LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP SPINAL CANAL STENOSIS DENGAN TINDAKAN BIOPSI DEKOMPRESI DAN STABILISASI FUSI DI RUANG INTENSIF CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR
oleh : Ikbar Nurkhol!ah I"a#ar$ S%K&' NIM * *+++, +++,
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNI-ERSITAS .EMBER +/
A; Ka!u!0
Spinal Canal Stenosis B;
D&1#!
Stenosis
kanal
lumbal merupakan penyempitan osteoligamentous kanalis
vertebralis dan atau foramen intervertebralis yang menghasilkan penekanan pada akar saraf sumsum tulang belakang. Penyempitan kanal tulang belakang atau sisi kanal yang melindungi saraf sering mengakibatkan penekanan dari akar saraf sumsum tulang belakang. Saraf menjadi semakin terdesak karena diameter kanal menjadi lebih sempit. Stenosis tulang belakang lumbal (penyempitan pada ruang saraf) terjadi akibat penyempitan kanal spinal secara perlahan, mulai dari gangguan akibat penebalan ligamen kuning, sendi faset diskus yang
yang membesar, dan
menonjol. Biasanya seseorang dengan stenosis tulang belakang
memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan punggung bagian baah jika berjalan.
C;
A#a2o" S'#al Ca#al S2o!!
!ertebra dari berbagai regio berbeda dalam ukuran dan sifat khas lainnya, vertebra dalam satu daerah pun memiliki sedikit perbedan. !ertebra terdiri dari corpus vertebra dan arkus vertebra. "orpus vertebra adalah bagian aal yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan menanggung berat tubuh. "orpus vertebra, terutama dari vertebra thoracica #! ke caudal, berangsur bertambah besar supaya dapat memikul beban yang makin berat. $rkus vertebra adalah bagian dorsal vertebra yang terdiri dari pediculus arcus vertebra dan lamina arkus vertebra. Pediculus arcus vertebra adalah taju pendek yang kokoh dan menghubungkan lengkung pada corpus vertebra, insisura vertebralis merupakan torehan pada pediculus arcus vertebra. #nsisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior
pada vertebra%vertebra yang bertangga membentuk sebuah foramen
intervetebrale. Pediculus arcus vertebrae menjorok ke arah dorsal untuk bertemu dengan dua lempeng tulang yang lebar dan gepeng yakni lamina arcus vertebrae. $rcus vertebrae dan permukaan dorsal corpus vertebrae membatasi foramen vertebrale. &oramen vertebrale berurutan pada columna vertebrale yang utuh,
membentuk canalis vertebralis yang berisi medulla spinalis, meningens, jaringan lemak,akar saraf dan pembuluh darah. !ertebrae lumbalis #%! memiliki ciri khas, corpus vertebrae pejal, jika dilihat dari cranial berbentuk ginjal, foramen vertebrale berbentuk segitiga, lebih besar dari daerah servical dan thoracal, prosesus transversus panjang dan ramping, prosesus accesorius pada permukaan dorsal pangkal setiap prosesus, prosesus articularis facies superior mengarah ke dorsomedial, facies inferior mengarah ke ventrolateral, prosesus mamiliaris pada permukaan dorsal setiap prosesus articularis, prosesus spinosus pendek dan kokoh. Struktur lain yang tidak kalah penting dan menjadi istimea adalah sendi lengkung vertebra articulation 'ygapophysealis (facet joint), letaknya sangat berdekatan dengan foramen intervertebrale yang dilalui saraf spinal untuk meninggalkan canalis vertebralis. Sendi ini adalah sendi sinovial datar antara prosesus articularis ('ygoapophysis) vertebra berdekatan. Sendi ini memungkinkan gerak luncur antara vertebra. ika sendi ini mengalami cedera atau terserang penyakit, saraf spinal dapat ikut terlibat. angguan ini dapat mengakibatkan rasa sakit sesuai dengan pola susunan dermatom, dan kejang pada otot%otot yang berasal dari miotom yang sesuai. D;
Kla!1ka! S'#al Ca#al S2o!!
