LAPORAN PENDAHULUAN TRANS URETRAL RESEKSI PROSTAT (TURP)
A. DEF DEFINIS INISII Suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop.
Merupakan operasi tertutup tanpa insisi, Transurethral resection of the prostate (TURP) prostate (TURP) meru merupa paka kan n stand standar ar pemb pembed edah ahan an endo endosk skop opik ik untu untuk k Beni Benign gn Pros Prosta tatt !pe !pertr rtrop oph! h! (pembesaran prostat jinak). TURP dilakukan dengan "ara bedah elektro (ele"trosurgi"al) atau metode alternati#e lain !ang bertujuan untuk mengurangi perdarahan, masa rawat inap, dan absorbsi "airan saat operasi.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial !ang langsung mengelilingi uretra. B. TUJUAN dilakukan untuk mengangkat jaringan prostat !ang mengalami pembesaran antara $%&'%
gram. C. INDIKA INDIKASI SI DAN KONT KONTRAI RAINDI NDIKAS KASII & ndikasi Retensi urine !ang berulang, neksi saluran kemih rekuren akibat pembesaran prostat,
*ross *ross hematu hematuria ria berula berulang, ng, nsui nsuisien siensi si ginjal ginjal akibat akibat obstru obstruksi ksi saluran saluran kemih kemih pada pada buli,+erusakan permanen buli atau kelemahan buli&buli, i#ertikulum !ang besar pada buli !ang men!ebabkan pengosongan pengosongan buli terganggu akibat pembesaran prostat. & +ontraindikasi status kardipulmoner !ang tidak stabil atau adan!a riwa!at kelainan perdarahan !ang tidak bisa disembuhkan. Pasien !ang baru mengalami inark miokard dan dipasang stent arteri koroner sebaikn!a ditunda sampai $ bulan bila akan dilakukan TURP. Pasien dengan dengan disun disungsi gsi spingt spingter er uretra uretra ekstern eksternaa seperti seperti pada pada pender penderita ita miasten miastenia ia gra#is gra#is,, multiple sklerosis,atau Parkinson dan-atau buli !ang hipertonik tidak bleh dilakukan TURP karena akan men!ebabkan inkontinensia setelah operasi. emikian pula pada pasien !ang mengalami raktur pel#is ma!or !ang men!ebabkan kerusakan spingter uretra eksterna.
D. PENAT PENATALAKSANAA ALAKSANAAN N DAN JENIS TINDAKA TINDAKAN N perasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop, dimana
resektroskop merupakan endoskop dengan tabung /%&$&0 untuk pembedahan uretra !ang dilengkapi dengan alat pemotong dan "ounter !ang disambungkan dengan arus listrik.
Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan in#asi#e !ang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
/. Pre operasi &
1aboratorium a. 2nalisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk melihat adan!a sel leukosit, bakteri dan ineksi. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk menegtahui kuman pen!ebab ineksi dan sensiti#itas kuman terhadap beberapa antimikroba. b. Pemeriksaan aal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adan!a pen!ulit !ang menegenai saluran kemih bagian atas. 3lektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan inormasi dasar dari ungsin ginjal dan status metaboli". ". Pemeriksaan prostate spe"ii" antigen (PS2) dilakukan sebagai dasar penentuan perlun!a biops! atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PS2 45ng-ml tidak perlu dilakukan biops!. Sedangkan bila nilai PS2 5&/% ng-ml, hitunglah prostate spe"ii" antigen densit! (PS2) lebih besar sama dengan %,/6 maka
&
sebaikn!a dilakukan biops! prostat, demikian pula bila nila PS2 7 /% ng-ml. Radiologi a. 0oto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adan!a batu opak di saluran kemih, adan!a batu-kalkulosa prostat, dan adan!a ba!angan buli&buli !ang penuh dengan urin sebagai tandaadan!a retensi urin. apat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat kegagalan ginjal. b. Pemeriksaan Pielograi intra#ena ( 8P ), untuk mengetahui kemungkinan adan!a kelainan pada ginjal maupun ureter !ang berupa hidroureter atau hidronerosis. an memperkirakan besarn!a kelenjar prostat !ang ditunjukkan dengan adan!a indentasi prostat (pendesakan buli&buli oleh kelenjar prostat) atau ureter dibagian distal !ang berbentuk seperti mata kail (hooked ish)-gambaran ureter berbelok&belok di #esika, pen!ulit !ang terjadi pada buli& buli !aitu adan!a trabekulasi, di#ertikel atau sakulasi buli&buli. ". Pemeriksaan US* transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa masa ginjal, menentukan jumlah residual urine, menentukan #olum buli&buli, mengukur sisa urin dan batu ginjal, di#ertikulum atau tumor buli&buli,
dan men"ari kelainan !ang mungkin ada dalam buli&buli. 9. Post operasi
a. rigasi-Spoling dengan :a"l & Post operasi hari % ; <% tetes-menit & ari pertama post operasi ; '% tetes-menit & ari ke 9 post operasi ; 5% tetes-menit & ari ke $ post operasi ; 9% tetes-menit & ari ke 5 post operasi diklem & ari ke 6 post operasi dilakukan a irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam &
kateter bening) ari ke ' post operasi dilakukan a drain bila tidak ada masalah ("airan
serohemoragis 4 6%"") b. nus diberikan untuk maintenan"e dan memberikan obat injeksi selama 9 hari, bila pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral. ". Tirah baring selama 95 jam pertama. Mobilisasi setelah 95 jam post operasi d. ilakukan perawatan luka dan perawatan = hari ke&$ post oprasi dengan betadin, e. . g. h.
