LAPORAN PENDAHULUAN
I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1.1 Anatomi
1.2 Fisiologi 1.2.1
GENITALIA EKSTERNA
a. Vulva Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina. b. Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. pu bis. c. Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. e. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. f. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. g. Introitus / orificium vagina Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang
abnormal,
misalnya
primer
tidak
berlubang
(hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna. h. Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan
dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti
siklus
haid.
Fungsi
vagina
:
untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. i.
Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis
(m.perinealis
transversus
profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang
perlu
dipotong
(episiotomi)
untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
1.2.2
GENITALIA INTERNA
a. Uterus Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. b. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan
(nullipara/primigravida)
lubang
ostium
externum
bulat
kecil,
setelah
pernah/riwayat
melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. c. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormonhormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi
selama
pertumbuhan
dan
perkembangan
wanita
(gambar). d. Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum,
ligamentum
vesicouterina,
ligamentum rectouterina. e. Vaskularisasi uterus Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. f.
Salping / Tuba Falopi Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar). g. Pars isthmica (proksimal/isthmus) Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. h. Pars ampularis (medial/ampula) Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba. i.
Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
j.
Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
k. Ovarium Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan
fimbriae.
Fimbriae
“menangkap”
ovum
yang
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
II. Konsep Abortus Komplit
2.1
Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006).
Abortus komplit merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari. Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar seluruhnya sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri terjadinya abortus kompitus adalah: perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.
2.2
Etiologi Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
2.2.1 Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
dan
cacat
bawahan
yang
menyebabkan
hasil
konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena : a. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks. b. Faktor lingkungan endometrium -
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
-
Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
c. Pengaruh luar -
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
-
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2.2.2 Kelainan Pada Plasenta Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus. Hipertensi menyebabkan gangguan
peredaran
darah plasenta
sehingga
menimbulkan
keguguran. 2.2.3 Penyakit Ibu Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus. 2.2.4 Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).
2.3
Manifestasi klinik 2.3.1
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi bisa normal, menurun atau kecil, suhu badan bisa normal atau meningkat.
2.3.2
Perdarahan pervaginam bisa disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
2.3.3
Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
2.3.4
Pemeriksaan ginekologi: -
Inspeksi vulva: Perdarahan pervagina
-
Inspekulo: Ostium uteri telah menutup
-
Colok vagina Uterus sudah mengecil
2.3.5 Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan 2.3.6 Tidak ada sisa dalam uterus
2.4
Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan <8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koralis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak lagi karena plasenta segera terlepas dengan lengkap.
2.5
Pathway Perdarahan dan Nekrosis Hasil konsepsi terlepas dari uterus Uterus berkontraksi Hasil kosepsi keluar
Hasil konsepsi keluar sempurna
Merasa kehilangan
Hasil konsepsi tidak keluar sempurna
Ansietas
Perdarahan Nyeri Risiko kekurangan Intoleransi aktivitas
Sumber: Sujiyatini (2009)
2.6
Komplikasi 2.6.1
Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.6.2
Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
2.6.3
Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (Sujiyatini, 2009).
2.7
Prognosis 2.7.1
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
2.7.2
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
2.7.3
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
2.8
Penanganan Abortus komplit 1.
Pada abortus komplitus tidak diperlukan tindakan curetase, hanya perlu ditegaskan dengan pemeriksaan ultrasonografi yang menyatakan tidak ada gambaran sisa hasil konsepsi di dalam rahim.
2.
Pemberian antibiotik dilakukan jika ditemukan tanda-tanda infeksi atau khawatir terjadi infeksi berlanjut.
3.
Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
4.
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
5.
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari, selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6.
Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut. Ibu hamil yang mengalami abortus komplitus ini dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi untuk mencegah anemia.
d. Rencana Asuhan Klien dengan Abortus Komplit a.
Pengkajian i. Identitas klien Meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat dan lain-lain. ii. Riwayat obstetri 1. Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak, warna, bau, flour albous, HPHT, disminore) 2. Riwayat kehamilan 3. Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan, TT) 4. Riwayat kontrasepsi iii. Riwayat persalinan Mengkaji persalinan sebelumnya, keadaan anak pasien mulai dari kandungan hingga saat ini, bagaimana kesehatan anaknya. iv. Aktivitas/latihan 1. Nutrisi (sebelum dan selama hamil) 2. Eliminasi (sebelum dan selama hamil) 3. Istirahat (sebelum dan selama hamil) 4. Aktivitas (sebelum dan selama hamil) 5. Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil) 6. Personal hygiene (sebelum dan selama hamil) v. Riwayat psikososial vi. Sirkulasi vii. Data spiritual viii. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (Crossmatch), bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik yang sesuai, temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjut (Prawirohardjo, 2006 ).
b.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Diagnosa I: nyeri akut
i.
Definisi Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
ii.
Batasan Karakteristik
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
iii.
