LAPORAN PENDAHULUAN KANKER TONSIL
I.
Konsep
1.1. Definisi Kanker tonsil merupakan suatu keganasan yang terdapat pada tonsil (tonsil faringeal, tonsil palatine dan tonsil lingual) pada tenggorokan. Kanker tonsil paling sering terjadi pada tonsil palatina, yang terletak di kedua sisi tenggorokan, meskipun dapat juga terjadi pada tonsil faringeal, yang berada di belakang rongga hidung, atau di tonsil lingual, yang pada bagian belakang lidah.
Kebanyakan kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa yang muncul di jaringan pada lapisan di mulut. Walaupun itu dapat kemungkinan untuk limfoma ( tipe kanker sistem imun) untuk berkembang di tonsil.
Jadi, kanker tonsil adalah keganasan yang terjadi pada tonsil.
1.2. Etiologi Penyebab kanker tonsil dapat dikombinasi dengan faktor genetic dan faktor lingkungan. 1.2.1. Tembakau: Merokok, cerutu atau pipa dan menggunakan tembakau kunyah meningkatkan terjadinya kanker tonsil. 1.2.2. Alkohol: Minum alkohol dalam jumlah berlebihan juga sangat kuat terkait dengan kanker tonsil. Apalagi merokok dan minum banyak, risikonya lebih dari dua kali lipat 1.2.3. Virus: Paparan terhadap strain human papillomavirus (HPV) tertentu terkait dengan kanker orofaring. Strain 16 dan 18 adalah yang utama yang kita khawatirkan. Virus ini cukup umum, dan ini berhubungan dengan dengan kontak seksual intim.
1.2.4. Paparan radiasi di masa lalu: Terekspos radiasi sebagai bagian dari bencana alam, pengobatan untuk penyakit lain sudah lama atau bahkan melalui kerja dapat meningkatkan kemungkinan beberapa kanker tonsil. 1.2.5. Faktor genetik: Ini penting di semua jenis kanker, dan detilnya masih dalam proses. 1.2.6. Makanan tertentu: Kekurangan vitamin dan kebersihan mulut yang buruk dapat dikaitkan dengan kanker ini.
1.3. Tanda gejala Gejala kanker tonsil sangat mirip dengan gejala radang tenggorokan. Namun, radang tenggorokan paling sering terjadi pada orang berusia 515 tahun, sedangkan kanker tonsil paling sering menyerang orang berusia di atas 50 tahun (walaupun kanker tonsil dapat terjadi pada usia berapapun). 1.3.1. Nyeri atau kesulitan menelan di tenggorokan: Hal ini bisa terjadi karena tumor ada di jalan menelan, sehingga menjadi sulit atau menyakitkan untuk menelan. Juga, bisa terjadi ulserasi dan pendarahan saat tumor tumbuh, menyebabkan rasa sakit. 1.3.2. Benjolan di leher: Ini akan menjadi gejala kanker oropharyngeal jika telah menyebar ke kelenjar getah bening di leher. Ini bisa menjadi gejala pertama yang membawa pasien ke dokter. Jika memiliki massa leher, khawatir bahwa itu mewakili kanker yang menyebar dari tempat lain, salah satu tempat pertama yang akan dilihat adalah orofaring. 1.3.3. Nyeri telinga (terutama di satu sisi, tanpa masalah telinga lainnya): Sakit telinga, juga dikenal sebagai otalgia, terjadi karena saraf tenggorokan mencapai otak melalui jalur yang sama dengan salah satu saraf di telinga. Karena itu, otak bisa menafsirkan rasa sakit di tenggorokan saat datang dari telinga. Akibatnya, nyeri
telinga yang tidak dapat dijelaskan yang tidak hilang harus dievaluasi oleh spesialis 1.3.4. Gejala lainnya mungkin termasuk: a. Kesulitan membuka mulut secara luas (trismus) b. Merasa benjolan di tenggorokan c. Pendarahan dari mulut d. Sebuah perubahan dalam cara berbicara e. Penurunan berat badan
1.4. Patofisiologi Karsinoma sel skuamosa tonsil mungkin terbatas pada fosa tonsil, tetapi perluasan pada ke struktur yang berdekatan sering terjadi.Karsinoma umumnya menyebar sepanjang sulkus glosotonsilar melibatkan dasar lidah.Selain itu, penyebaran sering melibatkan palatum mole atau nasofaring.Fosa tonsil dibatasi oleh otot superior konstriktor yang mungkin berisi penyebaran karsinoma. Namun ketika otot konstriktor dilampaui, ini menjadi keuntungan tumor untuk mengakses ke ruang parafaring.Ini melibatkan otot-otot pterigoid atau mandibular.Penyebaran ke arah superior dari ruang parafaring bisa melibatkan dasar tengkorak dan penyebaran ke arah inferior bisa melibatkan leher bagian lateral.Akhirnya keterlibatan yang luas dalam ruang parafaring mungkin melibatkan
arteri
karotis.
