LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) DI BANGSAL IRNA II RUANG AN-NUR RSU ASSALAM GEMOLONG
Disusun oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Ahmad Anwarrullah Desi Ratnasari Siti Fathimah Woro Louh S. Lisa Ernawati
(P 13003) (P 13013) (P 13050) (P 13058) (P 13096)
PRODI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 LAPORAN PENDAHULUAN
PADA An.M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) A. KONSEP PENYAKIT 1. DEFINISI Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial (Mansjoer, 2005). Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu (Hardiono, 2007 : 11). Kejang (konfulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktivas motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori (Doenges, 2005 : 476). 2. KLASIFIKASI Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana (simple febrile seizure), kejang demam komplek (complec febrile seizure). a.) Kejang demam sederhana Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, sifat bangkitan dapat berbentuk teknik, klinik, tonik dan kronik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. b.) Kejang demam kompleks Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam. c.) Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. 3. ETIOLOGI
a. Gangguan vaskuler Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi intraserbal atau antraventrikel, sedangkan perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan disubaraknoidal atau subdural, terjadi Trombosit, adanya penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K, sindrom hiperviskostas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian kadar hematokrit. Isiensi dan ketergantunagn akan piridoksin, Gejala klinisnya antara lain pletora, sianosis, letargi dan kejang. b. Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme meliputi hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi dan ketergantaungan akan piridoksi, aminoasiduria, hiponatremia, hiperbilirubinemia. c. Infeksi Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi: meningitis sapsis, ensefalitis, tokoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion. d. Kelainan kongenital Kelainan kongenital meliputi: parensitalis, hidransefali, agnesis (sebagian dari otak). e. Lain-lain Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma (dr. Rusepto, 2005:1141)
4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat misalnya tonsilitis, otitis adeakut, bronkitis, furunkoloris dan lain-lain. (Ngastiyah, 2005:231). 5. PATOFISOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi degan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Glukosa melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial mambran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial mambrane ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion diruang ekstravaskuler, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologis dari mambran sendiri karena penyakit atau keturunan. Dalam keadaan demam kenaikan suhu
1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahunsirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat eluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “ neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisanya seperti apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebaban makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor
terpenting
dalam
gangguan
peredaran
darah
yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeablitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi. (Ngastiyah, 2007). 6. PATHWAY
Peningkatan suhu tubuh (demam)
Peningkatan metabolisme basal 10-15% Peningkatan ebutuhan oksigen 20%
Pada anak ± 3 tahun
Sirkulasi ke otak 65%
Perubahan keseimbangan dari membrane sel neutron
difusi ion K+ dan Na+ lepas muatan listrik yang besar
neurotransmitter
meluas keseluruh tubuh
kejang demam
Resiko ketidakefektifanperfusi jaringan otak
penurunan kondisi tubuh rawat inap rumah sakit hospitalisasi
lebih dari 15 menit peningkatan aktivitas otot peningkatan suhu tubuh
Ansietas Hipertermia
(Ngastiyah,2007) kurang informasi tentang penyakitnya Defisiensi pengetahuan
7. PENATALAKSANAAN a. Keperawatan Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang meningkat diatas suhu normal, resiko terjadi bahaya/komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. - Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang Kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah, sehingga aliran tidak lancar dan peredaran O2 terganggu. Kurang O2 (anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila rusaknya berat. Oleh karena itu, kejang harus segera dihentikan -
dan apnea dihindarlan. Suhu yang meningkat diatas normal Jika sudah diketahui suhu anak diatas normal anak akan menderita
kejang,
maka
anak
akan
menderita
piretik
(pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak menderita kejang demam didapat setelah berobat ke dokter dan kejang -
sudah lebih dari 1 kali). Resiko terjadi bahaya / komplikasi Seperti pasien lain yang kejang akibatnya terjadi perlukaan misal lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, oleh karena itu setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, risiko akibat komplikasi karena pemberian obat antikonvulsan (dapat terjadi dirumah sakit), bila memberikan diazepam IV harus pelan sekali 1 ml selama 1 menit, karena memberikan diazepam
-
-
secara
intravena
terlalu
cepat
juga
dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan. Gangguan rasa aman dan nyaman Gangguan ini terjadi akibat penyakitnya sendiri dan tindakan pertolongan selama kejang Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit
Jika pasien didiagnosis kejang demam, orang tuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama berhubungan dengan suhu tubuh, kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh infeksi. Yang perlu dijelaskan adalah: harus selalu tersedia obat penurun panas dari resep dokter yang mengandung antikonvulsan, agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orangtua mengetahui anak mulai demam. Apaila terjadi berulang atau lama segera bawa pasien kerumah sakit. b. Non Keperawatan Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan,
yaitu:
memberantas
kejang
secepat
mungkin,
pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat dan mencari mengobati penyebab. - Memberantas kejang secepat mungkin Obat pilihan utama adalah diazepamyang diberikan secara intravena keberhasilan menekan kejang 80 – 90 %, dosis sesuai dengan berat badan : kurang dari 10 kg 0,5 – 0,75 mg/ kg BB,diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Biasanya dosis rata – rata dipakai 0,3 mg/kg BB/ kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anka yang lebih besar. Pngobatan penunjang Fungsivital seperti kesadaran suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diaawasi secara ketat, jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hipernasi denan kompres alkohol
dan
es.
