LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA “TABLET PARACETAMOL”
Oleh : S1 Farmasi Tingkat 2 Kelompok D Meja 3 Faradiva Ayu Damayanti
(10115116)
Haneda Firdaus Rohadi
(10115104)
Mega Ayu Wijayanti
(10115103)
Nurul Utami
(10115088)
Rinto Hebi Saputro
(10115091)
LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA PROGRAM STUDI S1 FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2016/2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya maka laporan praktikum sediaan solida dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami serta temanteman yang telah membantu dalam pembuatan laporan akhir ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini dan semoga kita tetap dalam lindungan-Nya. Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih mas ih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan laporan resmi ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.
Kediri, 14 Juli 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL...................................... JUDUL............................................................ .............................................. ............................................. ..................... i KATA PENGANTAR............................... PENGANTAR........................................................ ............................................... ......................... ... ii DAFTAR ISI........................................ ISI.............................................................. ............................................ .................................. ............ iii BAB I PENDAHULUAN........ PENDAHULUAN.............................. .............................................. ............................................. ..................... 1 1.1 Latar Belakang........................................... Belakang.................................................................... ................................... .......... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................ Masalah...................................................................... ......................... ... 2 1.3 Tujuan penelitian...................... peneliti an............................................ .............................................. ............................... ....... 2 1.4 Hipotesa................................................ Hipotesa...................................................................... ......................................... ................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................ PUSTAKA......................................... ............................................... ........................ .. 3 2.1. Dasar Teori................................. Teori....................................................... ............................................. ........................... .... 3 2.2. Tinjauan Bahan Obat................................................. Obat.................................................................. ................. 5 BAB III METODOLOGI..................... METODOLOGI........................................... ............................................ ................................. ........... 11 3.1. Alat dan Bahan........................................... Bahan................................................................. ................................. ........... 11 3.2. Formulasi yang dibuat…… dib uat…….. ..…………………… ……………………...................... ...................... 11 3.3. Diagram Alir Proses Produksi………………………………… P roduksi………………………………… 12 3.4 Pelaksanaan....................... Pelaksanaan............................................. ............................................. .................................. ...........
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......... PEMBAHASAN.................................. ........................................... .................. 21 4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………… Pengamatan…………………………………………….... .... 21 4.2 Pembahasan………………………………………………… Pembahasan………………………………………………….... .... BAB V PENUTUP.................................... PENUTUP........................................................... .............................................. ......................... ..
28 30
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. Kesimpulan…………………………………………………….. 30 5.2 Saran…………………………………………………………… 30 DAFTAR PUSTAKA................................... PUSTAKA........................................................... .............................................. ........................ 31 LAMPIRAN ............................................. ................................................................... ............................................ ............................ ...... 32
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994). Paracetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzen. Asetaminofen di Indonesia le bih dikenal dengan nama paracetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral paracetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer menghambat pembentukan prostaglandin ditempat inflamasi, mecegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana, 1995). Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Soekemi, dkk,1987).
1
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah diharapkan mahasiswa dapat memahami proses pencetakan tablet dan pengujian mutu fisik tablet yang meliputi uji keseragaman ukuran, uji kesergaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu hancur dan uji disolusi. 1.3 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan tablet paracetamol? b. Apa khasiat dari paracetamol? c. Bagaimana cara membuat tablet paracetamol? d. Bagaimana cara melakukan uji mutu fisik pada tablet paracetamol? 1.4 HIPOTESIS
Pembuatan tablet paracetamol dapat dilakukan dengan cara granulasi basa h dan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : Parasetamol, HPMC, Amprotab, Mg.Stearat, Talcum dan Laktosa.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DASAR TEORI