Sikap melindungi area nyeri
Laporan isyarat
Fokus pada diri sendiri
Melaporkan nyeri secara verbal.
Faktor yang Berhubungan Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
Diagnosa II: Risiko Kekurangan Volume Cairan
iv.
Definisi Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial dan/atau intraseluler, yang dapat mengganggu kesehatan
v.
Faktor Risiko
Penyimpangan yang mempengaruhi akses untuk pemasukan atau absorbsi cairan
Kehilangan yang berlebihan melalui rute normal (diare)
Usia eksterm
Berat badan eksterm
Factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Defisiensi pengetahuan
Kehilangan cairan melaui rute yang tidak normal (slang kateter menetap)
Obat (diuretic)
Diagnosa III: Intoleransi aktivitas
vi.
Definisi Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
vii.
Batasan Karakteristik Subjektif
Ketidaknyamanan atau dipsnea saat beraktivitas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
viii.
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
Faktor yang Berhubungan
Tirah baring dan imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Anemia
Diagnosa IV: Ansietas
ix.
Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
x.
Batasan Karakteristik Perilaku
Agitasi
Gelisah
Gerakan ekstra
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Tampak waspada
Afektif
Berfokus pada diri sendiri
Distres
Gelisah
Gugup
Ketakutan
Fisiologis
xi.
Gemetar
Peningkatan keringat
Tremor
Wajah tegang
Faktor yang Berhubungan
Ancaman kematian
Ancaman paa status terkini
Hereditas
Hubungan interpersonal
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Konflik nilai
Konflik tentang tujuan hidup
c. Perencanaan Diagnosa I: Nyeri akut
NOC Setelah
NIC
Rasional
dilakukan Pain management
intervensi ...x
jam
Pain management:
1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat
diharapkan nyeri yang
terhadap nyeri termasuk
dirasakan
klien
lokasi,
berkurang
dengan
nyeri pasien.
karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil :
intensitas nyeri dan faktor
Pain control
presipitasi.
.
Klien
melaporkan
ketidaknyaman
Klien
nonverbal.
dapat lamanya
Klien
dapat
3. Gunakan
untuk
terapeutik
mengungkapkan
pengalaman
faktor penyebab
penerimaan klien terhadap
Klien
respon nyeri.
dapat
ketidaknyamanan
strategi 3. Untuk
menggambarkan
menggunakan teknik
secara
dirasakan oleh pasien.
komunikasi
(onset) nyeri
reaksi 2. Untuk mengetahui tingkat
nyeri berkurang
mengenal
2. Observasi
nyeri
4. Tentukan
mengalihkan
perhatian pasien dari rasa nyeri.
dan
pengaruh 4. Untuk mengetahui apakah
non farmakologis
pengalaman
Klien menggunakan
terhadap kualitas hidup(
berpengaruh
analgesik
napsu
yang lainnya.
instruksi
sesuai
nyeri
makan,
tidur,
nyeri yang dirasakan klien terhadap
aktivitas,mood, hubungan sosial).
5. Tentukan
faktor
yang 5. Untuk mengurangi factor
dapat memperburuk nyeri.
yang dapat memperburuk nyeri
yang
dirasakan
klien. 6. Berikan informasi tentang 6. Pemberian
“health
nyeri termasuk penyebab
education”
nyeri, berapa lama nyeri
mengurangi
akan
antisipasi
kecemasan dan membantu
terhadap ketidaknyamanan
klien dalam membentuk
dari prosedur.
mekanisme
hilang,
dapat tingkat
koping
terhadap rasa nyeri. 7. Control lingkungan yang 7. Untuk mengurangi tingkat dapat
mempengaruhi
respon
ketidaknyamanan
klien(
suhu
ketidaknyamanan
yang
dirasakan klien.
ruangan,
cahaya dan suara). 8. Hilangkan presipitasi
faktor 8. Agar nyeri yang dirasakan yang
dapat
meningkatkan pengalaman
klien tidak bertambah.
nyeri
klien(
ketakutan,
kurang pengetahuan). 9. Ajarkan cara penggunaan terapi
non
farmakologi
(distraksi,
guide
imagery,relaksasi).
9. Agar
klien
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri
yang dirasakan. 10.Pemberian analgetik dapat
10.