2njurkan ban!ak minum (9&$l-hari) = bisa dilepas hari ke&> post operasi e"ting 2 pada hari k&/% post operasi. =ek b post operasi bila kurang dari /% berikan tranusi ?ika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih, merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar kateter. Medikasi !ang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme. +ompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan
i.
spasme. ?ika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan&jalan tapi tidak
j.
duduk terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan 1atihan perineal dilakukan untuk membantu men"apai kembali kontrol berkemih.
1atihan perineal harus dilanjutkan sampai passien men"apai kontrol berkemih. k. rainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih l.
hingga sedikit merah muda dalam 95 jam setelah pembedahan. Perdarahan merah terang dengan kekentalan !ang meningkat dan sejumlah bekuan biasan!a menandakan perdarahan arteri. arah #ena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan #ena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon !ang menahan kateter pada tempatn!a memberikan tekannan pada ossa prostatik.
F. PATHWAY Pasien dengan BP
Pembedahan TURP ntra operati
Pre operati Tidak terpapar tentang promosi kesehatan dan pengobatan
bstruksi saluran kemih !ang bermuara ke #esika urinaria
+uramg inormasi kesehatan dan pengobatan
Penebalan otot destrusor
ekompensasi otot destrusor
+urang pengetahuan
anastesi
Post operati nstrunen masuk kesaluran kemih
Pemajanan lingkungan penggunaan @at anastesi
2n"aman perubahan status kesehatan
ansietas
+erusakan jaringan periuretral
Terputus jaringan +erusakan integritas jaringan
Penurunan pertahanan tubuh Resiko ineksi
nsisi pada prostat
Terjadi perdarahan B turun
+risis situasi 2kumulasi urin di 8U
Pemasangan kateter
anemia
Resiko perdarahan
8U meregang Miksi tidak lan"ar Spasme otot Retensi urine :!eri akut
G. GAMBAR
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
hipotermi
Suplai o9 turun sianosis
S!ok hi#opolemik *angguan perusi jaringan
G. GAMBAR
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
/) Pre operasi a) Retensi urin akut-kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat. b) :!eri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal sara, distensi kandung kemih, ineksi urinaria, eek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra. ") 2nsietas-"emas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan, kekhawatiran tentang pengaruhn!a pada 21 atau menghadapi prosedur bedah. d) +urang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangn!a inormasi.
9) ntra operasi a) ipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan, penggunaan @at anastesi b) *angguan perusi jaringan berhubungan dengan terjadin!a sianosis, perdarahan ") Resiko perdarahan berhubungan dengan terputusn!a jaringan
$) Post operasi a) :!eri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pas"a pembedahan b) Resiko ineksi berhubungan dengan prosedur in#asi; alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih.