*lasifikasi lumbar spinal canal stenosis dapat dibagi berdasarkan etiologi dan anatomi. Berdasarkan etiologi lumbar spinal canal stenosis dapat dibagi menjadi stenosis primer dan sekunder. Stenosis primer dibagi menjadi: defek kongenital dan perkembangan. +efek kongenital dibagi menjadi: 1; +israpismus spinalis 2; Segmentasi vertebra yang mengalami kegagalan 3; Stenosis intermiten (d$n-uin syndrome)
Perkembangan dibagi menjadi: 1; *egagalan pertumbuhan tulang a; $kondroplasia b; orculo disease c; /steopetrosis
d; 0ksostosis herediter multipel 2; #diopatik yaitu hipertrofi tulang pada arkus vertebralis.
Stenosis sekunder menurut sifatnya dibagi menjadi (1) +egeneratif yaitu degeneratif spondilolistesis2 (3)
#atrogenik yaitu
post%laminektomi, post%
artrodesis, post%disektomi2 (4) $kibat kumpulan penyakit yaitu akromegali, paget diseases, fluorosis, ankylosing spondylitis2 (5) Post%fraktur2 (6) Penyakit tulang sisitemik2 (7) 8umor baik primer maupun sekunder
E; E2olo3
Penyebab terjadinya spinal canal stenosis, antara lain: 1; Pertumbuhan berlebih pada tulang 2; 9igamentum flavum hipertrofi 3; Prolaps diskus 4; Pertumbuhan berlebihan jaringan lunak dari arthritis 5; *ongenital: kanal spinal yang sempit 6; sia 6; tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang berkaitan dengan
pertambahan usia) 7; Pernah mengalami cedera tulang belakang sebelumnya
C% Pa2o1!olo3
8iga komponen biokimia utama diskus intervertebralis adalah air, kolagen, dan proteoglikan sebanyak <;%<6= total volume diskus. *olagen tersusun dalam lamina, membuat diskus mampu berekstensi dan membuat ikatan intervertebra. Proteoglikan berperan sebagai komponen hidrodinamik dan elektrostatik dan mengontrol turgor jaringan dengan mengatur pertukaran cairan pada matriks diskus. *omponen air memiliki porsi sangat besar pada berat diskus, jumlahnya bervariasi tergantung beban mekanis yang diberikan pada segment tersebut. Sejalan dengan pertambahan usia cairan tersebut berkurang,
akibatnya
nukleus
pulposus
mengalami
dehidrasi
dan
kemampuannya mendistribusikan tekanan berkurang, memicu robekan pada annulus.
*olagen memberikan kemampuan peregangan pada diskus. >ukleus tersusus secara eksklusif oleh kolagen tipe%## yang membantu menyediakan level hidrasi yang lebih tinggi dengan memelihara cairan, membuat nukleus mampu melaan beban tekan dan deformitas. $nnulus terdiri dari kolagen tipe%## dan kolagen tipe%# dalam jumlah yang sama, namun pada orang yang memasuki usia 6; tahun atau lebih tua dari 6; tahun kolagen tipe%# meningkat jumlahnya pada diskus. Proteoglikan pada diskus intervertebralis jumlahnya lebih kecil dibanding pada sendi kartilago, proteinnya lebih pendek dan jumlah rantai kerarin sulfat dan kondroitin sulfat yang berbeda. *emampatan diskus berkaitan dengan proteoglikan menurun dan sintesisnya juga menurun. $nnulus tersusun atas serat kolagen yang kurang padat dan kurang terorganisasi pada tepi perbatasannya dengan nukleus dan membentuk jaringan yang renggang dengan nukleus pulposus. Patofisiologi nyeri tidak semata%mata diakibatkan oleh kompresi akar saraf spinalis atau cauda e-uina, beberapa penelitian menyebutkan baha nyeri diakibatkan oleh klaudikasi neurogenik. #larus ada inflamasi dan iritasi pada akar saraf agar gejala muncul pada ekstremitas baah. *ompresi pada akar saraf normal memunculkan gejala paraestesia, defisit sensoris, penurunan motorik, dan reflek hormonal, tapi nyeri biasanya tidak timbul. #ritasi dan inflamasi bisa juga terjadi selama pergerakan ekstremitas baah atau spina saat saraf dipaksa untuk memanjang dan menyimpang dari posisi istirahatnya.