Salah satu aktivitas yang sangat penting yang harus dilakukan pada saat praformulasi adalah evaluasi terhadap stabilitas fisika-kimia dari zat aktif. Stabilitas dapat dipengaruhi oleh suhu, udara, pelarut, kelembaban, dan cahaya. Evaluasi terhadap stabilitas ini berguna dalam pemilihan metode pembuatan dan penanganan material, baik selama proses produksi tablet maupun selama pemasaran (Sulaiman, 2007). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Ada tiga cara pembuatan tablet yaitu dengan cara granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Parasetamol mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang jelek, sehingga digunakan metode granulasi untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitasnya (Syamsuni, 2006). Syarat – syarat Tablet : 1. Keseragaman ukuran. 2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet. 3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungannya. 4. Waktu hancur, penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yan ditetapkan pada masing-masing monografi. 5. Disolusi, adalah suatu proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini
3
dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorpsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. 6. Penetapan kadar zat aktif, bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada monografi. Tujuan dari granulasi adalah untuk mencegah segregasi massa campuran bahan, memperbaiki sifat alir sekaligus kompaktibilitas massa. Dalam granulasi basah dilakukan penambahan cairan pengikat. Cairan pengikat yang digunakan antara lain harus bersifat non toksik dan mudah menguap sehingga mudah diuapkan dalam pengeringan. Cairan yang digunakan dapat berupa air, etanol, turunan selulosa, larutan gelatin, mucilago amili dan lainnya (Siregar, 2008). Metode granuasi basah (Anief, M., 2005). Langkah – langkah dalam metode granulasi basah : 1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan. Untuk pencampuran biasanya menggunakan mixer atau blender, bahan pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitoll, amylum, gula bubuk. 2. Pembuatan granulasi basah Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper kedalam cetakan pengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi. 3. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul Umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no 6 atau 8, lalu disalurkan kedalam fluidbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang – lubang. 4. Pengeringan Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering (oven) dengan system sirkulasi udara dan pengendalian temperatur, pada
4
metode ini granul dikeringkan pada keadaan tertutup dan diputar – putar sambil dialirkan udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat granul diubah menjadi larutan at au suspensi dan
disemprotkan,
dikeringkan
dalam
fluidizedbed
untuk
menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir. 5. Pengayakan kering Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui a yakan dengan lubang lebih kecil dari yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. 6. Pencampuran bahan pelicin Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan kedalam granul. Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan (Moechtar, 1989). Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paruh suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurai obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembapan dan faktorfaktor lain dapat menyebapkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantien species, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).
2.2 TINJAUAN BAHAN OBAT 2.2.1
PARASETAMOL
Acetaminophen atau Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengalsengal atau sakit ringan dan demam. Parasetamol digunakan dalm sebagian resep obat analgetik selesma dan flu. Berbeda dengan obat analgetik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Parasetamol merupakan derivate dari
5
asetanilida yang efek analgetiknya dapat diperkuat dengan koffein kirakira 50% dari codein. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya 8-10 jam setelah intoksikasi. Penggunaan parasetamol dalam dosis besar dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabakan kerusakan hati, untuk itu parasetamol dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati berat. Wanita hamil dapat mengguankan parasetamol dengan aman , juga selama laktasi walaupun mencapai susu ibu. Interaksi dengan dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis biasa tidak interaktif (Rahardja, 2007). a. Latar Belakang Zat Aktif (Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 649) Nama bahan obat
: Parasetamol, Asetaminophen
Nama kimia
: Para-asetil-amino-fenol, N-acetyl-amino fenol .
Struktur kimia
: C8H9NO2
BM
: 151,16
Kemurnian
: tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101% C8H0NO2 dihitung terdapat zat anhidrat.
Efek terapeutik
: Analgetik dan Antipiretik
Dosis pemakaian
: 1. ≤ 1 tahun : 60 mg 2. 1-4 tahun : 60 mg 3. 4-8 tahun : 120 mg-240 mg 4. 8-12 tahun : 240 mg 5. Single dose : 0,7 g/ml/ 24 jam terbagi menjadi 4-6 dosis 6. Dosis Lazim : 500 mg/ 500 mg-2g
b. Tinjauan Farmakologi Obat (FKUI Framakologi dan Terapi hal.238) Indikasi
: Analgesik dan Antipiretik
6
Kontraindikasi
: Pasien dengan kerusakan ginjal, kelainan fungsi hati, dialisis, dianjurkan tidak menggunakan parasetamol karena konsentrasi plasma dengan glukoronida dan konjugat sulfat dari parasetamol akan meningkat dan akan memperparah kerusakan ginjal.
Peringatan
: hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal dan kelainan fungsi hati, dialisis
Efek samping
: Reaksi alergi terhadap derivat paraaminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema/urikoria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesu pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesik dalam jumlah besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat berpotensi menyebabkan nefropati analgesik.
c. Organoleptis (Merck Index. 1996) Warna : Serbuk kristal putih Bau
: Tidak berbau
Rasa : Agak pahit d. Karakteristik Fisik/Fisikomekanik (Merck Index. 1996) Titik Lebur
: 169oC – 170,5oC
Bobot Jenis
: 1,263 gram/cm3
Ukuran/distribusi partikel
:-
Sifat alir
: Jelek, karena parasetamol memiliki kelarutan yang jelek dan permeabilitas rendah.
Kompaktibilitas
: Jelek
Higroskopis
: Tidak signifikan pada suhu 26 ₒC pada kelembapan relatif meningkat sekitar 90%.
