LAPORAN PENDAHULUAN CANCER LARING 1. Judul Laporan pendahuluan pada pasien dengan cancer laring di ruang IGD RSUD Ulin Banjarmasin. 2. Konsep Dasar a. Anatomi dan Fisiologi 1) Anatomi
Gambar1 : Anatomi Laring
Gambar 2. Anatomi Glottis
Gambar 3. Anatomi Tulang rawan laring
2) Fisiologi Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot
intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa. Tulang dan tulang rawan laring yaitu : 1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak. 2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. 3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior. Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu : 1. Otot-otot ekstrinsik : Otot elevator : - M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid Otot depressor : - M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid 2. Otot-otot Intrinsik : Otot Adduktor dan Abduktor : - M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : - M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid Otot yang mengatur pintu masuk laring : - M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.
b. Pengertian Kanker merupakan massa jaringan abnormal yang tumbuh terusmenerus, tidak pernah mati, tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh, (Brunner and Suddarth, 2001).
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang tidak normal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglitis, pita suara palsu dan sinus-sinus pirirformis yang banyak mengandung pembuluh darah limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastse ke kelenjar limfe leher bagian dalam, ,(Brunner and Suddarth, 2001). Klasifikasi kanker laring: Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas : 1. Supraglotis 2. Glotis 3. Subglotis Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel. Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis. Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC : 1. Tumor primer (T) Supra glottis : T is: tumor insitu T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi. T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita suara palsu
T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke dalam. T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring. Glotis : T is : tumor insitu T 0 : tak jelas adanya tumor primer T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan pergerakan normal T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli T 1b : tumor mengenai kedua pita suara T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu. T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
Sub glotis : T is : tumor insitu T 0 : tak jelas adanya tumor primer T 1 : tumor terbatas pada subglotis T 1a : tumor terbatas pada satu sisi T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.
2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N) N x : kelenjar tidak dapat dinilai N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar. N 1 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm
N 2 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm N 2a :klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm - ≤ 6 cm. N 2b :klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm N 3 :kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral N 3 a :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm N 3 b :klinis terdapat kelenjar bilateral N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral 3. Metastase jauh (M) M 0 : tidak ada metastase jauh M 1 : terdapat metastase jauh 4. Stadium : Stadium I : T1 N0 M0 Stadium II : T2 N0 M0 Stadium III : T3 N0 M0 T1, T2, T3, N1, M0 Stadium IV : T4, N0, M0 Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1 c. Etiologi Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orangorang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan kanker laring yang kuat ialah roko, alkohol, dan sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut:
1). Faktor Lingkungan Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru, mulut, laring (pita suara), dan kanker darah seperti leukemia. 2). Faktor makanan yang mengandung bahan kimia Makanan juga bisa menjadi faktor resiko penting lain penyebab kanker pada saluran cerna.contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker
adalah
makanan
yang
diasapdan
diasamkan(dalam bentuk acar) meningkatkan resiko kanker lambung. Minuman yang mengandung lakohol menyebabkan resiko lebih tinggiterhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan, logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti kerang dan ikan. Berbagai makanan manis dan tepung yang di proses secara berlebihan. 3). Virus Virus yang dapat dicurigai dapat menyebabkan kanker laring antara lain virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik. Menurut Bunner dan Suddarth, babara C. Long, robbin dan Kumar serta D. Thone R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya kanker laring meliputi: Tembakau (berasap/tidak) Alkohol serta efek kombinasinya Penajaman terhadap obseton Gas Mustard Kayu kulit dan logam Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan Laringitis kronis Defisiensi nutrisi (Riboflavin) Hemophilus Influenza d. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah : 1). Suara serak. 2). Sesak nafas dan stridor. 3).Rasa nyeri di tenggorok. 4). Disfagia. 5).Batuk dan haemoptosis. 6).Pembengkakan pada leher e. Patofisiologi Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang jarang. Ditempat manapun yang kering (epiglotis, pita suara suara, dan sinus-sinus piriformis). Pada bagian ini banyak mengandung pembuluh limfe, oleh karena itu kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang mengalami serak lebih dari dua mingguharus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul (yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara) pengobatan biasanya masi memungkinkan. Tanda-tanda metastase pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung langsung dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring, (C. Long barbara, 2009). Patway
f. Komplikasi Berdasarkan pada data pengkajian potensial komplikasi yang mungkin terjadi antara lain: Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan nafas, dan edema trakea). Hemoragi Infeksi g. Pemeriksaan penunjang: Laringoskop Foto thoraks CT-Scan
Biopsi Laring h. Penatalaksanaan Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya I. PEMBEDAHAN Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
8,9,15,16
A. LARINGEKTOMI 1. Laringektomi parsial Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II. 2. Laringektomi total Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea. B. DISEKSI LEHER RADIKAL Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh. II. RADIOTERAPI Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad. Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz
memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti dengan laringektomi total. III. KEMOTERAPI Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun 2
paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m dan 5 FU 2
800–1000 mg/m . IV.REHABILITASI Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”. 3. Konsep Keperawatan a. Pengkajian PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas b. Terjadi penurunan kesadaran c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan e. Gelisah f. Sianosis g. Kejang h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan i. Suara serak j. Batuk 2. Breathing a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll b. Sianosis c. Takipnu d. Dispnea e. Hipoksia f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi
3. Circulation a. Hipotensi / hipertensi b. Takipnu c. Hipotermi d. Pucat e. Ekstremitas dingin f. Penurunan capillary refill g. Produksi urin menurun h. Nyeri i. Pembesaran kelenjar getah bening PENGKAJIAN SEKUNDER 1.
