BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sediaan tablet merupakan suatu sediaan padat yang paling sering digunakan karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan sediaan lainnya, misalnya cara pemakaian lebih mudah, memberikan ketepatan yang tinggai dalam dosis. Di samping itu rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan. Sehingga sangatlah perlu untuk dikaji dan dipelajari lebih dalam oleh para mahasiswa sebagai suatu ilmu dasar formulasi suatu sediaan padat. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ini maka praktikum formulasi tablet ini dilaksanakan, disamping sebagai bagian dari kurikulum, juga mahasiswa lebih memahami bentuk pembuatan tablet secara nyata.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapula tujuan umum praktikum Solid sebagai berikut:
Agar mahasiswa mampu memahami pelaksanaan praktikum Solid
Agar mahasiswa mampu menerapkan desain dan pembuatan sediaan tablet.
Agar mahasiswa mampu menyusun SOP dan Instruksi Kerja.
Agar mehasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat-alat pembuatan dan evaluasi tablet.
Agar mahasiswa mampu melaksanakan SOP dan Instruksi Kerja dalam pembuatan tablet
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI TABLET 1.
Definisi
a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa bahan pembantu. b. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pembantu. c. Menurut USP Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pembantu. 2.
Jenis-Jenis Tablet
a. Berdasarkan jenis pemakaian i.
Tablet Biasa (oral) adalah tablet yang digunakan per oral dengan cara ditelan, berkhasiat di dalam lambung.
ii.
Tablet Kunyah (chewable) adalah tablet yang digunakan dengan dikunyah terlebih dahulu dalam mulut kemudian ditelan, rasa umumnya tidak pahit.
iii.
Tablet Hisap (lozenges/trohist/pastilest) adalah tablet yang dihisap di dalam rongga mulut, efek lokalnya untuk infeksi di dalam rongga mulut/tenggorokan.
iv.
Tablet Effervescent, tablet ini digunakan dengan mencampurkan ke dalam air, umumnya lebih besar dari pada tablet biasa.
v.
Tablet Implantasi (pellet), tablet ini bentuknya kecil, bulat/oval, steril berisi hormon steroid dimasukkan ke bawah kulit dengan cara melukai sedikit kulit. Digunakan untuk obat obat yang sulit melewati saluran pencernaan.
vi.
Tablet Hypodermi, tablet ini digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air, kemudian disuntikkan secara aseptic di bawah kulit (subcutan), tablet ini tidak steril.
vii.
Tablet Buccal, tablet ini digunakan dengan cara menyisipkan tablet di sekitar selaput lendir pipi, biasanya biasa nya mengandung hormon steroid.
2
viii.
Tablet Sublingual, tablet ini digunakan dengan cara menyisipkan tablet di bawah lidah, biasanya mengandung hormon steroid.
ix.
Tablet Vaginal (ovula), pemakaian local dengan cara di masukkan ke dalam vagina, bentuknya bulat telur, mudah larut dan hancur dalam vagina.
x.
Kapsul Tab (kaplet), adalah tablet tanpa salut, bentuknya seperti kapsul.
b. Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh i. ii.
Yang Bekerja Lokal.. Contoh: Tablet Hisap, Tablet Vagina. Yang Bekerja Sistemik. Dimakan melalui per oral dan khasiatnya dapat dirasakan di seluruh tubuh.
Yang bekerja short acting (Jangka Pendek). Dalam satu hari memerlukan beberapa tablet: 2 – 2 – 4 4 tablet
Yang bekerja long acting (Jangka Panjang). Dalam satu hari cukup menelan 1 tablet.
c. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut Tablet i.
Tablet bersalut gula (Brage)Tablet yang disalut dengan larutan gula atau zat lain yang cocok dengan atau tanpa penambahan zat warna.
ii.
Tablet Salut Selaput (Film Coating Tablet). Tablet yang disalut dengan lapisan yang dibuat dengan cara pengendapan zat penyalut dari pelarut yang cocok.
iii.
Tablet Salut Kempa. Tablet yang disalut secara kempa cetak.
iv.
Tablet yang disalut dengan penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam lingkungan basa usus halus.
3.
Kriteria Tablet
Suatu tablet yang baik harus memenuhi kriteria tablet sebagai ber ikut : a.
Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
b.
Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
c.
Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.
d.
Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
e.
Waktu hancur dan laju dissolusi harus memenuhi persyaratan.
f.
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
g.
Bebas dari kerusakan fisik.
3
h.
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
i.
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
j.
Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
4.
Persyaratan Tablet
a.
Release bahan aktif (Hancur, Dissolusi, Adsorpsi).
b.
Stabil. Kemampuan produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sifat dan karakteristiknya sama yang dimiliki pada produk yang dibuat.
c.
Keseragaman Bobot. Perbedaan berat antar tablet untuk bahan aktif > 50 % ; 50 mg.
d.
Keseragaman Kandungan
Untuk Bahan Aktif < 50 % ; 50 mg.