I. INTERVENSI
Preoperasi a. Retensi urin akut-kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat. Tujuan ; Tidak terjadi retensi urine +riteria hasil ; Pasien menunjukkan residu pas"a berkemih kurang dari 6% ml, dengan tidak adan!a tetesan atau kelebihan "airan. nter#ensi ; /) orong pasien untuk berkemih tiap 9&5 jam atau bila tiba&tiba dirasakan Rasional ; meminimalkan retensi urin distensi berlebihan pada kandung kemih. 9) bser#asi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatan. Rasional ; berguna untuk menge#aluasi obstruksi dan pilihan inter#ensi $) 2wasi dan "atat waktu tiap berkemih dan jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin dan perubahan berat jenis. Rasional ; retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas, !ang dapat mempengaruhi ungsi ginjal. 2dan!a dei"it aliran darah keginjal menganggu kemampuan!a untuk memilter dan mengkonsentrasi substansi. 5) 1akukan perkusi-palpasi suprapubik Rasional ; distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik 6) orong masukan "airan sampai $%%% ml sehari Rasional ; peningkatan aliran "airan mempertahankan perusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri ') +aji tanda&tanda #ital, timbang BB tiap hari, pertahankan pemasukan dan pengeluaran !ang akurat Rasional ; kehilangan ungsi ginjal mengakibatkan penuruna eliminasi "airan dan akumulasi sisa toksik, dapat berlanjut kepenuruan ginjal total A) 1akukan rendam duduk sesuai indikasi
Rasional ; meningkatkan relaksasi otot, penuruan edema, dan dapat meningkatkan upa!a berkemih. <) +olaborasi pemberian obat ; (/) Supositorial re"tal Rasional ; supositorial dapat diabsorbsi dengan mudah melalui mukosa kedalam jaringan kandung kemih untuk menghasilkan relaksasi otot-menghilangkan spasme (9) 2ntibioti" dan antibakteri Rasional ; digunakan untuk melawan ineksi ($) 0enoksiben@amin (iben@!line) Rasional ; diberikan untuk mempermudah berkemih dengan merelaksasi otot polos prostat dan menurunkan tahanan terhadap aliran urine. b. :!eri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal sara, distensi kandung kemih, ineksi urinaria, eek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra. Tujuan ; n!eri hilang, terkontrol +riteria hasil ; pasien melaporkan n!eri hilang dan terkontrol pasien tampak rileks, mampu untuk tidur dan istirahat dengan tepat nter#ensi ; /) +aji tipe n!eri, perhatikan lokasi, intensitas (skala %&/%) laman!a. Rasional
;
memberikan
inormasi
untuk
membantu
dalam
menentukan
pilihan-keeektian inter#ensi 9) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan Rasional ; tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama ase retensi akut. :amun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan n!eri kolik $) Berikan tindakan ken!amanan, distraksi selama n!eri akut seperti, pijatan punggung ; membantu pasien melakukan posisi !ang n!aman; mendorong penggunaan relaksasi-latihan naas dalam; akti#itas terapeutik Rasional ; meningkatkan relaksasi, memokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping 5) orong menggunakan rendam duduk, gunakan sabun hangat untuk perineum Rasional ; meningkatkan relaksasi otot 6) +olaborasi pemberian obat pereda n!eri ( analgetik) Rasional ; menurunkan adan!a n!eri, dan kaji $% menit kemudian untuk mengetahui keeekti#itasn!a. ". 2nsietas-"emas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan
status kesehatan,
kekhawatiran tentang pengaruhn!a pada 21 atau menghadapi prosedur bedah.
Tujuan ; pasien tampak rileks. +riteria asil ; men!atakan pengetahuan !ang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut nter#ensi ; /) amping pasien dan bina hubungan saling per"a!a Rasional ; menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu. 9) Berikan inormasi tentang prosedur tindakan !ang akan dilakukan Rasional ; Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan. $) orong pasien-orang terdekat untuk men!atakan masalah-perasaan Rasional ; Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi peme"ahan masalah 5) Beri inormasi pada pasien sebelum dilakukan tindakan Rasional ; memungkinkan pasien untuk menerima ken!ataan dan menguatkan keper"a!aan pada pemberi perawatan dan pemberian inormasi. d. +urang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangn!a inormasi. Tujuan ; Men!atakan pemahaman tentang proses pen!akit dan prognosisn!a. +riteria asil ; Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan nter#ensi ; /) orong pasien men!atakan rasa takut perasaan dan perhatian. Rasional ; Membantu pasien dalam mengalami perasaan. 9) +aji ulang proses pen!akit, pengalaman pasien Rasional ; memberi dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan terapi $) Berikan inormasi tentang pen!akit !ang diderita pasien Rasional ; meningkatkan pengetahuan pasien terhadap pen!akit !ang dideritan!a 5) Berikan penjelasan tentang tindakan-pengobatan !ang akan dilakukan Rasional
;
meningkatkan
pengetahuan
pasien
terhadap
tindakan
untuk
men!embuhkan pen!akitn!a.