F; Ma#1&!2a! Kl#!
ejala yang dirasakan tiap pasien berbeda tergantung pola dan distribusi stenosis. ejala bisa berhubungan dengan satu akar saraf pada satu level. $dapun manifestasi kliniknya adalah:
1; nyeri pinggang baah 2; >yeri pada ekstremitas baah berupa rasa terbakar yang sifatnya timbul,
kesemutan, berat, geli di posterior atau posterolateral tungkai 3; *elemahan yang menjalar ke ekstremitas baah memburuk dengan berdiri
lama, beraktivitas atau ekstensi lumbal yang biasanya berkurang pada saat duduk, berbaring dan posisi fleksi lumbal. G; Ko"'lka!
9umbar stenosis lebih banyak mengenai
populasi lanjut usia maka
kemungkinan terjadi komplikasi pasca operasi lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Selain itu juga lebih banyak penyakit penyerta pada orang lanjut usia yang akan mempengaruhi proses pemulihan pasca operasi. *omplikasi dibagi menjadi empat yaitu, infeksi, vaskuler, kardiorespirasi, dan kematian. *ematian berkolerasi dengan usia dan penyakit komorbid. Peningkatan resiko komplikasi yang berkaitan dengan fusi meliputi infeksi luka, +!8 ( Deep Vein Thrombosis) atau emboli paru, kerusakan saraf. *omplikasi pada graft dan kegagalan pada instrumen. *omplikasi laminektomi bisa terjadi fraktur pada facet lumbar dan spondilolistesis postoperatif. H; P&"&rk!aa# Pu#4a#3 1; &oto polos ?%ray 9umbosacral
Pemeriksaan diibuat dalam posisi $P lateral dan obli-, dengan tampak gambaran kerucut lumbosacral junction, dan spinal dalam posisi fleksi dan ekstensi.
Pemeriksaan
ini
diharapkan
untuk
mendapat
informasi
ketidakstabilan segmen maupun deformitas dan kecurigaan pada lumbal stenosis degeneratif. isalnya pada keadaan spondilolistesis degeneratif dan skoliosis degeneratif. Pasien
dengan
spondilolistesis
degeneratif
foto
polos
posisi
lateral dibuat dengan pasien dalam posisi berbaring dan spina dalam keadaan fleksi dan ekstensi, bending kanan kiri, bertujuan untuk melihat pergeseran abnormal pada segmen yang terlibat. ntuk skoliosis degenerative foto polos $P@lateral dibuat pada plat yang panjang, pasien dalam posisi berdiri, bertujuan untuk menentukan rentangan kurva S dan keseimbangan antara bidang coronal dan sagital, karena ketidakseimbangan di tiap segmen menjadi tujuan terapi operatif.
2; "8 Scan
"8 Scan untuk mengevaluasi tulang, khususnya di aspek resesus lateralis. Selain itu dia bisa juga membedakan mana diskus dan mana ligamentum flavum
dari
abnormalitas
kantongan facet,
tekal
(thecal
sac).