Untuk Tablet Salut, syaratnya: Terima jika ≤ 100 %, 85-115 %, Standar Deviasi ≤ 6 % Jika di dalam tablet hanya 75-125 %, Standar Deviasi > 6 % Terima jika tidak lebih 1 tablet 85-115 %, Standar deviasi ≤ 7,8 %
e.
Waktu Hancur. Untuk bahan aktif yang mudah larut, syaratnya: Semua tablet harus sempurna, bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lain. Tidak kurang dari 16 atau 18 tablet uji harus sempurna.
f.
Laju Dissolusi. Untuk obat yang kelarutan bahan aktifnya terbatas.
g.
Friabilitas atau Keregasan. Jumlah persen atau banyaknya serpihan yang terlepas, kepingan, retak, sumbing, terutama pada waktu tablet akan dilepas.
h.
Kekerasan. Kekerasan tablet yang baik adalah untuk tablet kecil 4 – 5 Kg/cm dan untuk tablet besar 7 – 11 Kg/ cm 2.
i.
Keseragaman Ukuran. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
5.
Komponen Pembentuk Tablet
a.
Bahan Aktif Dibagi atas:
Bahan Aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk bekerja secara local pada saluran, misalnya dari golongan antasid dan adsorben.
4
Bahan Aktif yang tidak larut, dimaksudkan sebagai obat sistemik setelah bahan obat terdissolusi pada saluran pencernaan. Sifat kelarutan ini merupakan dasar untuk memformulasi dan mendesain sebaik baiknya sehingga dihasilkan produk yang efektif dan terpercaya. Kelarutan obat yang bekerja secara sistemik akan mempengaruhi absorpsi pada saluran pencernaan.
b.
Bahan Tambahan Pada umumnya tablet memerlukan bahan tambahan.
Bahan Pengisi (Diluent) Zat inert yang ditambahkan dalam formulasi tablet yang dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan, terutama untuk bahan aktif dalam jumlah sedikit. Tabel 2. Bahan Pengisi yang sering digunakan:
Nama Bahan
Konsentrasi ( % )
Laktosa
65 – 85
Starch 1500
5 – 10
Avicell
20 – 90
Amylum
11 - 14
Bahan Pengikat (Binder) Zat yang ditambahkan dalam formula tablet untuk meningkatkan ikatan antara partikel dalam proses granulasi maupun cetak langsung. Bahan Pengikat juga mencegah penghamburan serbuk apabila di kompresi. Bahan Pengikat yang sering digunakan: Tabel 3. Binder (Pengikat Kering) Nama Bahan
Konsentrasi (%)
PVP
2 – 5
Sukrosa
1 – 5
Na. Alginat
2 – 25
Pregelatinzed
2 – 5
Tragacanth
1 – 5
Derivat Sellulosa
1 – 5
Pasta Amylum
1 – 5 5
Tabel 4. Adhesive (Pengikat Basah)
Nama Bahan
Konsentrasi (%)
Amylum
5 – 10
Gelatin
1 – 5
Metil Sellulosa
1 – 5
Gom Arab
0 – 2,5
Bahan Penghancur (Desintegran) Zat yang ditambahkan dalam formula tablet yang membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna. Zat ini dalam formula tablet merupakan zat pendispersi bagi masa tablet kompak dalam lingkungan lambung. Mekanisme kerja bahan penghancur:
Membentuk kapiler : Gol amylum sellulosa
Membentuk gas
Mengembang : Gom arab dan gol Sellulosa amylum
: Sitrat, bikarbonat.
Tabel 5. Bahan Penghancur yang sering digunakan: Nama Bahan
Konsentrasi (%)
Avicell
5 – 20
Amylum Kering
-
Explotab
5 – 15
As. Alginat
5 – 15
Lubrikan Penggolongan:
Lubrikan Sejati. Lubrikan yang mengurangi gaya gesekan antara partikel pada waktu kompresi dan pengeluaran tablet dari die. Lubrikasi bekerja dengan 2 mekanisme: -
Lubrikan Cairan. Dimaksudkan untuk memberikan lapisan pada dua permukaan.
-
Ikatan polar dari partikel dengan rantai karbon pada permukaan logam dinding die.
6
Berdasarkan Kelarutannya: -
Lubrikan yang larut dalam air. Pada umumnya dipakai untuk tablet yang harus larut dalam air, seperti tablet effervescent.
-
Lubrikan yang tidak larut dalam air. Lebih aktif dari lubrikan yang larut dalam air.
Lubrikan yang sering digunakan: Tabel 6. Bahan Lubrikan
Nama Bahan
Konsentrasi (%)
Stearat (Mg, Na, Ca)
0,25 – 2
Asam Stearat
0,25 – 2
Talkum
1 – 5
Anti Adheren. Zat yang dimaksudkan untuk memudahkan pengeluaran tablet dari cetakan dan mencegah lekatan punch pada dinding cetakan. Anti Adheren yang sering digunakan: Tabel 7. Bahan Anti Adheren
Nama Bahan
Konsentrasi (%)
Talkum
1 – 5
Cab-o-sil
1 – 3
Amylum Maydis
3 – 10
Glidan. Zat yang digunakan untuk memperbaiki aliran serbuk ke dalam cetakan agar memperoleh tablet yang memenuhi syarat. Glidan yang sering digunakan: Tabel 8. Bahan Glidan Nama Bahan
Konsentrasi (%)
Talkum
5
Aerosil
1 – 3
Amylum Maydis
5 – 10
Cab-o-sil
1 – 3
7
Bahan Pewarna Penambahan bahan pewarna pada tablet dimaksudkan untuk: -
Membedakan dengan produk lain atau dosis yang berbeda, terutama untuk bahan obat yang bersifat beracun.