Metastase
ke
daerah
limfatik
sering
terjadi.Metastase ke leher sebanyak kurang lebih 65%.Karsinoma sel skuamosa
tonsil
juga
dapat
bermetastase
ke
kelenjar
getah
beningretrofaring.Metastase jauh dari karsinoma sel skuamosa
tonsil
terjadi sekitar 15 – 30%. Lokasi yang paling umum adalah paru – paru,diikuti oleh hati dan kemudian tulang.
1.5. Pemeriksaan Penunjang 1.5.1. Laboratorium Fungsi hepar. Untuk mngetahui fungsi hepar diperlukan untuk mengetahui riwayat minum alkohol. 1.5.2. Radiologi 1.5.2.1. CT scan leher, dengan atau tanpa kontras Untuk menilai metastasis dan luas tumor/kanker. 1.5.2.2. MRI Untuk menilai ukuran kanker dan invasi jaringan lunak 1.5.2.3. CT scan thorax Untuk menilai metastasis khususnya ke daerah paru paru.c. 1.5.3. Biopsi Keganasan tonsil perlu diagnostik pasti dari patologi anatomi untuk memastikan hal tersebut. Biopsi dilakukan langsung pada massa tumor (insisional) 1.5.4. Panendoskopi Panendoskopi merupakan tindakan operatif endoskopi untuk memastikandiagnosa
dan
staging
dan
mengetahui
adanya
synchronous primary tumor. Ini meliputi laringoskopi direkta, esofagoskopi dan trakeo-bronkoskopi
1.6. Komplikasi 1.6.1. Abses Peritonsilar (quinsy) Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat. 1.6.2. Abses Parafaringeal Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di
mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius 1.6.3. Abses Retrofaringeal Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru 1.6.4. Tonsilolith Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk
benjolan
keras.
Biasanya
menyebabkan
ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah). 1.6.5. Kista Tonsil Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa 1.6.6.
Komplikasi Sistemik Kebanyakan
komplikasi
sistemik
terjadi
akibat
infeksi
Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung
1.7. Penatalaksanaan Secara umum, tiga jenis perawatan yang digunakan: 1.7.1. Pembedahan
-
Sebagian
besar
pasien
akan
memerlukan
pembedahan untuk mengangkat jaringan kanker. Beberapa individu yang memiliki kanker stadium I atau II mungkin tidak memerlukan pengobatan lebih dari ini, walaupun radiasi mungkin direkomendasikan karena satu sel kanker yang tersisa dapat tumbuh menjadi tumor lain.
1.7.2. Radiasi - Setelah operasi, banyak pasien menjalani radiasi untuk membunuh jaringan kanker yang tersisa. Jenis radiasi tergantung kondisi penderita 1.7.3. Kemoterapi - Jika penderita kanker tonsil stadium III atau IV, dapat dilakukan kemoterapi. Pengobatan baru yang disebut kemoterapi induksi digunakan untuk mengecilkan tumor. 1.7.4. Sebagian
besar
dokter
akan
merekomendasikan
minimal
perawatan bedah diikuti dengan radiasi lokal. Beberapa dokter juga menggunakan hipertermia (pemanasan tubuh hingga suhu tinggi untuk membunuh sel kanker).