Obat
hibernasi
adalah
klorpromazin,
prometazon. Mencegah edema otak diberikan kortikosterooid. Pengobatan Rumat Obat fenobarbital sebagai dosis rumat, diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal neonatus 30mg, umur 1 bulan sampai 1 tahun 50mg dan umur 1 tahun keatas 75 mg, cara pemberian melalui IM. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovikasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuatperlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademispasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya dilakukan fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi otak. Pada pasien kejang lama pemeriksaan lebih itensif seperti fungsi lumbal, darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bla perlu rongen foto tengkorak, ekg, ensefalografi, dan lain – lain. 8. KOMPLIKASI a. Kerusakan neurotransmitter Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun ke membran sel yang yang menyebabkan kerusakan pada neuron. b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobur temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi ‘matang’ dikemudian hari shingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang
berlangsung
lama
yang
dapat
menyebabkan kelainan di otak yng lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 th. d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejng yang disertai demam, e. Kemungkinan mengalami kematian. (PP.IDAI,2005;6)
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Dalam melakukan asuhan keperawatna pengkajian merupakan dasar utama dua hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk Rumah Sakit maupun selama klien dalam masa perawatn. 1.) Data Dasar a.) Pola nutrisi dan motabolik Data yang perlu dikaji meliputi: Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah, haus Tanda : BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering. b.) Pola Eliminasi Gejala : sering defekasi Tanda : penurunan berkemih, iritasi rektal c.) Pola Istirahat dan Tidur Gejala : kelemahan, sulit tidur Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien : lemah Kesadaran : komposmentis, apatis, samnolen, soporo, koma, reflek, sensibilitas, nilai garglow coma scale (GCS) Tanda- tanda vital : tekanan darah (hipertensi), suhu (meningkat), nadi (takikardi). Kesadran : mata cekung, mulut (mukosa kering) Abdomen : bentuk cembung, kembung. 2.) Data Khusus Data khusus digolongkan menjadi 2 yaitu: a. Data subjetif : lemah, panas, demam, anoreksia, tidak nafsu b.
makan, mual, muntah, defekasi. Data objektif : suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urinn kurang, mata cekung.
Pemeriksaan Penunjang a. Uji laboratorium - Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrosppinal, -
terutama dipakai untuk menyingkir kemungkinan infeksi. Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma,
-
dapat mengevaluasi hematokrit dan jumlah trombosit. Panel elektrolit senenm eektroli, ca total magnesium serum
-
sering diperiksa pada saat pertama kali terjadi kejang. Skining toksik dari serum dan urin digunakan untuk
-
menyingkirkan kemungkinan keracunan. Pemantauan kadar obat ntipileptik digunakan pada fase awal
penatalaksanaan. b. Elekttroensefalografi Membantu menetapkan
jenis
dan
fokus
dari
kejang
atau
memperlihatkan gambaran interektal EEG, pemeriksaan EEG segera setelah kejang dalam 24-48 jam atau sleep deprivtion dapat memperlihatkan bebegai macam tekanan. c. Neuroimaging - Pemeriksaan fotorongen kepala - Magnetik resonange imaging (MRC) (Erny, Darto, 2007:6)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi atau inflamasi) b) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan faktor fisiologis (kejang) c) Resiko trauma berhubungan
dengan
kesulitan
keseimbangankognitif d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi e) Ansietas berhubungan
dengan
perubahan
perilaku
(mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup. 3. PERENCANAAN KEPERAWATAN a.) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi) Tujuan :suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5C) dan klien bebas dari demam. Intervensi : - Monitor tanda & gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan
-
penyebabnya. Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien Monitor TTV, suhu tiap 4 jam sekali Rasional : untuk acuan mengetahui kesadaran umum pasien. Anjurkan pasien banyak minum 2-2,5 liter / 24 jam Rasional : menurunkan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan
-
cairan yang banyak Kolaborasi pemberian obat demam sesuai indikasi Rasional : memberikan terapi untuk menurunkan panas Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat Rasional : memkai baju tipis untuk pemberian obat antiperiet,untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara solusi kolaborasi dokter dengan obat antipiretik.
b). Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi tujuan : tidak terjadi kejang ulang, dan mencegah tanda kejang Intervensi : -
identifikasi penyebab kejang Rasional : untuk menentukan intervensi lebih lanjut
-
Letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, dan miringkan kepala intik antisipasi kejang.
