LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS FISIOLOGIS
A. Definisi Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut puerperium, puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya Masa nifas ( puerperium) puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: 1. Puerperium dini, dini, yaitu kepulihan kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan diperbolehkan berdiri berdiri dan berjalan berjalan 2. Puerperium intermedial, intermedial, yaitu kepulihan kepulihan menyeluruh menyeluruh alat-alat alat-alat genital 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
B. Tujua Tujuan n Asu Asuha han n Mas Masa a Nif Nifas as Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: 1. Memulih Memulihkan kan kesehatan kesehatan umum umum penderita penderita a. Menyedia Menyediakan kan makanan makanan sesuai sesuai kebutuhan kebutuhan b. Menga Mengatas tasii anemi anemia a c. Mencegah infeksi dengan dengan memberikan memberikan kebersihan kebersihan dan sterilisasi sterilisasi d. Mengemba Mengembalika likan n kesehata kesehatan n umum umum dengan dengan pergeraka pergerakan n otot untuk memperla memperlancar ncar peredaran darah 2. Memperta Mempertahank hankan an kesehatan kesehatan psikolo psikologis gis 3. Mencega Mencegah h infeksi infeksi dan kompli komplikasi kasi 4. Memperlancar Memperlancar pembentukan pembentukan air susu susu ibu ibu (ASI) (ASI) 5. Mengajar Mengajarkan kan ibu untuk melaksana melaksanakan kan perawatan perawatan mandiri sampai sampai masa nifas selesai selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
C. Perawa Perawatan tan Diri Diri Ibu Ibu Nifas Nifas Sela Selama ma Masa Masa Nifa Nifas s 1. Perawata Perawatan n vulva atau perin perineum eum Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti
semua luka baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7-10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah. Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangatm duduk di dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3x sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot. Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara diteepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang. 2. Mobilisasi Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dank e kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang. 3. Diet Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan dasr yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi. Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASi dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
4. Eliminasi Urin Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum bisa menyebabkan rasa kejang pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu BAK. Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih. 5. Defekasi Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan usu juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan. 6. Perawatan Payudara Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi. air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dpaat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya. Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu merupakan suatau hal yang amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan msuknya bakteri bak ke putting susu maupun ke mulut bayi. 7. Pemeriksaan setelah persalinan Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul yang dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan pemeriksaan umum (TD,
nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum (suhu badan, selera makan, dsb). Payudara (ASI, putting susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, serta secret yang keliar, seperti lokchea, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan.
D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi Kunjungan I
Waktu 6-8 jam
Tujuan 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
setelah
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
persalinan
rujuk jika perdarahan berlanjut 3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia 7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama
II
6
hari
setelah kelahiran/sampai ibu dan bayi stabil 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
setelah
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
persalinan
perdaraha abnormal, tidak ada bau 2. Menilai adanya demam 3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit 5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
III
2
minggu
perawtaan bayi sehari-hari 1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
setelah IV
E.
persalinan 6 minggu
1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
setelah
2. Member konseling keluarga berencana
persalinan PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
Esty Yunitasari juga mengungkapkan beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum, yaitu: 1.
Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Secara sistematis, Mochtar (1998) menampilkan peubahan tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi dalam table di bawah ini : Involusi
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari di bawah pusat
750 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisis
350 gam
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: a) Iskemia miometrium Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. b) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang t elah sempat mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. c) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. 2.
Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaanperlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias masuk rongga rahim; setelah 2
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 1998). 3.
Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
4.
Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea sekitar 240 ml-270 ml. Menurut Mochtar (1998) dan Universitas Sumatera Utara (2010) jenis dari lochea adalah sebagai berikut : a) Lochea rubra (cruenta) : terdiri atas sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender; hari ke 37 pasca persalinan c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi; pada hari ke 7-14 pasca persalinan d) Lokhea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5.
Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
6.
Payudara Perubahan pada payudara dapat meliputi : •
Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
•
Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
•
7.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
Sistem Perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. 8.
Sistem Gastrointestinal Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
9.
Sistem Hematologi Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
10. Sistem Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. 11. Sistem Musculosceletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. 12. Sistem Integumen Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
F.