-
Menutupi warna yang tidak baik atau tidak dapat diaduk
sampai
homogen. -
Meningkatkan daya tarik atau penampilan.
Contoh bahan pewarna yang sering digunakan:
-
Carmine.
-
Riboflavin Sulfat.
-
FD dan C Yellow No.10
-
FD dan C Red Nol.3
-
Carramel.
-
Tartrazine.
Pewangi Biasanya ditambahkan untuk formula tablet hisap atau tablet kunyah sebagai penambah wangi. Contoh: Cherry, Apple, Lemon.
Pemanis Digunakan untuk megurangi rasa tidak enak (pahit), dan biasanya ditambahkan terutama pada tablet kunyah. Contoh: Glyserin, Lactose, Sorbitol, Sucrose.
Pengawet Digunakan untuk mencegah terjadinya perubahan mutu yang tidak baik. Contoh: Methyl paraben, Prophyl paraben, Nipagin.
Adsorben Digunakan untuk mengadsorpsi cairan yang ditambahkan pada formula tablet. Contoh: Bentonite, Kaoline, Sellulosa, Microcrystalin.
8
6.
Metode Pembuatan Granul dan Tablet a.
Metode Pembuatan Granul i.
Granulasi Basah Prinsipnya: Solid – Liquid – Mixing (pencampuran bahan padat dan cair) menghasilkan bahan padat
Granulasi
Drying.
Tahap-tahap:
Partikel padat dicampur dengan partikel cairan. Partikel bercampur menjadi lunak/larut/leleh.
Terjadi proses aglomerasi (penggabungan 2 partikel diselimuti oleh 2 cairan) menjadi aglomerat.
Pengeringan dengan pemanasan lalu menguap, untuk menghilangkan cairan setelah dikeringkan akan menghasilkan aglomerat kering.
Pelepasan ikatan partikel yang paling keras, maka aglomerat pecah hasilnya granul, dimana terjadi pembentukan yang lebih besar.
Mekanisme:
ii.
Pembentukan hasil yaitu terjadinya gumpalan.
Transisi, yaitu dari gumpalan kemudian pecah/terjadi perubahan partikel.
Pertumbuhan bola, yaitu dari gumpalan
pecah
pelapisan
Granulasi Kering Prinsip: Solid – Solid – Mixing
Granulasi
Drying.
Tahap-tahap:
b.
Penghalusan
Pencampuran
Pengempaan (slugging)
Granulasi kemudian terbentuknya granul.
Metode Pembuatan Tablet Sediaan tablet dapat dibuat dengan tiga metode pembuatan tablet yaitu: i.
Granulasi Basah Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan karena hampir semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah. Dapat digunakan untuk zat 9
yang tahan terhadap air atau pelarut yang digunakan tahan terhadap pemanasan. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak bagus. Prinsip: Membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.
ii.
Granulasi Kering Granulasi kering atau slugging adalah proses pembuatan granul tanpa melibatkan air sama sekali, biasanya untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap air atau pelarut yang digunakan dan tahan pemanasan. Prinsip: Membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat atau pelarut. Massa tablet dicetak menjadi tablet yang besar dan keras (slugg). Setelah slugg dihancurkan menjadi granul-granul yang diuji sifat alirannya. Bila aliran granul sedah memenuhi syarat maka massa tablet dicampur dengan lubrikan yang menghasilkan massa cetak.
iii.
Kempa Langsung Proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan. Biasanya untuk zat aktif yang sifat aliran dan kompresibilitasnya bagus.
7.
Langkah-langkah Mendesain Tablet a. Perumusan Tujuan Dengan pengkajian praformulasi, menghasilkan rekomendasi/saran/catatan berupa: Bahan tambahan yang diperlukan, metode pembuatan yang akan dipakai dan evaluasi. Serta aspek bisnis untuk mengetahui ketersediaan bahan di pasaran dan juga harga pasaran. b. Praformulasi Yang mencakup tentang pemeriksaan terhadap sifat fisika dan kimia dari bahan aktif dan bahan tambahan. Sebelum dilakukan percobaan, praformulasi harus diketahui terlebih dahulu data tentang:
Sifat organoleptis dari bahan obat, seperti: warna, bau dan rasa. 10
Data fisika, kimia, termasuk struktur kimia, bentuk garam dari bahan aktif .
Golongan khasiat dan penggunaan serta sasaran dosis yang dikehendaki.
Keadaan penyediaan bahan baku.
