LAPORAN PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI KERTAS
DOSEN PENGAMPU :
DIAN YUNI PRATIWI, S. Si, M. Si
DISUSUN OLEH :
INDRIYANTI WIDYARATNA
NIM. 352014710960
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pigmen warna alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan
panas sehingga sering tidak cocok untuk digunakan dalam industri makanan.
Maka, penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas. Keunggulan-
keunggulan zat warna sintetik adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki
rentang warna yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah
dan lebih mudah untuk digunakan.(Azizahwati, 2007)
Pencapaian pemisahan dengan teknik kromatografi tertentu dalam
perdagangan tersedia beberapa jenis kertas saring yang sudah dimodifikasi,
misalnya sifat polar selulosa dapat dikurangi dengan memadukan asam silikat
atau alumina ke dalam kertas sehingga lebih cocok untuk pemisahan lipid.
Kertas juga dapat dimodifikasi di laboratorium. Misalnya merendam dalam
paraffin atau minyak silikon agar dapat digunakan kromatografi fase balik
juga untuk lipid.
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa
kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan
mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya
sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang
fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar,
dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya
bidang datar) yaitu benuk kertas. Seluruh bentuk kromatografi memiliki
fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase
gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang
berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Beberapa metode kromatografi kertas yakni berdasarkan arah dari fase
geraknya yaitu kromatografi ascending dan descending. Kromatografi
ascending merupakan kromtografi kertas dimana arah fase geraknya menaik,
dengan memanfaatkan gaya kapiler. Sedangkan kromatografi dengan metode
descending (menurun) dalam pelaksanaannya memanfaatkan gaya gravitasi
sehingga arah fase geraknya menurun. Pada kromatografi menurun, pada fase
gerak dibiarkan merabat turun pada kertas. Kertas tersebut digantung dalam
bejana menggunakan bahan antisifon yang menahan ujung atas kertas di dalam
bak pelarut. Dasar bejana digenangi dengan sistem pelarut yang telah
ditetapkan. Pada kromatografi kertas yang menaik, kertas itu digantung dari
atas ruangan agar kertas tersebut tercelup ke dalam larutan yang ada di
dasar ruangan, dan pelarut akan merangkak naik di seluruh bagian kertas
secara perlahan-lahan akibat kapilaritas. Pada bentuk yang menurun, kertas
dikaitkan pada sebuah cawan yang mengandung pelarut yang terletak diatas
ruangan, dan pelarut bergerak ke bawah karena adanya kapilaritas yang
dibantu gravitasi. Pada kasus yang sukses, zat terlarut dari campuran yang
asli akan bergerak di sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda-beda,
membentuk sederetan noda yang terpisah. Jika senyawa tersebut berwarna,
tentu saja noda tersebut dapat terlihat. Jika tidak, noda-noda tersebut
harus ditemukan dengan cara lain. Beberapa senyawa berpendar, dalam kasus
ini noda-noda bersinar dapat dilihat pada saat kertas diletakkan di bawah
lampu ultraviolet.
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas
sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung
dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan
larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan
berikut akan membahas tentang cara pemisahan dan menentukan pigmen warna
dengan metode kromatografi kertas.
B. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi
warna yang terdapat pada cairan tinta spidol warna coklat, ungu dan pink.
BAB II
DASAR TEORI
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi
cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat
mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang
tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi,
katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat
mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai
analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut
itu padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa
kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri (Day & Underwood,
1980).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas
secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam
asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga
digunakan. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat–zat hidrofobik
(Khopkar, 1990).
Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan
kertas selulosa murni. Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat
kaca. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan
kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing,
pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik
descending dan juga kertas seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf
berbeda dari satu kertas ke kertas lainnya. Pengotor yang terdapat pada
kertas saring adalah ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, Cu2+ (Basset, 1994).
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase
yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan
fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya
digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di
dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada
bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di
bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu
dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir
sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu
hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat
sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet
noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya
dapat terlihat (Day & Underwood, 1990).
