ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN MASA NIFAS DI BANGSAL AN- NISA RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
OLEH : Enip Sekar Sulistyani 3210056
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
A. DEFINISI
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.(Mitayani: 122) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Marmi: 295).
B. PERUBAHAN MASA NIFAS
Banyak perubahan fisiologi selama persalinan dan pelahiran kembali ke level pra persalinan dan menjadi stabil selama satu jam pertama pascapersalinan. Manifestasi fisiologi lain yang terlihat selama periode ini muncul akibat atau terjadi setelah stress persalinan. a. Uterus Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah dua hari pascapersalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah dua minggu masuk panggul, setelah empat minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorrhage). Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan unterotonika (ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek sampai menghambat produksi laktasi karena menghambat produksi prolaktin b. Serviks, Vagina dan Perineum Setelah kelahiran serviks bersifat patologis dan tebal. Tepi anterior selama persalinan, atau setiap bagian serviks yang terperangkap akibat penurunan kepala janin
selama periode yang memanjang, tercermin pada peningkatan edema dan memar pada area tersebut. Perineum yang menjadi kendur dan tonus vagina juga tampil jaringan tersebut, dipengaruhi oleh peregangan yang terjadi selama kala dua persalianan. Segera setelah bayi lahir tangan bias masuk, tetapi setelah dua jam introitus vagina vagina hanya bisa dimasuki dua atau tiga jari. Edema atau memar pada introitus atau oada area perineum sebaiknya dicatat. c. Corpus uterus Setelah plasenta lahir, uterus berangsur
–
angsur menjadi kecil sampai akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
d. Endometrium Perubahan perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan –
nekrosis di tempat inplantasi plasenta. Hari I : Endometrium setebal 2
–
5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel
–
sel dibagian yang mengalami
degenerasi.
e. Involusi tempat plasenta Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
f.
Tanda Vital Tekanan darah, nadi, dan pernapasan harus kembali stabil pada level pra-
persalinan selama jam pertama pascapartum. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan. Sedangkan suhu tubuh ibu berlanjut meningkat, tetapi biasanya dibawah 38° C. Namun j intake cairan baik, suhu tubuh dapat kembali normal dalam 2 jam pascapartum.
g. Sistem Gastrointestinal Mual dan muntah jika ada selama masa persalinan harus diatasi. Haus umumnya banyak dialami, dan ibu melaporkan rasa lapar setelah melahirkan. h. Sistem Renal Kandung kemih yang hipotonik, disertai dengan retensi urin bermakna dan pembesaran umum terjadi. Tekanan dan kompresi pada kandung kemih selama persalinan dan pelahiran adalah penyebabnya.
Lokhea Cairan yang keluar dari vagina setelah melahirkan dan mengandung darah dan jaringan desidua yg nekrotik. Tahapan Lokhea
1. Lokhea Rubra •
Hari 1-4 postpartum
•
Berwarna merah
•
berisi darah segar, jaringan sisa sisa, lemak bayi, lanugo dan mekonium, Plasenta dan dinding rahim.
2. Lokhea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum
3. Lokhea Serosa •
Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta.
•
Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.
4. Lokhea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati.
Lokia alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum
C. PATOFISIOLOGI
D. TAHAPAN MASA NIFAS
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
–
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat lamanya 6
jalan
–
–
alat genetalia yang
8 minggu.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu
–
minggu, berbulan
bulan atau tahunan
E. KUNJUNGAN MASA NIFAS
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi: 1. Kunjungan I (6-8 jam postpartum). 2. Kunjungan II (6 hari postpartum). 3. Kunjungan III (2 minggu postpartum) 4. Kunjungan IV (6 minggu postpartum)
Kunjungan I (6-8 jam postpartum), meliputi: 1. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri. 2. Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. 3. Pemberian ASI awal. 4. Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia uteri. 5. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Kunjungan II (6 hari postpartum, ) meliputi: 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
–
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. 3. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. 5. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Kunjungan III (2 minggu postpartum) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
Kunjungan IV (6 minggu postpartum) , meliputi: 1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas. 2. Memberikan konseling KB secara dini.
F. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM
Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau m asalah penglihatan
Pembengkakan di wajah/tangan
Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
G. PEMERIKSAAN
a. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi konsistensi dan melakukan masase uterus sesuai dengan kebutuhan untuk memperkuat kontraksi. Setelah itu periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan traktil (masase) fundud uteri dan bila perlu lakukan kompresi bimanual. b. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum Setelah memastikan uterus berkontraksi efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, inspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematoma, laserasi atau pembuluh darah yang robek atau mengalami perdarahan. Jika episiotomitelah dilakukan, evaluasi kedalaman dan perluasannya. Pertimbangan untuk menginspeksi forniks dan serviks vagina untuk mengetahui laserasi atau cedera. Indikasi untuk pemeriksaan seperti itu mencakup kondisi berikut:
Aliran menetap atau sedikit aliran perdarahan pervaginam berwarna merah terang, dari bagian atas tiap laserasi yang diamati, setelah kontraksi uterus dipastikan.
Persalinan cepat atau presipitatus
Manipulasi serviks selama persalinan, untuk mengurangi tepi anterior
Dorongan maternal (mengejan) sebelum dilatasi serviks lengkap
Pelahiran pervaginam operatif dengan forsep atau vakum
Pelahiran traumatic, distosia bahu.
c. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah masa postpartum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan dan eklamsia post partum. Selama kala IV, pemantauaan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Selam 1 jam petama setalah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum, dan kandung
kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam kisaran normal.
H. PENATALAKSANAAN
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kate terisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.
