LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA “Sediaan Larutan Sejati Kalsium Glukonat”
Disusun oleh:
Eizy Azizah P17335114015
POLITEKNIK KESEHATAN FARMASI 2015
SEDIAAN LARUTAN SEJATI KALSIUM GLUKONAT 210mg/5ml I.
TUJUAN PERCOBAAN Menentukan formula dan metode pembuatan serta evaluasi yang tepat dalam pembuatan larutan sejati dengan zat aktif Kalsium Glukonat.
II.
LATAR BELAKANG Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut : 1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut. 2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut. 3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu. 4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu. Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai adalah : 1. Air untuk macam-macam garam 2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol. 3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol. 4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat. 5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol. 7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak. Larutan kalsium glukonat merupakan larutan yang pelarutnya adalah air. Kelarutan kalsium glukonat agak sukar (dan lambat) larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol (FI V, hal 588). Dalam pembuatan sediaan larutan kalsium ini digunakan air mendidih untuk melarutkan kalsium glukonat. Etanol tidak digunakan dalam pembuatan sediaan ini karena zat aktif tidak larut dalam etanol. Oleh karena itu, larutan kalsium glukonat disebut larutan sejati. Kalsium glukonat digunakan untuk mencegah atau mengobati kadar kalsium yang rendah dalam darah pada pasien yang kekurangan kalsium pada asupan harian.
Kalsium
glukonat
juga
digunakan
pada
pengobatan
rakhitis,
hipoparatiroidisme kronis, osteomalacia, kolik dan overdosis magnesium stearat. Sediaan ini ditujukan untuk suplemen kalsium. Sediaan ini ditujukan untuk pasien dewasa. Dosis didapatkan dari Physicians Drug Resource 2005 Ed, yakni 500 mg-2000 mg, digunakan 2-3x sehari. Dibuat sediaan larutan disebabkan beberapa hal. Dari data kelarutan kalsium glukonat yang agak sukar larut dalam air dan larut dalam air mendidih, namun tidak larut dalam etanol. Kemudian sediaan ini ditujukan untuk pasien dewasa, karena tidak semua orang dewasa dapat menelan kapsul, tablet atau sediaan lainnya dengan alasan pahit dan lain sebagainya. Selain itu, sediaan larutan lebih mudah diabsorpsi dibandingkan dengan sediaan farmasi yang lainnya.
III.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan aktif Zat Aktif
Kalsium Glukonat
Struktur
Rumus
448.39 (FI V, hal 588)
molekul Titik lebur Pemerian
1700C-1750C (www.scbt.com) Hablur, granul atau serbuk, putih, tidak berbau, tidak berasa,
Kelarutan
stabil di udara. (FI V, hal 688) Agak sukar (dan lambat) larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat netral pada
Stabilitas
lakmus. (FI V, hal 588) Panas : Disimpan di bawah suhu 300C, jangan disimpan di pendingin. Dapat disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C. Cahaya : Tidak tahan cahaya, harus terlindung dari cahaya matahari langsung. (Lex Material Data Sheet) Air : larutan dalam air stabil pada suhu kamar. (Process for Stabilitation of Calcii Gluconate)
Inkompabilita
pH : 6,0-8,0 (Japanesse Pharmacopeia 15, p 392) Oksidator kuat. (Guidechem; Chemical Trading Guide) Lipid,
s
fosfat, magnesium, amfoterisin, flukonazol, klindamisin. Indometasin, prednisolon. (Conterbury District Health Board) Dengan kebanyakan karbonat, fosfat, tartrat, bikarbonat dan
Keterangan
sulfat. (Nottingham Childrens Hospital) Digunakan sebagai suplemen kalsium.
