19
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita. Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50 tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.
Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika anda mengalami proses menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa tidak terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan.
Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum wanita sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area paha dan pinggang.
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar penyakit dari disminore?
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawaatan pada pasien disminore?
Tujuan
Tujuan Umum : Untuk memenihi tuga dari sistem reproduksi II yang telah diberikan
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui konsep dasar penyakir disminore
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bagi pasien disminore
BAB II
Pembahasan
Konsep Dasar Penyakit
Definisi Penyakit
Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenorre primer dan dismenorre sekunder.
Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan selama mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah (Djuanda, Adhi.dkk, 2008).
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan karena adanya kejang otot uterus . (Price, 2002)
Epidemiologi
Angka kejadian nyeri pada wanita di Indonesia mencapai angka 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan tindakan apapun, dan ini akan menurunkan kualitas hidup masing-masing individu (Proverawati & Misaroh, 2009). Nyeri menstruasi menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari dan harus absen dari sekolah 1 – 7 hari setiap bulannya pada 15 % responden berusia 15 – 17 %. Remaja yang mengalami nyeri menstruasi berat mendapat nilai yang rendah ( 6, 5 %), menurunnya konsentrasi (87,1%), dan absen dari sekolah (80,6%).
(Tangchai, 2004)
Etiologi
Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore itu sendiri.
Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih pada darah menstruasi, yang merangsang aktivitas uterus
Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik, seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang panggul.
(Price, 2002)
Gejala Klinis
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah
Dimenore primer
Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Sering terjadi pada nulipara
Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
Pemeriksaan pelvik normal
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
Dismenore sekunder
Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
Tidak berhubngan dengan siklus paritas
Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Berhubungan dengan kelainan pelvic
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Seringkali memerlukan tindakan operatif
Terdapat kelainan pelvic
Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan gradenya :
0 : Tidak disminore
1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat, namun jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri
2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut efektif mengurangi nyeri
3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat, tapi obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri
( Reece & Barberie, 2009)
Patofisiologi
Saat fase luteal, korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi. Maka kadar estrogen dan progesterone di sirkulasi akan menurun drastic. Penurunan kadar hormone tersebut merangsang pengeluaran prostaglandin uterus. Prostaglandin adalah suatu nyeawa yang berasal dari fosfolipid. Melalui enzim fosfolipase, fosfolipid akan diubah menjadi as. Arakidonat. Asam ini akan disiklasi menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam bentuk PGG2 dengan bantuan enzim endoperoksida isomerase dan peroksidase. Selanjutnya PGH2 diubah menjadi PGF2α dibentuk oleh enzim PGF2α reduktase dan peroksidase. Prostaglandin yang dihasilkan tersebut akan menginduksi terjadinya kontraksi uterus. Kontraksi uterus selama menstruasi mulai dari tekanan basal < 10mmHg, sehingga menghasilkan tekanan intrauterine yang lebih tinggi sapai sering mencapi 150 – 180 mmHg dan juga bisa melebihi 400mmHg, frekuensi lebih sering yaitu <4 – 5 setiap 10 menit dan tidak beritme atau berkoordinasi karena kontraksi dari uterus yang berkepanjangan menyebabkan aliran darah keuterus akan menurun, sehingga uterus akan mengalami iskemia. Selama uterus iskemia maka akan terjadi metabolisme anaerob, dimana hasilnya akan merangsang saraf nyeri kecil tipe C yang akan memberikan kontribusi untuk terjadinya dismenore. Nyeri tersebut dapat menyebar kearah pinggang dan paha di karenakan, pada uterus dipersarafi oleh T12, L1, L2, L3, S2, S3 dan S4 yang memberikan penyebaran nyeri ke pinggang dan paha (Rasjdid, 2008). Selain itu PGF2α dan PGE2 juga dapat menyebabkan timbulnya keluhan seperti diare, mual, muntah, dll (Fritz & Speroff, 2010)
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
Endometriosis
Pelvic inflammatory disease
Tumor dan kista ovarium
Oklusi atau stenosis servikal
Adenomyosis
Fibroids
Uterine polyps
Intrauterine adhesions
Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
Intrauterine contraceptive device
Transverse vaginal septum
Pelvic congestion syndrome
Allen-Masters syndrome
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi menurut etiologinya, dismenore di bagi menjadi dismenore primer dan sekunder.
