A. Definisi Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding perut.
B. Tujuan
Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan mencegah kekambuhan dan infeksi, mencegah perjalan penyakit menjadi suatu penyakit menahun. C. Indikasi Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen. Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG abdomen. Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik. D. Kontra indikasi Kontra indikasi absolut Koagulopati yang tidak terkontrol Penyakit liver stadium akhir Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator) Cirrhosis hepatis Obesitas Kolesistitis akut Gangrene dan empyema gall bladder Biliary enteric fistula Kehamilan Ventriculo-peritoneal shunt (VP-shunt) E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan keperawatan lebih kepada bagaimana menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur operasi, bagaimana mengatasi cemas sebelum operasi, serta ke manajemen nyeri dan perawatan setelah operasi dilaksanakan Penatalaksanaan keperawatan pre op Perawat memberikan perawatan preoperasi di kamar operasi pada saat hari pembedahan. Perawat memperkuat pengajaran tentang langkah-langkah untuk mencegah komplikasi
pernapasan. Untuk meminimalkan perut / insisional sumbang selama batuk, bernapas dalam-dalam, dan berpaling, Pentingnya mobilisasi dini dalam mencegah komplikasi juga ditekankan. Perawat menginformasikan kepada klien untuk mengharapkan untuk keluar dari tempat tidur malam hari setelah operasi.
Penatalaksanaan keperawatan post op Partisipasi Klien untuk batuk dan latihan pernapasan dalam lebih mudah ketika mengurangi rasa sakit. Oleh karena itu, rencana keperawatan adalah batuk dan latihan pernapasan saat nyeri optimal. Antiemetik diperlukan untuk klien dengan episode pascaoperasi mual dan muntah. Perawat mengadministrasi Antiemetik awal, seperti yang diperintahkan, untuk mencegah muntah-muntah yang berhubungan dengan muntah untuk mengurangi timbulnya rasa sakit yang berhubungan dengan tegang otot. Perawat melakukan perawatan untuk sayatan, bedah saluran, dan tabung T. Dokter bedah biasanya menghilangkan perban operasi dan mengalir dalam waktu 24-48 jam setelah pembedahan. T tabung Namun, mungkin tetap di tempat selama 6 minggu atau lebih. Klien biasanya tidak dapat memasukkan makanan sekitar 8-24 jam pascaoperasi. Jika penyakit kandung empedu parah, sebuah tabung nasogastric (NG) menyediakan kompresi perut selama periode ini. Ketika gerak peristaltik kembali, perawat melepaskan selang NGT seperti yang diperintahkan. Dokter menempatkan klien pada diet cairan bening. Perawat secara bertahap meningkatkan diet dari cairan bening ke makanan padat seperti yang ditoleransi oleh klien. Dalam sehari atau dua hari, klien meneruskan makanan padat dan dilanjutkan ketika klien pulang ke rumah. Jumlah lemak diperbolehkan dalam diet klien setelah kolesistektomi tergantung pada toleransi klien terhadap lemak. Pada awal periode pascaoperasi, jika aliran empedu dikurangi, diet rendah lemak mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah mual. Bagi kebanyakan klien, diet khusus tidak diperlukan. Perawat menyarankan klien untuk makan makanan bergizi dan menghindari asupan lemak yang berlebihan. Jika klien obesitas, perawat menyarankan sebuah program penurunan berat badan. Perawat berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam perencanaan yang sesuai diet. Teknik Operasi 1. Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian kanan 2. Eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain 3. Klem fundus kantong dan didorong keatas Hartmann-klem pouch dan ditarik ke bawah 4. Identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus 5. Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera 00 dan dipotong 6. Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan gunting dengan merawat perdarahan secara cermat 7. Evaluasi duktus koledokus – tak ada kelainan F. Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi, tapi ada prosedur tidak menjamin tidak adanya risiko yang mungkin termasuk: Batu empedu, yang jatuh ke dalam rongga perut; Pendarahan; Infeksi Kerusakan struktur atau organ lain di dekatnya Reaksi terhadap anestesi umum Gumpalan darah. Beberapa faktor, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi: Usia: 60 dan lebih tua; Kehamilan; Kegemukan; Merokok; Malnutrisi; Penyakit baru atau kronis; Diabetes; Masalah jantung atau paru-paru; Pembekuan darah; Alkohol dan penggunaan narkoba; Penggunaan beberapa obat. G. Pemeriksaan Penunjang Tes darah untuk menilai fungsi hati; Ultrasonografi untuk mendeteksi batu empedu; Kandung empedu scintigraphy (hepatobilier memindai asam Iminodiacetic) – Tes Xray, di mana zat kimia dimasukkan ke kantong empedu, yang memungkinkan Anda untuk gambar hati, kandung empedu, saluran dan usus kecil; Teknik pemindaian radiologi lainnya, untuk melihat lokasi kantong empedu; EKG dada X-ray, Untuk memastikan, bahwa jantung dan paru-paru cukup sehat, untuk menahan selama operasi. H. Gambar
I. Pathway Pola Hidup, Pola Makan, Usia
Pembentukan Batu Empedu
Menyumbat Saluran Kantong Empedu
Nyeri, Mual, Kembung
Indikasi Operasi
Pre Operasi
Gugup, panik
Kurang Informasi
Intra Operasi
Pembedahan
Post Operasi
Pembiusan
Insisi Ansietas
Kurang Pengetahuan
Nyeri Terputus pembuluh darah
Perdarahan Shock Hipovolemik
Mengaktivasi reseptor nyeri Menekan pusat pernafasan dan sistem perkemihan
Trauma jaringan, jaringan kulit rusak
Resiko Kerusakan Intergitas Kulit
Kerja organ pernafasan menurun
Kesadaran diturunkan
Termoregulator terganggu
Resiko Hipotermi
Kelemahan Otot Pernafasan
Refleks batuk dan menelan berkurang
Fungsi ginjal menurun
Reflek berkemih menurun
Inkontinensia Suhu Ruangan DIngin
Terakumulasi sekret
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Perubahan pola eliminasi
J. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi a. Ansietas bd kurang pengetahuan tentang peristiwa operasi Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasein
1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien
2. Berikan penjelasan yang akurat tentang 2. Pasien mengetahui secara pasti apa yang kondisi penyakit saat ini dan proses terjadinya
sedang dihadapi saat ini.