lain Penyimpanan Kadar
Disimpan di tempat tertutup. 4,2% di dalam sediaan
penggunaan 2. Bahan Tambahan Zat Sinonim
Natrium sakarin Garam sakarin, natrium garam; gluside larut; sakarin larut; natrium sucaryl [HOPE 6th Ed 2009, p 608]
Struktur
Rumus
C7H4NNaO3S [HOPE 6th Ed 2009, p 608]
molekul Titik lebur Pemerian
Terurai pada pemanasan [HOPE 6th Ed 2009, p 608] Sakarin natrium adalah serbuk putih, tidak berbau atau sedikit aromatik, efflorescent, bubuk kristal. Memiliki rasa yang sangat manis, dengan logam atau rasa pahit bahwa pada tingkat normal penggunaan dapat terdeteksi sekitar 25% dari populasi. Rasa pahit bisa ditutupi dengan memadukan sakarin natrium dengan pemanis lainnya. Sakarin natrium dapat
Kelarutan
mengandung jumlah variabel air [HOPE 6th Ed 2009, p 608] 1 : 1,2 dalam air, 1 : 102 dalam etanol, 1 : 50 dalam etanol
Stabilita
(95%) [HOPE 6th Ed 2009, p 608] Sakarin natrium stabil di bawah kisaran normal kondisi digunakan dalam formulasi. Hanya bila terkena suhu (125oC) pada pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi yang signifikan. Konsentrasi 84% adalah yang paling stabil bentuk sakarin natrium sedangkan bentuk 76% akan kering di bawah kondisi kamar. Larutan untuk injeksi
Inkompabilita
dapat disterilkan dengan autoklaf [HOPE 6th Ed 2009, p 608] Sakarin natrium tidak mengalami Maillard browning [HOPE
s Keterangan
6th Ed 2009, p 608] Kegunaan : Pemanis [HOPE 6th Ed 2009, p 608]
lain Penyimpanan
Sakarin natrium harus disimpan dalam wadah yang tertutup
Kadar
dalam tempat yang kering [HOPE 6th Ed 2009, p 608] Sirup oral 0.04–0.25% [HOPE 6th Ed 2009, p 608]
penggunaan
Digunakan pada sediaan 0,05%
Zat Sinonim
Glycerine [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285] Gliserin
Struktur
Rumus
C3H8O3 [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285]
molekul Titik lebur Pemerian
17,80C [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285] Bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental, bersifat higroskopis, mempunyai rasa manis, kira-kira 0,6 kali dari
Kelarutan
sukrosa. [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285] Agak sukar larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzena, praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol 95%, 1:500 dalam eter, 1:11 dalam etil asetat, praktis tidak larut dalam minyak, larut dalam air. [HOPE 6 th Ed 2009,
Stabilita
p 283 - 285] Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi
oleh
atmosfer
di
bawah
kondisi
penyimpanan biasa, tetapi terurai pada pemanasan dengan adanya akrolein beracun campuran dari gliserin dengan air, etanol 95% dan propilenglikol stabil secara kimiawi. [HOPE Inkompabilita
6th Ed 2009, p 283 - 285] Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat
s
seperti kromium trioksida, potasium klorat atau kalium permanganat. Dalam larutan encer reaksi berlangsung lebih lama dengan hasil oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau kontak dengan adanya ZnO dan bismuthi nitrat DBase. Gliserin membentuk kompleks, asam borat, asam glyceroboric yang merupakan
Keterangan
asam kuat dari asam borat. [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285] Digunakan sebagai pengawet antimikroba, pelarut, emolien,
lain
pembasah, pemanis, tonisitas agen. [HOPE 6th Ed 2009, p 283 -
Penyimpanan Kadar
285] Disimpan di dalam wadah kedap udara, tempat kering <20 % [HOPE 6th Ed 2009, p 283 - 285]
penggunaan
Di dalam sediaan digunakan 10%
Zat Sinonim Struktur
Sorbitol [HOPE 6th Ed 2009, p 679 - 681] Sorbitol
Rumus
C6H14O6 [HOPE 6th Ed 2009, p 679 - 681]
molekul Titik lebur
110 – 1120C dalam bentuk akhirat [HOPE 6th Ed 2009, p 679 -
Pemerian
681] Sorbitol adalah D-glucitol yang tidak berwarna, berwarna putih, kristalin, serbuk higroskopis, kemanisannya 50 – 60 %
Kelarutan
mendekati sukrosa [HOPE 6th Ed 2009, p 679 - 681] Kelarutan dalam air 1 : 0,5, praktis tidak larut dalam eter dan klorofom, sedikit larut dalam metanol [HOPE 6 th Ed 2009, p
Stabilitas
