MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II ASIDOSIS METABOLIK & RESPIRATORIK
Disusun Oleh: Kelompok 1 Aprillia Putri S.
121.0013
Diah Meisinta P.
121.0025
Erisky Try P.
121.0033
Intan Ayu R.
121.0049
Monica Handayani R.
121.0065
Mustika Larasati P.
121.0067
Nia Dewi S.
121.0071
Rizki Adista S.
121.0091
Rois Umam
121.0093
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA T.A 2015-2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami dalam menempuh perkulihan khususnya dalam mata kuliah kegawat daruratan II dengan pokok bahasan dan judul “Asidosis Metabolik & Respiratorik”. Makalah ini terdiri dari konsep dasar dari hidronefrosis yang terdiri dari pengertan, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan, komplikasi dan pemeriksaan penunjang serta analisa dari beberapa jurnal penelitian baik dari Indonesia maupun luar Indonesia. Adapun dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Surabaya, 6 Maret 2016 Penyusun
i
DAFTAR ISI Kata pengantar....................................................................................................i Daftar Isi...............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2 1.3 Tujuan.......................................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asidosis..................................................................................3 2.2 Patogenesis...............................................................................................4 2.3 Asidosis Metabolik...................................................................................5 2.3.1 Penyebab Asidosis Metabolik...............................................................5 2.3.2 Komplikasi Asidosis Metabolik............................................................6 2.3.3 Penatalaksanaan Asidosis Metabolik.....................................................9 2.4 Asidosis Respiratorik................................................................................9 2.4.1 Komplikasi Asidosis Respiratorik.........................................................10 2.4.2 Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik.................................................13 2.5 Pengukuran Klinis dan Analisis Asidosis.................................................14 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan...............................................................................................15 3.2 Saran.........................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA
16
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10-8 mEq/lt atau sekitar 1 per sejuta kadar Na+. Meskipun kadarnya rendah, H+ yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi mempunyai efek yang penting terhadap aktifitas enzim seluler. Peningkatan H+ membuat larutan bertambah asam dan penurunannya membuat bertambah basa. Rendahnya pH berhubungan tingginya konsentrasi ion hidrogen yang disebut asidosis dan sebaliknya tingginya pH berhubungan dengan rendahnya konsentrasi ion hidrogen yang disebut alkalosis. Nilai normal pH darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstitisl kira-kira 7,35 sebab ada jumlah ekstra karbon dioksida yang dipakai untuk membentuk asam karbonat dalam cairan. Batas terbawah dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah kira-kira 6,8 dan batas teratas kira-kira 8,0. Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H+ yang dapat dilepaskan dalam larutan (donatur proton). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik dalam tubuh adalah menguap (volatile) dan tak menguap (non volatile). Asam volatile dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas. Contohnya karbondioksida yang mampu bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi H+ dan HCO3- : CO2+H2O « H2CO3 « H+ +HCO3- serta bisa diekskresi oleh paru-paru. Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini. Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya
asidosis
merupakan
petunjuk
penting
dari
adanya
masalah
metabolisme yang serius. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana patofisiologis dan tata laksana untuk pasien dengan diagnosa asidosis metabolik atau respiratorik? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui patofosiologis dari asidosis metabolik atau respiratorik. 1.3.2 Mengetahui tata laksana untuk pasien dengan diagnosa asidosis metabolic atau respiratorik.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asidosis Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini. Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya
asidosis
merupakan
petunjuk
penting
dari
adanya
masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada
penyebab
utamanya.
Asidosis
metabolik
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma
2.2
Patogenesis Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer (penyangga)
pada referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat yaitu asam lemak (H 2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3. H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO 2 dengan H2O. CO2 + H2O <—-> H2CO3 Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveol paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3 H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H + dan HCO3H2CO3 <—-> H+ + HCO3Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk secara dominan sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk membentuk ion-ion bicarbonat (HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+) sebagai berikut : NaHCO3 <—-> Na+ + HCO3Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan mendapatkan sebagai berikut : CO2 + H2O <—-> H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+ Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam disangga oleh HCO3 : H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk. Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang
berlebihan sangat merangsang pernapasan yang mengeluarkan CO 2 dari cairan ekstraseluler. Ini berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh. 2.3
Asidosis Metabolik Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. 1.
Penyebab Asidosis Metabolik a.
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
c.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
d.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
e.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
f.
Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi
secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam. Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum seperti : a. Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk di tubuh. b. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh. c. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan d. Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)
2.