-
Rasional : untuk mencegah terjadinya kejang ulang jelaskan patofisiologi penyebab kejang Rasional : untuk memberi informasi untuk keluarga agar memahami penyebab kejang
-
kolaborasi pemberian obat sesuai advice dokter
Rasional : untuk membantu memberikan terapi mengurangi tanda kejang ulang 4, EVALUASI Dx I : hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi) S
: ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh anaknya sudahnormal, dan tidak panas lagi
O
: pasien tampak aktif dan hasil TTV suhu 37,4 oC rr 24x/menit nadi 130/menit
A
: masalah sudah teratasi
P
:tetap lanjutkan intrvensi - monitor TTV - anjurkan banyak minum
DX II: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
S:
keluarga klien mengatakan anaknya sudah tidak ada tanda
– tanda kejang lagi O:
pasien sudah tidak lemas lagi dan sedang bermain dengan ayahnya
A:
masalah sudah teratasi
P:
tetap lanjutkan intervensi
- Letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, dan miringkan kepala intik antisipasi kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marillyn E, dkk (2005). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC:Jakarta Erny, Darto, (2007). Penatalaksanaan Kejang Demam pada Anak Jilid 1, FKUI:media Aeseulapius:Jakarta Hardiono, D (2007). Konsesus. Penatalaksanaan Kejang Demam (Jurnal). Unt Kerja Koordinasi Neurologi:Ikatan Anak Indonesia Mansjoer, Arief, dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2, FKUI, media Aeseulapius, Jakarta Ngastiyah, (2007). Perawatan Anak Sakit. ECG:Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)
Tanggal dan jam pengkajian
: 27 Juli 2015 / Jam 15.20 WIB
Tanggal dan jam masuk RS
: 27 Juli 2015 / Jam 11.25 WIB
A. BIODATA 1. Identitas Klien Nama klien Tanggal lahir Umur Orang tua Usia Alamat Diagnosa Medis
: : : : : : :
An. M 10 Agustus 2012 2 Tahun 11 bulan Tn. T 28 Tahun Cilacap / Ngandul, Sumberlawang Kejang Demam Sederhana (KDS)
2. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. T Umur : 28 Tahun Pekerjaan : KaryawanPertamina Pendidikan : DIII Alamat : Cilacap / Ngandul, Sumberlawang Hubungan dengan klien : Ayah 3. Keluhan Utama Demam 4. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu klien mengatakan tanggal 26 Juli 2015 An.M badan panas, kejang,+ 4 menit disertai batuk pilek. Ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya terakhir minum obat paracetamol jam 07.00 .Pada hari senin 27 juli 2015 AN. M dibawa ke IGD RSU Assalam Gemolong pukul 11.25 Hasil pemeriksaan TTV : S = 390c, nadi 140x/menit, RR 28x/menit, hasil LAB hb = 11,6 Al = 15,5 Hct = 36,7 At 402 An. M dipasang infus RL mikro 15 tpm, amoxon 150 g/8jam, stesolid 3 mg IV, Acetated ½ 3x1, mucera 15mg/8 jam, kemudian dibawa ke bangsal IRNA II di ruang an-nur. 5. Riwayat Penyakit Dahulu a. Kehamilan 1) Jumlah gravida, tanggal lahir :kehamilan pertama,10 Agustus 2014 2) Usia gestasi saat lahir :37 minggu
HPL :12 agustus 2012 3) Kesehatan saat ibu hamil : ibu tidak ada keluhan apapun 4) Pemeriksaan kehamilan : di bidan terdekat 5) Konsumsi obat : ibu hanya mengkonsumsi vitamin penambah darah b. Kelahiran Kelahiran secara normal, kelahiran selama 30 menit di bidan terdekat c. Post natal Berat dan panjang badan : 3000 gram dan 48 cm Kondisi kesehatan : lahir dengan sehat Kelainan bawaan : tidak ada kelainan d. Penyakit sebelumnya, operasi atau cidera An. M sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, tidak pernah menjalani operasi, dan tidak ada riwayat cidera sebelumnya e. Penyakit menular dalam keluarga atau masyarakat : tidak ada f. Respon emosi saat hospitalisasi : An.M ketakutan saat didekati perawat, tidak kooperatif saat diberikan tindakan, orang tua An.M merasa cemas. g. Keadaan cidera : tidak ada h. Alergi : tidak ada riwayat alergi baik makanan, obat, maupun yang lainnya i. Pengobatan saat ini : tidak ada j. Imunisasi : An.M sudah diberikan imunisasi dasar lengkap 6. Pertumbuhan dan perkembangan a. BB lahir : 3000 g BB usia 6 bulan : 6000 g BB usia 1 tahun : 9000 g BB usia saat ini : 16000 g b. Jumlah gigi : 20 gigi c. Usia mengontrol kepala : 6 bulan Usia duduk tanpa suport : 8 bulan Usia berjalan : 12 bulan Usia mungucap kata-kata pertama : 7 bulan d. Kemajuan pelajaran yang di capai : sudah mengenal warna e. Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa : An.M mudah berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa. f. Partisipasi dalam aktivitas organisasi : An. M belum melakukan aktivitas organisasi. g. Perkembangan anak Personal sosial : Dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial Adaptif motorik halus : dapat mengenal warna