679 - 681] Bersifat inert dan kompatibel dengan hampir semua eksipien. Stabil di udara karena tidak ada katalis, pada kondisi dingin, asam encer dan basa. Tidak mengalami penggelapan atau dekomposisi pada saat suhu dinaikkan atau saat ada amina. Tidak mudah terbakar, non korosif, dan tidak mudah menguap. Tahan terhadap fermentasi oleh banyak mikroorganisme, sebaiknya pengawet ditambahkan pada larutan sorbitol. Larutan dimpan pada wadah gelas, plastik, aluminium dan anti karat. Larutan injeksi disterilisasi oleh autoklaf [HOPE 6th Ed
Inkompabilita
2009, p 679 - 681] Sorbitol akan membentuk kelat yang larut air dengan banyak
s
ion logam divalen dan trivalen pada kondisi basa dan asam kuat. Penambahan cairan polietilen glikol pada larutan sorbitol dengan agitasi yang kuat mengahasilkan sebuah lilin, gel larut air dengan titik didih 35–400C. Larutan sorbitol akan bereaksi dengan besi oksida sehingga menjadi tidak berwarna. Sorbitol mempercepat degradasi penisilin pada larutan yang netral [HOPE 6th Ed 2009, p 679 - 681]
Keterangan
Digunakan sebagai pemanis, humektan, penstabil, pengencer
lain
tablet dan kapsul, dan anticaplocking agent [HOPE 6th Ed
Penyimpanan
2009, p 679 - 681] Wadah kedap udara, di tempat kering dan sejuk [HOPE 6th Ed
Kadar
2009, p 679 - 681] 20-35% [HOPE 6th Ed 2009, p 679 - 681]
penggunaan
Digunakan di dalam sediaan sebanyak 20%
Zat Sinonim Struktur Rumus
Aqua [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770] Air H-O-H H2O [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770]
molekul Titik lebur Pemerian
1000C [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770] Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
Kelarutan
[HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770] Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya [HOPE 6th Ed
Stabilita
2009, p 766 - 770] Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas) [HOPE 6th Ed
Inkompabilita
2009, p 766 - 770] Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
s
rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat. [HOPE 6th Ed 2009, p 766 -
Keterangan
770] Digunakan sebagai pelarut [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770]
lain Penyimpanan Kadar
Wadah tertutup [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770] ad 100%
penggunaan 3. TINJAUAN PUSTAKA Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. {Farmakope Indonesia ed. IV}
Dalam pembuatan larutan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu : 1. Sifat dari solute atau solvent. Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform. 2. Cosolvensi. Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
campuran air – gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan. Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. 4. Temperatur. Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. Zat terlarut + pelarut + panas Larutan Beberapa
zat
yang
lain
justru
kenaikan
temperatur
menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas. Zat terlarut + pelarut
Larutan + panas
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, dsb. Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya : a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas c. Saturatio d. Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis
5. Salting Out. Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contoh : a.
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
b.
Reaksi antara papaverin HCl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.
6. Salting In. Salting
in
adalah
adanya
zat
terlarut
tertentu
yang
menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ). 7. Pembentukan kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut
dengan
membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam lar. KI atau NaI jenuh. KI IV.
+ I2
KI3
PENDEKATAN FORMULA No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
. 1 2 3 4
Kalsium Glukonat Na. Sakarin Gliserin Pewarna merah
4,2 % b/v 0,05% b/v 10% b/v qs
Zat aktif Pemanis Pengental, antimikroba Corrigens coloris
5
Perisa dan pengaroma
qs
Corrigen saporis dan
6 7
strawberry NaOH 0,1 N/HCl 0,1 N Aquadest
qs ad 100% v/v
corrigen odoris Adjust pH Pelarut
Spesifikasi sediaan Bentuk Warna Rasa pH Kadar Volume Viskositas Sediaan
Sirup/ larutan sejati Merah Manis, kemudian pahit 7,0 4,2% Kalsium Glukonat, 42 mg/ ml 60 ml/ botol 0,89 mPa s (0,89 cP) [Mengikuti viskositas aquadest] [HOPE 6th Ed 2009, p 766 - 770]
V.