abnormalitas diskus
emberikan
lateralis
yang
visualisasi
mengarahkan
kecurigaan kita kepada lumbar stenosis, serta membedakan stenosis sekunder akibat fraktur. Aarus dilakukan potongan 4 mm dari 94 sampai sambungan 96%S1. +erajat stenosis sering tidak bisa ditentukan karena tidak bisa melihat jaringan lunak secara detail. 3; #
#
adalah pemeriksaan standar
diagnosis
lumbar stenosis dan
perencanaan operasi. *elebihannya adalah bisa mengakses jumlah segmen yang terkena, serta mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu bisa membedakan dengan baik kondisi central stenosis dan lateral stenosis. Bisa mendefinisikan flavopathy, penebalan kapsuler, abnormalitas sendi facet, osteofit, herniasi diskus atau protrusi. $da atau tidaknya lemak epidural, dan kompresi teka dan akar saraf juga bisa dilihat dengan baik. Potongan sagital juga
menyediakan
porsi
spina
yang
panjang
untuk
mencari
kemungkinan tumor metastase ke spinal. *ombinasi potongan a?ial dan sagital bisa mengevaluasi secara komplit central canal dan neural foramen. >amun untuk mengevaluasi resesus lateralis diperlukan pemeriksaan tambahan myelografi lumbar dikombinasi dengan "8 scan tanpa kontras. I; Palak!a#aa# 1; 8erapi konservatif
8erapi konservatif dilakukan apabila gejalanya ringan dan durasinya pendek selain itu kondisi umum pasien tidak mendukung dilakukan terapi operatif (misalnya pasien dengan hipertensi atau diabetes melitus). odalitas utama meliputi edukasi, penentraman hati, modifikasi aktivitas termasuk mengurangi mengangkat beban, membengkokan badan, memelintir badan, latihan fisioterapi harus menghindari hiperekstensi dan tujuannya adalah untuk menguatkan otot abdominal penggunaan
lumbar
fleksor
corset%type
untuk brace
memelihara dalam
posisi
jangka
fleksi, pendek,
analgesik sederhana (misal acetaminofen), >S$#+s, kalsitonin nasal untuk
nyeri sedang, injeksi steroid epidural untuk mengurangi inflamasi, golongan narkotika bila diperlukan, penggunaan akupuntur dan 80>S masih kontroversi. 9atihan juga sangat penting antara lain bersepeda, treadmill, hidroterapi misalnya berenang dapat memicu pengeluaran endorphin dan meningkatkan suplai darah
ke
elemen saraf, serta
membantu memperbaiki
fungsi
kardiorespirasi. b) 8erapi operatif #ndikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah berat, defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan melakukan aktivitas sehari%hari dan menyebabkan penurunan kualitas hidup, serta terapi konservatif yang gagal. Prosedur yang paling standar dilakukan adalah laminektomi dekompresi. 8indakan operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan berbagai tekhnik sehingga diharapkan bisa mengurangi gejala pada tungkai baah dan bukan untuk mengurangi Low Back Pain (9BP). Prosedur
pembedahan
yang
sering
dikerjakan
adalah
laminektomi
dekompresi. Standar laminektomi dekompresi adalah membuang lamina dan ligamentum flavum dari tepi lateral satu resesus lateralis sampai melibatkan level transversal spina. Semua resesus lateralis yang membuat akar saraf terperangkap harus didekompresi. Pasien diposisikan dalam posisi pronasi dengan abdomen bebas, melalui garis tengah tentukan prosesus spinosus. ntuk mengkonfirmasi level yang kita temukan sudah benar setengah cranial dari spinosus caudal dan setengah caudal dari cranial prosesus spinosus dipotong dengan pemotong ganda. *anal dimasukkan ke dalam garis tengah dan proses dekompresi secara bertahap diambil dari caudal ke cranial menggunakan *errison rongeurs. ika tulang terlalu tebal gunakan osteotome atau drill berkecepatan tinggi. +ekompresi dibaa lebih ke lateral dari pedicle. &acetotomy dilakukan dengan osteotome untuk dekompresi akar saraf di resesus lateralis. +ekompresi komplit saat pulsasi dural sac kembali dan venous refilling akar saraf terlihat di foramen dan akar saraf kembali mobile. uang pada jalan keluar kanal bisa juga diakses menggunakan kanula tumpul atau bila ada lebih baik menggunakan umbilical catheter. 9aser kanula. +oppler berguna untuk menilai kembalinya aliran darah ke akar saraf. +iskus harus dibiarkan intak alaupun bisa menyebabkan penekanan pada akar saraf yang menetap yang diikuti juga