7
Polimorfisme
: Tiga bentuk mutu stabil
e. Karakteristik Fisikomekanik (Merck Index. 1996) Kelarutan
: 1:70 (dalam air), 1:23 (dalam aseton), 1:20 (dalam air mendidih), 1:40 (dalam gliserol).
pKa
: 9,5 pada 25oC
Profil kelarutan terhadap pH : Dalam larutan jenuh pH 5,3 – 6,5 Laju disolusi
:-
Koefisien partisi
:-
f. Stabilitas bahan padat (Merck Index. 1996)
2.2.2
Suhu
: Stabil pada suhu 45oC
Kelembapan
:-
Cahaya
: Tidak stabil
Hidroksi Propil Metilselulose (HPMC)
HPMC merupakan turunan dari metilselulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas dan akan segera menggumpal dan membentuk koloid. Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya (Voight, 1994). HPMC digunakan sebagai agen pengemulsi, agen pensuspensi dan sebagai agen penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep. Sebagai koloid pelindung yaitu dapat mencegah tetesan air dan partikel dari
pengabungan
atau
aglomerasi,
sehingga
menghambat
pembentukan sedimen (Voight, 1994).
2.2.3
AMPROTAB
Penambahan bahan penghancur sangat penting pada pembuatan tablet
karena
bahan
penghancur
berfungsi
untuk
membantu
mempercepat penghancuran tablet setelah waktu pemberian obat, sehingga dapat mempercepat pelarutan dari zat yang dikandung.
8
Amprotab sebagai salah satu bahan penghancur merupakan nama dagang dari Amylum Manihot. Amprotab merupakan serbuk halus, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol. Amylum digunakan sebagai bahan penghancur (disintegrant) pada konsentrasi 3-15 %. Amprotab tersusun atas amilosa dan amilopektin, 2 polisakarida dari 2 glukosa. Amprotab stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan dan terlindung dari kelembapan yang tinggi. Jika digunakan sebagai bahan pengisi atau sebagai bahan penghancur dalam sediaan padat, amprotab menjadi inert dalam kondisi penyimpanan normal. Namun solutio amprotab atau pasta dengan pemanasan secara fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme (Ansel, 1989). Kekuatan amprotab pada aksi kapiler yang terjadi. Aksi kapiler ini akan membentuk suatu cairan yang masuk kedalam tablet, aksi ini akan melawan aksi bahan pengikat dan aksi ini akan membantu pengembangan dari beberapa komponen yang akan membantu hancurnya tablet. Pati memiliki sifat hidrofilik yang mempunyai kemampuan menyerap air dan membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air dalam tablet, sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet (Voight, 1994).
2.2.4
MAGNESIUM STEARAT
Magnesium stearat berfungsi sebagai lubricant tablet dan kapsul pada konsentrasi 0,25-5 %. Magnesium stearat merupakan serbuk putih yang halus, diperoleh dari proses pengendapan atau penggilingan, memiliki kerapatan ruah yang rendah, sedikit berbau asam stearat dan memiliki rasa khas. Serbuk bersifat licin ketika disentuh dan segera melekat pada kulit. Magnesium stearat praktis tidak larut dalam etanol dan air, sedikit larut dalam benzena hangat dan etanol (95%)P hangat. Magnesium stearat tidak dapat bercampur dengan asam kuat, alkali, gram besi, aspirin, beberapa vitamin, dan sebagian garam alkaloid. Magnesium stearat bersifat hidrovob dan bisa menahan disolusi zat
9
aktif dari bentuk sediaan padat. Oleh karena itu pengunaan dalam formulasi diusahakan seminimal mungkin (Allen, 2009).
2.2.5
TALK
Talk merupakan serbuk yang sangat halus berwarna putih keabuan, tidak berbau, licin dan merupakan serbuk kristalin. Talk segera menempel pada kulit dan lembut saat disentuh, bebas dari rasa kasar. Talk digunakan sebagai glidan dan lubrikan tablet pada konsentrasi 1-10% dan sebagai pengisi tablet dan kapsul pada konsentrasi 5-30%. Talk praktis tidak larut dalam asam, basa, air, dan pelarut organic. Talk merupakan bahan yang stabil, tetapi tidak dapat bercampur dengan senyawa ammonium kuartener. (Allen, 2009)
2.2.6
LAKTOSA
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk anhidrat atau mengandung 1 molekul air hidrat. Laktosa berupa serbuk atau masa hablur, keras, putih, atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil diudara tapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah dan perlahan- lahan larut air, lebih mudah larut dalam air panas. Laktosa digunakan sebagai pengisi tablet dan kapsul (Allen, 2009).
10
BAB III METODOLOGI 3.1
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, heater, mortir, steamper, ayakan no.12 dan no.20, oven, loyang, toples, beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, sendok tanduk, corong, oven, single punch, jangka sorong, Friabilator, Disintegran Tester. Bahan yang dibutuhkan adalah Parasetamol 50 gram, HPMC 3,5 gram, Amprotab 2,31 gram, Mg.Stearat 1,4 gram, Talk 2,81 gram, Laktosa 9,99 gram. 3.2 NO
1.
2.
3.
4
5
FORMULA YANG DIBUAT Nama Bahan
Paracetamol
HPMC
Amprotab
Mg. Stearat
Talk
Fungsi
Zat Aktif
Zat pengikat
Penghancur
Pelicin
Pelicin
% Rentang
% Yang
Jumlah
Pemakaian
Dibuat
Tablet (mg)
(gram)
-
71,43%
500 mg
500 mg x 100 = 50 gram
5%
5 700 100 = 35
35 mg x 100 = 3,5 gram
3,3%
3,3 700 100 = 23,1
2%
2 700 100 = 14
4%
4 700 100 = 28
2% – 5%
3% - 15%
0,5% - 2%
5% - 30%
Tiap
650 – (500 + 6.
Laktosa
Pengisi
-
-
35 + 23,1 +
Jumlah
100
Tablet
23,1 mg x 100 = 2,31 gram
14 mg x 100 = 1,4 gram
28 mg x 100 = 2,8 gram
99,9 mg x 100 = 9,99 gram
28+14) = 99,9 mg
Total
700 mg
70 gram
11
3.3
DIAGRAM ALIR PROSES PRODUKSI HPMC
-
-
Campuran
Timbang HPMC Tabur HPMC ke mortir yang berisi air panas Gerus ad homogen
Timbang laktosa, amprotab, dan parasetamol Gerus laktosa ad halus Tambahkan amprotab ada homogen Tambahkan parasetamol ad homogen
-
Larutan Pengikat (HPMC)
Sediaan Campuran Parasetamol
-
Dicampur sedikit demi sedikit ad homogen
-
Granul Paracetamol 700 mg -
-
Diayak dengan ayakan no.12, letakkan di loyang Dikeringkan dengan oven dengan suhu 45oC selama 30 menit Diayak dengan ayakan no.20 Evaluasi Granul -------
Dicampurkan Mg stearat yang telah ditimbang di toples Dicetak dengan Single Punch
Tablet Paracetamol 700 mg
Bobot Jenis Nyata Bobot Jenis -Mampat Porositas Kompresibilitas Kecepatan Alir Sudut Istirahat
Uji Mutu Fisik Sediaan Tablet -
Keseragaman Bobot Keseragaman ukuran Kerapuhan tablet Waktu Hancur
12
3.4
PELAKSANAAN 3.4.1
Penimbangan Bahan JUMLAH
JUMLAH
(mg/ tablet)
100 tablet
Parasetamol
500 mg
50 g
2.
HPMC
35 mg
3,5 g
3.
Amprotab
23,1 mg
2,31 g
4.
Mg. Stearat
14 mg
1,4 g
5.
Talk
28 mg
2,8 g
6.
Laktosa
99,9 mg
9,99 g
No.
NAMA BAHAN
1.
3.4.2
Pencampuran Kering
a. Alat
: Toples
b. Bahan
: Parasetamol, Amprotab, Laktosa
c. Lama Pencampuran : ± 15-20 menit d. Prosedur: Masukkan Parasetamol, Amprotab dan Laktosa yang sudah ditimbang terlebih dahulu kedalam to les.
Dikocok ad homogen secara merata selama 2-5 menit 3.4.3
Granulasi 3.4.3.1 Pembuatan Larutan Pengikat
a. Alat
: Mortir, Stemper, Penangas air, Gelas ukur
b. Bahan
: HPMC dan Air Panas 5 x jumlah HPMC
c. Prosedur
:
Siapkan mortir, stemper dan air panas.
Tuangkan air panas sebanyak 17,5 ml (gunakan sebagian air terlebih dahulu
Taburkan HPMC merata diatas air panas, biarkan mengembang. Gerus ad Mucilago.
13
3.4.3.2 Pembuatan Masa Granul
a. Alat
: Mortir, stemper, sudip
b. Lama Granulasi
: ± 30 menit
c. Prosedur
:
Masukkan bahan yang ada didalam toples kedalam Mucilago HPMC.
Gerus ad homogen. Jika sediaan terlalu keras bisa ditambahkan sedikit air dari air untuk HPMC hin
a terbentuk masa ranul.
3.4.3.3 Pengayakan Masa Granul
a. Alat
: Mesh pengayak dan nampan
b. Ukuran Mesh Pengayak
: 12
c. Prosedur
:
Masa granul diayak dengan mesh pengayak ukuran 20, ayak diatas nampan. Jangan sampai terbentuk gumpalan.
Masa granul yang sudah diayak ditimbang terlebih dahulu kemudian dioven.
3.4.3.4 Pengeringan
a. Alat
: Oven
b. Suhu
: 50ₒ C
c. Lama Pengeringan
: 30 menit
3.4.3.5 Pengayakan Granul Kering
a. Alat
: Mesh Pengayak
b. Ukuran Mesh Pengayak
: 20
c. Ukuran Mesh Pengayak
: 20
3.4.3.6 Evaluasi Granul (Oleh QC) 3.4.3.6.1
Uji Bobot Jenis Nyata
a. Alat
: Neraca analitik dan gelas ukur 100 ml.
14
b. Cara kerja : Tuangkan ke dalam gelas ukur 100 ml yang dimiringkan pada sudut 45 ₒ C dengan cepat (dapat melalui corong).
Tegakkan gelas ukur, ratakan permukaan bahan dan baca folumenya (V ml)
Hitung bobot jenis nyata dengan rumus :
BJ nyata = 3.4.3.6.2
=
= 0,49 ⁄
Uji Bobot Jenis Mampat
a. Alat : Gelas ukur, neraca analitik, alat pengetuk. b. Cara kerja
:
Setelah pembacaan volume nyata, letakkan gelas ukur yang berisi bahan
c.
tersebut pada alat pengetuk.
Lakukan pengetukan dan amati volume bahan pada tiap interval 10 ketukkan dari 10-100 ketukan.
Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap interval 10 ketukan sampai tiga pengamatan berurutan menunjukan volume yang tetap (V’ ml).
Hitung bobot jenis mampat dengan rumus :
BJ nyata =
3.4.3.6.3
′
=
= 0,58 ⁄
Uji Kompresibilitas Cara kerja
Hitung dengan rumus
:
− 100%
15
Syarat kompresibilitas :
3.4.3.6.4
5% - 12%
: sangat baik
12% - 18%
: baik
18% - 25%
: cukup
25% - 30%
: kurang
30% - 38%
: sangat kurang
> 38%
: buruk
Uji Porositas
a. Cara kerja
:
Hitung dengan rumus e = 1 -
′ x 100%
Syarat : 37% ≤ e ≤ 40 % 3.4.3.6.5
Uji Kecepatan Alir
a. Cara kerja
:
Timbang granul yang akan digunakan untuk uji kecepatan alir.
Siapkan corong dan pegang corong bagian atas dan tutupi bagian ujung corong yang berlubang dengan jari.
Siapkan alas di bagian bawah corong seperti loyang atau nampan yang dialasi dengan kertas
Siapkan alat ukur waktu (stopwatch) dan amatilah waktu alir granul pada saat ujung corong telah dibuka dengan jari.
Masukkan sediaan granul ke corong sampai sediaan habis.
Hasilnya berupa gundukkan granul yang akan digunakan untuk uji sudut istirahat. 16
3.4.3.6.6
Uji Sudut Istirahat Hitung kecepatan alir dengan rumus :
a. Cara kerja : Kecepatan alir = Ukur gundukan granul yang telah didapat dari hasil uji kecepatan alir dengan penggaris.
Yang diukur adalah tinggi gundukkan dan jari-jari gundukkan.
Hitung sudut istirahat dengan rumus :
sudut istirahat, tan-1 =
3.4.4
3.4.5
3.4.6
ℎ
Pencampuran Fase Eksternal
a. Alat
: Toples
b. Lama Pencampuran
: 5 menit
Pencetakan Tablet
a. Alat
: Single Punch
b. Kecepatan Tabletasi
:-
c. Diameter Tablet
: 1,21 cm
d. Bobot Tablet
: 700 mg
Uji Mutu Fisik Sediaan Tablet (Oleh QC) 3.4.6.1 Uji Keseragaman Bobot
a. Alat
: Timbangan analitik
b. Cara kerja
: (Tablet Tidak Bersalut)
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang
17
lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A, dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan bobot B.
Syarat : 2 tablet menyimpang kolom A ; 1 tablet menyimpang kolom B. Syarat:
Bobot rata-rata
Penyimpangan Bobot Rata-rata Dalam % A
B
25 mg atau kurang
15 %
30 %
26 mg – 150 mg
10 %
20 %
151 mg – 300 mg
7,5 %
15 %
Lebih dari 300 mg
5%
10 %
3.4.6.2 Uji Keseragaman Ukuran
a. Alat
: Jangka sorong
b. Cara kerja
: (Jangka Sorong)
Perhatikan skala cm dan skala mm.
Perhatikan posisi angka 0 (nol) skala mm pada skal a cm.
Ketepatan ukuran dilihat pada skala mm yang berada tepat segaris dengan skala cm.
Penulisan hasil, tiga angka di belakang koma dengan satuan cm.
Syarat
: Kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet dan tidak lebih dari 3 kali tebal tablet.
1 1 ≤ ≤ 3 3 3.4.6.3 Uji Kerapuhan
Kerapuhan tablet adalah ketahanan suatu tablet terhadap goncangan selama proses pengangkutan dan penyimpanan.
18
Bila tablet mudah rapuh, maka kualitas tablet berkurang, tablet tidak bisa mempertahankan bentuknya, kehilangan berat, atau bahkan mudah pecah. Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratan untuk tablet konvensional adalah kurang dari 1%. a. Alat
: Friabilator
b. Cara kerja
:
Ambil 20 tablet, bagi menjadi 2 kelompok (A dan B).
Masing-masing tablet dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan
hati-hati
menggunakan
kuas,
kemudian
ditimbang setiap kelompok tablet.
Masukkan tablet A ke dalam satu sisi tempat friabilator, dan kelompok B di sisi lainnya.
Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran per menit selama 4 menit.
Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan menggunakan kuas secara hati-hati.
Timbang lagi tablet tersebut.
Hitung % kerapuhan tablet.
Rumus Kerapuhan Tablet =
Syarat : Kurang dari 1%
− ℎ 100%
3.4.6.4 Uji Waktu Hancur
Waktu hancur merupakan indikator disintegrasi sediaan, yaitu pecahnya sediaan padat menjadi granul-granul. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. a. Alat
: Disintegrator Tester
b. Cara kerja
: (Tablet Tidak Bersalut)
Masukkan tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang, disusul satu cakram penutup pada tiap tabung. 19
Keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass berukuran 1 liter yang berisikan air suling (akuades) dengan suhu 37oC
±
2oC
menggunakan
sebagai cairan
media lain
kecuali
dalam
dinyatakan
masing-masing
monografi.
Jalankan alat, pada akhir batas waktu seperti yang tertera di monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet (semua tablet harus hancur sempurna).
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Syarat : Waktu hancur kurang dari 15 menit.
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1
Penimbangan JUMLAH
JUMLAH
(mg/ tablet)
100 tablet
No.
NAMA BAHAN
1.
Parasetamol
500 mg
50 g
2.
HPMC
35 mg
3,5 g
3.
Amprotab
23,1 mg
2,31 g
4.
Mg. Stearat
14 mg
1,4 g
5.
Talk
28 mg
2,8 g
6.
Laktosa
99,9 mg
9,99 g
4.1.2
Evaluasi Granul (Oleh QC)
1. Uji Bobot Nyata Hasil pengamatan W (g)
:
V (ml)
Bobot
Jenis
(g/ml) 25 g
51 ml
0,49 g/ml
Keterangan : BJ nyata =
51 ⁄ = 0,49
=
25
Kesimpulan : Jadi, hasil dari evaluasi granul pada uji bobot jenis nyata didapat hasil sebesar 0,49 g / ml.
21
2. Uji Bobot Jenis Mampat Hasil Pengamatan
Interval pengamatan
Volume (ml)
10
46
20
44
30
44
40
43
50
43
60
43
70
43
80
43
90
43
100
43
Bobot jenis (g/ml)
0,58 g/ml
Keterangan : BJ mampat=
′
=
43
25
= 0 , 58 ⁄ Kesimpulan : Jadi, hasil dari evaluasi granul pada uji bobot jenis mampat didapat hasil sebesar 0,58 g / ml. 3. Uji Kecepatan Alir Hasil Pengamatan Sebelum Penambahan Lubrikan
Sesudah Penambahan Lubrikan
W (gram)
W (gram)
T (detik)
50 gram
7 detik
T (detik)
Kec.Alir
Kec.Alir (gram/dtk)
(gr/dtk) 25 gram
4 detik
25 4 = 6,25gr/dtk
7
50
= 7,14 gram/dtk
22
Uji laju alir bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi
tablet
selama
proses
pencetakan.
Waktu
alir
berpengaruh pada keseragaman bobot. Waktu alir yang buruk menyebabkan terjadinya segresi partikel granul sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya zat aktif, akan turun lebih dahulu selama pencetakan. Kecepatan alir yang buruk dapat menyebabkan ketidakseragaman bobot dan kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan yang dibuat. Kecepatan alir telah memenuhi syarat pada sebelum penambahan lubrikan dan sesudah penambahan lubrikan karena kurang dari 10
⁄ .
4. Uji Sudut Istirahat Hasil Pengamatan Perlakuan
h (cm)
: r (cm)
Tan-1 =
Sebelum penambahan
α (o)
2,25 cm
4,1175 cm
ℎ , 4,1175 2 25
Tan-1 =
lubrikan
= 0,546
α = 28,6o Tan-1 =
Sesudah penambahan lubrikan
2,74 cm
4, 8075 cm
Tan-1 =
ℎ ,
2 74
,
4 8075
= 0 ,5699
α = 29,67o
Syarat : Sudut istirahat : tan-1 < 1 ; Sudut istimewa
< 45o
Sudut istirahat pada sebelum pemberian lubrikan dan sesudah pemberian lubrikan telah memenuhi syarat karena sebelum dan sesudah penambahan lubricant hasilnya kurang dari 45 o .