PENIMBANGAN Dibuat sediaan 4 botol (@ 60ml) = 240 ml 240 ml + 2% (240 ml) = 240 ml + 4,8 ml = 244,8 ml 244,8 ml + 10% (244,8 ml) = 244,8 ml + 24,48 ml = 269,28 ml ~ 280 ml No
Nama Bahan
Jumlah yang Ditimbang
. 1 2 3 4 5 6
Kalsium Glukonat Na. Sakarin Gliserin Sorbitol Pewarna merah Perisa dan pengaroma
4,2 g/100 ml x 280 ml = 11,76 g 0,05 g/ 100 ml x 280 ml = 0,14 g 10 g/ 100 ml x 280 ml = 28 g 20 g/ 100 ml x 280 ml = 56 g 0,036 g/ 100 ml x 280 ml = 0,1 g 0,137 g/ 100 ml x 280 ml = 0, 384 g
7 8
strawberry NaOH 5 N Aquadest
As ad 280 ml
Catatan : Dari hasil optimasi yang telah dilakukan, ternyata hasil sediaan sangat encer. Oleh katena itu, dalam formula untuk seluruh sediaan ditambahkan sorbitol sebanyak 20% b/v. VI.
PROSEDUR PEMBUATAN a. Pembuatan Aqua bebas CO2 1. Sejumlah air dipanaskan hingga mendidih 2. Lalu diamkan selama 30 menit, kemudian ditutup dan didinginkan b. Pengkalibrasian botol dan beaker glass Kalibrasi botol 60 ml
1. Air keran sebanyak 61,2 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. 2. Air di dalam gelas ukur dituangkan ke dalam botol cokelat 60 ml. 3. Batas kalibrasi ditandai dan dibuang airnya. 4. Botol dibilas dengan aquadest sebanyak 2 ml, lalu dikeringkan dan botol siap dipakai.
Kalibrasi beaker glass utama 1. Air keran sebanyak 280 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 ml. 2. Air dituangkan ke dalam beaker glass 500 ml. 3. Batas kalibrasi ditandai dan dibuang airnya. 4. Beaker glass dibilas dengan aquadest sebanyak 2 ml, lalu dikeringkan dan beaker glass siap dipakai.
Kalibrasi beaker glass untuk melarutkan Kalsium Glukonat 1. Air keran sebanyak 60 ml ke dalam gelas ukur 100 ml, dituangkan ke dalam beaker glass 100 ml. 2. Batas kalibrasi ditandai dan dibuang airnya. 3. Beaker glass dibilas dengan aquadest sebanyak 2 ml, lalu dikeringkan dan beaker glass siap dipakai.
c. Penimbangan Bahan 1. Kalsium glukonat digerus halus, kemudian ditimbang seberat 11,76 gram di atas kertas perkamen dengan timbangan analitik. 2. Na. Sakarin ditimbang seberat 0,14 gram di atas kertas perkamen dengan timbangan analitik. 3. Gliserin ditimbang di dalam beaker glass seberat 28 gram dengan timbangan analitik secara penimbangan tidak langsung. 4. Sorbitol ditimbang di dalam beaker glass seberat 56 gram dengan timbangan analitik secara penimbangan tidak langsung. d. Pembuatan sediaan 1. 11,76 g Kalsium Glukonat yang sudah digerus halus dan ditimbang dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang sudah dikalibrasi. Kemudian ditambahkan aquadest mendidih ad batas kalibrasi, lalu diaduk ad larut dengan batang pengaduk. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. Beaker glass dibilas dengan 2 ml aquadest sebanyak 2 kali. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam beaker glass utama.
2.