penekanan oleh tulang dan jaringan lunak, karena resiko terjadinya instabilitas pasca operasi dan pengambilan diskus juga lebih sulit dikerjakan. 8ekhnik alternatif lain yang bisa dikerjakan adalah laminektomi sudut dengan reseksi sudut hanya pada porsi anterior aspek lateral lamina, laminektomi selektif single atau multiple unilateral atau bilateral, dan laminoplasti lumbar. ultiple laminotomi dikerjakan pada level sendi facet dengan memotong lebih sedikit pada seperempat sampai setengah facet dilanjutkan dengan membuang porsi lateral ligementum flavum. Selective spinal decompression juga dapat dipilh dengan mempertahankan struktur garis tengah. *ebanyakan kasus spinal stenosis melibatkan segmen pergerakan seperti diksus dan sendi facet dan bukan segmen yang kokoh (corpus vertebrae, pedicle dan lamina). Aal ini membuat kemungkinan melakukan dekompresi segmen yang mengalami stenosis dengan tetap mempertahankan struktur arkus vertebrae. *euntungannya adalah proses penyembuhan menjadi lebih singkat, mempertahankan ketinggian canal dan mengurangi insiden back pain post operatif, mengurangi imobilisasi terlalu lama dan tidak membutuhklan fusi. 8ujuan dilakukan fusi adalan untuk mengkoreksi instabilitas pada segmen yang dilakukan dekompresi, mengurangi nyeri pada segmen yang bergerak dan mencegah spondylolisthesis dan scoliosis kedepannya. #ndikasi fusi tergantung pada keadaan pada keadaan spina sebelum dan setelah dilakukan operasi, bila dekompresi mengakibatkan segmen tersebut menjadi tidak stabil maka diperlukan fusi dengan intrumentasi, misalnya pada pengambilan 6;= kedua sendi facet atau 1;;= pada satu sendi facet saja (facetectomy) dan ligamen longitudinal posterior atau diskus mengalami kerusakan (discectomy), maka fusi harus dipertimbangkan untuk dikerjakan. Pada prosedur la minectomy yang deformitasnya stabil dan pada pasien yang memiliki penyakit komorbid yang bila dilakukan fusi akan meningkatkan resiko komplikasi, maka fusi tidak dikerjakan.
J; Pathways
; ; ; ; ; ; ;
Pertumbuhan berlebih pada tulang 9igamentum flavum hipertrofi Prolaps diskus Pertumbuhan berlebihan jaringan lunak dari arthritis *ongenital: kanal spinal yang sempit sia 6; tahun atau lebih iayat cedera tulang belakang nukleus pulposus mengalami dehidrasi
kemampuannya mendistribusikan tekanan berkurang memicu robekan pada annulus kolagen memberikan kemampuan peregangan pada diskus kolagen tipe%## membantu menyediakan level hidrasi yang lebih tinggi lama kelamaan nukleus tidak mampu melaan beban terjadi stenosis pada canal sintesis proteoglikan semakin menurun klaudikasi neurogenik
inflamasi ilarus dan iritasi pada akar saraf gejala muncul pada ekstremitas baah nyeri pada tulang belakang N5ERI AKUT
kompresi pada akar saraf penurunan sensorik%motorik
gerakan terbatas pada tulang belakang 0kstremitas baah ikut mengalami kelemahan@kelumpuhan HAMBATAN MOBILITAS FISIK
"emas akan kondisi
8erapi konservatif dan operatif
ANSIETAS
8indakan /peratif port the entry
0fek pemberian anastesi RESIKO CEDERA
RESIKO INFEKSI etabolisme meningkat Post operasi