Perubahan Psikologis Masa Nifas Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan psikologis pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Taking in a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya karena jahitan pada perineum, afterpain, haemorroid, kelelahan setelah persalinan
b) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan c) Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan daripada dilakukan sendiri d) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur e) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal. 2. Taking hold a) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi b) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh c) Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan dir d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari tenaga kesehatan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. 3. Letting go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Universitas Tribuana Tunggadewi (2006) menambahkan hal-hal yang terjadi pada fase letting go, yaitu : a) Bisa mendefinisikan perannya yang baru b) Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan c) Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya d) Phase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun e) Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya yang baru f) Perkembangan parental yang positif Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan karena parental love hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau dalam beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi kehamilan, merasakan gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan merawat anak.
Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National Mental Health Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan beberapa tanda gejala dalam ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
•
Kurang tidur
•
Postpartum Depression Cepat lelah
•
Hilang tenaga
•
Gangguan tidur
Babyblues Simtom fisik
•
•
Hilang nafsu makan atau sangat bernafsu untuk makan Merasa lelah setelah bangun tidur
•
Selera menurun Sakit kepala
•
Sakit dada
•
•
•
•
•
Cemas khawatir berlebihan Bingung
dan
•
Mencemaskan kondisi fisik secara berlebihan Tidak percaya diri
•
Sedih
•
•
• •
• •
•
Hiperaktif atau senang berlebihan Terlalu sensitive Perasaan mudah tersinggung Tidak peduli terhadap bayi
•
Jantung berdebardebar Sesak nafas •
Sangat bingung
•
Hilang harapan
•
Hilang ingatan
•
Merasa tidak berdaya
•
Tidak koheren
•
Mood swings
•
Halusinasi
•
Curiga
•
Tidak rasional
•
Perasaan tidak adekuat sebagai ibu Hilang minat
•
Pemikiran bunuh diri
•
•
Perasaan diabaikan
Sering menangis
makan
Tidak mampu menghentikan aktifitas Kebingungan akan kelebihan energi
•
•
Simtom perilaku
•
Mual muntah Mudah tersinggung
•
Simtom emosional
•
Postpartum Psychosis Menolak makan
• •
•
• •
•
•
•
Ingin menyakiti orang lain (termasuk bayi, diri sendiri, dan suami) Perasaan bersalah Panik Kurang mampu merawat diri sendiri Enggan melakukan aktivitas menyenangkan Motivasi menurun Enggan bersosialisasi Tidak peduli pada bayi Terlalu peduli terhadap perkembangan bayi Sulit mengendalikan perasaan
•
Preokupasi terhadap hal-hal kecil
•
Sulit mengambil keputusan
G. PENGKAJIAN 1. Data umum klien •
Initial klien & suami
•
Usia
•
Status perkawinan
•
Pekerjaan
•
Pendidikan terakhir
•
Initial suami
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 3. Pengalaman menyusui 4. Riwayat kehamilan saat ini 5. Riwayat persalinan 6. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB) 7. Data umum kesehatan saat ini •
Status obstetric
•
Keadaan umum
•
Tanda-tanda vital
•
Pemeriksaan head to toe
H. MASALAH KEPERAWATAN 1. Nyeri akut 2. Gangguan rasa nyaman 3. Perubahan menjadi orangtua 4. Resiko infeksi
I.
INTERVENSI Nyeri akut Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri Kriteria hasil
:
•
klien melaporkan nyeri berkurang
•
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
•
klien mampu mengenali nyeri INTERVENSI
RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kontrol tekanan darah klien
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin Tingkatkan istirahat
Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, seperti
Memudahkan menentukan selanjutnya
inetrvensi
Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien Perubahan tekanan darah dapat mengindikasikan adanya reaksi dari pemberian obat-obatan Mengurangi faktor pencetus nyeri
Apabila faktor pencetus berkurang maka intensitas nyeri akan berkurang Dukungan dari keluarga dapat membantu klien mengatasi nyeri Teknik non farmakologi yang benar akan membuat klien rileks dan nyaman sehingga dapat mengurangi nyeri Istirahat akan membuat klien merasa nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang Penggunaan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Perubahan Menjadi Orangtua Tujuan
:
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi Kriteria Hasil
:
•
Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
•
Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
•
Berbicara pada bayi
•
Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI Pantau “reaksi orangtua baru” terhadap bayi, observasi untuk perasaan jijik, takut atau kecewa dalam masalah jenis kelamin Tentukan pengetahuan orangtua terhadap kebutuhan perawatan dasar bayi/anak dan berikan informasi perawatan anak yang tepat, sesuai indikasi Menunjukkan cara menyentuh bayi yang dilahirkan dan diisolasi Letakkan bayi pada tubuh ibu segera
RASIONAL Kekecewaan yang muncul dapat mengurangi rasa tanggung jawab orangtua dalam memelohara bayi Pengetahuan yang dimiliki orangtua kan menentukan perawatan yang diberikan orangtua kepada anak Orangtua baru biasanya masih memiliki rasa takut dan khawatir ketika akan menyentuh bayinya Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
setelah kelahiran Berikan kesempatan kepada ayah untuk memegang anak di area pelahiran Berikan penghilang nyeri untuk ibu
Berikan privasi keluarga selama melakukan interaksi dengan bayi baru lahir Dukung orangtua untuk menyentuh dan bicara kepada bayi baru lahir
meningkatkan kelekatan antara ibu dan bayi Meningkatkan pelekatan antara ayah dan bayi Nyeri yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses pelekatan antara ibu dan bayi Privasi yang diberikan dapat membuat keluarga merasa nyaman berinteraksi dengan BBL Pemberian stimulasi berupa rangsangan dan sentuhan akan membuat bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
Resiko Infeksi Tujuan
:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak menjadi aktual Kriteria hasil
:
•
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
•
Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
•
Jumlah leukosit dalam batas normal
•
Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
•
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu Mengetahui tanda infeksi secara dini tubuh, denyut jantung, pembuangan, memungkinkan pencegahan terhadap penampilan luka, sekresi, penampilan urin, infeksi dan mengurangi keparahan suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise) infeksi yg mungkin sudah terjadi Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat mengakibatkan infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun infeksi berkembang leboh cepat rendah, dan malnutrisi) Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung Perubahan hasil laboratorium granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda, mengidentifikasikan adanya infeksi protein serum, dan albumin) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yg Cuci tangan dengan benar dapat benar mencegah transmisi organism Ajarkan kepada pasien dan keluarganya Perubahan hasil laboratorium dapat tanda/gejala infeksi dan kapan harus mengindikasikan adanya infeksi melaporkannya ke pusat kesehatan Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Uku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta. EGC. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC. Yunitasari,
Esty.
Asuhan
Keperawatan
Postpartum.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%-20KEPERAWATAN%20POST %20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.46 WIB. Zahra,
Roswiyani
P.
2010.
Depresi
Pasca
Melahirkan
(Postpartum
Depression).
http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/39postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf . Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.44 WIB. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-perbedaanp-5102-3-bab2.pdf
Post partum
Letting go phase
Estrogen & progesterone menurun Oksitosin meningkat Prolaktin meningkat
Involusi uterus Kontraksi uterus lambat
Kontraksi uterus
Laserasi jalan lahir
Atonia uteri
Pelepasan jaringan endometrium
Serviks & vagina
Perdarahan Vol.cairan turun Perubahan perfusi jaringan
Vol.darah turun
Lokhea keluar
Isapan bayi adekuat
Isapan bayi tidak adekuat
Kehadiran anggota baru
Oksitosin meningkat
Pembendungan ASI
Ansietas
Duktus & alveoli kontraksi
Payudara bengkak Gangguan rasa nyaman, Nyeri
Port de entry kuman
Efektif
Tidak efektif
Resiko inveksi
ASI keluar
ASi tidak keluar
Anemia akut Hb O2 turun
Kurang perawatan
Hipoksia
Invasi bakteri
Resiko syok hipovolemik
Daya tahan tubuh turun
Kuman mudah masuk
Kelemahan umum
Intoleransi aktivitas
Ketidakefektifan proses menyusui
Defisit perawatan diri
Perubahan pola peran