0,14 g Na. Sakarin yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml aquadest yang sudah diukur dengan gelas ukur 10 ml, lalu diaduk dengan batang pengaduk ad larut. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. Beaker glass dibilas dengan 2 ml aquadest sebanyak 2 kali. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam
beaker glass utama. 3. 23 g Gliserin yang yang tersisa dilarutkan dengan 23 ml aquadest yang telah diukur dengan gelas ukur 100 ml, lalu diaduk dengan batang pengaduk ad larut. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. Beaker glass dibilas dengan 2 ml aquadest sebanyak 2 kali. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. 4. 56 g Sorbtol yang sudah ditimbang diencerkan dengan 28 ml aquadest yang sudah diukur dengan gelas ukur 100 ml, lalu diaduk dengan batang pengaduk ad larut. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. Beaker glass dibilas dengan 2 ml aquadest sebanyak 2 kali. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam beaker glass utama. 5. Sediaan di beaker glass utama ditambahkan aquadest sampai kira-kira 80% dari volume. Kemudian pH sediaan dicek menggunakan indikator universal. 6. NaOH 5 N ditambahkan 3 tetes ke dalam beaker glass utama, lalu diaduk homogen dengan batang pengaduk. 7. Pewarna merah ditambahkan sebanyak 10 ml dari larutan pewarna merah 1% yang sudah diukur dengan gelas ukur. Lalu diaduk homogen dengan batang pengaduk. 8. Perisa dan pengaroma stroberi ditambahkan sebanyak 14 tetes. Lalu diaduk homogen dengan batang pengaduk. 9. Aquadest ditambahkan ke dalam beaker glass utama sampai batas kalibrasi, kemudian diaduk ad homogen 10. Sediaan yang telah homogen tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, lalu botol ditutup dan diberi etiket VII.
DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No
Jenis
Prinsip evaluasi
Jumlah
Hasil
evaluasi Fisika
Dilakukan
sampel 3 botol
pengamatan Warna
1
Kondisi
Organoleptis
pengujian rasa,
merah, rasa
organoleptis
Syarat
sebelum dan sesudah penyimpanan manis, bau
bau dan warna
stroberi
harus sama ( warna merah, rasa manis kemudian pahit, bau stroberi )
Bandingkan
Larutan
larutan uji dengan
dianggap jernih
larutan suspensi Fisika Kejernihan 2
Larutan (FI V, hal 152!)
apabila sama
padanan yang dibuat segar dan dibandingkan di bawah cahaya
3 botol
yang terdifusi selama 5 menit
Larutan
dengan air atau
jernih, tidak
larutan yang
ada partikel
digunakan
yang
dalam
melayang
pengujian dengan kondisi
setelah
yang
pembuatan
3
4.
Fisika Uji pH
dipersyaratkan
suspensi padanan Dilakukan dengan menggunakan indikator
3 botol
7,0
6,0 - 8,0
3 botol
1,075 g/ ml
Digunakan
Fisika
universal Menggunakan
Penetapan
piknometer
hanya untuk
Bobot Jenis
bersih, kering dan
cairan, kecuali
(FI V, hal
sudah dikalibrasi
dinyatakan lain,
1553)
dengan
didasarkan
menetapkan
pada
bobot piknometer
perbandingan
dan bobot air
bobot di udara
yang baru
pada suhu 25
terhadap Bobot
dididihkan,
air dengan
didinginkan
volume dan
hingga suhu 25
suhu yang sama
Pengukuran Fisika Pengukuran 5
Viskositas (FI V hal 1562)
viskositas eliputi pengukuran waktu yang dibutuhkan oleh
Medekati 3 botol
1,637 cP
sejumlah volume
viskositas air ( 0,89 cP )
tertentu cairan untuk melalui
6.