Kestabilan bahan aktif .
c. Penetapan Release Optimum Pada Saluran Pencernaan Diharapkan obat dilepaskan dan jika perlu diserap secara baik serta kestabilan kimia obat pada daerah saluran pencernaan yang dilewati. d. Penyusunan Formula Sediaan Tablet.
Menetapkan kadar bahan aktif per tablet (dosis per tablet).
Menetapkan dimensi tablet yang meliputi bobot, dan ukurannya.
Menetapkan metode pembuatan berdasarkan sifat dan stabilitas bahan aktif yang diketahui dari data praformulasi.
Menetapkan bahan tambahan yang digunakan sesuai dengan metode pembuatan yang
dipilih
dengan
memperhatikan
kadar
efektif,
kegunaannya
dan
kompresibilitas dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya. e. Secara fisika dan kimiawi tanpa mempengaruhi bahan obat. f. Percobaan In Vitro Pemeriksaan fisika dan kimia, merupakan evaluasi dari tablet yang dihasilkan. g. Percobaan In Vivo Pemeriksaan meliputi pemeriksaan klinis, baik terhadap binatang percobaan atau pun terhadap manusia, yakni tentang efektifitas, toksisitas, atau farmakokinetik
dan
bioavaibilitas. h. Pengembangan Kestabilan, Bioavaibilitas, Keabsahan dan Data Klinik Langkah ini adalah langkah yang terakhir, yakni memilih formula dari proses yang diinginkan dari sejumlah data yang berasal dari sejumlah ser i produksi.
8.
Langkah Membuat Tablet a. Kempa Langsung
Penghalusan (milling). Menghaluskan bahan obat/aktif dan bahan tambahan.
Pencampuran (mixing). Mencampur semua komponen untuk tablet.
Pengempaan. Kempa tablet dengan alat kempa tablet.
b. Granulasi Basah I
Penghalusan (milling). Menghaluskan bahan obat/aktif dan bahan tambahan, bila perlu. 11
Pencampuran I. Mencampur komponen tablet .
Pembuatan larutan bahan pengikat.
Pencampuran
hasil b dan c. Mencampur larutan bahan pengikat dengan
campuran bahan komponen tablet.
Granulasi I. Melewatkan massa basah pada granulator dengan mesh 6 – 12
Pengeringan. Mengeringkan granul basah.
Granulasi II. Melewatkan granul kering pada granulator dengan mesh 14 – 20
Pencampuran II. Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan pelincir dan penghancur.
Pengempaan. Mengempa tablet dengan mesin kempa tablet.
c. Granulasi Basah II Untuk a, b, c, f, g, h, i, sama dengan granulasi basah I, perbedaannya
dengan
penambahan cairan pengikat. d. Granulasi Kering.
Penghalusan (milling). Menghaluskan bahan aktif dan bahan tambahan.
Pencampuran I. Mencampur komponen tablet yang sudah dihaluskan.
Pengempaan (slugging). Mengempa jadi tablet besar dan keras untuk menghasilkan slugg.
9.
Granulasi (mesh 14 – 20). Pengayakan slugg menjadi granul.
Pencampuran II. Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelinci r.
Pengempaan. Mengempa tablet dengan mesin tablet.
Langkah Evaluasi Granul dan Tablet a.
Langkah Evaluasi Granul i.
Granulometri Granulometri adalah analisis ukuran dan distribusi ukuran granul. Alat
: satu sel pengayak bersusun 6.
Prosedur
:
Granul dengan kualitas tertentu ditimbang.
Tempatkan pada pengayak paling atas.
Pengayak digerakkan selama 5-30 menit.
Granul yang tinggal dalam tiap pengayak ditimbang, kemudian digambarkan dalam bentuk kurva.
12
Penafsiran hasil: Hasil yang baik membentuk kurva distribusi normal.
ii.
Kecepatan Aliran
Flow Rate Tester Prinsip
: Menetapkan jumlah granul yang mengair melalui alat selama waktu tertentu.
Alat
: Flow Rate Tester
Prosedur:
Sejumlah 100 g granul dimasukan kedalam corong dengan ukuran
Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang corong
Penafsiran hasil: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengallir 100 g granul < 10 detik
Metode Sudut Istirahat Prinsip
: Perhitungan sudut yang terbentuk dari lereng timbunan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar.
Alat
: Corong silinder
Prosedur
:
Sejumlah granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder dan ditampung pada suatu bidang datar
Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng timbunan granul dengan bidang datar).
Penafsiran hasil : Jika sudut ≤ 25 0 derajat : granul sangat mudah mengalir.
= 250 - 450 : granul mudah mengalir.
≥ 450
: granul sukar mengalir.
Kelembaban Kelembaban granul perlu dianalisa, sebab kadar air yang tinggi mengganggu aliran granul dalam lubang cetak dan mempengaruhi mutu tablet. Air juga dapat menyebabkan letakan-letakan pada cetakan. Sedangkan granul yang
13
menyebabkan terlalu kering menyebabkan kohesi dalam tablet kurang sehingga friabilitas tablet tinggi. Alat
: Moisture balance.
