LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
Oleh: XXXXXXXXXX
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH MALANG 2012
ANEMIA
1. PENGERTIAN
a. Anem Anemia ia bera berart rtii keku kekuran ranga gan n sel sel dara darah h mera merah h dapa dapatt diseb disebab abka kan n oleh oleh hilan hilangn gny ya dara darah h terl terlalu alu cepa cepata tatau tau keren kerenaa terla terlalu lu lamba lambatn tnya ya prod produk uksi si sel dara darah h merah merah (Guyton, 1997:538) b. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen dara darah, h, eleme elemen n tak adek adekua uatt atau atau kura kurang ngny nyaa nutr nutrisi isi yang dibu dibutu tuhk hkan an untu untuk k pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 1999:569 ). c. Anem Anemia ia adal adalah ah berk berkur uran angn gny ya hing hingga ga di bawa bawah h nila nilaii norm normal al sel sel darah darah merah, merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:256). d. Anemia Anemia adalah adalah keadaa keadaan n rendahny rendahnyaa jumlah jumlah sel darah darah merah dan kadar kadar HB atau hemato hematokrit krit dibawah dibawah normal normal.. Anemia Anemia bukan bukan merupa merupakan kan penya penyakit, kit, melain melainkan kan merupa merupakan kan pencerm pencerminan inan keadaa keadaan n sutu sutu penya penyakit kit atau atau ganggu gangguan an fungsi fungsi tubuh tubuh.. (Smeltzer, 2002:935 ) . e. Anemia Anemia ialah ialah keadaan keadaan dimana dimana massa eritros eritrosit it dan/atau dan/atau massa massa hemogl hemoglobi obin n yang yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12) f. Anemia Anemia adalah adalah istilah istilah yang yang menunju menunjukan kan rendah rendahny nyaa hitung hitungan an sel darah darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
2.
PENYEBAB
Penyebab dari anemia antara lain : a.
b.
Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
Inflitrasi sum-sum tulang
Kehilangan darah
Akut karena perdarahan
Kronis karena perdarahan
Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah) c.
Mening Meningkat katny nyaa pemecaha pemecahan n eritrosit eritrosit (hemol (hemolisis isis)) yang dapat dapat terjadi terjadi karena karena
Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit d.
Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mudah mengen mengenal al anemia anemia dengan dengan 5L, yakni yakni lemah, lemah, letih, letih, lesu, lesu, lelah, lelah, lalai. lalai. Kalau Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah muncu munculny lnyaa sklera sklera (warna (warna pucat pucat pada pada bagian bagian kelopa kelopak k mata mata bawah) bawah).. Anemi Anemiaa bisa bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia anemia bertam bertambah bah berat, berat, bisa menyeb menyebabk abkan an stroke stroke atau seranga serangan n jantun jantung.( g.(Pri Price ce , 2000:256-264). AREA Keadaan umum
MANIFESTASI KLINIS Pucat cat , penurunan kesa esadaran, an, keleti etihan berat , kelemaha ahan, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap
Kulit
dingin, BB turun. Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik, elastisitas kulit munurun,
Mata
perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik) Penglihatan kabur, jaundice sclera,
Telinga Mulut
konjungtiva pucat. Vertigo, tinnitus Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency Paru-paru Kardiovaskuler
asam folat) Dipsneu, takipnea, dan orthopnea Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina pectoris dan bunyi jantung murmur, hipotensi, hipotensi,
Gastointesti Gastointestinal nal
kardiomegali, gagal jantung Anoreksia, Anoreksia, mual-muntah, mual-muntah, hepatospleen hepatospleenomegal omegalii (pada
Muskuloskeletal Syst System em persa ersara rafa fan n
anemia hemolitik) Nyeri pinggang, sendi Saki Sakitt kep kepala, ala, pusin using g, tin tinnitu nitus, s, mata ata berkunang-kunang, kelemahan otot, irritable, lesu perasaan dingin pada ekstremitas.