Bahasa : sudah dapat berbicara dengan jelas Motorik kasar : sudah dapat bersepeda dengan roda 4 7. Kebiasaan a. Pola tingkah laku : berusaha mengucapkan kata “terima kasih” dan “dadag” b. Aktivitas hidup sehari-hari Pola tidur : Sebelum sakit : pagi 09.30 – 11.00 Siang 13.30 – 15.00 Malam 20.30 – 05.00 Selama sakit : pagi 10.30 – 11.00 Siang : tidak dapat tidur Malam 21.15 – 03.00 Pola eliminasi : Sebelum sakit : BAB 1x/hari, feses lunak,bau khas, warna kuning,kecoklatan, tidak ada darah/lendir Selama sakit : BAB 2x/hari, feses lunak, bau khas, warna kuning, kecoklatan, tidak ada darah/lendir 8. Riwayat nutrisi dan cairan a. Pemberian ASI Lama pemberian : 6 bulan b. Pemberian susu formula : sejak umur 6 bulan sampai sekarang c. Jumlah pemberian per hari : 350 ml Penggunaan botol : ya d. Pemberian cairan ekstra : air mineral jika ingin, sehari bisa 200cc e. Pemberian makanan Kapan diberikan : diberikan sejak usia 6 bulan Jenis : bubur tim f. Pemberian vitamin : vitamin A g. Nafsu makan Kebiasaan sarapan : ya Makan siang : ya h. Makanan favorit : bubur tim Jumlah makanan per hari : 2 porsi i. Kebiasaan makan manis / snack : An.M tidak terlalu suka dengan makanan manis dan snack, karena sejak kecil sudah di batasi oleh orang tuanya. Gosok gigi : 2x/hari saat bangun tidur dan menjelang tidur. 9. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Pohon keluarga Genogram :
An.m Keterangan: : Laki- Laki
: Tinggal serumah
:Perempuan
: Pasien
b. Penyakit keturunan Ibu Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti DM, TBC, Hipertensi dikeluarganya yang menurun maupun yang menularinya.
c. Riwayat Kesehatan Lingkungan Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup baik dan tidak ada sampah atau sumber polusi yang dekat dengan rumahnya. 10. Riwayat sosial a. Struktur keluarga Pasien hanya tinggal dengan kedua orang tuannya. b. Pendidikan dan pekerjaan Pekerjaan ayah bekerja sebagai karyawan pertamina dan ibu adalah ibu rumah tangga c. Tradisi budaya dan agama Ibu pasien mengatakan jika anak panas tradisi yang biasa dilakukan memberikan kompres air hangat. 11. Fungsi keluarga a. Interaksi dan peran keluarga Setiap hari keluarga saling membantu menunggu pasien b. Observasi Keluarga saling memantau keadaan pasien
c. Pembuatan keputusan Keluarga saling bermusyawarah dan ayah sebagai pengambil keputusan. d. Komunikasi Komunikasi pasien dengan keluarga baik e. Ekspres feeling dan kepribadian Keluarga saling mendukung untuk kesembuhan pasien 12. Pengukuran pertumbuhan a. Panjang badan : 89 cm b. Berat badan :14 kg c. Linkar kepala : 47 cm 13. Pemeriksaan tanda - tanda vital a. Suhu : 39 ºC b. Pernafasan : 28x/menit Irama : teratur c. Denyut nadi : 140x/menit Irama : teratur d. Tekanan darah :14. Pemeriksaan umum a. Penampilan umum - Keadaan umum - Keadaan nutrisi b. Perkembangan c. Kulit - Warna kulit - Tekstur - Turgor kulit d. Struktur asesoris - Rambut - Kuku e. Kelenjar limfe f. Kepala - Kesimetrisan - Kontrol kepala - Kepatenan sutura - Bentuk g. Mata - Warna sklera - Warna kornea - Posisi - Gerakan mata - Keadaan kelopak - Warna konjungtiva - Reaksi pupil - Ukuran pupil
: composmentis : baik : kuning langsat : halus : < 3 detik : warna hitam, bersih : bersih : tidak ada pembesaran : simetris : baik : paten : mesochepal : putih : hitam : simestris : baik : pucat : tidak anemis : +/+ : isokor