Prosedur
:
Timbang granul sebanyak 5 atau 10 gr.
Masukkan ke dalam alat moisture balance, kemudian alat ditara.
Panaskan granul pada suhu 60 0 - 700 sampai pada alat tidak berubah.
Baca kadar air yang tertera pada skala (%).
Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik adalah ≤ 5.5 %. Hasil uji kadar air = 4.8%
iii.
Bobot Jenis
BJ. Nyala Prosedur: Timbang 100 gr granul dan masukkan dalam gelas ukur. Catat volumenya P = W V P =
BJ. Nyala
W
=
Bobot Granul
V
=
Vol. Granul tanpa pemampatan
BJ. Mampat Prosuder:
Timbang 100 gr granul. Masukkan dalam gelas ukur lalu catat volumenya (Vo)
Gelas ukur diketuk sebanyak 500 kali. Catat volumenya (V 0-V500) .
Pn
=
W Vn
Pn =
BJ Pada n ketukan
Vn
=
Vol. Granul Pd. N ketukan
14
BJ. Sejati BJ. Sejati = (b - a) x BJ. Pendispersi (b+a) - (a+c) a
=
Bobot Piknometer kosong
b =
Bobot Piknometer + 1 gr granul
c =
Bobot Piknometer + 1 gr granul + cairan Pendispersi (Parafin
cair) d =
iv.
Bobot Piknometer + cairan Pendispersi
Kadar Pemampatan Prosedur: sama dengan BJ. Mampat
KP = V0 - V300 x 100 % V0
KP
=
Kadar Pemampatan
V
=
Volume granul sebelum pemampatan
V300
=
Volume granul pada 300 kali ketukan
Penafsiran hasil: Granul memenuhi syarat KP ≤ 20 %
v.
Perbandingan Houssner Angka Houssner
= BJ setelah pemampatan = BJ sebelum pemampatan
Penafsiran hasil: Granul memenuhi syarat jika angka Haussner sebanding dengan 1.
b.
Langkah Evaluasi Tablet i.
Kekerasan Menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah. Tekanan yang terukur pada alat dinyatakan sebagai kekerasan tablet dalam satuan Kg/cm 2. 15
Alat
: Hardness Tester
Jumlah tablet yang diuji : 10 – 20 tablet Prosedur:
Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
Jarum penunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet. Saat tablet retak/pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai
petunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam Kg/cm 2. Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah untuk ukuran tablet kecil 4 – 5 Kg/cm2 dan tablet besar 7 – 11 Kg/cm2.
ii.
Friabilitas Merupakan uji ketahanan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Prinsip pengukuran adalah penetapan persentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet (tergantung bobot tablet) selama diputar dalam waktu tertentu. Alat
: Friabilitas Tester Roche.
Prosedur:
Tablet dibersihkan dari debu dengan kuas.
Timbang bobot 20 tablet besar atau 40 tablet kecil (W0).
Masukkan tablet dalam alat, kemudian jalankan alat selama 4 menit.
Setelah 4 menit alat akan berhenti. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu.
Timbang bobot tablet tersebut (Wt).
Hitung indeks friabilitas.
F = W0 – Wt
x 100 %
Wo Penafsiran hasil : Tablet memenuhi syarat jika F < 0,8 %.
16
iii.
Keseragaman Ukuran Berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke dalam die. Alat: Jangka sorong Prosedur: Ambil 20 tablet
Ukur tebal dan diameter tablet satu persatu dengan jangka sorong
Penafsiran hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3
kali tebal tablet.
iv.
Keseragaman Sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Pernyataan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau produk yang mengandung bahan aktif 50 mg atau lebih, yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman bahan aktifl ain, jika ada dalam jumlah lebih kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan.
1. Keragaman Bobot Dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril), dengan atau tanpa bahan in aktif atau bahan aktif yang ditambahkan, yang dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir. Prosedur:
Pilih tidak kurang dari 20 satuan sediaan .
Timbang seksama 20 tablet satu persatu. Hitung bobot rata-rata.
2. Keseragaman Kandungan Dapat ditentukan pada semua jenis sediaan. Prosedur:
Pilih tidak kurang 30 satuan sediaan.
17
Tetapkan kadar dari 10 satuan sediaan satu persatu sesuai dengan penetapan kadar dalam masing-masing monografi kecuali dinyatakan lain dalam uji keseragaman kandungan.
Jika jumlah bahan aktif dalam satuan dosis tunggal tidak kurang dari yang dibutuhkan dalam penetapan kadar, atau derajat pengenceran dari larutan atau volume alikot, sehingga kadar bahan aktif dalam larutan sama dengan yang tertera pada penetapan kadar. J ika penetapan kadar dilakukan dengan titrasi, gunakan titran lebih encer, bila perlu gunakan volume titrasi yang memadai seperti pada nitrimetri.