ntraoperasi a. ipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan, penggunaan @at anastesi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama menit, hipotermi terkurangi - teratasi. +riteria hasil; Pasien tdk menggigil, 2kral kulit hangat, Perubahan warna kulit tidak ada
nter#ensi ; /) Beri penghangat 9) Mempertahankan suhu tubuh selama anestesi berlangsung $) Monitor TT8 5) +olaborasi medis b. *angguan perusi jaringan berhubungan dengan terjadin!a sianosis, perdarahan Tujuan ; integritas jaringan; kulit dan membrane mukosa dan perusi jaringan perier adekuat. +riteria hasil ; tekanan dalam batas normal, warna kulit tidak berubah, pengisian kapiler. nter#ensi; /) 1akukan pengkajian komprehensi terhadap sirkulasi perier 9) Pantau perbedaan ketajaman atau ketumpulan, panas atau dingin $) letakkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu 5) 3#aluasi ekstremitas !ang terkena 9% derajat atau lebih diatas jantung jika perlu ". Resiko perdarahan berhubungan dengan terputusn!a pembuluh #ena-arteri Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan perdarahan berlebih tidak terjadi /) dentiikasi pen!ebab perdarahan 9) Monitor jumlah dan siat dari kehilangan darah $) Monitor tekanan darah 5) Monitor penentu pengiriman o9 6) Pertahankan potensi 8 line ') Terapkan tekanan langsung pada daerah perdarahan
Postoperasi a. :!eri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada pembedahan, dan pemasangan kateter. Tujuan ; :!eri berkurang atau hilang. +riteria asil ; /) Pasien mengatakan n!eri berkurang 9) 3kspresi wajah pasien tenang $) Pasien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi. 5) Pasien akan tidur - istirahat dengan tepat. 6) Tanda tanda #ital dalam batas normal. nter#ensi ; /) +aji n!eri, perhatikan lokasi, intensitas (skala %&/%) Rasional ; n!eri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih sekitar kateter menunjukkan spasme kandung kemih.
9) ?elaskan pada pasien tentang gejala dini spasmus kandung kemih. Rasional ; +ien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih. $) Pertahankan patensi kateter dan s!stem drainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan Rasional ; mempertahankan ungsi kateter dan drainase s!stem. Menurunkan resiko distensi-spasme kandung kemih 5) Berikan inormasi !ang akurat tentang kateter, drainase, dan spasme kandung kemih Rasional ; menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerjasama. 6)
+olaborasi pemberian antispasmodi" "ontoh ; (/) ksibutinin klorida (itropan), supositoria Rasional ; merilekskan otot polos, untuk memberikan penurunan spasme dan n!eri (9) Propantelin bromide (pro&bantanin) Rasional ; menghilangkan spasme kandung kemih oleh kerja anti kolinergik
b. Resiko ineksi berhubungan dengan prosedur in#asi; alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering Tujuan ; Pasien tidak menunjukkan tanda tanda ineksi +riteria asil ; /) Pasien tidak mengalami ineksi. 9) apat men"apai waktu pen!embuhan. $) Tanda tanda #ital dalam batas normal dan tidak ada tanda tanda s!ok. nter#ensi ; /) Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril. Rasional ; Men"egah pemasukan bakteri dan ineksi. 9) 2njurkan intake "airan !ang "ukup ( 96%% $%%% ) sehingga dapat menurunkan potensial ineksi. Rasional ; Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi S+ dikurangi dan mempertahankan ungsi ginjal $) Pertahankan posisi urinebag dibawah Rasional ; Menghindari releks balik urine !ang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih. 5) bser#asi tanda tanda #ital, laporkan tanda tanda sho"k dan demam. Rasional ; Men"egah sebelum terjadi sho"k. 6) bser#asi urine; warna, jumlah, bau. Rasional ; Mengidentiikasi adan!a ineksi. ') +olaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibioti" Rasional ;Untuk men"egah ineksi dan membantu proses DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, 2, et all, 9%%%, Kapita Selekta Kedokteran, ?ilid , Media 2es"ulapis, ?akarta M"=loske!, ? dan Bule"hek, *. 9%%%. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosb!; Philadelphia Smelt@er, S.=, 9%%/, Buku Ajar Keperaatan !edikal Bedah Brunner " Suddarth, 8ol 9, 3*=, ?akarta 2nonim. 9%/9. iakses 9$ ?U1 9%/' pada http;--www.s"ribd."om-do"-65>A>5A<-2S+3P& BP