LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID
‘’ Pembuatan Tablet Dengan Metode Granulasi Basah dan Laju Pengeringan ‘’
Kelas / Kelompok: D1/ 3 Disusun oleh: RIZKI AYU PUTRI 1504015474 FATHAN MUBINA 1504015240 NUR’AENI 1504015285 1504015285 DANA NOVITA ELMATIAS 1504015007 FIRDAN RAMADHA PRIANA 1504015158 ADESI CHENIA 1504015005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA FAKULTAS FARMASI DAN SAINS JAKARTA 2017
I
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui cara pembuatan granul menggunakan metode granulasi basah. 2. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengeringan terhadap kandungan air (MC) dalam granul selama proses pengeringan (drying).
II
TINJAUAN PUSTAKA
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (Anief, 1994). Untuk meningkatkan granulasi secara efisien, tujuan granulasi benar benar dipahami. Alasan granulasi yang paling umum adalah (1) agar bahan memiliki sifat alir yang baik sehingga mesin tablet dan alat pengisi kapsul terisi dengan baik dan dapat dipertahankan bobot tablet atau kapsul yang seragam, (2) agar kepadatan serbuk meningkat dan (3) agar penyebaran ukuran pertikel berubah, sehingga daya ikat pada pemampatan dapat diperbaiki. Uji sifat alir bertujuan untuk mengetahui sifat alir dari granul yang dinyatakan dalam kecepatan alirnya (v). sifat alir memiliki peranan penting dalam pembuatan tablet yaitu berkaitan dengan keseragaman bobot dan dosis, granul dengan sifat alir baik akan mudah mengisi lubang matris dengan volume yang tetap, sehingga tidak terjadi perbedaan bobot dan dosisn ya dapat seragam. Pengukuran sifat alir dapat dilakukan melalui 2 macam metode,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung, metode langsung yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah metode corong, dengan
menuangkan sebanyak 100 g granul ke dalam corong yang telah ditutup bagian bawahnya, pengisian melalui bagian tepi corong untuk menghindari adanya gaya tekan yang dapat memadatkan granul dan mempengaruhi sifat alirnya. Uji sudut diam merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi fluiditas granul secara tidak langsung, menggunakan alat silinder tetap dengan penyangga dengan cara memasukan sejumlah granul ke dalam silinder dalam keadaan lubang bagian bawah ditutup kemudian setelah pengisian selesai penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir. Sudut diam yang diukur merupakan tinggi gundukan granul yang terdapat di atas penyangga dibagi dengan diameter penyangga. Nilai sudut diam dapat menggambarkan seberapa baik fluiditas granul yang diukur, dimana jika granul memiliki fluiditas yang kurang baik maka akan sulit mengalir melalui lubang di bagian dasar silinder sehingga akan membentuk gundukan yang tinggi di atas penyangga. Sebaliknya jika granul memiliki fluiditas baik akan lebih mudah mengalir melalui lubang silinder sehingga gundukan yang tersisa di atas penyangga tidak terlalu banyak.
Sudut istirahatnya mempunyai nilai tan α = ℎ/ dimana : α = sudut diam h
= tinggi kerucut (tumpukan serbuk)
r =
jari – jari tumpukan serbuk.
Setelah dihitung sudut diamnya. Maka dapat dinyatakan : α 25° - 35° = sangat mudah menglir α 30° - 38° = mudah mengalir α > 38°
= kurang mengalir
Paracetamol (Farmakope Indonesia III hal 37)
Warna
: putih
Rasa
: sedikit pahit
Bau
: tidak berbau
Pemeriaan
: serbuk hablur, putih,tidak berbau, rasa sedikit pahit
Polimorfisme
:-
Ukuran partikel
:-
Kelarutan
: larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
Titik lebur
: antara 1680 dan 1720
pKa / pKb
: pKa 9,5 pada 25C
Bobot jenis
: 271,4
pH larutan
: 5,2 dan 6,5
Stabilitas
: Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
Inkompatibilitas
: Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki
ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995). Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral diduga Paracetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan
prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih tinggi (Zubaidi, 1980). Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat. (Andrianto.P., 1985).
III ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Granulasi
Ayakan no. 12 mesh
Lajupengeringan
Piring petri 6 pasang
Oven
Neraca
Neraca Moisture balance
Sifatalir
Neraca
Corongpengukursifatalir
Jangkacorong
Alatpengukursudutdiam
b. Bahan
Granulasi
Paracetamol
500mg
Pvp
5%
Amprotab
10%
Primogel
2%
Mg stearate
2%
Talk
2%
Lactose ad
750mg
Aquadest
Lajupengeringan
Sifatalir
IV
Granul hasil modul
Granul yang di pakai hasil percobaan modul I
CARA KERJA SKEMATIS DAN PEMBAHASAN
Granulasi Dicampur paracetamol, amprotab, dan lactose ad homogen (a)
Pvp dilarutkan dalam air
Larutan pvp ditambahkan kedalam campuran (a) sedikit demi sedikit sambil di aduk dan di remas dengan tangan ad terbentuk massa yang dapat menggumpal bila dikepal dan dapat dipatahkan tanpa hancur berantakan
banana breaking
(bagai mematahkan buah pisang)
Massa banana breaking diayak dengan ayakan no. 12 mesh.Hasil pengayakan dikumpulkan untuk modul berikutnya
Formula dibuat untuk 350 tablet
Primogel, Mg Stearat, dan Talk tidak ditimbang dahulu.
Pada modul ini, formula ketiga bahan tersebut digunakan hanya untuk mencari bobot Laktosa yang diperlukan
Formula ketiga bahan tersebut akan digunakan pada modul 6 (cetak tablet)
LAJU PENGERINGAN Ditimbang 6 pasang cawan petri kosong( wadah + tutup)
Ditimbang granul basah 25gr (6x) dan masukkan kedalam cawan petri
Masukkan kedalam oven dalam keadaan terbuka( suhu 60 C)waktu pengeringan 15,45,90,105 menit, 1 haridan 3 hari ᵒ
Setelah waktu tertentu, sebuah piring petri dikeluarkan dari lemari pengering dalam keadaan tertutup, dinginkan, ditmbang dan diukur kadar lembabnya dengan menggunakan moisture balance
Ditimbang berat granul setelah 3 hari (dicatat sebagai berat granul kering )dan diuku rkadar lembabnya dengan menggunakan alat moisture balance
Sifatalir
Pengamatan sudut diam langsung Timbang 20gr granulasi basah (m1) yang sudah diayak dengan ayakan no.12 mesh
Dituang secara perlahan-lahan kedalam corong pengukur( penuangan lewat tepi corong dan jangan langsung kebagian tengah)
Dibuka tutup corong secara pelan-pelan dibiarkan granul mengalir keluar, di catat waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar semua dari corong
Dikerjakan dengan cara yang sama untuk perlakuan 15, 45, 90, 105 menit dan 1 hari dan 3 hari, direplikasi 3x
Pada setiap pengamatan, hitung: 1. Berat piring petri kosong 2. Berat piring petri dan granul mula-mula 3. Berat piring petri + berat granul setelah pengeringan selama waktu tertentu 4. Berat piring petri + berat granul setelah pengeringan selama 3 hari
Hitung kandungan lembab (MC) untuk setiap waktu pengeringan !