Primer
Dismenorea ini terasa sangat nyeri tanpa patologis pelvis yang dapat diidentifikasi. Dapat terjadi [ada waktu menarke ata segera setelahnya. Dismenorea ditandai dengan oleh nyeri kram yang dimulais sebelum atau segera setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut sampai beberapa 48 atau 72 jam. Jarang ada yang sampau 72 jam. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Gejala utama adalah nyeri, nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap. Gejala sistemik yang menyertai adalah berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional (Price, 2002)
Faktor psikologis seperti ansietas dan ketegangan juga dapat menunjang dismenorea. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung hilang, dan akan hilang sama sekali setelah melahirkan anak (Brunner & Suddarth, 2002)
Sekunder
Dismenore sekunder terjadi bila terdapat gangguan patologis pelvis, seperti endometriosis, tumor, atau penyakit inflammatory. Biasanya mereka mengalami nyeri sebelum haid, disertai ovulasi dan kadang kala pada saat melakukan hubungan seksual. (Brunner & Suddarth, 2002)
Sedangkan berdasarkan klasifikasi menurut jenis nyerinya :
Nyeri Spasmodik
Nyeri ini terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Biasanya perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan, mereka sangat mual, bahkan ada yang benar benar muntah. Kebanyak dari mereka adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga pada wanita umur 40 th keatas. Disminore spasmodic dapat diobat atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami gejala seperti itu.
Nyeri Kongestif
Penderita disminore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berharihari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba mungkin mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, pakaian dalam terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, dan muncul memar dipaha dan lengan atas. Semua itu merupakan symptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sedang berlangsung. Bahkan sekian hari pertama masa haid orang yang menderita dismonore kongesif akan merasa lebih baik.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama
Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
Integumen : kaji turgor kulit
Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah :
Tes laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : normal.
Urinalisis : normal
Tes diagnostic tambahan
Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.
Therapi
Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri primer diberikan agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve, Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat (ponstel).
Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan mengalami efek samping pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi, riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan. (Brunner & Suddarth, 2002)
Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala menstruasi sampai gejala berkurang.
Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi menghambat prostaglandin endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan menurunkan jumlah menstruasi sehingga menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price, 2002)
Pemberian analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi rasa nyeri. Aspirin, inhibitor prostaglandin ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya dianjurkan setiap 4 jam.
Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder adalah mengobati penyakit yang mendasarinya.
Primer
Sekunder
Gejala
Kram dan disertai gejala sistemik yang berlangsung sebelum awitan sampai 2 – 3 hari setelah awitan pada wanita
Nyeri, yang terjadi beberapa hari sebelum awitan, pada ovulasi, dan pada saat melakukan hubungan seksual
Penyebab
Produksi prostaglandin yang berlebih
Adanya penyakit patologis yang mendasari
Penanganan
Antiprostaglandin, latihan dan kontrasepsi oral
Evaluasi dan pengobatan untuk penyebab yang spesifik (penyakitnya)
(Brunner & Suddarth, 2002)
Penatalaksanaan
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif.
Jika pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan diberikan pengetahuan mengenai hal ini.
Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan mengalami periode haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak nyaman dapat diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala tersebut dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan latihan fisik karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan.
Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya :
Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang peristaltik usus dan memberikan rasa nyaman klien.
Therapy Relaksasi Progresif :
Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut. Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut, kemudian hembuskan
Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan relaksasi dari ujung kaki ke atas.
Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan. Hembuskan nafas.
Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan.
Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan nafas.
Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan hembuskan nafas.
Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun, rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini menyebar ke otot leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas.
Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.
Imagery Guided
Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan gambaran mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru yang ingin kita bentuk. Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental tersebut, sehingga diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun tidur pagi hari, akan mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15 menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman, boleh dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar pada dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran mental yang ingin diciptakan.
Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30 menit dengan kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif) sebagai berikut:
Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan selama 2 menit)
Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan selama 2 menit.
Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1 menit.
Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk dengan kedua tangan ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit. Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.
Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut, tangan memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke depan, lakukan selama 2 menit.
Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua lengan, lakukan selama 2 menit.
Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang tangan kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2 menit.
Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala melingkar, lakukan selama 3 menit.
Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan disamping badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien mengenai menstruasi
Pekerjaan : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi
Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.
Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)
Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.
Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
Pola Tidur dan Istirahat
Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di anjurkan untuk istirahat.
Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani rawat inap.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian bawah.
Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi.
Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem reproduksinya.
Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama
Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
Integumen : kaji turgor kulit
Diagnosa
Nyeri akut b/d agen cidera
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Risiko Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Ansietas b/d ancaman status kesehatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dismenore adalah nyeri selama mentruasi yang disebabkan oleh kejang atau uterus,dismenore primer apabila terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab hanya terjadi selama siklus – siklus ovalotorik.penyebabnya adalah jumlah prostaglandin F2a yang berlebihan pada darah mentruasi,yang meransang hiperaktivitas uterus,gejala utamanya adalah nyeri ,terjadi pada saat awitan mentruasi,nyeri tajam ,tumpul,siklik,atau menetap dapat berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari.kadang – kadang ,gejala tersebut dapat lebih lama dari satu hari tapi jarang melebihi 72 jam.gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa mual,diare,sakit kepala,dan perubahan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta : EGC
Doenges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke3. Jakarta :EGC
Prince & Wilson. 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6,
Jakarta : EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-itatrisian-6081-2-babii.pdf
http://repository.unand.ac.id/17958/1/PENGARUH%20TERAPI%20MUSIK%20MOZART%20TERHADAP%20PENURUNAN%20DERAJAT%20NYERI%20MENSTRUASI.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31657/4/Chapter%20II.pdf