Fisika
kapiler Tuang perlahan-
Volume
lahan isi dari
rata tidak boleh
Terpindahkan
setiap wadah ke
kurang dari
(FI V, hal
dalam gelas ukur
95%-100%
1614)
yang tidak lebih
( 58,14 ml -
dari dua setengah
61,2 ml )
kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi secara hati-hati untuk menghindari pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama lebih dari 30` untuk wadah dosis ganda dan 5’ untuk wadah dosis tunggal,
3 botol
61 ml
Volume rata-
kecuali dinyatakan lain Fisika
dalam monografi Menyimpan
Stabilitas
retained sampel
Sediaan
pada temperatur
Kimia 8.
Identifikasi Zat Aktif
kamar Menggunakan HPLC/ Spektofotometer/ titrasi Digunakan dengan cara
Kimia 9.
Penetapan Kadar
kromatografi lapis tipis (Farmakope Herbal Indonesia edisi 1 tahun 2009) Menentukan satu
Sesuai yang
bahan atau
tercantum pada
sediaan
tabel 3 ( Nilai
memenuhi
angka paling
spesifikasi mutu
mungkin
secara
mikroba).
mikrobiologi
Dapat dilihat di
yang telah
FI V halaman
Biologi
ditetapkan Pengawet adalah
1347 Harus ditujukan
Uji
zat antimikroba
pada semua
Efektivitas
yang
produk dosis
Pengawet
ditambahkan pada
ganda
Biologi Jumlah cemaran 10.
mikroba (FI V, la 1343)
11.
sediaan nun steril untuk melindungi sediaan terhadap
pertumbuhan mikroba yang ada atau yang masuk secara tidak sengaja selama atau sesudah proses produksi Data Pengamatan No
Evaluasi
Syarat
Hasil pengamatan
. 1
Organoleptik
Warna merah Rasa manis Bau stroberi
Warna merah Rasa manis kemudian
2 3
pH Volume
4
Terpindahkan Bobot Jenis
5
Viskositas Sediaan
6,0-8,0 Tidak kurang dari 95%-100% (58,14 ml-61,2ml) Mendekati BJ air (1,0 g/ml) Mendekati viskositas air (0,89 cP)
a. Perhitungan BJ : Berat piknometer kosong
(W1) = 13,639 gram
Berat piknometer + air (W2)
= 23,507 gram
Berat piknometer + sediaan (W3)
= 24,252 gram 24,257 gram 24,253 gram
Jumlah
= 72,762 gram
Bobot rata-rata
= 72,762 gram/ 3 = 24,254 gram
Bobot jenis
= (W3-W1)/ (W2-W1)
pahit Bau stroberi 6,0 61 ml 1,075 g/ml 1,637 cP
= (24,254-13,639)-(23,507-13,639) = 10,615/ 9,868 = 1,075 gram/ ml b. Perhitungan viskositas : Viskositas air (η1) Waktu laju alir air
= 0,89 cP (t1)
= 6,903 s
BJ air (ρ1)
= 9,868 gram/ 10 ml = 0,9868 gram/ ml
Waktu laju alir sediaan (t2)
= 11,657 s
BJ sediaan (ρ2)
= 1,075 gram/ ml
Viskositas sediaan (η2 x t1)
= (ρ1 x ρ2 x t2)
(0,9868 η2 x 6,903)
= (0,89 x 1,075 x 11,657)
η2
= 11,153/ 6,812 = 1,637 cP
VIII. PEMBAHASAN Larutan merupakan sistem satu fase sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Kestabilan zat aktif dalam larutan Kestabilan zat aktif / obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakterisktiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan ( shelf-life).
Kelarutan zat aktif Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut.