MC
Berat air dalam cuplikan
Berat cuplikan kering
X 100%
Pengamatan sudut diam tak langsung Timbang 20gr granulasi basah (m1) yang sudah diayak dengan ayakan no.12 mesh
Dituang secara perlahan-lahan kedalam corong pengukur( penuangan lewat tepi corong dan jangan langsung kebagian tengah)
Dibuka tutup corong secara pelan-pelan dibiarkan granul mengalir keluar, di catat waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar semua dari corong
Diukur tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk
Dikerjakan dengan cara yang sama untuk perlakuan 15, 45, 90, 105 menit dan 1 hari dan 3 hari, direplikasi 3x
V
HASIL DAN PERHITUNGAN
Parasetamol
500 mg
PVP
5%
Amprotab
10%
Primogel
2%
Mg Stearat
2%
Talk
2%
Laktosa ad
750 mg
Aquades
Perhitungan
-
Paracetamol 500mg x 350tab = 175g
-
Amprotab
10/100 x 750mg x 350tab = 26,25g
-
PVP
qs
-
Primogel
2/100 x 750mg x 350tab = 5,25g
-
Mg Stearat
2/100 x 750mg x 350tab = 5,25g
-
Talk
2/100 x 750mg x 350tab = 5,25g
-
Lactosa
750mg x 350tab = 262,5g = 262,5g – (175g+26,25g+5,25g+5,25g+5,25g) = 262,5g – 217g = 45,5g
Granulasi
•
Loyang kosong
= 163,2g
•
Loyang + granul basah
= 425,9g
•
Loyang + granul kering
= 370,9g
Granul basah
= (425,9g) – (163,2g) = 262,7g
Granul kering
= (370,9g) – (163,2g) = 207,7g
Susut Pengeringan =
262,7g – 207,7g x 100% = 20,9364 % 262,7g
Laju Pengeringan
MC
Berat air dalam cuplikan
Berat cuplikan kering
X 100%
MC = 262,7g – 207,7g x 100% 207,7g = 26,4805 g
VI
PEMBAHASAN HASIL
Ada praktikum teknologi sediaan padat ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan grabnul dengan menggunakan metode granulasi basah,mahasiswa dapat mngetahui pengaruh kandungan lembab (MC) granul terhadap flowabilitasnya, dan dapat mengetahui pengaruh lama waktu pengeringan terhadap kandungan air (mc) dalam granul selama proses pengeringan (drying). Proses pembuatan granul merupakan tahap awal yang paling penting pada proses pembuatan tablet. Pembuatan granul atau granulasi merupakan proses pembesaran ukuran serbuk dimana suatu campuran serbuk yang mempunyai daya kohesi kecil diubah menjadi ukuran partikel yang lebih besar dengan perubahan sifat sebagai berikut : 1. Meningkatkan ukuran partikel 2. Memperbaiki sifat alir dengan penyebaran dosis yang merata
3. Menghasilkan serbuk partikel yang lebih uniform, ukuran spasifik yang sama, dan bentuk yang hamper sama 4. Mencegah pemisahan dari bahan-bahan selama proses pencetakan 5. Memperbaiki karakteristik kompresi dari campuran Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Namun pada praktikum kali ini kami menggunakan metode granulasi basah.Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur sampai homogeny, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 o-50oC (tidak lebih dari 60 oC). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding cara granulasi kering. Untuk mengetahui pengaruh kandungan lembab yang terdapat dalam granul terhadap waktu alirnya dan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel pada fluiditas granul. Faktor- faktor yang menentukan sifat alir serbuk atau granul adalah kerapatan jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab. Pengaruh MC terhadap kecepatan alirya itu semakin tinggi MC (basah) F2 semakin besar jadi waktu alir akan semakin lama, semakin rendah MC akan terjadi elektrostatistika. Semakin besar ukuran partikel maka sifat alir semakin baik. Semakin bulat tekstur granulnya maka sifat alir semakin baik sedangkan semakin tidak teratur bentuknya maka sifat alir semakin jelek. Semakin rapat suatu partikel, sifat alirnya semakin baik. Semakin besar porositas, kontak antar partikel semakin kecil sehingga fluiditas semakin baik. Untuk kondisi percobaan dipengaruhi oleh dinding hopper, ukuran hopper, bentuk hopper, semakin datar bentuknya, akan semakin jelek fluiditasnya, tetapi jika semakin curam bentuknya akan semakin baik fluiditasnya. Proses perubahan kandungan air dalam granul akibat perlakuan panas selama proses pengeringan. Dalam percobaan ini, metode yang digunakan