Bila dipakai prosedur khusus, lakukan koreksi sebagai berikut : - Buat campuran contoh dari sejumlah satuan sediaan. - Lakukan penetapan kadar sesuai dengan penetapan kadar dan prosedur khusus dalam uji keseragaman kandungan. - Hitung bobot bahan aktif yang setara dengan rat-rata satu sediaan yang diperoleh dari prosedur penetapan kadar dan dari prosedur khusus. - Hitung factor koreksi: F F = A/P - Koreksi absah bila F tidak kurang dari 1,030 dan tidak lebih dari 1,10 atau tidak kurang dari 0,900 dan tidak lebih dari 0,970 atau jika F antara 0,970 dan 1,030 tidak diperlukan koreksi. - Jika F antara 1,030 dan tidak lebih dari 1,10 atau antara 0,900 dan 0,970. Hitung bobot bahan aktif dalam tiap satuan sediaan dengan mengalikan tiap bobot yang diperoleh dari prosedur khusus dengan F.
Penafsiran hasil: o
Jika rata-rata dari harga batas potensi yang tertera pada ketentuan potensi dalam setiap monografi adalah 100 % atau kurang. Kecuali dinyatakan lain, persyaratan dipenuhi jika jumlah bahan aktif dalam setiap satuan sediaan terletak antara 85,0 % - 115 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif ≤ 6%. Jika satuan sedian terletak diluar rentang 85 % - 115 % dari yang tertera pada etiket dan tidak ada yang terlet5ak antara 75 % - 125 % dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif > 6 % atau jika kedua kondisi
18
tidak terpenuhi, lakukan uji pada 20 tablet sisa. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan dari 30 satuan ada di luar rentang 85 % - 115 % dan tidak ada yang di luar rentang 75 % - 125 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan tidak lebih dari 100 %. Jika rata-rata dari harga batas yang tertera pada ketentuan potensial
o
dalam tiap monografi lebih dari 100 %. Jika harga rata-rata satuan sediaan yang diuji 100 % atau kurang dari
o
persyaratan ( 1 ). Jika harga rata-rata satuan sediaan yang diuji >= rata-rata batas
o
ketentuan potensial, persyaratan seperti ( 1 ) kecuali kata-kata” yang tertera pada etiket “ diganti seperti yang tertera pada etiket dikalikan dengan rata-rata harga batas yang tertera pada ketentuan potensi dalam monografi dibagi 100. Jika harga rata-rata satuan sediaan yang diuji antara 100 % dan rata-
o
rata harga batas yang tertera pada etiket diganti seperti yang tertera pada etiket dikalikan dengan harga rata-rata satuan sediaan yang diuji ( dinyatakan sebagai persen yang tertera pada etiket ) dibagi 100.
v.
Uji Dissolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan yang tertera pada monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali untuk tablet kunyah. Persyaratan ini tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak, kecuali bila dinyatakan dalam monografi. Sedangkan untuk sediaan bersalut enteric yang diuji dissolusi atau uji waktu hancur tidak dinyatakan secara khusus maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat . Alat :
1. Pengaduk berupa keranjang bentuk silinder. 2. Pengaduk berupa dayung.
Prosedur:
Masukkan sejumlah volume media dissolusi sesuai monografi. Pasang alat, biarkan media hingga suhu 37 OC, lalu angkat termometer.
19
Masukkan 1 tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara media dissolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah.
Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.
Penafsiran hasil: Persyaratan dipenuhi bila jumlah bahan aktif yang terlarut dari sediaan uji sesuai table penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai 3 tahap, kecuali tahaptahap S1 dan S2 sudah dipenuhi. Harga Q adalah jumlah bahan aktif yang terlarut yang tertera dalam monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket. Angka 5 % dan 15 % adalah persentase kadar pada etiket. Tabel 8. Tabel Penerimaan Uji Disolusi Tahap
Jumlah yang
Kriteria Penerimaan
diuji
S1
6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari a + 5 % Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) lebih dari atau Sama dengan Q dan tidak satu unit pun yang
S2
6
kurang dari Q – 15 % Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) lebih dari atau sama dengan Q tidak lebih dari 2 unit
S3
12
sediaan yang kurang dari Q – 15 % dan tidak satu pun unit yang kurang dari Q – 25 %.
vi.
Uji Waktu Hancur Uji ini digunakan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai monografi, kecuali untuk tablet hisap/kunyah, obat yang dirancang untuk melepaskan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam 2 periode berbeda atau lebih dengan jangka waktu yang jelas atara 2 periode tersebut. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak
20
mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. 3. Tablet tidak bersalut Prosedur:
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tablet dari keranjang.
Bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama beberapa menit.
Masukkan cakram dan jalankan alat. Gunakan cairan lambung buatan bersuhu 370 C + 20 C sebagai media.
Setelah 30 menit angkat keranjang. Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti dengan cairan usus buatan bersuhu 37 0 C + 20 C.
Teruskan pengujian sampai jangka waktu keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung, adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam monografi di tambah 30 menit, angkat keranjang.
4. Tablet Salut Enterik Prosedur:
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang.
Bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
Tanpa cakram jalankan alat. Gunakan cairan lambung buatan bersuhu 37 0 C + 20 C sebagai media.