Riwayat penyakit sebelumnya Apakah klien pernah menderita :
a. Penyakit stroke b. Infeksi otak c. DM d. Diare dan muntah yang berlebihan e. Tumor otak f. Intoksiaksi insektisida g. Trauma kepala h. Epilepsi dll. 2.
Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat Data Subyektif: kesulitan dalam beraktivitas kelemahan kehilangan sensasi atau paralysis. mudah lelah kesulitan istirahat nyeri atau kejang otot Data obyektif: Perubahan tingkat kesadaran Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
gangguan penglihatan b. Sirkulasi Data Subyektif: Riwayat penyakit stroke Riwayat penyakit jantung Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis
bacterial. Polisitemia. Data obyektif: Hipertensi arterial Disritmia Perubahan EKG Pulsasi : kemungkinan bervariasi Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal c. Eliminasi Data Subyektif: Inkontinensia urin / alvi Anuria Data obyektif Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ) Tidak adanya suara usus( ileus paralitik ) d. Makan/ minum Data Subyektif: Nafsu makan hilang Nausea Vomitus menandakan adanya PTIK Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan Disfagia Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah Data obyektif: Obesitas ( faktor resiko ) e. Sensori neural Data Subyektif: Syncope
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. Kelemahan Kesemutan/kebas Penglihatan berkurang Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka Gangguan rasa pengecapan Gangguan penciuman Data obyektif: Status mental Penurunan kesadaran Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) Gangguan fungsi kognitif Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam Wajah: paralisis / parese Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. ) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil Kehilangan kemampuan mendengar Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil isokor / anisokor, diameter pupil f. Nyeri / kenyamanan Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya Data obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil Gelisah Ketegangan otot g. Respirasi Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )
h. Keamanan Data obyektif: Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan Perubahan persepsi terhadap tubuh Kesulitan untuk melihat objek Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan Berkurang kesadaran diri i. Interaksi sosial Data obyektif: Problem berbicara Ketidakmampuan berkomunikasi 3. Menilai GCS Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan Skala Coma Glasgow : Respon motorik Respon bicara Pembukaan mata Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan. Penilaian pada Glasgow Coma Scale Respon motorik Nillai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan, menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa, melepaskan gangguan. Nilai 5:
Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius
Nilai 4 :
Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.
Nilai 3 : fleksi abnormal .
Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity ) Nilai 2 :
ekstensi abnormal. Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )
Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon Catatan : - Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat - Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif Respon verbal atau bicara Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini tidak berlaku bila pasien : - Dispasia atau apasia - Mengalami trauma mulut - Dipasang intubasi trakhea (ETT) Nilai 5 :
pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara . orientasi waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari.
Nilai 4 : Nilai 3 :
pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan
Nilai 2 :
bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya (“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya
Nilai 1 :
tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri
Respon membukanya mata : Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya Catatan: Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata. Nilai 4 :
Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh
Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau diperintahkan membuka mata Nilai 2 :
Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri
Nilai 1 :
Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri
4. Menilai reflek-reflek patologis : a. Reflek Babinsky Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar b. Reflek Kremaster : Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis. Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan traktus corticulspinal 5. Uji syaraf kranial : NI.N.
Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau,
wangi-wangian,
yang
diminta
agar
pasien
menyebutkannya dengan mata tertutup N.II. N. Opticus Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada N.III/
Okulomotoris.
N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi N.V.
Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik, Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang bawah serta goresan kapas dan mata tertutup Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus muskulusmasketer
saat diperintahkan untuk gerak
menggigit N.VII/
Fasialis
fungsi
motorik
N.VII
diperiksa
kemampuan
mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul ,
menggembungkan
pipi.fungsi
sensorik
diperiksa
rasa
pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam) N.VIII/ Vestibulo - acusticus Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan garpu tala. N.IX/
Glosofaringeus,
N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan pasien N.XI /
Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala
N.XII/
Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam
b. Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk berbafas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
defisit
anatomi(pengangkatan pita suara). Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran cerna c. Intervensi Keperawatan 1. diagnosa pertama Tujuan: pasien akan mempertahankan jalan napas gtetap terbuka Kriteria hasil: Bunyi nafas bersih, tidak sesak, frekuensi napas normal Intervensi: Awasi frekuensi atau kedalaman pernapasan, auskultasi bunyi napas Tinggikan kepala 30-45 derajat
Dorong menelan bila pasien mampu Awasi seri GDA atau nadi, oksimetri, foto dada. 2. diagnosa kedua Tujuan: komunikasi pasien akan efektif Kriteria hasil: mengidentifikasi atau merencanakan
pilihan metode
berbicara yang tepat setelah sembuh Intervensi: Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernafas terganggu Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi Berikan pilihan komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien. Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat 3. diagnosa ketiga Tujuan: nyeri pasien akan berkurang Kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekspresi wajah tenang Untervensi: Sokong kepala dan leher dengan batang Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva dengan hati-hati Catat respon non verbal pasien dan respon automatik pasien terhadap nyeri Kolaborasi dengan pemberian analgesik 4. diagnosa keempat Tujuan: pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat Kriteria hasil: membuat pilihan diit untuk memenuhi klebutuhan nutrisi dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan insisi sesuai waktunya. Intervensi: Auskultasi bunyi usus Pertahankan selang makan Ajarkan pasien atau keluarga teknik makan sendiri Berikan diet nutrisi seimbang.
d. Evaluasi 1. Pola nafas efektif 2. Komunikasi pasien efektif 3. Nyeri teratasi / hilang 4. Kebutuhan Nutrisi terpenuhi
4. Daftar Pustaka Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC Efransah.(2010). Askep Keperawatan Kanker Laring. Jakarta: EGC. Nanda NIC NOC, (2015).