*ompensasi tubuh Suhu meningkat HIPERTERMI
0fek anastesi hilang 8erasa nyeri pada tulang belakang N5ERI AKUT
Penekanan sistem saraf Penurunan kerja mukociliary $kumulasi sekret KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN .ALAN NAFAS
A!uha# K&'&ra6a2a#
Pka4a# K&'&ra6a2a# a; $namnesis 1; #dentitas pasien
eliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam S, nomor register, dan diagnosis medis. Spinal "anal Stenosis insidensinya meningkat pada usia yang lebih tua terkait dengan osteoporosis. 2; *eluhan utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sebagai berikut. a; >yeri
Sifat dari nyeri antara lain: 1; lokasi setempat@meluas@menjalar2 2; ada trauma riayat atau tidak2
3; sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan2 4; bagaimana sifatnya: pegal@seperti ditusuk%tusuk@rasa panas@ditarik%
tarik, terus%menerus atau hanya aktu bergerak@istirahat dan seterusnya2 5; apa yang memperberat@mengurangi nyeri2 6; nyeri sepanjang aktu atau pada malam hari2 7; apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul. b; *elainan bentuk@pembengkokan tulang belakang saat duduk atau
berdiri c; *ekakuan@kelemahan pada umumnya ektremitas baah dan area
pinggang
3; iayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab dari nyeri pada tulang belakang yang dapat membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien berupa kronologi terjadinya penyakit. 4; iayat penyakit dahulu
Pada pengkajian dilakukan untuk menemukan penyebab adanya riayat jatuh atau cedera pada tulang belakang. Penyakit%penyakit tertentu seperti kanker tulang, kongenital: menyempitnya kanal spinal. 5; iayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga berhubungan dgn penyakit tulang adalah salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang cenderung diturunkan secara genetik. 6; Pola%pola fungsi kesehatan a; Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat b; Pola nutrisi dan metabolisme c; Pola eliminasi
d; Pola aktivitas dan latihan e; Pola tidur dan istirahat f;
Pola hubungan dan peran
g; Pola persepsi dan konsep diri h; Pola sensori dan kognitif i;
Pola reproduksi seksual
j;
Pola penanggulangan stress
k; Pola tata nilai dan kepercayaan b; Pemeriksaan fisik 1; *eadaan umum
eliputi kesadaran, tanda%tanda vital, pemeriksaan secara sitemik, kekakuan pada ekstremitas baah dan pinggang.
2; Pemeriksaan lokal a; Look
8erdapat perubahan asimetris bentuk tulang belakang, fraktur atau cedera pada tulang belakang. b; Feel
8erdapat nyeri pada tulang belakang. Aal yang perlu diperhatikan: 1; temperatur setempat yang meningkat2 2; nyeri
tekan, bersifat
superfisial
biasanya
disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur tulang2 3; krepitasi2 4; pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
bagian terkena. efilling (pengisian) arteri pada kuku, arna kulit pada bagian ekstremitas dan daerah trauma, temperatur kulit2 c; Move
Setelah melakukan pemeriksaan palpasi, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri dan kelemahan pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. erakan
sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik ; (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Po!2 O'0 1; *etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi
ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak dan susah mengeluarkan dahak (;;;41) 2; Aipertermia berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan pasien
mengalami peningkatan suhu diatas 4C,6 o" dan teraba panas (;;;;C) 3; >yeri akut berhubungan dengan hipoksia jaringan ditandai dengan adanya luka
bekas operasi di bagian punggung dan pinggang, pasien melaporkan adanya nyeri dan tampak meringis