Jika kelarutan zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah berikut :
•
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Sangat mudah larut
untuk melarutkan 1 bagian zat Kurang dari 1
Mudah larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
Agak sukar larut
30 sampai 100
Sukar larut
100 sampai 1000
Sangat sukar larut
1000 sampai 10000
Praktis tidak larut Dosis takaran
Lebih dari 10000
Kecuali dinyatakan lain, dosis merupakan dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal. Konsentrasi dalam larutan sirup harus homogen, sehingga takaran dosis tepat. •
Penyimpanan Obat harus disimpan sehingga mencegah cemaran dan peruraian, terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas, dan cahaya. Obat yang mudah menguap atau terurai dan bahan obat yang mengandung bagian yang mudah menguap atau terurai, harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan berisi kapur tohor. Obat yang dapat menyerap karbondioksida harus disimpan dengan pertolongan kapur tohor atau zat lain yang cocok. Disimpan terlindung dari cahaya berarti harus disimpan dalam wadah inaktinik. Disimpan sangat terlindung dari cahaya berarti harus disimpan terlindung daricahaya dan wadahnya masih harus di bungkus dengan kertas hitam atau kertas lain yang tidak tembus cahaya. Disimpan pada suhu kamar adalah disimpan pada suhu 15° hingga 30°. Disimpan di tempat sejuk adalah disimpan pada suhu 5° hingga 15°. Disimpan di tempat dingin adalah disimpan pada suhu 0° hingg 5°. Disimpan ditempat lewat dingin adalah disimpan pada suhu -15° hingga 0°. (FI III, 1979, hal XXXIV).
Adapun keuntungan dibuat sediaan larutan selain lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat juga sediaan mudah diabsorpsi di dalam tubuh. Selain keuntungan, terdapat pula kerugian. Kerugian dibuat sediaan larutan selain larutan bersifat voluminous, stabilitas sediaan kurang baik jika dibandingkan dengan stabilitas sediaan padat lainnya, juga rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa dibandingkan dengan bentuk padat. Pada percobaan ini dibuat formula sediaan larutan sejati adalah sebagai berikut Kalsium Glukonat, Na. Sakarin, Gliserin, Sorbitol, pewarna merah, essen stroberi dan penambahan aquadest sampai volume yang diinginkan. Dalam pembuatan larutan kalsium glukonat dilakukan dengan melarutkan kalsium glukonat dalam air mendidih. Larutan merupakan sediaan obat yang mudah sekali ditumbuhi oleh bakteri dan jamur karena penggunaan medium pembawa air didalamnya dan digunakan untuk multipledose. Oleh karena itu kedalam pembuatan sediaan ditambahkan pengawet Gliserin sebanyak 10 % b/v. Untuk penggunaan per oral umumnya digunakan konsentrasi Gliserin sebanyak <20%. Pada pembuatan sediaan larutan untuk penggunaan berulang/ multipledose sebaiknya digunakan kombinasi pengawet yang kerjanya sinergis. Alasan penggunaan bahan pengawet secara kombinasi adalah dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan spektrum antimikroba, efek yang sinergis memungkinkan penggunaan pengawet dalam jumlah kecil, sehingga kadar toksisitasnya menurun pula, dan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi. Umumnya metil paraben dan propil paraben digunakan sebagai kombinasi pengawet yang efektif namun metil paraben inkompatibel dengan penggunaan sorbitol yang digunakan dalam sediaan ini sehingga kombinasi pengawet ini tidak digunakan. Untuk memberikan rasa dalam sediaan larutan ini maka kedalam pembuatan sediaan ini ditambahkan Na. Sakarin sebanyak 0,05 % b/v. Untuk menambah acceptable pasien, maka ditambahkan pewarna merah dan sesen stroberi untuk memberikan aroma stroberi itu sendiri. Kemudian untuk menambah kekentalan, sehingga memudahkan pasien untuk menuangkan obat ditambahkan sorbitol sebanyak 20% b/v.