Setelah 1 jam angkat keranjang. Tablet tidak boleh hancur, retak atau menjadi lunak.
Masukkan 1 cakram pada tiap tabung, jalankan alat. Gunakan cairan usus buatan bersuhu 370 C + 20 C selama 2 jam ditambah batas waktu yang tertera pada monografi. Bila dalam monografi hanya dinyatakan tablet salut enteric, maka hanya selama batas waktu yang tertera dalam monografi. Angkat keranjang.
5. Tablet Buccal Prosedur:
Sama dengan tablet tidak bersalut, tetapi tanpa cakram.
Setelah 4 jam, angkat keranjang. 21
6. Tablet Sublingual Prosedur:
Sama dengan tablet tidak bersalut, tetapi tanpa cakram.
Amati tablet dalam batas waktu yang tertera dalam monografi.
Penafsiran Hasil (untuk semua jenis tablet): Semua tablet harus hancur sempurna. Bila satu atau dua tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lain. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet uji harus hancur sempurna.
B. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) DAFTAR PERIKSA DALAM PEMBUATAN TABLET
Umum
1. Periksa kelengkapan, kebenaran, penulisan, dan perubahan-perubahan pada Dokumen Produksi Induk dan Catatan Pengolahan Batch. 2. Periksa pelaksanaan perawatan didaerah
pembuatan tablet dengan perhatian
khusus pada kebersihan peralatan dan pencegahan pencemaran silang. Penimbangan
1. Periksa kebenaran jumlah, identitas dan jenis
bahan baku yang telah
diluluskan . 2. Periksa catatan berat dan bandingkan dengan formula. 3. Periksa apakah timbangan :
Bersih
Cocok untuk jumlah yang akan ditimbang
Diperiksa dan ditera (periksa catatan yang bersangkutan).
4. Apakah semua pengaduk dan wadah telah dibersihkan dengan baik dan dibuat dari bahan yang benar untuk mencegah pencemaran silang. Pencampuran
1. Periksa prosedur pembersihan untuk peralatan pencampur. Langkah-langkah pengaman apa yang diambil untuk menjamin bahwa peralatan dibersihkan sebelum dipakai.
22
2. Apakah batas teratas dan terendah jumlah cairan untuk granulasi ditetapkan? Apakah jumlahnya dicatat? 3. Apakah produk diberi identifikasi selama pencampuran? Pengeringan
1. Apakah talam-talam untuk tempat produk yang akan dikeringkan, wadahwadah dan mesin pengayak dibersihkan secara seksama. 2. Periksa catatan proses pengeringan, termasuk identifikasi bahan selama pengeringan. Pencetakan
1. Periksa alat pengendali peralatan dan kondisi aluk dan lesung tablet. 2. Pada pencetakan tablet secara berputar, periksa pemberi setiap tablet dari satu putaran penuh. 3. Apakah dilakukan pengujian dan pencatatan mengenai berat, tebal dan daya hancur selama produksi? 4. Periksa catatan peneraan dari peralatan yang dipakai untuk menguji tablet antara lain timbangan, alat penguji kekerasan, alat penguji waktu hancur.
23
BAB III PROSEDUR KERJA
A. PROSEDUR KERJA.
1. Pengujian bahan baku
Pengujian zat aktif
Pengujian ssifat alir
Pengujian kadar air
Pengujian kompresibilitas
2. Granulasi basah Fase I.
Bersihkan alat dan ruangan.
Timbang seksama bahan yang digunakan.
Buatlah pasta amylum dalam 100 ml air. Bahan I
Campurkan parasetamol, laktosa, avicel PH 102 dan ½ bagian talkum. Bahan II.
Tambahkan bahan I perlahan-lahan ke dalam bahan II.
Aduk campuran hingga terbentuk granul
Ayak dengan mesh 18
Masukkan dalam oven dengan suhu 40 0 C – 60 0 C. Keringkan.
Fase II
Setelah dikeringkan. Hasil granulasi di ayak lagi dengan ayakan mesh 14
Campurkan Mg. Stearat dan sisa talkum hingga homogen.
Setelah homogen. Kempa sediaan menjadi tablet.