Komplikasi Asidosis Metabolik a. Gagal ginjal Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia. Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya : 1)
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
2)
Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
3)
Adanya
sumbatan
pada
saluran
kemih
(batu,
penyempitan/striktur) 4)
Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
5)
Menderita penyakit kanker (cancer)
tumor,
6)
Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
7)
Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau
dampak
dari
penyakit
darah
tinggi.
Istilah
kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis. Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan carian banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik. b. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal) Asidosis Tubulus Renalis adalah suatu penyakit dimana tubulus renalis tidak dapat membuang asam dari darah ke dalam air kemih secara adekuat. Asidosis tubulus renalis bisa merupakan suatu penyakit keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat atau penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sindroma Sjögren). Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam dari darah dan membuangnya ke dalam air kemih. Pada penyakit ini, tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam air kemih. Sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam di dalam darah, keadaan ini disebut asidosis metabolik, yang bisa menimbulkan masalah berikut: 1) Rendahnya kadar kalium dalam darah 2) Pengendapan kalsium di dalam ginjal 3) Kecenderungan terjadinya dehidrasi 4) Perlunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri (osteomalasia atau rakitis).
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
gejala-gejalanya
atau
hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan tingginya keasaman darah dan rendahnya kadar kalium darah. Pengobatan tergantung kepada jenis asidosis yang terjadi. Jenis 1 dan 2 diobati dengan meminum larutan bikarbonat (baking soda) setiap hari untuk menetralkan asam di dalam darah. Pengobatan ini akan meringankan gejala dan mencegah gagal ginjal serta penyakit tulang atau mencegah memburuknya penyakit.Juga diperlukan tambahan kalium. Pada jenis 3, asidosisnya bersifat ringan sehingga tidak diperlukan bikarbonat. Kadar kalium yang tinggi bisa diatasi dengan minum banyak air putih dan obat diuretik. c. Ketoasidosis diabetikum Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis Diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II) Penyebab adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi 1) Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa 2) Ketidakseimbangan jumlah intake makanan dngan insulin 3) Adolescen dan pubertas 4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes 5) Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional. d. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat) Asidosis laktik adalah kondisi yang disebabkan oleh tingkat laktat yang terlalu tinggi dalam aliran darah dan jaringan, sehingga tubuh tidak mampu menguraikannya. Asam laktik dan laktat dibuat saat glukosa diuraikan oleh sel tubuh untuk membangkit tenaga. Lebih banyak laktat dibuat saat penyediaan oksigen terbatas, seperti waktu kita berolahraga, atau pada tipe sel tertentu,
atau waktu mitokondria (organel dalam sel yang pada umumnya membangkitkan tenaga) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium
klorida.
Kehilangan
basa (misalnya
bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi. 3.
Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Obati penyebab yang mendasari. Manfaat dari koreksi asidosis dalam
ketoasidosis diabetic atau keracunana salisilat masih meragukan. Pada gagal ginjal kronis asidosis dikoreksi melalui dialysis terhadap cairan dialysis berbahand asar bikarbonat (aseteat yang diubah jadi bikarbonat pada hati dan otot jug abisa digunakan). Defisi bikarbonat bisa dihitung dengan pengukurang kadar bikarbonat serum di bawah bikarbonat standar normal x 30% berat badan dalam kilogram. Bikarbonat bisa digunati dalam bentuk larutan natirum bikarbonat 8,4% (kandungan 1 mmol/mL). harus diberikan dengan cepat (50-100 mL) setelah henti jantung yang menetap karena aritmia sulit dihilangkan pada asidosis. Berikut beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pasien dengan asidosis metabolic: a. Pantau TTV b. Kaji tingkat kesadaran c. Hindari cedera d. Pantau frekuensi jantung/irama jantung e. Auskultasi bising usus f. Identifikasi penyebab dasar g. Kolaborasi pemeriksaan gas darah arteri h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian natrium bikarbonat/natrium laktat, kalium klorida, fosfat dan kalsium i. Persiapkan pasien untuk hemodialisa 2.4
Asidosis Respiratorik Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat. Keadaan ini timbul akibat ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO2 hasil metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan H 2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. 1.