RENCANA KEPERAWATAN NO
DIAGNOSA TU.UAN DAN KRITERIA INTER-ENSI KEPERAWATAN HASIL NOC 0 NIC0 1 *etidakefektifan bersihan jalan nafas% Respiratory status Ar6a7 Ma#a3&" (*,+) berhubungan dengan ventilation !"#"$% 1; *aji kepatenan jalan nafas efek anastesi ditandai klien dan irama pernafasan, dengan pasien*riteria Aasil: suara nafas tambahan tiap mengeluhkan sesak a; 8idak terdapat pernafasan 1 jam sekali dan susah 2; /bservasi tanda%tanda vital cuping hidung mengeluarkan dahak b; tidak terdapat penggunaan terutama tiap 1 jam (;;;41) sekali otot bantu pernafasan
intercostalis c; 8anda%tanda vital : 17%3;?@menit d; #rama pernafasan reguler e; onchi (%) f; Aipersaliva (%)
3; Posisikan klien semi foler 4;%56 derajat 4; *olaborasi dalam pemberian terapi /3 5; 9akukan suction tiap D jam 6; Berikan nebuli'er ventolin tiap D jam
3
NOC0 P&ra6a2a# 8&"a" (*/,+) Aipertermia berhubungan dengan 8hermoregulasi (;D;;) 1; /bservasi tanda%tanda proses inflamasi vital, terutama suhu tiap 1 ditandai dengan pasien *riteria hasil: jam sekali mengalami a; Suhu tubuh dalam batas 2; onitor kelembaban peningkatan suhu normal (47,6%4C,6 ") membran mukosa, arna o diatas 4C,6 " danb; 8idak terjadi perubahan kulit dan suhu tiap 3 jam teraba panas (;;;;C) arna kulit (tidak sekali kemerahan) 3; Beri air putih 1;; ml@ jam c; $kral hangat (%) 4; 9akukan oral hygiene d; embran mukosa dengan air putih tiap 3 jam lembab sekali 5; *olaborasikan pemberian obat penurun demam paracetamol 4 >yeri akutSetelah dilakukan tindakan >#": berhubungan dengan keperaatan selama 4?35 hipoksia jaringan jam nyeri akut teratasi dengan onitor 8anda !ital (77D;)
ditandai adanya luka operasi di punggung pinggang, melaporkan nyeri dan meringis
dengankriteria hasil: 1; onitor tekanan darah, bekas nadi, suhu dan bagian >/" anajemen >yeri (15;;) dan nyeri secara 2; *aji pasien 1; *ontrol nyeri (17;6) komprehensif (P/S8) adanya a; elaporkan perubahan 3; /bservasi petunjuk verbal gejala nyeri tampak dan nonverbal b; elaporkan nyeri yang 4; Posisikan pasien senyaman terkontrol c; enggunakan tindakan mungkin informasi 5; Berikan pengurangan nyeri mengenai nyeri, penyebab, 2; 8ingkat nyeri (31;3) berapa lama, dan tindakan a; 0kpresi ajah tidak yang dapat dilakukan meringis 8erapi relaksasi (7;5;) b; &okus meluas 6; #nstruksikan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam anajemen Pengobatan (34;;) pemberian 7; *olaborasi analgesik
DAFTAR PUSTAKA $nthony . "aputy, .+., "aple $. Spence. 3;1;. The role o& spinal &usion in sur'ery &or lumbar spinal stenosis a review( )eurosur' Focus $ $rticle 4. +. &ahy and . 0. 3;15. Lumbar spinal stenosis Current *rthopae+ics( >i?on Aarcourt Publishers 9td. 0berhard Siebert, Aarald PrEss, andolf *lingebiel, et al. 3;14. Lumbar spinal stenosis syn+rome, +ia'nostics an+ treatment( >at. ev. >eurol. &ranco Postacchini. 3;;<. Mana'ement o& Lumbar stenosis. !ol. CD%B, >o. 1 efferey . Spivak. 3;1;. Current Concepts Review - De'enerative Lumbar Spinal Stenosis. ournal Bone oint Surg $m. oseph +. &ortin, +/, and ichael 8. Fheeler. 3;15. .ma'in' in Lumbar Spinal Stenosis Pain Physician. ustin &. &raser, B.$., ussel ". Auang, .+. 3;14. Patho'enesis, presentation, an+ treatment o& lumbar spinal stenosis associate+ with coronal or sa'ittal spinal +e&ormities. >eurosurg. &ocus. !olume 15: article 7.
*eith 9. oore, $nne . $gur. 3;13. /natomi 0linis Dasar . akarta:Aipokrates.
cae, onald. 3;15. Clinical *rthopae+ic e1amination. &ifth 0dition: 161%163.
Steven . arfin, Aarry >. Aerkoit' and Srdjan irkovic. Spinal Stenosis. ournal Bone oint Surg $m.