h. Telinga - Kebersihan : bersih - Kemampuan pendengaran: ketajaman pendengaran tidak terganggu - Letak pinna : simetris ka/ki i. Hidung - Letak : simetris - Diametris nares : letak ditengah simetris j. Mulut - Warna bibir : merah Tekstur :lembut - Warna membran mukosa : kering - Warna gusi : merah muda - Warna gigi : putih - Jumlah gigi : 20 - Gerakan lidah : baik - Tekstur lidah : lentur k. Leher - Bentuk leher : simetris Gerakan : reflek menelan baik - Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Arteri karotis : teraba kuat - Distensi vena leher : tidak ada distensi vena leher l. Dada 1) Struktur Bentuk : simetris, tidak ada jejas Gerakan : inspirasi mengembang, ekspirasi mengempis Perkembangan payudara : simetris ka/ki 2) Paru – paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi 3) Jantung Inspeksi apek Palpasi Perkusi Auskultasi m. Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi n. Genetalia
: tidak ada jejas, simetris : inspirasi mengembang ekspirasi mengempis : sonor : vesikuler seluruh lapang paru : ictus cordis tidak tampak : IC teraba di SIC IV : pekak : bj I,II reguler tidak ada bising : simetris, tidak ada pembesaran umbilicus : bising usus 30x/menit : tidak ada nyeri tekan : tympani : tidak ada kelainan
Letak lubang uretra : diujung penis Keadaan skrotum : sudah turun o. Anus : bersih, tidak ada keluhan, bentuk bokong bulat, lipatan gluteal di bawah dekat bokong dan tidak terdapat hemoroid. p. Punggung dan ekstremitas - Bentuk punggung : simetris Perubahan warna punggung : tidak ada - Kesimetrisan ekstremitas :simetris Jumlah jari : 10 - Gaya berjalan : baik
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG Senin, 27 Juli 2015 Jenis Pemeriksaan
Hasil
Hemoglobin Eritrosit Lekosit Lumfosit Granulosit Eritrosit Granulosit Hematokrit McV McHc McH Trombosit
11,6 4,06 15,5 16,2 79,9 4,54 48,9 36,7 74 33,5 23,3 402
Angka normal 13,50 - 18 4,60-6,20 4,5-11 22-40 36-55 3,8-5,2 50-70 40-54 80-96 32-37,0 27-31 150-450
Satuan gm/dl Juta/uL ribu/uL % % 10^6/uL % % Fl g/dL Pg Ribu/uL
Ket Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Laki-laki
C. TERAPI MEDIS Jenis Terapi parenteral RL
Dosis
Golongan
Fungsi
Mikro 15 Tpm
Larutan elektrolit
Mengembalikan keseimbangan cairan
Amoxon
150 mg/ 8 jam
Antimikroba
Mengobati tipoid
diazepam
5 mg / 8jam
Psikofarmaka
Obat untuk kejang
stesolid
3mg / 8 jam
Psikofarmaka
Obat untuk kejang
15mg / 8 jam
Mukolik ekspektoran
oral mucera sanmol
3x1
Analgesik
dan Obat saluran nafas akut dan kronis Untuk mengobati demam
D ANALISA DATA Inisial klien : An. M Umur : 3 tahun Hari / Tgl Jam Senin
No.RM : 097019 Tanggal : 27 juli 2015
Data focus
Masalah
Etiologi
Ds :
Hipertermi
Proses penyakit Tim
27/07/201
Ibu
klien
mengatakan ( 00007 )
5
anaknya
15.20
kemarin tanggal 26 juli
panas
sejak
Ttd
( infeksi atau inflamasi )
2015 disertai kejang +4 menit Do : Klien tampak lemas, akral teraba panas, warna kulit kuning langsat TTV : S = 39OC N = 140 x/menit RR = 28 x/menit leukosit = 15,5 ribu/uL
27/07/201
DS :
Defisiensi
Tidak
familier tim
5
Ibu klien mengatakan
pengetahua
dengan sumber
15.30
tidak mengetahui apa
n
informasi
penyebab An.M kejang DO : Klien
masih
terbaring
lemas di bed
E PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 2
Hipertermi b.d proses penyakit ( infeksi atau inflamasi ) Defisiensi pengetahuan b.d tidak familier dengan sumber informasi
F RENCANA KEPERAWATAN Inisial klien : An. M Umur : 3 Tahun No.dx
Hipertermi
b.d
No RM Tanggal Tujuan dan KH Setelah dilakukan
proses penyakit tindakan (
infeksi
atau 3x24
inflamasi )
Intervensi - observasi KU & TTV, Suhu tiap
keperawatan
jam
hipertermi
: 097019 : 27 Juli 2015 Ttd Tim
4 jam sekali
diharapkan
- monitor tanda dan gejala adanya
berkurang
peningkatan suhu tubuh dan
dengan KH :
penyebabnya
- suhu tubuh normal (36,5
- anjurkan oasien banyak minum
O
– 37,5 C )
2-2,5 L/24jam
- klien tidak demam
-
anjurkan
untuk
memakai
- pasien tampak nyaman
pakaian tipis dan menyerap
- nadi dan RR dalam
keringat
rentang normal ( N : 120-
- kolaborasi pemberian obat
160 x/menit RR : 40-60 x/menit ) - tidak ada perubahan
Defisiensi
warna kulit & pusing Setelah dilakukan
pengetahuan b.d tindakan kurang pajanan
selama
keperawatan
pengetahuan
jam miring, permukaan datar, dan defisiensi miringkan kepala intik teratasi