(Bakta, 2003:15)
4. PATO PATOFI FISI SIO OLOGI LOGI
Timbul Timbulny nyaa anemia anemia mencerm mencermink inkan an adany adanyaa kegaga kegagalan lan sumsum sumsum tulang tulang atau atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akib akibat at peny penyeba ebab b yang yang tida tidak k dike diketa tahu hui. i. Sel Sel dara darah h mera merah h dapa dapatt hila hilang ng mela melalui lui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal normal atau akibat akibat beberap beberapaa faktor faktor diluar diluar sel darah darah merah merah yang yang menye menyebab babkan kan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendote retikuloendotelial lial terutama dalam hati dan limpa. limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan mengakibatkan ikterik pada sclera. (Smeltzer (Smeltzer & Bare. 2002 : 935). 5. KLASIFI SIFIK KASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi : a.
Anemia Anemia hipo hipokro kromik mik mikr mikrosit ositer er : MCV MCV < 80 fl dan dan MCH MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan penurunan MCH) 1) Anemia Anemia defis defisien iensi si besi besi 2) Thal Thalase asemi miaa majo major r 3) Anemia Anemia akibat akibat penyakit penyakit kronik kronik 4) Anemia Anemia side siderob roblast lastik ik b.
Anemia normokromik normositer normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal. 1) Anem Anemia ia pasca pasca perd perdar arah ahan an akut akut 2)
Anemia ap aplasti stik
3) Anem Anemia ia hem hemol olit itik ik did didap apat at 4) Anem Anemia ia aki akiba batt peny penyak akit it kro kroni nik k 5) Anem Anemia ia pad padaa gaga gagall gin ginjal jal kron kronik ik 6) Anem Anemia ia pada pada sind sindro rom m mielo mielodi disp splas lastik tik 7) Anem Anemia ia leuk leukem emia ia akut akut c.
Anem Anemia ia norm normok okro romi mik k makr makros osite iterr : MCV > 95 fl fl Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal (MCH meningkat dan MCV normal). 1) Bent Bentuk uk mega megalo lobl blas asti tik k
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2) Bent Bentuk uk nonnon-me mega galo lobl blast astik ik
Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi : a. Anemia Anemia karena karena produk produksi si eritrosit eritrosit menurun menurun 1) Kekura Kekuranga ngan n bahan unuk unuk eritrosi eritrositt (anemia (anemia defisien defisiensi si besi, dan anemi anemiaa deisie deisiensi nsi asam folat/ anemia megaloblastik) 2)
Gangguan Gangguan utilisa utilisasi si besi (anemi (anemiaa akibat akibat penyakit penyakit kronik, kronik, anemia anemia sideroblastik sideroblastik))
3) Kerusa Kerusakan kan jaringa jaringan n sumsum sumsum tulang tulang (atrofi (atrofi dengan dengan penggant penggantian ian oleh jaring jaringan an lemak:anemia
aplastik/hiplastik,
penggantian
oleh
jaringan
fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik) 4)
Fungsi
sumsum tulang
kurang
baik
kare arena
tidak
diketahui.
(anemia
diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik) b. Kehilangan eritrosit dari tubuh. 1) Anem Anemia ia pasca pasca perd perdara araha han n aku akut. t. 2) Anem Anemia ia pasc pascaa perd perdara araha han n kro kroni nik k c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
1) Fakt Faktor or ekstr ekstrak akor orpu pusk skul uler er
Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA, isoantibodi-HDN)
Hipersplenisme
Pemaparan terhadap bahan kimia
Akibat infeksi
Kerusakan mekanik
2) Fact Factor or intr intrak akor orpu pusk skul uler er
Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary elliptocytosis)
Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati (hemoglobinopati structural, thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16) Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain :
Anemia defisiensi besi Anemia Anemia defisiensi defisiensi besi merupakan gejala kronis kronis dengan dengan keadaan keadaan hipokromi hipokromik k (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubu tubuh. h.
kura kuran ngny gnya
besi esi
berp erpeng engaru aruh
dala dalam m
pembe emben ntuka tukan n
Hb
sehi sehin ngga gga
kons konsen entr trasi asiny nyaa dalam dalam SDM SDM berk berkur uran ang, g, hal hal ini ini akan akan meng mengak akib ibat atka kan n tida tidak k adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah 50 mg/kgBB dan pada wanita 35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung, duodenum dan jejunum bagian atas adanya erosi esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi.
Anemia megaloblastik Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan dan asam asam fola folat. t.ka kara rakt kter erist istik ik SDM SDM ini ini adala adalah h adany adanyaa mega megalo lobl blas as abno abnorm rmal al,, Prematur dengan fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sumsum tulang tulang sehingga sehingga terjadinya terjadinya eritropoeisi eritropoeisiss dengan dengan masa hidup eritrosit eritrosit yang yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .
Anemia defisiensi vitamin B12 Merupa Merupakan kan ganggu gangguan an autoim autoimun un karena karena tidak tidak adany adanyaa faktor faktor intrin intrinsik sik yang yang diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 .
Anemia defisiesi asam folat Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsorbsi.
Anemia aplastik Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).
6.
PEMERI PEMERIKSA KSAAN AN DIAGNO DIAGNOSTIK STIK/PE /PENUN NUNJAN JANG G
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)
Juml Jumlah ah erit eritro rosit sit : menu menuru run n (AP) (AP),, menu menuru run n bera beratt (apla (aplasti stik) k);; MCV MCV (vol (volum umee korpus korpuskul kular ar rerata) rerata) dan MCH (hemog (hemoglob lobin in korpus korpuskul kular ar rerata) rerata) menuru menurun n dan mikrositik mikrositik dengan dengan eritrosit eritrosit hipokroni hipokronik k (DB), peningkatan peningkatan (AP). Pansitopenia Pansitopenia (aplastik). (aplastik).
Nilai normal normal eritrosit eritrosit (juta/m (juta/mikro ikro lt) lt) : 3,9 juta per per mikro mikro liter liter pada pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah Jumlah retiku retikulos losit it : bervar bervariasi iasi,, misal misal : menuru menurun n (AP), (AP), mening meningkat kat (respon (responss sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarn Pewarnaa sel darah darah merah merah : mendete mendeteksi ksi perub perubaha ahan n warna warna dan bentuk bentuk (dapat (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah jumlah sel total total sama sama dengan dengan sel darah darah merah merah (difere (diferensi nsial) al) mungk mungkin in meningkat meningkat (hemolitik (hemolitik)) atau menurun menurun (aplastik) (aplastik)
Nilai normal normal Leokosit Leokosit (per
mikro lt) : 6000–10.000 permokro permokro liter
Jumlah Jumlah tromb trombosit osit : menuru menurun n caplast caplastik; ik; mening meningkat kat (DB); (DB); normal normal atau atau tinggi tinggi (hemolitik) Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 200.000–400.000 per mikro liter darah Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat Folat serum serum dan vitami vitamin n B12 memban membantu tu mendia mendiagno gnosa sa anemia anemia sehubu sehubunga ngan n dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guai Guaiak ak : mungk ungkin in posi positi tiff untu untuk k dara darah h pada pada urin urine, e, fese feses, s, dan dan isi isi gast gaster er,, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Peme Pemerik riksaa saan n ando andosk skop opik ik dan dan radi radiog ograf rafik ik : meme memerik riksa sa sisi sisi perd perdar arah ahan an : perdarahan GI
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
7. KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan akan mudah mudah terken terkenaa infeks infeksi. i. Gampan Gampang g batukbatuk-pil pilek, ek, gampan gampang g flu, flu, atau gampan gampang g terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memo memomp mpaa darah darah lebi lebih h kuat. kuat. Pada Pada kasus kasus ibu ibu hami hamill deng dengan an anem anemia, ia, jika jika lamba lambatt ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Sela Selain in bayi bayi lahi lahirr deng dengan an bera beratt bada badan n renda rendah, h, anem anemia ia bisa bisa juga juga meng mengga gang nggu gu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongest kongestii dapat dapat terjad terjadii karena karena otot otot jantun jantung g yang yang anoksi anoksik k tidak tidak dapat dapat berada beradapta ptasi si terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006). 2006).
8.
PENA PENATA TALA LAKS KSAN ANAA AAN N
Penatalaksan Penatalaksanaan aan anemia ditujukan untuk mencari mencari penyebab penyebab dan mengganti mengganti darah yang hilang: a.
b.
c.
Anemia aplasti stik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
Anem Anemia ia pad padaa pen peny yakit akit kro kroni niss Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. meningkat.
d.
Anem Anemia ia pad padaa defi defisi sien ensi si bes besii
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisi Defisien ensi si vita vitami min n B12 B12 dita ditang ngan anii deng dengan an pemb pember erian ian vita vitami min n B12, B12, bila bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
9.
ASUH ASUHAN AN KEP KEPER ERAW AWAT ATAN AN
a.
Pengkajian 1)
Aktivitas / istirahat Gejala Gejala : keleti keletihan han,, kelema kelemahan han,, malaise malaise umum. umum. Kehila Kehilanga ngan n produk produktiv tivita itass ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk
tidur
dan
istirahat
lebih
banyak.
Tanda Tanda : takika takikardia rdia// takipn takipnae ae ; dispne dispneaa pada pada waktu waktu bekerja bekerja atau atau istirah istirahat. at. Leta Letarg rgi, i, mena menari rik k diri diri,, apati apatis, s, lesu, lesu, dan dan kuran kurang g terta tertari rik k pada pada sekit sekitarn arnya ya.. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menu menuru run, n, post postur ur lung lungla lai, i, berj berjal alan an lamb lambat at,, dan dan tand tandaa-ta tand ndaa lain lain yang ang menunujukkan keletihan. 2) Sirkulasi
Gejala Gejala : riway riwayat at kehilan kehilangan gan darah darah kronik kronik,, misaln misalnya ya perdar perdaraha ahan n GI kronis kronis,, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endo endoka kard rdit itis is
infe infekt ktif if
kron ronis. is.
Palp alpitas itasii
(tak (takik ikar ardi diaa
kom kompensa ensasi si). ).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan keabu-abuan). ). Kulit seperti berlilin, berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler
dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilo (koilonik nikia) ia) (DB). (DB). Rambut Rambut : kering kering,, mudah mudah putus, putus, menipi menipis, s, tumbuh tumbuh uban uban secara premature (AP).
3) Integr Integrita itass ego ego Gejala Gejala : keyaki keyakinan nanan an agama/ agama/bud budaya aya mempen mempengar garuhi uhi piliha pilihan n pengob pengobata atan, n, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi. 4) Eleminasi
Gejala Gejala : riway riwayat at pielon pielonefri efritis, tis, gagal gagal ginjal. ginjal. Flatul Flatulen, en, sindro sindrom m malabs malabsorp orpsi si (DB). Hematemesis, Hematemesis, feses dengan dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5) Makanan/cairan
Gejal ejalaa
:
penurun runan
masuk sukan
diet,
masu asukan
diet
protein ein
hewani
rendah/masu rendah/masukan kan produk produk sereal tinggi (DB). Nyeri Nyeri mulut mulut atau lidah, kesulitan kesulitan menela menelan n (ulkus (ulkus pada pada faring faring). ). Mual/m Mual/munt untah, ah, dyspe dyspepsia psia,, anorek anoreksia. sia. Adany Adanyaa penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran,
tepung
jag jagung,
cat,
tanah
liat,
dan
seb sebagain ainya
(DB (DB).
Tanda Tanda : lidah lidah tampak tampak merah merah daging daging/ha /halus lus (AP; (AP; defisie defisiensi nsi asam folat dan vitamin vitamin B12). Membrane Membrane mukosa mukosa kering, kering, pucat. pucat. Turgor Turgor kulit : buruk, buruk, kering, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). AP). Epit Epitak aksis sis : perd perdar arah ahan an dari dari luba lubang ng-lu -luba bang ng (apl (aplast astik ik). ). Gang Ganggu guan an koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/ Nyeri/ken kenya yaman manan an Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8) Pern Pernap apasa asan n Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi terapi kanker kanker.. Tidak Tidak toleran toleran terhada terhadap p dingin dingin dan panas. panas. Transf Transfusi usi darah darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, menggigil, berkeringat berkeringat malam, limfadenopa limfadenopati ti umum. umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10)
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat. b.
Diagnosa keperawatan 1) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. 2) Intoleransi Intoleransi aktivitas aktivitas berhubung berhubungan an dengan dengan ketidakseim ketidakseimbangan bangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan. 3) Peru Peruba baha han n
nutr nutrisi isi kuran kurang g dari dari kebu kebutu tuha han n tubu tubuh h berh berhub ubun unga gan n deng dengan an
kegagalan kegagalan untuk mencerna, ketidakmam ketidakmampuan puan mencerna mencerna makanan/ makanan/ absorpsi absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. 4) Risik Risiko o ting tinggi gi terh terhad adap ap keru kerusak sakan an inte integr grit itas as kuli kulitt berh berhub ubun unga gan n deng dengan an
perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, mobilitas, defisit nutrisi. 5) Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan
proses pencernaan, efek samping terapi obat. 6) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin,
prosedur invasif, kerusakan kulit. 7) Kurang Kurang penget pengetahu ahuan an (kebut (kebutuha uhan n belajar belajar)) tentan tentang g kondis kondisii progno prognosis sis dan
kebutuhan pengobatan. c.
Pere Perenc ncan anaa aan n (Int (Inter erve vens nsi) i)
1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
selu selule lerr
yang ang
diper iperlu luk kan
untu ntuk
peng engirim iriman an
oksig ksigen en/n /nu utrie trien n
ke
sel. sel.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat Kriteria hasil :
Tanda vital stabil
Membran mukosa warna merah muda
Pengisian kapiler baik
Intervensi : 1)
Ukur tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku. Rasional Rasional : Memberikan Memberikan informasi tentang derajat/ derajat/ keadekuatan keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan kebutuhan intervensi.
2)
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3)
Awasi Awasi upaya upaya pernap pernapasan asan,, auskult auskultasi asi bunyi bunyi napas, napas, perhat perhatika ikan n bunyi bunyi adventisius. Rasional : Dispnea, gemericik menunjukkan gagal jantung kanan karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.
4)
Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi Rasional Rasional : Iskemia Iskemia seluler seluler mempengaru mempengaruhi hi jaringan jaringan miokardial/ miokardial/poten potensial sial risiko infark.
5)
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi Rasional : Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
6)
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya hemoglobin/ hematokrit dan jumlah sel darah merah, analisa gas darah Rasional Rasional : Mengidenti Mengidentifikasi fikasi definisi definisi dan kebutuhan kebutuhan pengobatan pengobatan/respo /respon n terhadap terapi.
7)
Berika Berikan n sel darah darah merah merah darah darah lengka lengkap/p p/pack acked, ed, produk produk darah darah sesuai sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi. Rasion Rasional al : Mening Meningkat katkan kan jumlah jumlah sel pembaw pembawaa oksige oksigen, n, memper memperbai baiki ki defisiensi untuk menurunkan perdarahan.
2. Intoleransi Intoleransi aktivitas aktivitas berhubung berhubungan an dengan dengan ketidakseim ketidakseimbangan bangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan. Tujuan Tujuan : Pening Peningkat katan an toleran toleransi si aktivi aktivitas tas (termasu (termasuk k aktivi aktivitas tas sehari-h sehari-hari ari)) Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tak ada keluhan dalam beraktivitas
Intervensi : 1)
Kaji Kaji kemamp kemampuan uan klien klien untuk untuk melaku melakukan kan tugas tugas normal normal,, catat catat lapora laporan n kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas. Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
2)
Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhadap aktivitas (misal: (misal: peningkatan peningkatan denyut jantung, jantung, tekanan tekanan darah, disritmia, pusing dan sebagainya). Rasional : Manifestasi kordipulmonal dari upaya jantung dan paru-paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3)
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring. Pantau dan batasi pengunjung. Rasional Rasional : Meningkatk Meningkatkan an istirahat istirahat untuk menurunkan menurunkan kebutuhan kebutuhan oksigen tubuh.
4)
Ubah posisi klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. Rasional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut berdenyut dan peningkatan risiko cedera.
5)
Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien untuk melakukan sebanyak mungkin. Rasi Rasion onal al : Memba Membant ntu u bila bila perl perlu, u, harg hargaa diri diri diti diting ngka katk tkan an bila bila klie klien n melakukan sesuatu sendiri.
6)
Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi. Rasional : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki turus otot/stamina, tanpa kelemahan.
7)
Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi Rasion Rasional al : Regang Regangan/ an/stre stress ss kardio kardiopul pulmon monal al berleb berlebiha ihan/ n/ stress stress dapat dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.
