yang
telah diterbitkan
Evaluasi rinci film yang gagal untuk menentukan sumber kesalahan.
(Whaites, 2007)
2.2.1 Kriteria Kualitas yang Ideal
Terlepas dari jenis reseptor gambar yang digunakan, kriteria kualitas khas untuk lapang pandang penuh radiograf panoramik meliputi:
Semua gigi atas dan bawah serta jaringan pendukung tulang alveolar harus terlihat jelas
Seluruh mandibula harus dimasukkan
Pembesaran di bidang vertikal dan horizontal harus sama
Dimensi mesio-distal Gigi molar kanan dan kiri harus sama
Densitas gambar harus seragam tanpa bayangan udara di atas lidah yang memberi gambaran
pita radiolusen (hitam) di atas akar gigi
bagian atas
Gambar dari hard palate harus muncul di atas apeks gigi atas
29
Hanya boleh ada sedikit ghost shadow dari sudut kontralateral
mandibula dan tulang belakang leher Tidak tampak bayangan dari gigi palsu, anting-anting dan perhiasan
lainnya Gambar harus diberi label yang jelas dengan nama pasien dan tanggal
pemeriksaan Label identifikasi pasien tidak boleh mengganggu salah satu fitur di
atas Gambar harus jelas ditandai dengan kata Kanan dan / atau Kiri.
(Whaites,2007) Tabel 1. Kriteria penilaian kualitas subyektif untuk film ( Guidance Notes for Dental Practitioners on the Safe Use of X-ray equipment, 2001)
Penilaian
Kualitas
Dasar
Tidak ada kesalahan persiapan 1
Baik
paparan,
pemosisian,
pasien,
pengolahan
atau
pemrosesan film Terdapat beberapa kesalahan persiapan 2
Diagnosa diterima
pasien, paparan, pemosisian, pengolahan atau
pemrosesan
film,
tetapi
tidak
mengurangi fungsi diagnostik radiografi
Terdapat kesalahan persiapan 3
Tidak dapat diterima
paparan,
pemosisian,
pengolahan
atau
pemrosesan film yang membuat radiografi diagnosa tidak dapat diterima
2.2.2 Evaluasi Mutu Radiografik Panoramik
pasien,
Mencangkup seluruh bagian Temporo Mandibular Joint hingga ke bagian tepi mandibula
30
Kontras, detail, dan ketajaman radiograf baik
Gigi anterior, kondilus kanan dan kiri tampak jelas
Angulus dan ramus mandibula bagian kiri dan kanan terletak simetris dan tampak jelas
Septum nasal dan palatum durum tampak jelas
Ukuran gigi anterior dan posterior proporsional
Tidak terdapat ghost image
Hasil radiograf dapat diinterpretasi dengan baik
Gambar 2.17. Gambaran radiograf panoramik yang sesuai dengan kriteria yang ideal.
Hasil radiograf dapat diinterpretasi dengan baik . Gambaran normal radiografik panoramik dibagi ke dalam 9 area yang digolongkan menjadi 6 zona (lihat gambar 2.18 ), yaitu : 1. Gigi geligi
Pada daerah oklusal harus membentuk lengkungan yang halus dengan arah ke atas seperti garis senyum.
Akar dari gigi anterior harus terdapat dalam gambar
Gigi posterior harus sama besar tiap sisinya dengan tidak adanya kontak yang overlap
2. Sinus hidung
Konka harus tetap pada hidung
Bayangan palatum keras harus melewati sinus diatas puncak gigi posterior RA
31
3. Mandibula
Korteks inferior harus berbeentuk lengkungan yang halus
Tulang hyoid tidak boleh terlalu dominan
4. TMJ
Kedua condilus harus berada di tengah dari zona dan tidak boleh lebih besar atau lebih tinggi
5. Ramus mandibula
Ramus mandibula harus vertikal dan tidak landai
Tidak boleh ada gambar semu pada ramis di salah 1 sisinya
6. Tulang hyoid
Terdapat processus styloideus pada kedua sisi
Tulang hyoid tidak boleh membentang melewati mandibula
Gambar 2.18. Sembilan area pada gambaran radiograf panoramik yang dikelompokkan menjadi 6 zona.
32
BAB 3
PEMBAHASAN
Seorang pasien perempuan usia 9 tahun melaporkan ke Dentscan, Oral Medicine and Radiology Center untuk radiografi panoramik. Pasien tidak dapat melepaskan anting-antingnya sehingga radiografi yang dihasilkan terdapat gambaran anting tersebut. Alat yang digunakan untuk radiografi ini yaitu Planmeca 2002cc Proline (Planmeca Oy, Helsinki, Finland) dengan film Kodak dan Lanex Screen. Mode paparan yang digunakan sesuai untuk anak-anak.