Kolaborasi pemberian
analgesic
mengurangi
rasa
nyeri
pasien
Diagnisa II: Intoleransi aktivitas
NOC
NIC
Setelah
dilakukan
intervensi
...x24
jam
diharapkan
mampu
menoleransi
aktivitas
1. ManajemenTerapi aktivitas
Rasional 1. memberi
anjuran
tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif,
sosial,
yang biasa dilakukan,
spiritual yang spesifik,
dengan kriteria hasil:
untuk
Mengidentifikasi
rentang,
Aktivitas atau situasi
atau durasi aktivitas
yang
individu
menimbulkan
kecemasan
frekuensi,
(atau
kelompok)
yang 2. Manajemen energi
dapat
meningkatkan
2. mengatur penggunaan
mengakibatkan
energi untuk mengatsi
intoleransi aktivitas
atau
Berpartisipasi dalam
kelelahan
aktivitas fisik yang
mengoptimalkan
dibutuhkan
fungsi
dengan
peningkatan normal denyut frekuensi
jantung,
3. Manajemen lingkungan
mencegah dan
3. memanipulasi lingkungan pasien
sekitar untuk
memperoleh manfaat
pernapasan,
dan
terapeutik,
tekanan darah serta
sensorik,
memantau
kesejahteraan
pola
dalam batas normal
Mengungkapkan secara
4. Terapi latihan fisik
4. Menggunakan gerakan
verbal
tubuh
atau
kebutuhan
oksigen,
mempertahankan atau
obat,
dan/atau
memperbaiki
toleransi
untuk
fleksibilitas sendi. 5. Bantuan perawatan- Diri
terhadap
pasif
aktif
pemahaman tentang
meningkatkan
5. Membantu
dan
mengarahkan individu
aktivitas
untuk
melakukan
Menampilkan
aktivitas
kehidupan
aktivitas kehidupan
sehari-hari
sehari-hari
instrumental
dengan
(misalnya,
eliminasi bantuan untuk
(AKS) beberapa
bantuan
dengan ambulasi
ke
kamar
mandi)
dan
psikologis
peralatan yang dapat
stimulasi
Menampilkan manajemen pemeliharaan rumah dengan
beberapa
bantuan
(mis,
membutuhkan bantuan
untuk
kebersihan
setiap
minggu)
(AKSI)
yang diperlukan untuk berfungsi
di
rumah
atau di komunitas
Diagnosa III: Risiko Kekurangan volume cairan
NOC Tidak terjadi kekurangan
NIC
Rasional
1. Monitor TTV
1. hipotensi
dan
volume cairan, seimbang
dapat
antara intake dan output
hipovolemik.
baik jumlah maupun kualitas dengan kriteria
2. Kaji
frekuensi
darah atau nadi dalam
ginjal
adalah
indikator
hasil sebagai berikut: Menunjukkan tekanan
menunjukkan
dan 2. fungsi
jumlah berkemih
takikardi
volume,
sirkulasi darah 3. Perhatikan
kulit
bibir 3. membrane mukosa / bibir
dan membrane mukosa
kering dan turgor kulit
batas normal, turgor kulit
buruk
menandakan
baik, membrane mukosa
ketidakadekuatan
lebab, klien tidak lemah.
masukan
cairan
dalam
hubungannya. 4. Kaji karakter dan jumlah lochea
4. dengan kebutuhan cairan, kembali
ke
merah
terang
abnormal,
pendarahan adalah
aliran
deras
dan
menandakan
yang cepat
hemoragi
pasca partum lanjut. 5. Kaji kondisi insisi
5. untuk
mengidentifikasi
perlambatan penyembuhan dan potensi terhadap
heragi/denizens
pemasukan
cairan
parenatal
dapat
menggantikan cairan yang keluar
dan
dapat
memberikan perbandingan mengkaji kehilangan darah
untuk beratnya
Diagnosa IV: ansietas
NOC Setelah intervensi
NIC
Rasional
dilakukan 1. Jelaskan ...x24
jam
pada
pasien
tentang proses penyakit.
diharapkan takut pasien 2. Orientasikan klien dan berkurang atau teratasi,
pasangan
dengan kriteria hasil:
lingkungan persalinan.
mengurangi 3. Anjurkan
penggunaan
teknik relaksasi.
takut
penyakit
yang
dialaminya. 2. Membantu orang
klien
terdekat
dan
merasa
mudah dan lebih nyaman
Memiliki informasi untuk
pada
1. Pasien dapat memahami
pada sekitar mereka. 3. Memungkinkan
klien
Menggunakan
mendapatka keuntungan
teknik relaksasi
maksimum dari periode
Mempertahankan
istirrahat,
hubungan sosial dan
kelelahan
fungsi peran
memperbaiki
Mengontrol takut
respon 4. Anjurkan pengungkapan rasa
rasa
takut
dan
mencegah otot
dan aliran
darah uterus 4. Dapat
membantu
menurunkan ansietas dan
masalah.
merangsang identifikasi 5. Berikan tindakan berhasil.
sedatif
bila
lain
tidak
perilaku koping. 5. Memberikan menenangkan.
efek
Daftar Pustaka
Manuaba. (2008). Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nugroho, T. (2010). Buku ajar obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Sujiyatini. (2009). Asuhan patologi kebidanan. Jakarta: Nuha Medika. Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. Jakarta: JHPIEGO. Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Banjarmasin, Presptor akademik,
(………………………………)
Februari 2017
Preseptor klinik
(………………………………)