penyakit. 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi cara 3. Usaha memberikan koping adaptif. memahami
berbagai
perubahan
akibat
penyakitnya. 4. Beri dukungan untuk tindakan operasi
4. Meningkatkan kekuatan diri untuk berani menghadapi oprasi
5. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan 5. Setelah pasien mengekpresikan diharapkan mereka.
pasien mampu mengkontrol ansietasnya dikemudian.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tidak 6. Mengurangi factor terjadinya kecemasan yang menakutkan bagi pasien.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan
semakin mendalam
pemberian obat sedatif
7. Mengurangi kegelisahan pasien pada saat operasi.
2. Intra Operasi Syoh Hipovolemik bd perdarahan Intervensi 1. Monitor keadaan umum pasien 2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau
Rasional 1. untuk monitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi
lebih. 3. kolaborasi : Pemberian cairan Intravena. 4. Kolaborasi : pemberian HB, PCV,
Pendarahan. 2. Perawat perlu terus mengobservasi vital
trombosit
sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok. 3. Cairan Intravena di perlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat. 4. Untuk mengetahui tingakt pembuluh darah yang dialami pasien untuk acuan tindakan lanjut
Resiko hipotermi bd berada diruangan yang dingin Intervensi Kontrol temperatur ruangan
Rasional Membantu menstabilkan suhu
3. Post Operasi Nyeri bd agent cidera biologis (trauma jaringan pembedahan) Intervensi Rasional 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. komprehensif termasuk faktor pencetus,
mengetahui keadaan neri yang dialami klien
kualitas,
dan menentukan tindakan selanjutnya
lokasi,
skala,
durasi,
dan 2.
frekuensi nyeri 2.
Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
analgetik untuk meredakan nyeri
Membantu mengurangi nyeri yang dialami klien dengan
Lakukan pengajaran tentang teknik distraksi
3.
Untuk
pengalihan nyeri 3.
Membantu mengatsai nyeri secara farmakologi
4.
Mengurangi
4.
Tingkatkan istirahat
5.
Berikan
stimulus nyeri
informasi
tentang
nyeri 5.
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang
dan
Membantu klien dalam mengontrol nyeri yanag dialami
antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Resiko Kerusakan Integritas Kulit bd Proses Insisi Intervensi
Rasional
1.Berikan perawatan luka operasi yang 1. mencegah terjadinya infeksi yang dapat bersih.
membuat terjadinya kerusakan integritas kulit
2. 2. Hindari terjadinya infeksi pada luka operasi lebih lanjut. yang dapat membuat parahnya integritas 2.Adanya infeksi dapat membuat kerusakan integritas kulit lebih parah kulit.
Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret Intervensi Rasional 1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi nafas, 1. Penurunan bunyi nafas menunjukkan kecepatan,
irama,
kedalaman
dan
penggunaan otot sensori) 2. Kaji
kemampuan
klien
ronkhi
menunjukkan
akumulasi sekret dan ketidakefektifan mengeluarkan
sekresi, catat kateter sputum 3. Berikan posisi yang nyaman (fowler/semi fowler) 4. Ajarkan klien latihan napas dalam dan batuk
pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot sesesori
dan
peningkatan
kerja
pernapasan 2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental
efektif
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali
atelektatis,
kontraindikasi),
tawarkan
hangat, daripada dingin. dalam pemberian
6. Kolaborasi
ekspektoran
air obat
(efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat) 3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas maksimal membuka
4. Ventislasi
area
atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan
5. Cairan khususnya yang hangat mobilisasi dan mengeluarkan sekret spasme bronkus
6. menurunkan
dengan
mobilisasi sekret. Analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran. 2009. Jakarta : Media Aesculapius Nanda.2015.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 2015. Yogyakarta : MediAction http://familiamedika.net/referensi-tindakan-medis/operasi-pengangkatan-kantungempedu-kolesistektomi.html https://www.academia.edu/5802963/ http://www.njbariatricsurgeons.com/id/general-surgery/laparoscopic-gallbladderremoval-nj/