23
5. Uji Kompressibilitas a. Hasil pengamatan
:
Indeks kompresibilitas = =
− 100% ,−, 100% ,
= 15,5% b. Pembahasan Uji kompressibilitas digunakan untuk melihat daya alir granul serta menunjukkan bahwa granul memiliki sifat yang mudah dikempa atau sulit dikempa. c. Kesimpulan
:
Indeks kompresibilitas yang didapat adalah 15,5% telah memenuhi syarat yaitu baik. 6. Uji Porositas a. Hasil pengamatan e=1-
:
x 100 %
e = 15,6 % b. Pembahasan
:
Porositas berpengaruh pada waktu pelepasan obat dan waktu hancur obat, porositas yang kecil maka waktu hancur tablet akan semakin lama. c. Kesimpulan
:
Hasil uji porositas tidak memenuhi syarat karena <37%.
24
4.1.3
Uji Mutu Fisik Sediaan Tablet (Oleh QC)
1.
Uji Keseragaman Bobot Hasil Pengamatan No
Bobot Tablet (mg)
A
B
1
662
√
√
2
659
√
√
3
631
√
√
4
636
√
√
5
649
√
√
6
651
√
√
7
636
√
√
8
658
√
√
9
635
√
√
10
632
√
√
11
665
√
√
12
665
√
√
13
640
√
√
14
642
√
√
15
625
√
√
16
654
√
√
17
642
√
√
18
654
√
√
19
662
√
√
20
650
√
√
25
Rata-rata bobot tablet =
.
12 195
20
= 645
Kolom A
Kolom B
Rentang atas = 677,25 mg
Rentang atas = 709,5 mg
Rentang bawah = 612,75 mg
Rentang bawah = 586,5 mg
Tablet memenuhi syarat karena tidak ada tablet yang menyimpang di kolom A maupun di kolom B. 2. Uji Keseragaman Ukuran Hasil Pengamatan
No
Diameter
Tebal (cm)
(cm)
1 1
3
3T
1
1,21 cm
0,64 cm
√
√
2
1,21 cm
0,63 cm
√
√
3
1,21 cm
0,63 cm
√
√
4
1,21 cm
0,625 cm
√
√
5
1,21 cm
0,63 cm
√
√
6
1,21 cm
0,625 cm
√
√
7
1,21 cm
0,635 cm
√
√
8
1,21 cm
0,63 cm
√
√
9
1,21 cm
0,625 cm
√
√
10
1,21 cm
0,62 cm
√
√
MEAN
1,21 cm
0,629 cm
Dari uji keseragaman ukuran didapat hasil rata-rata dari semua replikasi telah memenuhi syarat.
26
3. Uji Kerapuhan Hasil Pengamatan No.
Bobot
Kelompok
Awal
Bobot Akhir
%
(mg)
(mg)
kerapuhan
A
7.113 mg
7.069 mg
0,89%
B
7.190 mg
7.073 mg
1,62%
Uji kerapuhan digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaita dengan penggunaan jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet Tablet kelompok A telah memenuhi syarat dan tablet kelompok B tidak memenuhi syarat. 4. Uji Waktu Hancur Hasil Pengamatan No Waktu Hancur 1
2 menit
2
7 menit
3
3 menit
4
3 menit
5
5 menit
6
3 menit
Uji waktu hancur digunakan untuk melihat seberapalama obat hancur dalam tubuh/saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut. Tablet memenuhi syarat karena hancur dalam waktu kurang dari 15 menit.
27
4.2 PEMBAHASAN
Acetaminophen atau Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal- sengal atau sakit ringan dan demam. Parasetamol digunakan dalm sebagian resep obat analgetik selesma dan flu. Berbeda dengan obat analgetik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami
perkembangan
dalam
formulasinya.
Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain. Penggunaan metode pembuatan tablet parasetamol yang kurang tepat dapat mempengaruhi stabilitas dari tablet tersebut. Pada praktikum kali ini pembuatan tablet dilakukan secara granulasi basah dan digunakan HPMC sebagai bahan pengikat yang berfungsi untuk meningkatkan kohesivitas serbuk membentuk granul yang pada proses kompresi dapat membentuk masa tablet yang kompak. HPMC akan ditambahkan dengan air panas kemudian dibentuk mucilago. Dalam tablet tidak hanya mengandung bahan aktif namun juga terdapat beberapa eksipien seperti pengisi, lubricant, dan disintegran. Laktosa sering digunakan dalam pembuatan tablet untuk memenuhi bobot tablet yang diinginkan. Selain itu laktosa memiliki rasa agak manis sehingga diharapkan dapat menutupi rasa pahit dari zat aktif dan laktosa bersifat OTT dengan zat aktif maupun zdengan komponen tambahan lainnya. Sebagai lubricant digunakan kombinasi Mg stearat dan talcum, karena talk buruk sebagai antiadherent dan Mg stearat baik untuk glidant sehingga Mg stearat membantu memperbaiki sifat alir tersebut. Sebelum pembuatan tablet, tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan granul. Tujuan dari granulasi adalah untuk mencegah segregasi massa campuran bahan, memperbaiki sifat alir sekaligus kompaktibilitas massa. Hasil dari granulasi akan berpengaruh pada pembuatan tablet. Oleh karena itu, sebelum proses pencetakan tablet dilakukan uji mutu granul yang meliputi Uji Bobot Nyata, Uji Bobot Mampat, Porositas, Kompressibilitas,
28
Sudut Istirahat, Kompaktibilitas, dan Uji Kelembaban. Granul yang baik akan mempermudah pada proses pencetakan tablet. Pada granul yang kami buat menunjukkan hasil yang baik pada setiap uji mutu granul. Granul memenuhu syarat pada semua uji. Langkah selanjutnya yaitu pencetakan tablet. Tablet dicetak sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan kemudian dilakukan uji evaluasi mutu fisik tablet. Berdasarkan uji evaluasi mutu fisik tablet, diperoleh bahwa tablet paracetamol pada uji keseragaman bobot dikatakan memenuhi syarat CV <5% dan <10%. Pada uji keseragaman ukuran diperoleh semua tablet yang diuji telah memenuhi syarat. Pada uji kerapuhan tablet diperoleh bahwa tablet memenuhi syarat, dengan hasil % kerapuhan ≤ waktu hancur tablet hancur dalam waktu
1%. Pada uji
≤15 menit. Jadi untuk uji waktu
hancur dinyatakan memenuhi syarat karena syarat dari uji waktu hancur adalah ≤ 15 menit.
29
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum pembuatan tablet paracetamol dapat disimpulkan bahwa : a. Pembuatan tablet paracetamol ini menggunakan cara granulasi basah, karena bahan obat ini tahan terhadap kelembapan dan pemanasan, serta dalam formulasi menggunakan HPMC sebagai bahan pengikat. b. Berdasarkan uji evaluasi mutu fisik granul, diperoleh bahwa granul paracetamol pada :
Uji bobot jenis nyata telah memenuhi syarat
c. Berdasarkan uji evaluasi mutu fisik tablet, diperoleh bahwa tablet paracetamol pada :
Uji keseragaman bobot telah memenuhi syarat.
Uji keseragaman ukuran diperoleh semua tablet telah sesuai sehingga dapat dikatakan bahwa tablet memenuhi syarat.
Uji kerapuhan tablet diperoleh bahwa tablet memenuhi syarat, karena hasil % kerapuhan
≤ 1% .
Uji waktu hancur tablet hancur dalam waktu
≤15 menit. Jadi
untuk uji waktu hancur dinyatakan memenuhi syarat karena syarat dari uji waktu hancur adalah ≤ 15 menit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tablet paracetamol yang kami buat dapat dipasarkan atau dikonsumsi karena memenuhi s yarat pada setiap uji mutu fisik tablet.
5.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini yaitu pembekalan materi sebelum melaksanakan praktikum sangatlah penting
30
agar pada saat melaksanakan praktikum masing-masing praktikan sudah mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan dan tujuan melaksanakan proses tersebut sehingga dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, pada saat pra formulasi harus benar – benar diperhatikan dalam pemilihan bahan yang dimulai dari pengkajian bahan terhadap sifat – sifat fisika, kimia, biologi suatu zat aktif, baik sifat nya secara tunggal maupun sesudah dicampur dengan zat tambahan lainnya. Serta pada saat proses produksi harus diperhatikan hasil uji – uji yang sudah di lakukan apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Jika tidak memenuhi persyaratan maka pada saat formulasi harus lebih diperhatikan la gi.
31
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Queen, M.E.,(editor). London: Pharmaceutical Press and American Pha rmacist Assosiation. Anief, Moh. 2005. Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press Ansel, C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Lachman, L., Lieberman, H.A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III. Jakarta: UI-Press Margono. 2000. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Mochtar. 1989. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press Rahardja, K. dan Tyay, T.H.2007. Obat-obat Penting .Edisi 5. Jakarta: Elex Media Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar Siregar, Charles.2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet . Jakarta: EGC Soekemi, R.A., dkk. 1987. Tablet . Medan: PT. Mayang Kencana Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet . Yogyakarta: Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, UGM Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta ; EGC Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5. Yogyakarta: UGM Press Wilmana, P.F. 1995. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid : Farmakologi dan Terapi.Edisi ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI 32