Gambar 3.1 Radiografi panoramik pasien
Pada gambaran tersebut, terdapat gambaran anting pada sisi kanan dan kiri sebagai artefak radiograf. Namun pada kedua sisi tersebut terdapat tiga bayangan tambahan, dua pada sisi kiri dan satu pada sisi kanan. Pada sisi kiri terdapat dua bayangan yang disimbolkan dengan S1 dan S2. S2 terdapat di sekeliling regio molar rahang atas dengan komponen vertikal yang sangat kabur. Bagian lebih kabur pada komponen mesial vertikal yang membuat gigi menjadi berlapis. Terdapat bayangan kedua, yang kemungkinan terekam secara tidak lengkap , terjadi bayangan di atas tulang (spine). Pada S1 komponen horizontal lebih besar (atau tampak lebih besar) daripada dimensi vertikal. Di sisi kanan, mulai dari region molar rahang atas sebuah bayangan oval terbentang hingga bayangan tulang (spine). Bayangan tersebut memiliki dimensi horizontal lebih besar dibandingkan vertikal (S3).
33
Dari jurnal ini, disimpulkan bahwa S1 merupakan real image yang merupakan gambaran normal (pasti ada) yang diabaikan sebagai ghost image. S2 merupakan gambaran hantu, dan anting bagian kiri juga memunculkan ghost image (S3).
Terjadinya bayangan-bayangan tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor:
Positional error . Hal tersebut menyebabkan gambaran pada kedua sisi diperbesar dengan ukuran yang berbeda. Pada sisi kanan bayangan lebih besar dari sisi kiri. Keadaan tersebut dapat terjadi jika kepala diputar ke kanan atau seluruh kepala diposisikan jauh ke kiri. Pada keadaan ini, kemungkinan kepala diputar ke kanan. Ada sedikit ketajaman di bagian anterior. Terdapat tumpang tindih di bagian premolar yang dapat menjadi aspek pembeda namun kurang mendukung dalam kasus ini.
Ketika kepala mandibula diputar pada porosnya, posisi bidang mid-sagitta l akan bergeser ke kanan (lateral) di daerah bantalan gigi rahang, daerah condylar rahang (kanan, dalam kasus ini) harus bergerak secara medial, Sedangkan condyle sisi kontralateral (kiri) akan bergerak secara lateral (Gambar a dan b).
Anting kiri memberikan gambaran hantu yang selalu ada pada gambaran kasus tersebut
Mesin Planmeca 2002cc Proline yang digunakan dalam kasus ini, memiliki pusat rotasi di luar focal trough yang dapat mengurangi kemungkinan adanya ghost images. Jadi biasanya gambaran anting-anting muncul lebih dekat pada pusat rotasi daripada mesin yang lain seperti Ortho Oralix panoramic X-ray unit, yang pusat rotasinya medial pada ramus mandibula.
Pasien dapat sedikit berbalik ke arah kanan. Hal ini menyebabkan ramus bergerak sedikit ke dalam. Oleh karena itu, bagian dari anting-anting bergerak medial kearah pusat rotasi, menimbulkan gambaran real image sekunder yang sangat kabur dan terdistorsi terlalu dekat dengan pusat rotasi yang juga terlalu jauh dari film. Namun sebagian dari ring terus berada di belakang pusat rotasi, membentuk ghost image (S2).
34
A
Gambar 3.2
B
A) Representasi gambar pada posisi tepat mandibula pada focal trough saat pengambilan
radiografi panoramik, B) Representasi gambar pada posisi kurang tepat mandibula yang mengubah focal trough melalui pergeseran kondilus/telinga.
35
BAB 4 PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Radiografi berfungsi secara klinis untuk mendiagnosa masalah yang membutuhkan cakupan luas dari rahang. Radiografi panoramic berfungsi untuk
merencanakan perawatan, menetukan prognosis, memandu dalam
perawatan,
mengevaluasi, dan observasi
hasil perawatan.
Radiografi
panoramic dibagi menjadi facial trough, image distortion, DAN terdapat hasil yaitu real, double dan ghost images yang berpengaruh penting dalam proses radiografi. Radiografi panoramic memiliki keuntungan dan kerugian dan dalam berbagai kasus radiografik memiliki hambatan atau kegagalan yang terjadi. Hal tersebut diimprementasikan dalam evaluasi mutu yang akan menjelaskan mengenai kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat melakukan radiografik panoramik.
36