Komplikasi Asidosis Respiratorik Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: a. Emfisema Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Penyebab paling umum adalah merokok. Gejala Emfisema ringan semakin bertambah buruk selama penyakit terus berlangsung. Gejala-gejala emfisema antara lain: 1) Sesak napas 2) Sesak dada 3) Mengurangi kapasitas untuk kegiatan fisik 4) Batuk kronis 5) Kehilangan nafsu makan dan berat 6) Kelelahan Pencegahan dan Pengobatan: Jika penderita adalah perokok aktif, berhenti merokok dapat membantu mencegah penderita dari penyakit ini. Jika emfisema sudah menjalar, berhenti merokok mencegah perkembangan penyakit. Pengobatan didasarkan pada gejala yang terjadi, apakah gejalanya ringan, sedang atau berat. Perlakuan termasuk menggunakan inhaler, pemberian oksigen, obat-obatan dan kadang-kadang operasi untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
b. Bronkitis kronis Bronkitis kronis adalah penyakit peradangan dari saluran nafas (bronkus) di paru-paru yang menahun. Ketika saluran nafas mengalami peradangan, terbentuk dahak tebal di dindingnya, sehingga terjadilah batuk berdahak & sesak nafas menahun, kadang disertai nyeri dada. Bronkitis kronis paling sering disebabkan oleh merokok, selain itu dapat juga disebabkan oleh pencemaran udara dalam waktu lama, misalnya cemaran kimia & debu di udara. Asap rokok atau pencemaran udara menyebabkan peradangan pada saluran nafas yang dalam waktu lama akan menyebabkan bronkitis kronis. Kerusakan paru yang disebabkan oleh bronkitis kronis dapat terlihat pada pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru, foto rontgen dada, & tes darah, yang biasanya diminta oleh dokter. Pengobatan bronkitis kronis sebaiknya dengan petunjuk dokter. Sehingga, jika mengalami gejala batuk berdahak & sesak nafas dalam waktu lama, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya. Ketika gejala-gejala tersebut muncul, dokter biasanya akan meresepkan obat-obat yang bersifat melebarkan saluran nafas sehingga sesak nafas dapat berkurang, biasanya dapat disertai obat pengencer dahak. Kadang, diperlukan pemberian oksigen untuk sesak nafas yang berat. Obat antibiotik biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan bronkitis kronis, terkecuali jika ditemukan infeksi saluran nafas yang menyertai, yang biasanya ditandai dengan demam & banyak dahak yang berwarna kuning atau hijau. Cara untuk menghindari terkena bronkitis kronis atau kambuhnya penyakit tersebut adalah menghindari faktor pencetusnya. Jika bronkitis kronis disebabkan oleh merokok, berhentilah merokok. Jika disebabkan oleh pencemaran udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas, hindari zat pencemar udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas tersebut. Selain itu, berolahraga secara rutin dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga penderita bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik. c. Pneumonia berat
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. d.
Asma. Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di
sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara. Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan. 2.
Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik. Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Respiratorik : 1.
Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik, O2 sesuai perintah.
2.
Pantau TTV
3.
Jaga keadequatan hidrasi (2 – 3 L cairan perhari)
4.
Berikan oksigenasi yang adekuat
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat : Narcan, Nabic
6.
hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.
7.
Monitor intake dan output cairan, TTV, arteri gas darah dan pH.
2.5
Pengukuran Klinis Dan Analisis Asidosis Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga pengukuran
dari suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat plasma dan PCO2. Dengan memeriksa
pH seseorang dapat
menentukan
apakah ini
bersifat asidosis jika nilai pH kurang dari 7,4. Langkah kedua adalah memeriksa PCO2 plasma dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk bicarbonat 24 mEq/L Bila gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO2 plasma meningkat. Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik sederhana adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan peningkatan konsentrasi bicarbonat plasma setelah kompensasi ginjal sebagian. Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH plasma. Gangguan utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat plasma. Oleh karena itu pada asidosis metabolik, seseorang dapat mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat plasma rendah dan penurunan PCO 2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.
BAB 3 PENUTUP 3.1
Simpulan Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen
(H+) pada cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10-8 mEq/lt atau sekitar 1 per sejuta kadar Na+. Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benarbenar menjadi asam. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Penatalaksanaan Asidosis Metabolik dengan mengobati penyebab yang mendasari. Manfaat dari koreksi asidosis dalam ketoasidosis diabetic atau keracunana salisilat masih meragukan. Pada gagal ginjal kronis asidosis dikoreksi melalui dialysis terhadap cairan dialysis berbahand asar bikarbonat (aseteat yang diubah jadi bikarbonat pada hati dan otot jug abisa digunakan). Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik dengan cara pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik. 3.2
Saran Mengingat dalam setiap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran kemih, pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya hal- hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan atau menjaga kesehatan kita adalah dengan memperbanyak minum air putih untuk memperlancar kinerja fungsi ginjal dan menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA Jevon, Philip. 2012. Pemantauan pasien kritis: Seri Ketrampilan klinis esensial untuk perawat. Jakarta: Erlangga. Kowalak, etc. 2006. Buku Ajar Patofisioogi. Jakarta:EGC Jevon, Philip. dan Ewens, Beverly. 2010. Jakarta : EGC Rubestein, David. Wayne, David. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC