LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ca REKTI DI BANGSAL CENDANA 2 (B2) RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Tugas Profesi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Disusun oleh: Afiif Ahmidati 07/254307/KU/12441
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
KANKER REKTUM (Ca REKTI)
A. PENDAHULUAN
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika. Diperkirakan 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosa di Amerika setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu 2 kali lebih besar dari pada kanker rektal. Insidensinya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis, atau polip. Insidensi kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidensi pada kanker kolon asenden dan desenden meningkat. Penyebab nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging serta rendah serat.
B. PATOFISIOLOGI
Kanker rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas meluas ke dalam struktur sekitarnya, sekitarnya, Sel kanker dapat dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubun yang lain (paling sering ke hati).
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses. Gejala lain dapat berupa anemia yang tidak diketahui sebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan. Insidensi ca recti meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenermus, dan perdarahan rektal. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi, dan diare bergantian, serta feses berdarah.
D. PATHWAY
Kolithis Ulceratif
Kebiasaan makan (tinggi karbohidarat, rendah serat) Polimerisasi karsinogen membuat DNA baru
Fsktor genetik
polip colon Kerusakan DNA Penggabungan DNA asing dan induk Sintetis RNA baru Mitosis dipercepat Transformasi kanker Pertumbuhan liar sel ganas
Perdarahan peranus
Ca Rekti
Perubahan kebiasaan defikasi (konstipasi, diare)
PK : perdarahan PK: anemia Nyeri : akut/kronis
Hemorhoid
anoreksia
Cemas
-ketidakseimbangan -ketidakseimbangan nutrisi -Mual
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis kanker rekti dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, colok dubur dan rekto sigmoidoskopi
F. KOMPLIKASI
Obstrusi usus partial atau lengkap
Hemorhargi karena pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
Perforasi dan dapat mengakibatkan pembentukan pembentukan abses
Peritonotis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.
G. PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN MEDIS
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan utamanya memperlancar saluran cerna. Kemotrapi dan raiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah : o
Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
o
Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanene (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum r ektum serta sfingter anal )
o
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosisi lanjut dari kolostomi. (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum resekai )
o
Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak dapat direseksi)
KOLOSTOMI
A. Pengertian
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhizen, 1991)
Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy,1987)
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce,1993)
B. Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara 1. Kolostomi permenen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan
untuk
defekasi
secara
normal
karena
adanya
keganasan,
perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses keluar melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barel (dengan satu ujung lubang) 2. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanay untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer inimenpunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama pot kolostomi biasanya masih terjasi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi (pembukaan diding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan denga lubang stoma yang kemunglinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka.
Kantong/bag harus segera diganti dengankantong yang baru jika telah terisi feses atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Juga harus dipertahankan kulit di sekitar stoma tetap kering, penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zalf/salep atau segera konsultsikan pada dokter ahli. Pada pasien yang alergi mungli perlu dipikirkan untu modifikasi kantong agar kulit tidak teriritasi.
C. Komplikasi Kolostomi 1. Obtruksi/penyumbatan
Penyumbatn dapat disebabakan disebabakan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya melakukannya sensiri di rumah. 2. Infeksi 3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma menglami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalami pengkerutan. 4. Prolap pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karen fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan. 5. Perdarahan.
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
-
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya.
-
Apakah ini terjadi selama defekasi?
-
Berapa lama ini berakhir?
-
Adakah nyeri abdomen yang dihubungkan dengan hal itu?
-
Apakah terjadi perdarahan pada rectum?
-
Seberapa banyak?
-
Seberapa sering?
-
Apakah warnanya?
-
Adakah rabas lain seperti pus, mukus?
-
Bagaimana pola eliminasi dan penggunaan laksatif?
-
Bagaimana riwayat diet, termasuk masukan serat?
-
Jumlah latihan, tingkat aktifitas dan pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk dan berdiri lama)? Pengkajian objektif mencakup: menginfeksi feses akan adanya darah atau mucus,
area perianal akan adanya Ca Rekti, hemorhoid, fisura iritasi i ritasi atau pus. Pemeriksaan fisik: -
Inspeksi:
-
Palpasi: Pada RT tidak teraba apa-apa kecuali jika ada trombus atau penebalan mukosa
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Preoperatif:
Kurang pengetahuan pengetahuan tentang Ca Rekti
dan pilihan pengobatan berhubungan berhubungan
dengan kurang paparan sumber informasi Pasca operatif:
Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pembedahan pada apendiktomi)
Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan pembedahan
PK: Perdarahan
Gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai
C. PERENCANAAN Preoperasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG PAPARAN SUMBER INFORMASI NOC dan indikator NIC dan aktifitas NIC: Pengetahuan penyakit NOC: Pengetahuan Pengetahuan tentang penyakit, setelah Aktifitas: diberikan penjelasan 1. Jelaskan tentang penyakit selama 2 x 24 jam ps Ca rekti mengerti proses 2. Jelaskan tentang program penyakitnya penyakitnya dan Program pengobatan dan tindakan perawatan serta Therapi operasi yang akan yg diberikan dg: dilakukan Indikator: 3. Jelaskan tindakan untuk Ps mampu: mencegah komplikasi Menjelaskan kembali 4. Tanyakan kembali tentang proses penyakit, pengetahuan pengetahuan ps tentang mengenal kebutuhan penyakit, prosedur prwtn perawatan dan dan pengobatan pengobatan tanpa cemas
Rasional
1. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas 2. Mempermudah intervensi 3. Mencegah keparahan penyakit 4. Mereviw
Post operasi 2. DX. KEPERAWATAN : NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN
AGEN INJURI
(INSISI
PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)
NOC dan indikator NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang berkurang dg: Indikator: Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi mengidentifikasi tingkat nyeri Ps
menyatakan nyeri berkurang
Ps mampu
NIC dan aktifitas NIC: Manajement nyeri Aktifitas: 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktorfaktor yang dapat menambah nyeri 2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan 3. Fasilitasi linkungan nyaman 4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman 6. Berikan massage di
Rasional
1. untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan 2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan 3. Meningkatkan kenyamanan 4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri 5. Peninggin lengan
istirahan/tidur Menggunakan
tekhnik non farmakologi
punggung 7. Tekan dada saat latihan batuk
menyebabkan menyebabkan pasie rileks 6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping 7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN: DEFICITE SELF CARE B.D NYERI NOC dan indikator NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24 jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dg: Indikator: Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman
4. DIAGNOSA
NIC dan aktifitas NIC: Membantu perawatan diri pasien Aktifitas: 1. Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps 2. Libatkan keluarga dan ps 3. Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri NIC: ADL berpakaian Aktifitas: 1. Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan 2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau 3. Bantu berpakaian yg sesuai 4. Jaga privcy ps 5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
KEPERAWATAN:
RISIKO
Rasional
1. Mempermudah jangkauan 2. Melatih kemandirian 3. Meningkatkan kepercayaan
1. Memudahkan Memudahkan intervensi 2. Melatih kemandirian
3. Menghindari nyeri bertambah 4. Memberikan kenyamanan 5. Memberikan kepercayaan diri ps
INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST
PEMBEDAHAN
NOC dan indikator NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:
NIC dan aktifitas
Rasional
NIC: Perawatan luka Aktifitas: 1. Amati luka dari tanda2 infeksi 1. Penanda proses infeksi 2. Lakukan perawatan 2. Menghindari infeksi payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan
Indikator: Bebas dari tanda-tanda infeksi Angka leukosit normal Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi
kassa steril untuk merawat dan menutup luka 3. Anjurkan pada ps utnuk 3. Mencegah infeksi melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi 4. Kelola th/ sesuai program 4. Mempercepat penyembuhan NIC: Kontrol infeksi Aktifitas: 1. Batasi pengunjung 1. Mencegah infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sekunder sesudah merawat ps 2. Mencegah INOS 3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 3. Meningkatkan daya tahan 4. Anjurkan istirahat cukup tubuh 5. Pastikan penanganan 4. Membantu relaksasi dan aseptic daerah IV membantu proteksi infeksi 6. Berikan PEN-KES 5. Mencegah tjdnya infeksi tentang risk infeksi 6. Meningkatkan pengetahuan ps
5. DX. KEPERAWATAN : PK: PERDARAHAN NOC dan indikator NOC: Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam perawat mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor: Luka sembuh kering, bebas pus, tidak meluas. HB tidak kurang dari 10 gr %
NIC dan aktifitas NIC: Pencegahan sirkulasi Aktifitas: 1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan di saat merawat mamae 2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah 3. Kelola th/sesuai order
Rasional
1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB
2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka
3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikn perdarahan
6. DX. GANGGUAN POLA TIDUR BD KONDISI LINGKUNGAN YANG RAMAI NOC dan indikator NOC: Tidur, istirahat, sehat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya dg Indikataor: Jumlah jam tidur cukup Pola tidur normal Kualitas tidur cukup Tidak sering terbangun Merasa segar setelah bangun tidur Bangun pada waktu yang direncanakan TTV dalam batas normal Skala: 1. sangat bermasalah 2. bermasalah 3. sedang 4. sedikit bermasalah 5. tidak bermasalah
NIC dan aktifitas NIC: 1.Peningkatan 1.Peningkatan tidur Kaji aktifitas pola tidur klien Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit, terapi. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang menggangu tidur Tambah jam tidur bila perlu Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur. 2.manajemen lingkungan batasi pengunjung lingkungan dari bising jaga lingkungan tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur 3.mengurangi cemas tentukan tingkat kecemasan
latihan relaksasi
Rasional
pola tidur yang biasanya secara individu, dapat dikumpulkan melalui pengkajian yg komprehensif komprehensif dan holistic, dibutuhkan untuk menentukan penyebab gangguan
suara yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur
kecemasan dan depresi biasanya terjadi pada orang tua dan dapat menyebabkan imsomnia. Relaksasi dapat membantu klien mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan perencanaan dan pendukomentasian pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta. yogyakarta. McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork book.Inc,Newyork NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.