1.8. Pathway (harus pada sampai masalah keperawatan)
II.
Rencana Asuhan Klien dengan Meningitis
2.1. Pengkajian 2.1.1. Keluhan utama 2.1.2. Riwayat kesehatan sekarang 2.1.3. Riwayat kesehatan yang lalu 2.1.4. Riwayat kesehatan keluarga 2.1.5. Pemeriksaan fisik: data fokus 2.1.5.1. Data subyektif
:
Berupa keluhan (verbal)
yang
didapat dari klien, keluarga klien atau tim kesehatan lain yang terlibat pada perawatan klien. 2.1.5.2. Data objektif : data yang didapat dari hasil pemeriksaan 2.1.6. Pemeriksaan penunjang
2.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Nyeri akut 2.2.1. Definisi Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. 2.2.2. Batasan karakteristik 2.2.2.1. Subjektif Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat 2.2.2.2. Objektif Posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot, respons autonomik, perubahan selera makan, perilaku distraksi, perilaku ekspresif, wajah topeng, perilaku menjaga atau sikap melindungi, fokus menyempit, bukti
nyeri dapat diamati, berfokus pada diri sendiri dan gangguan tidur. 2.2.3. Faktor yang berhubungan Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
Diagnosa 2: Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 2.1.1. Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik 2.1.2. Batasan karakteristik 2.1.2.1. Ketidakmampuan memakan makanan 2.1.2.2. Membran mukosa pucat 2.1.2.3. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat 2.1.2.4. Bising usus hiperaktif 2.1.2.5. Gangguan sensasi rasa 2.1.3. Faktor yang berhubungan 2.1.3.1. Faktor biologis 2.1.3.2. Faktor ekonomi 2.1.3.3. Gangguan psikososial 2.1.3.4. Ketidakmampuan mencerna makanan 2.1.3.5. Kurang asupan makanan
2.2. Perencanaan Diagnosa 1: Nyeri akut 2.2.1. Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria : 2.2.1.1. Tingkat Kenyamanan : Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis 2.2.1.2. Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri 2.2.1.3. Tingkat nyeri : Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan 2.2.1.4. Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) 2.2.1.5. Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi nyeri, merintih dan menangis, gelisah.
2.2.2. Intervensi keperawatan dan rasional (NIC) 2.2.2.1. Manajemen Nyeri: Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh klien 2.2.2.2. Pemberian Analgesik: Menggunakan
agens-agens
farmakologi
untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri 2.2.2.3. Manajemen Medikasi: Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif 2.2.2.4. Bantuan Analgesia: Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan analgesik oleh klien 2.2.2.5. Manajemen Sedasi: Memberikan sedatif, memantau respons klien, dan memberikan
dukungan
fisiologis
yang
selama prosedur diagnostik atau terapeutik
dibutuhkan
Diagnosa 2: Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 2.1.1. Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : 2.1.1.1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2.1.1.2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 2.1.1.3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi tidak ada tanda-tanda mal nutrisi. 2.1.1.4. Menunjukan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan 2.1.1.5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.1.2. Intervensi keperawatan dan rasional (NIC) 2.1.2.1. Kaji adanya alergi makanan 2.1.2.2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 2.1.2.3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 2.1.2.4. Berikan makanan yang terpiliih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 2.1.2.5. Ajarkan pasien makan sedikit tapi sering 2.1.2.6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 2.1.2.7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 2.1.2.8. kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
III.
Daftar Pustaka
https://www.verywell.com/all-about-cancer-of-the-tonsils-1191979
http://www.headandneckcancerguide.org/adults/introduction-to-head-andneck-cancer/throat-cancer/oropharyngeal-cancer/tonsil-cancer/anatomy/ (diakses pada tanggal 22 April 2017)
Rogers SN, Vedpathak SV, Lowe D. Reasons for delayed presentation in oral and oropharyngeal cancer: the patients perspective. The British journal of oral & maxillofacial surgery. Jul 2011;49(5):349-353
Banjarmasin,
April 2017
Preseptor Akademik,
Preseptor Klinik,
(……………………………………...)
(……………………………………..)