Untuk kemasan yang digunakan adalah botol kaca cokelat, karena kalsium glukonat tidak tahan dengan adanya cahaya. Volume sediaan harus sesuai dengan yang tertera pada label, maka dilebihkan 2% dari volume setiap botolnya. Sediaan harus dijamin agar tidak hilang selama proses pembuatan, maka dilebihkan 10% dari total volume keseluruhannya. Dosis yang digunakan dalam sediaan ini bersumber dari Physicians Drug Resource 2005 Ed, 500-2000 mg digunakan sehari 2-3x. Sediaan ini ditujukan kepada pasien dewasa. Hasil evaluasi yang didapatkan dari pembuatan sediaan larutan kalsium glukonat berupa larutan berwarna merah, bau stroberi dan rasanya manis kemudian pahit. Dalam uji pH didapatkan 7,0. Pada uji volume terpindahkan adalah 61 ml. Evaluasi bobot jenis dilakukan menggunakan piknometer yang telah terdapat batas kalibrasi sebanyak 10 ml. Dilakukan dengan menimbang piknometer kosong, piknometer berisi aquadest dan piknometer berisi sediaan. Didapatkan hasil sebesar 1,051 g/ml. Hasil evaluasi pengukuran viskositas sediaan berbeda dengan viskositas air yang dipakai sebagai syarat, karena komponen yang paling banyak di dalam sediaan adalah air. Didapatkan hasil sebesar 9,876 cP. Hal ini dapat dipengaruhi karena penambahan gliserin atau sorbitol yang wujudnya lebih kental daripada aquadest.
IX.
KESIMPULAN Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut. No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
. 1 2 3 4 5 6
Kalsium Glukonat Na. Sakarin Gliserin Sorbitol Pewarna merah Perisa dan pengaroma
4,2 % b/v 0,05 % b/v 10 % b/v 20 % b/v 0,036 % b/v 0,137 % b/v
Zat aktif Pengawet Pemanis dan pengental Pemanis, anticaplocking Corrigen coloris Corrigen saporis dan
7 8
strawberry NaOH 5 N Aquadest
5 gtt ad 100%
corrigen odoris Adjust pH Pelarut
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, sediaan larutan kalsium glukonat memenuhi syarat. Walaupun ada salah satu evaluasi yang tidak sesuai, yaitu viskositas sediaan, namun bukan termasuk parameter kritis.
X.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979.
Farmakope Indonesia
edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
Farmakope Indonesia
edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Farmakope Indonesia
edisi V, Jakarta: Departemen Kesehatan. Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London : Pharmaceutical Press. Labour and Walfare. 2001. Japanese Pharmacopoeia ed. 15th. Ministry of Health. Physicians Drug Resource. 2005 Ed. Zubaidah, Linggiana W. Elisabeth, Maryani, Komariastini. Dwi, Siswati, Djasawibawa. Susan, Theresia. Liana. 2010. Ilmu Resep untuk SMK Farmasi Kelas XI, Jakarta.
XI.
LAMPIRAN Desain Kemasan
Desain etiket
Desain Brosur
Calcibone® Syrup Kalsium Glukonat KOMPOSISI Tiap 5 ml mengandung : Kalsium Glukonat 210 mg FARMAKOLOGI Kalsium sangat diperlukan untuk memelihara integritas fungsi dari saraf, otot, dan sistem skelet serta membran sel dan permeabilitas kapiler. Kalsium juga memegang peranan dalam melepaskan dan ;menyimpan neurotransmiter dan hormon, pada uptake dan pengikatan asam amino, dan pada absorpsi vitamin B12 dan sekresi lambung. INDIKASI Kalsium glukonat digunakan untuk mencegah atau mengobati kadar kalsium yang rendah dalam darah pada pasien yang kekurangan kalsium pada asupan harian. Digunakan pada pengobatan rakhitis, hipoporatiroidisme kronis, osteomalacia dan overdosis magnesium sulfat. KONTRA INDIKASI Pasien dengan risiko keracunan digitalis, penyakit jantung atau ginjal, hiperkalsemia, calculi ginjal, hipofosfatemia EFEK SAMPING Nyeri pada bagian perut, konstipasi, penurunan kadar magnesium dalam serum/penurunan magnesium serum, peningkatan kadar amilase dalam serum/peningkatan amilase serum, hiperkalsemia, hiperkalsiuria, lemah otot, mual, vasodilatasi, muntah. CARA PAKAI >12 tahun dan dewasa : 3 x 4-16 ml
SIMPAN DI TEMPAT SEJUK DAN KERING DALAM BOTOL TERTUTUP RAPAT HINDARI DARI CAHAYA MATAHARI No. Registrasi DBL1502000237A1 PT. PHARAFAM FARMA BANDUNG INDONESIA