3. Evaluasi Tablet.
Uji keragaman bobot
Uji disolusi
Uji friabilitas
Uji keregasan tablet
Uji keseragaman kandungan
24
B. ALAT DAN PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN.
1. Penimbangan Alat
Perlengkapan
:
:
>
Neraca Analitik 2402
>
Timbangan Sartorius
>
Spatel
>
Kertas Perkamen
>
Plastik
>
Sendok
2. Pencampuran Awal Alat
:
>
Wadah Penampungan
Perlengkapan
:
>
Sendok
>
Sendok Masker
>
Penutup Kepala
3. Pengayakan Bahan Baku Alat
:
>
Ayakan Mesh No. 14
Perlengkapan
:
>
Wadah Penampungan
>
Sarung Tangan
>
Sendok
>
Masker
>
Penutup Kepala
>
Kertas Coklat
4. Pengeringan Alat
:
>
Lemari Pengering (Dryer)
Perlengkapan
:
>
Wadah Penampungan
>
Kertas Coklat
>
Sarung Tangan
5. Pencampuran Lubrikasi Perlengkapan
:
>
Wadah Penampungan
>
Sarung Tangan
>
Masker
>
Penutup Kepala
>
Sendok
6. Pengempaan Alat
:
>
Mesin kempa tablet merk “JCMCO Double Layer” 25
Kapasitas Max: 40.000 tab/jam Die: 29 tablet Diameter: 12 mm Made in Taiwan 1995 Perlengkapan
:
>
Penutup Kepala
>
Masker
7. Operasi Granul
Kadar air
Alat
:
>
Moisture Balance OHAUS MB 2000
Perlengkapan
:
>
Piring Aluminium foil
>
Sendok
>
Hardness Tester
8. Evaluasi Tablet
Uji Kekerasan Alat
:
Merk ERWEKA type T18 Nr :1930 g 220/330 volt, 50 per/det
Uji keragaman bobot Alat
>
Timbangan Sortorius AC-2115
>
Friabilitas Tesper rpm 26
>
Timbangan Sortorius
>
Disintegration Tester
Uji Friabilitas Alat
:
:
Uji waktu hancur Alat
:
Merk: ERWEKA-APPARATEBAU-6M.BH Made in Western Germany Type Z13 Nr : 32762 110 volt H2 : 50
26
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan In Proses Control dan Hasil Pemeriksaan End Proses Control.
1. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet Paracetamol adalah granulasi basah. Parasetamol stabil dalam pemanasan dan kelembapan. 2. Berikut ini adalah hasil-hasil evaluasi tablet Paracetamol. a. Uji keregasan 7,24 % b. Uji diameter 1,1 cm c. Uji ketebalan 0,35 cm d. Uji waktu hancur 1 menit 27 detik e. Uji kekerasan 3 f.
Uji keseragaman bobot 0,415 g Pada pengujian mutu tablet untuk pengujian ukuran ukuran (diameter dan tebal) dan pengujia kekerasan tablet tidak memenuhi persyaratan yang diinginkan atau tidak memenuhi persyaratan dalam farmakope indonesia. Pada uji kegerasan tablet hasilnya tidak memenuhi kriteria dan syarat yang dibuat dan tidak memenuhi persyaratan dalam farmakope indonesia. Prosedur maupun imtruksi kerja yang telah dibuat termasuk ketentuan-ketentuan yang terdapat pada buku resmi seperti farmakope indonesia, pada granulasi uji distribusi ukuran partikelnya memberikan hasil
baik dan uji yang lainya berupa pemeriksaan
kompresibilitas dan sifat aliran granulnya memberikan hasil yang baik dan memenuhi syarat. B. Masalah atau Kendala Selama Pembuatan Tablet diantaranya:
1. Banyaknya populasi mahasiswa yang ada di laboratorium untuk melakukan praktek, menyebabkan fasilitas laboratorium tidak semaksimal mungkin dapat digunakan, sehingga proses pembuatan tablet kurang baik. 2. Pada saat pencetakan tablet yang dihasilkan bobotnya kurang seragam, disebabkan karena pengaturan ukuran tablet pada mesin kurang sesuai 3. Pada pengujian keregasan(friabilitas) dan kekerasan, tablet mudah regas/rontok dan mudah pecah. Hal ini disebabkan kurangnya bahan pengikat. 4. Kekerasan tablet tidak sesuai dengan kriteria dan syarat yang ada mungkin dikarenakan terlalu banyak bahan penghancur dalam formula yang dibuat.
27
C. Untuk Mengatasi Masalah/Kendala Diatas Maka Untuk Pembuatan selanjutnya sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemakaian fasilitas (alat) yang maksimal, dengan mengatur pemakaian alat. 2. Sebelum melakukan tahap pembuatan tablet, terlebih dahulu dipersiapkan sarana dan prasarana yang lengkap karena dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap dapat menunjang keberhasilan pada tahap berikutnya.Selain itu, syarat granul harus benar-benar terpenuhi sebelum proses pengempaan. 3. Untuk memperbaiki waktu hancur maka alat pengatur suhu diperbaiki agar dapat digunakan, selain itu perlu ditambahkannya bahan penghancur luar. 4. Pengujian kekerasan dan keregasan dapat diperbaiki dengan penambahan bahan pengikat.
28
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi tablet yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan belum memenuhi kriteria dan syarat yang diinginkan. 1. Kurang tepatnya penambahan pengikat 2. Sarana yang tidak mendukung mesin kempa mengalami kerusakan sehingga tinggi die tidak dapat diatur dan hal ini berimbas pada bobot tablet yang tidak memenuhi kriteria.
B. SARAN
1. Karena kekerasan tablet Paracetamol tidak memenuhi kriteria yang diinginkan maka perlu dilakukan penambahan persentase bahan pengikat 2. Agar waktu hancur tablet sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka diperlukan penambahan bahan penghancur luar.
29