dengan Kriteria hasil : - keluarga mengatakan paham tentang penyakit kejang keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur
yang dijelaskan dengan benar -
- Letakan klien pada posisi
3x24
diharapkan
-
- identifikasi penyebab kejang
keluarga
mampu
menjelaskan kembali apa
antisipasi kejang - jelaskan patofisiologi penyebab kejang -
kolaborasi
pemberian
sesuai advice dokter
obat
Tim
yang di jelaskan perawat
G. IMPLEMENTASI Inisial Klien
: An.M
No RM
: 097019
Umur
: 3 tahun
Tanggal
: 27 Juli 2015
Hari/Tgl
No
Respon klien
Jam
Dx
Senin
1
Implementasi Memonitor
TTD
tanda DS:
Tim
27 juli 2015
dan gejala adanya Ibu klien mengatakan anaknya
15,20
peningkatan
suhu panas
tubuh
sejak
terakhir
kemarin minum
dan obat
paracetamol jam 07.00 DO: Pasien tampak lemas, akral teraba panas TTV:
suhu
39oC,
Nadi
140x/menit, RR 28x/menit, Leukosit 15,5 ribu/uL 15.25
2
Mengidentifikasi
DS :
penyebab kejang
Ibu klien mengatakan An.M kejang selama + 4 menit dan ibu klien tidak mengetahu penyebab An.M kejang DO : An.M tampak lemah di atas bed
15.30
2
Memberikan obatinjeksi
DS: IV, Ibu klien mengatakan pada
novalgin ¼ amp/ 8 tanggal 26 Juli 2015 anaknya
Tim
jam, diazepam 5mg/ mengalami kejang 1x selama 8
jam
,
amoxan ± 4 menit pada jam 11.00
150mg/
8
jam, DO:
sanmol
1g/8
Tim
jam, Klien tampak lemas dan rewel
stesolid 3mg/ 8 jam
ketika diberi injeksi intravena obat
amoxan
novalgin
¼
150g/8
jam,
amp/8
jam, Tim
diazepam 5mg/8 jam,sanmol 1g/8 jam 17.00
1
Meletakanklien pada DS : posisi
Tim
miring, Ibu An.M bersedia anaknya di
permukaan datar
posisikan miring DO : An.M
hanya
diam
dan
mengikuti intruksi perawat 17.07
2
Menjelaskan
DS :
Tim
patofisiologi penyebab Ibu An.M mengatakan kejang mengerti apa yang di jelaskan
oleh perawat DO : Ibu An.M tampak kooperatif 17.15
1
Menganjurkan klien DS: Tim banyak minum 2-2,5 Keluarga klien mengatakan liter/24 jam dan anaknya susah minum dan mengajurkan klien bersedia memakaikan pakaian untuk pakaian
memakai yang tipis tipis dan keringat
menyerap keringat
dan
menyerap
DO: Keluarga berusaha memberi air mineral ke anaknya dan meminta
bantuan
perawat
untuk menggatikan pakaian klien 19.10
1
Memonitor suhu dan DS: TTV tiap 4 jam
Tim
Ibu klien mengatakan ananya lebih mendingan dan suhu tubuh anaknya sudah tidak panas seperti kemarin saat dirumah DO: Klien tampak masih lemes, nadi teraba kuat, badannya masih terasa panas, dengan suhu 37,9oC, RR 28 x/menit, Nadi 140x/menit
19.15
1
Melonggarkan
DS:
Tim
dan pakaian pada daerah Keluarga klien mengatakan 2
leher atau dada dan paham dan kooperatif abdomen
DO: Klien tampak lemas dan masih susah diajak komunikasi
21.15
1
Mengkolaborasikan
dan pemberian 2
DS:
Tim
Keluarga klien kooperatif dan
obatnovalgin ¼ amp/ bersedia anaknya diberi obat, 8
jam,
diazepam klien
merasa
gelisah
dan
5mg/ 8 jam , amoxan kurang nyaman 150mg/
8
sanmol
1g/8
jam, DO: jam, Klien masih terlihat lemas dan
stesolid 3mg/ 8 jam
rewel saat di berikan obat intravena novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam ,
amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam 05.15
1
Mengkolaborasikan
DS:
dan pemberian obat dan Orang 2
memonitor TTV
Tim tua
klien
mempersilahkan untuk di cek TTV dan pemberian obat DO: Suhu 37,9oC, RR 28 x/menit, Nadi 135x/menit
Selasa,
1
Mengkolaborasikan
28Juli 2015
dan pemberian
10.30
2
DS:
Tim
obat Keluarga
intravena
klien
mempersilahkan
untuk
pemberian obat intavena DO: Pasien
terlihat
masih
lemas,dan merasa nyaman saat pemberian injeksi intravena
13.30
1
Menganjurkan klien DS: banyak
minum 2- Keluarga klien mengatakan
2,5 liter/menit dan anaknya masih susah untuk menganjurkan klien minum dan bersedia memakai untuk pakain
memakai pakaian tipis dan menyerap tipis
dan keringat
menyerap keringat
DO: Keluarga berusah memberikan air mineral kepada anaknya, pasien terlihat nyaman dengan
Tim
pakaianya Tim 14.45
1
Memonitor
tanda DS:
dan dan gejala adanya Ibu klien mengatakan anaknya 2
penigkatan
suhu sudah tidak rewel lagi dan
tubuh dan monitor merasa panasnya berkurang ttv
DO: -Nadi:135x/menit -RR:28x/menit -suhu:37,6oC Tim
15.45
1
Mengkolaborasikan pemberian
DS:
obat Keluarga klien kooperatif dan
amoxan 150g/8 jam, bersedia anaknya diberi obat, sanmol
1g/
8 klien merasa
jamDiazepam 5mg/8 DO: jam,novalgin
¼ Ibu klien tampak membantu
amp/8 jam,stesolid 3 agar obat injeksi masuk secara mg/8 jam,Puyer 3x1
18.30
1
benar
Monitor ttv tiap 4 DS:
Tim
dan jam sekali
Ibu klien mengatakan anaknya
2
sudah semakin membaik dan bisa diajak bermain secara ringan DO: Klien
tampak
kooperatif,
nyaman TTV,
Suhu
37,6oC,
RR
28x/menit, Nadi 130 x/menit
21.15
2
Mengkolaborasikan
dan pemberian 1
DS:
Tim
obat Orangtua klien mengatakan
novalgin ¼ amp/ 8 anaknya
sudah
jam, diazepam 5mg/ peningkatan 8
jam
,
amoxan kooperatif
150mg/
8
sanmol
1g/8
ada
orangtuanya ketika
anaknya
jam, diberikan obat jam, DO:
stesolid 3mg/ 8 jam Pasien terlihat lebih nyaman, puyer 3x1
dan bersedia minum obat Tim
05.15
1
Mengkolaborasikan
DS:
dan pemberian obat dan Orang 2
memonitor TTV
tua
klien
mempersilahkan dan bersedia anaknya di cek TTV DO: -Nadi:130x/menit -RR:28x/menit -S:37,6oC Tidak ada tanda-tanda demam dan kejang Tim
Rabu
1
Mengkolaborasikan
29Juli 2015
pemberian
10.30
intravena
DS:
obat Orangtua
mempersilahkan
untuk pemberian obat dan pasien merasa lebih nyaman ketika diberikan obat DO: Pasien terlihat nyaman dan tidak rewel saat diberikan obat
intravena Tim 13.30
1
Menganjurkan klien DS: banyak
minum 2- Keluarga klien mengatakan
2,5 liter/menit dan anaknya sudah mau minum menganjurkan klien tetapi masih sedikit dan pasien untuk pakain
memakai sudah memakai pakaian tipis tipis
dan DO:
menyerap keringat
Pasien terlihat mau minum air yang diberikan keluarganya dan terlihat memakai pakaian tipis Tim
14.45
1
Memonitor
tanda DS:
dan gejala adanya Ibu klien mengatakan anaknya peningkatan
suhu sudah nyaman dan panasnya
tubuh dan monitor berkurang TTV
DO: TTV,
suhu
37,5oC,
RR
28x/menit, Nadi 130x/menit 15.45
1
Mengkolaborasikan
dan pemberian 2
DS:
Tim
obat Keluarga klien mengatakan
amoxan 150g/8 jam, bersedia anaknya diberi obat sanmol
dan pasien merasa nyaman
Diazepam 3x3 jam, DO: novalgin ¼ amp/8 Pasien terlihat nyaman dan jam, stesolid 3 mg tidak lemas IV, Puyer 3x1 18.30
1
Memonitor TTV tiap DS: 4 jam
Ibu klien mengatakan anaknya
Tim
sudah semakin baik dan bisa diajak bermain DO: Klien
tampak
kooperatif,
nyaman dan tidak rewel TTV,
suhu
37,5oC,
RR
28x/menit, Nadi 130x/menit 21.15
1
Mengkolaborasikan
dan pemberian 2
obat
DS: , Ibu
Tim dan
ayah
klien
novalgin ¼ amp/ 8 mengatakan anaknya sudah jam, diazepam 5mg/ ada peningkatan jauh lebih 8
jam
,
amoxan baik
150mg/
8
sanmol
1g/8
dan
orangtuanya
jam, kooperatif ketika diberi obat jam, DO:
stesolid 3mg/ 8 jam
Klien
tidak
menunjukkan
tanda hipertermi lagi, pasien lebih nyaman, tidak ada ruam atau perubahan warna kulit, nadi,suhu, RR dalam batas normal -Nadi:128x/menit -RR:24x/menit -S:37,20 C 05.15
1
Mengkolaborasikan
DS:
dan pemberian obat dan Orangtua 2
memonitor TTV
Tim klien
mempersilahkan untuk di cek TTV dan diberi obat untuk anaknya DO:
TTV suhu 37,2oC RR
25
x/menit,
Nadi
130x/menit Tidak ada gejala demam dan tidak ada tanda-tanda kejang
H EVALUASI Inisial klien : An. M Umur : 3 Th No Hari / Tgl dx 1
Jam Senin
No cm tanggal
: 097019 : 27 juli 2015
Evaluasi
Ttd
S : ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh Tim
27/7/2015
anaknya turun dari 39oC menjadi 37,90C
19.50
O : klien tampak lemas, dan kulit teraba panas di area lipatan - Suhu : 37,90C - RR 32X/menit - Nadi : 135 x/menit teraba kuat dan teratur A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi - Suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 OC ) -Monitor TTV setiap 4 jam -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam - Klien tidak merasa demam -Anjurkan klien untuk minum air 2-2,5 liter/hari
2
20.00
S
:
keluarga
klien
mengatakan
tidak Tim
mengetahui penyebab An.M kejang O : pasien masih tampak lemas dan susah di ajak berkomunikasi A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi - identifikasi penyebab kejang -letakan posisi miring dan datar -Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/
8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam
1
Selasa
S ; ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh Tim
28/7/2015
anaknya masih hangat
06.50
O : akral teraba hangat, S : 37,9 oC, RR : 28x/m, nadi : 135 x/m A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi -Suhu dalam rentan normal (36,5oC- 37,5o) -Monitor TTV setiap 4 jam -Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -klien tidak merasa demam
2
07.00
S: ibu An.M sudah mengerti penyebab kejang O
;
ibu
An.M
sangat
kooperatif
Tim dalam
mendengarkan penjelasan perawat A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -pertahankan posisi miring dan datar untuk mencegah kejang ulang -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8
jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 1
13.50
jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak Tim rewel lagi dan merasa panasnya berkurang O : akral teraba hangat, s ; 37,6 Oc N : 135x/m RR : 28x/m A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi - monitor suhu tubuh dan Keadaan umum - Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Monitor TTV setiap 4 jam 1
14.00
S: ibu klien mengatakan akan melaporkan ke
Tim
perawat jika ada kejang ulang O ; pasien tampak diam di atas bed A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -posisikan nyaman dan miring mendatar -Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/
8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Anjurkan klien minum air 2-2,5 liter/hari 1
19.50
S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak Tim rewel lagi dan merasa panasnya berkurang O : akral teraba hangat, s ; 37,6 Oc N : 135x/m RR : 28x/m A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Monitor TTV setiap 4 jam -kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam
2
20.00
S: keluarga klien kooperatif dan tersedia anaknya diberi obat, klien merasa nyaman O ; injeksi masuk ke selang infus secara benar A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
Tim
-Monitor TTV setiap 4 jam -Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/ 8
jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam 1
06.50
S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak Tim rewel lagi dan merasa panasnya berkurang O : akral teraba hangat, s ; 37,6 Oc N : 135x/m RR : 28x/m A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Monitor TTV setiap 4 jam - Anjurkan klien minum 2-2,5 liter/hari -,Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam
2
07.00
S: keluarga klien kooperatif dan tersedia anaknya
Tim
diberi obat, klien merasa nyaman O ; injeksi masuk ke selang infus secara benar A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Memonitor TTV setiap 4 jam -Kolaborasi pemberian obat novalgin ¼ amp/
8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam 1
13.50
S: ibu klien mengatakan anaknya sudah Tim semakin membaik dan bisa dibajak bemain secara ringan O : klien tampak kooperatif, terlihat lebih nyaman TTV : S = 37,50C, RR = 28 x/menit, nadi =
130x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Monitor TTV setiap 4 jam 2
14.00
S: keluarga klien kooperatif dan tersedia anaknya
Tim
diberi obat, klien merasa nyaman O ; injeksi masuk ke selang infus secara benar A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8
jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Memonitor TTV setiap 4 jam 1
Rabu
S: ibu klien mengatakan anaknya sudah Tim
29/7/2015
semakin membaik dan bisa dibajak bemain
19.50
secara ringan O : klien tampak kooperatif, terlihat lebih nyaman TTV : S = 37,50C, RR = 28 x/menit, nadi = 130x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8 jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Monitor TTV setiap 4 jam
2
20.00
S: keluarga klien kooperatif dan bersedia anaknya diberi obat, klien merasa nyaman dan An. M tidak terjadi kejang ulang O ; keluarga pasien sudah cukup paham untuk mengatasi jika ada kejang ulang jika terjadi di rumah A : masalah teratasi P : pertahankan intervensi -Kolaborasi pemberian obat , novalgin ¼ amp/ 8
jam, diazepam 5mg/ 8 jam , amoxan 150mg/ 8 jam, sanmol 1g/8 jam, stesolid 3mg/ 8 jam -Memonitor TTV setiap 4 jam
Tim