Tindakan
yang
baik
untuk
asuhan
masa
nifas
normal
pada
ibu,
yaitu:
1. Kebersihan Diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar..
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal : o
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
o
Memperlambat
proses
involusi
uterus
dan
memperbanyak
perdarahan Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
o
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti: o
Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali
o
Untuk
memperkuat
otot
vagina,
berdiri
dengan
tungkai
dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan
sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali. o
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi Ibu menyusui harus
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada periode ini: 1. Resiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma 2. Resiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan afterpain 4. Kurangnya perawatan diri (ADL) berhubungan dengan keletihan 5. Resiko kurangnya volyme cairan berhubungan dengan pembatasan masukan selama proses persalianan 6. Resiko distress spirit yang berhubungan dengan kurangnya system dukungan keluarga 7. Infeksi resiko tinggi terhadap penyebaran sepsis yang berhubungan dengan infeksi kerusakan kulit atau jaringan/trauma faskularisasi tinggi pada saat sakit, prosedur
invasive dan peningkatan pemajaman lingkungan, penyakit kronis, anemia, malnutrisi dan efek dari obat-obatan yang tidak diinginkan 8. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi metabolik. 9.
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses infeksi.
J. RENCANA KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN
Pengumpulan data Data Objektif
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, bangsa, riwayat persalinan, nama suami, usia. Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:
keluhan yang dirasakan ibu saat ini
adakah kesulitan dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan seharihari, misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan mobilisasi
riwayat tentang persalinan
obat atau sublemen yang dikonsumsi
perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan dan kekhawatiran
adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari
bagaimana rencana menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak), rencana merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau mertua)
bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu
pengetahuan ibu tentang nifas
Dimulai dengan pemeriksaan dan observasi sebagai berikut:
1. Temperatur Periksa 1 kali pada 1 jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit, suhu tubuh akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan 2. Nadi Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikitnya. Nadi kembali normal pada 1 jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi. 3. Pernapasan Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah 1 jam postpartum. 4. Tekanan Darah Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali setelah 1 jam. 5. Kandung Kemih Kandung kemih ibu cepat terisi karena dieresis postpartum dan cairan intravena. 6. Fundus Uteri Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama kemudian setiap 30 menit, fundus uteri harus berada dalam midline, keras, 2 cm dibawah atau pada umbilicus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga berkontraksi ke pertengahan. 7. Sistem Gastrointestinal Pada minggu pertama postpartum fungsi usus besar kembali normal. 8. Kehilangan Berat Badan Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang 56 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat labih kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya barat badan bayi. 9. Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh. 10. Lokea Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks. 11. Sistem Muskuloskeletal Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap
melebar dan terjadi
penurunan tonus. Pada periode postpartum penurunan tonus otot jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus abdominis memisah.
II. PERENCANAAN
1. Infeksi resiko tinggi terhadap penyebaran sepsis yang berhubungan dengan infeksi kerusakan kulit atau jaringan/trauma faskularisasi tinggi pada saat sakit, prosedur invasive dan peningkatan pemajaman lingkungan, penyakit kronis, anemia, malnutrisi dan efek dari obat-obatan yang tidak diinginkan.
Tinjau ulang catatan prenatal intra partum dan pasca partum
Tahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk setiap klien dan pengunjung
Pantau suhu, nadi, dan pernafasan, perhatikan adanya mengigil/laporkan anoreksia atau malaise
Intervensi: -
Meninjau ulang catatan prenatal intra partum dan pasca partum
-
Mempertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk setiap klien dan
-
pengunjung
Memantau suhu, nadi, dan pernafasan, perhatikan adanya mengigil/laporkan anoreksia atau malaise
2. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi metabolic
Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Berikan pasien diet dalam keadaan hangat dan bervariasi
Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Tujuan:
Intake nutrisi adekuat
Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusuI
K Hasil: -
Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral dibatasi
-
Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
-
Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
Intervensi: -
Memberi makanan dalam porsi sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
-
Meberikan pasien diet dalam keadaan hangat dan bervariasi
-
Mengkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus (Carpenito, 1997). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hialng, dengan kriteria hasil pasien tidak mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam batas normal (2-3). Intervensi:
Berikan individu kesempatan untuk beristirahat. Rasional: meningkatkan relaksasi
Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi. Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
Kaji skala nyeri. Rasional: mengidentifikasi tingkat nyeri
Ajarkan metode distraksi selama muncul nyeri akut. Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
Beri
posisi
yang
nyaman
pada
pasien.
Rasional:
meningkatkan
relaksasi/meminimalkan stimulus
Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem saraf simpatis
4. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997). Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang telah diberikan. Intervensi:
Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan informasi.
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat dan perawatan payudara.
Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan dengan kurangnya informasi (Tucker, 1993).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang perawatan diri post partum. Intervensi:
Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4
–
6 minggu / sesuai
anjuran dokter.
Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila ibu menyusui.
Tekankan pentingnya diet nutrisi.
Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang lebih berat dan bayi selama 2 -3 minggu.
Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.
Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.
Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3
–
4 minggu perubahan dari
merah menjadi coklat sampai putih.
Beritahu menstruasi akan kembali 6
sTekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk pemeriksaan post pasca partum.
Perawatan vagina/vulva hygiene
–
8 minggu setelah perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan. Penerbit: Buku Kedokteran EGC.
Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. Mosby.
Marmi.2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Mitayani.2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Penerbit Medika Salemb a : Jakarta.
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=22945. Diakses 10 Desember 2012 Pukul 20.04.
Jurnal Efektifitas Kinjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi pada Ibu Selama Masa Nifas. Islami - Staf pengajar STIKES Muhammadiyah Kudus Noveri Aisyaroh - Staff Pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK Unissula