adalah granulasi basah (wet granulation) yang terlebih dahulu dilakukan dengan mencapur bahan obat dengan bahan pengisi kemudian ditambah bahan pengikat sampai terjadi massagranul yang baik. Pada proses pengeringan berlangsung perpindahan panas dan perpindahan massa. Panas berasal dari ruangan almari pengering dan masuk dalam partikel granul. Sedangkan perpindahan massa berupa difusi air dari dalam granul ke permukaan, untuk kemudian berubah menjadi uap air dan lepas mengikuti aliran udara kering. Pengeringan granul pada proses pembuatan tablet secara granulasi basah sangatlah penting karena nantinya berhubungan dengan sifat alir granul dalam proses pengempaan tablet. Salah satu factor yang menentukan sifat alir granul adalah kandungan lembab granul. Pada kondisi kandungan lembab yang tinggi, ikatan antar partikel akan lebih kuat karena luas kontak antar serbuk naik. Apabila gaya tarik antar partikel granul akan semakin sulit mengalir, sehingga apabila kandungan lembab pada partikel granul berlebihan ,akan memepengaruhi sifat alir granul. Apabila sifat alir garanul jelek, maka keseragaman bobot tablet tidak akan tercapai, dan akan berimbas pada keseragaman kadar obat yang tidak tercapai pula. Tujuan lainnya adalah melindungi obat dari degradasi. Karena kecepatan degradasi obat akan bertambah cepat bila dalam material terdapat kandungan air. Itulah sebabnya mengapa proses pengeringan sangatlah penting. Pada pembuatan granul ini menggunakan bahan aktif Paracetamol , PVP (polivinil Pyrolidone) sebagai pengikat dalam, talkum sebagai glidan. Glidan berfungsi meningkatkan pada proses kempa sedingga dapat mengisi die dalam jumlah seragam. Laktosa sebagai pengisi atau diluent. Pengisi ini bertujuan untuk mencukupkan bobot dari tablet. Mg. Stearat berfungsi sebagai lubrikan, yang berfungsi sebagai untuk mengurangi perpecahan tapi tablet dengan dinding die selama kompresi. Amprotab dan primogel yang berfungsi sebagai desintegrant (penghancur) dan aq. Dest yang berfungsi sebagai pembasahdan melarutkan zat pvp. Pada saat pembuatan granul ini paracetamol sebagai zat aktif di campur dengan amprotab dan laktosa ad homogen. Sisihkan (M1). Kemudian PVP dilarutkan dengan Aq. Dest . larutan PVP yang telah di buat di
tambahkan kedalam campuran masa 1 sedikit demi sedikit. Pemberian sedikit demi sedikit bertujuan agar bahan tercampur rata dengan larutan pvb sehingga dapat terbentuk masa yang berbentuk banana breaking yang di tandai dengan apabila di patahkan tidak hancur. Setelah terbentuk banana breaking diayak dengan menggunakan ayakan no 12 mesh. Setelah didapatkan granul basah segera di timbang. Dan pada kelompok kami mendpatkan bobot granul sebesar 262,7 gram. Hasil granul yang terbentuk di bagi menjadi 2 bagian. 1 bagian di masukkan kedlam wadah yang berisi 20 gram granul basah untuk mengetahui sifat alir atau flowabilitas granul dan 1 bagaian lagi dari sisa hasil ayakan di keringkan di dalam oven untuk mengetahui laju pengeringan granul pada suhu yang
berbeda
beda.
mempraktikkanya,
Pada
namun
proses Pada
pengujian proses
sifat laju
alir
kami
tidak
pengeringan
kami
memperlakukanya pertama adalah di dalam lemari pengering yang digunakan adalah oven pada suhu tertentu. Kemudian granul yang di peroleh di keluarkan dalam keadaan tertutup , dinginkan dan di timbang. Kemudian di ukur dengan alat moisture balance . moisture balence adalah alat ukur keseimbangan kadar air yang dilengkapi dengan alat analisis keseimbangan berakurasi tinggi, Pemanas gelombang mid wave infrared, Serta 6 mode pengukuran yang berbeda. Moisture balance memiliki fungsi bias yang unik sehingga mampu mengubah data yang didapatkan oleh metode pengukuran atau alat ukur lain.setelah dilakuakan pengujian dengan menggunakan alat moisture balance didapatkan hasil sebesar 26,4805 g Granul yang baik adalah partikel-partikel yang berbentuk bundar atau sferis atau mendekati bundar serta mempunyai distribusi ukuran partikel yang mengikuti kurva distribusi normal dengan presentasi ukuran yang kecil dengan ukuran yang besar.
KESIMPULAN
Pada proses pembuatan granul didapatkan data Loyang kosong 163,7 g, berat Loyang + granul basah 425,9 g, da n berat Loyang + granul kering 370,9 g, data ini didapatkan dalam proses penimbangan . dan setelah dilakukan perhitungan data yang didapat adalah berat granulasi basah 262,7 g, berat granul kering 207,7 g dan persentasi susut pengeringan 20,9364%.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan farmasi padat Bandung: ITB. Anief M.,1987,ilmu meracik obat teori dan praktek, UGM Press, Yogyakarta. Sulaiman T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, ceta kan pertama. Yogyakarta: Mitra communications Indonesia. Ansel. Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas Indonesia.