3. Peru Peruba baha han n
nutr nutrisi isi kuran kurang g dari dari kebu kebutu tuha han n tubu tubuh h berh berhub ubun unga gan n deng dengan an
kegagalan kegagalan untuk mencerna, ketidakmam ketidakmampuan puan mencerna mencerna makanan/ makanan/ absorpsi absorpsi nutri nutrien en yang yang dipe diperl rluk ukan an untu untuk k pemb pembent entuk ukan an sel darah darah merah merah norm normal al.. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil :
Berat badan stabil
Membran mukosa lembab
Peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi : 1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan intervensi. 2) Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. 3) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi. 4) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
Rasi Rasio onal nal
:
Masu Masuk kan
sed sedikit ikit
dapat apat
menur enurun unka kan n
kele kelem mahan ahan
dan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri. 4. Risiko terhadap kerusakan kerusakan integritas integritas kulit berhubungan berhubungan dengan dengan perubahan perubahan
sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi. Tujuan : Integritas kulit dapat dipertahankan Kriteria hasil :
Membran mukosa lembab
Elastisitas kulit kembali dalam satu detik.
Pengisian kapiler baik.
Intervensi : 1) Kaji integritas kulit, catat perubahan turgor, gangguan warna, hangat lokal,
eritema, ekskoriasi.
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. 2) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien tidak
bergerak atau di tempat tidur. Rasional Rasional : Meningkatk Meningkatkan an sirkulasi sirkulasi ke semua area kulit, kulit, membatasi membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia selular. 3) Ajarkan agar permukaan kulit tetap bersih dan kering
Rasional : Area lembab terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. 4) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional Rasional : Menghindar Menghindarii kerusakan kerusakan kulit dengan dengan mencegah/me mencegah/menuru nurunkan nkan tekanan terhadap permukaan kulit 5. Kons Konsti tipa pasi si
atau atau diar diaree berh berhub ubun unga gan n deng dengan an penu penuru runa nan n masu masuka kan n diet diet,,
perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat. Tujuan : Fungsi usus kembali normal Kriteria hasil :
Tidak ada gangguan usus
Peningkatan nafsu makan
Intervensi : 1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasiona Rasionall : Memban Membantu tu mengid mengident entifi ifikasi kasi penye penyebab bab/fa /fakto ktorr pembera pemberatt dan intervensi yang tepat. 2) Auskultasi bising usus.
Rasional : Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. 3) Awasi
masukan
dan
haluara aran
dengan
perhatian
khusus
pada
makanan/cairan. Rasional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam identifikasi defisiensi diit. 4) Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari.
Rasional Rasional : Membantu Membantu dalam memperbaiki memperbaiki konsistensi konsistensi feses bila konstipasi dan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare. 5) Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen. 6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur
invasif, penyakit kronis. Tujuan : Mencegah/menurunkan risiko infeksi Kriteria hasil :
Luka bebas drainase, purulen atau eritema dan demam
Tanda-tanda vital normal
Hemoglobin normal (14 – 16 g%)
Intervensi : 1) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang. 2) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : Menurunkan risiko infeksi bakteri. 3) Dorong Dorong peruba perubahan han posisi posisi atau atau ambula ambulasi si yang yang sering, sering, latiha latihan n batuk batuk dan
napas dalam Rasiona Rasionall : Mening Meningkat katkan kan ventil ventilasi asi semua semua segmen segmen paru paru dan membat membatu u memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. 4) Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasio Rasiona nall : Memb Memban antu tu dalam dalam peng pengen ence ceran ran sekret sekret pern pernap apasa asan n untu untuk k mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh. 5) Pantau Pantau suhu, suhu, catat catat adany adanyaa menggi menggigil gil dan takika takikardi rdiaa dengan dengan atau atau tanpa tanpa
demam. Rasional Rasional : Adanya Adanya proses inflamasi/infeks inflamasi/infeksii membutuhk membutuhkan an evaluasi evaluasi atau pengobatan. 6) Amati eritema/cairan eritema/cairan luka. Rasional : Indikator infeksi lokal. 7) Beri antibiotik oral selama indikasi.
Rasional : Antibiotik dapat menurunkan risiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta : EGC. Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999). Rencana asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC. Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996) Kapita selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC. Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., Lees on., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar histologi (edisi kelima). Jarta : EGC. Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000). Kapita selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius. Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson. (1994) Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit 1 (edisi keempat). Jakarta : EGC. Reeves, Charlene J., Gayle Roux., & Robin Lockhart. (2001). Keperawatan medikal bedah (edisi pertama). Jakarta : Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner-Suddart (edisi kedelapan). Jakarta : EGC. Tjokronegoro., Hendar Utama. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam 2 (edisi ketiga). Jakarta : Balai penerbit FKUI.