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis
depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona
dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:
Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik
pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan
pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun
ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran
konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan
ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2–3 cm
dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah
kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan
dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik
pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan
gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi
kertas sirkuler (Basset, 1994).
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran
antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi
partisi cairan dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam
kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang menggunakan
alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan
lapisan tipis ( Svehla, 1979).
Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara
stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair
itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir
melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung,
sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada
lempeng kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beaker,
gelas arloji, kertas saring (kertas Whattman No.1), gelas tabung kecil,
pensil, penggaris, spidol warna, gunting.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas Whatman
no. 1 ukuran 4 x 8 cm, 8 x 10 cm dan 2 x 15 cm, spidol warna coklat, ungu
dan pink, aquades dan alkohol.
arna attman), gelas tabung kecil, pensil, penggaris,
B. Cara Kerja
1. Kromatografi Ascending
a. Kertas Whatman no.1 dengan ukuran 4 x 8 cm dan 8 x 10 disiapkan dan
diberi batas (dengan pensil) kira-kira 1 cm dari tiap-tiap ujung
atas dan bawah kertas.
b. Disiapkan dua buah gelas beaker ukuran 75 ml masing-masing diisi
dengan cairan alkohol dan aquades
c. Gelas beker yang berisi cairan ditutup dengan gelas beker yang
lebih besar untuk menstabilkan ruangannya
d. Kertas diberi totolan warna spidol dengan konsentrasi yang sama
antara warna coklat, ungu dan pink
e. Kertas ditempatkan dalam geleri totolan warna spidol dengan
konsentrasi yang sama antara warna coklat, ungu dan pinkas beker
yang sudah stabil sambil dijaga supaya garis bawah kertas tidak
mengenai air
f. Kertas didiamkan sampai cairan pelarut mencapai garis batas atas
kertas dan kemudian diangkat
g. Kertas dikeringkan untuk selanjtnya diberi batas dengan pensil pada
tiap-tiap warna yang dihasilkan
h. Jarak perpindahan dari tiap komponen diukur dan dihitung nilai Rf
nya
.
2. Kromatografi Descending
a. Kertas Whatman no.1 dengan ukuran 2 x 15 cm disiapkan dan diberi
batas (dengan pensil) kira-kira 1 cm dari tiap-tiap ujung atas dan
bawah kertas.
b. Disiapkan dua buah gelas beaker ukuran 75 ml diletakkan secara
terbalik dan diatasnya diletakkan dua buah gelas tabung kecil yang
masing-masing diisi dengan cairan alkohol dan aquades
c. Gelas tabung kecil yang berisi cairan ditutup dengan gelas beker
yang lebih besar untuk menstabilkan ruangannya
d. Kertas diberi totolan warna spidol dengan konsentrasi yang sama
antara warna coklat, dan ungu
e. Kertas ditempatkan dalam geleri totolan warna spidol dengan
konsentrasi yang sama antara warna coklat, ungu dan pinkas tabung
yang sudah stabil sambil dijaga supaya garis bawah kertas tidak
mengenai air
f. Ujung kertas diuntaikan kebawah, dan ruangan ditutup dengan gelas
beker yang lebih besar
g. Kertas didiamkan sampai cairan pelarut mencapai garis batas atas
kertas dan kemudian diangkat
h. Kertas dikeringkan untuk selanjutnya diberi batas dengan pensil
pada tiap-tiap warna yang dihasilkan
i. Jarak perpindahan dari tiap komponen diukur dan dihitung nilai Rf
nya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Kromatografi Ascending
"Tabel percobaan kertas saring 4 X 8 " " " "
"cm " " " "
"No "Sampel "Fase gerak"Jumlah "Jarak Noda "Jarak "Rf "
" " " "Noda " "Eluen " "
"1 "Cokelat "Alkohol "3 "Kuning = 1,5 cm"7 cm "1,5/7 = 0,214"
" " " " "Orange = 3 cm " "3/7 = 0,482 "
" " " " "Pink = 5 cm " "5/7 = 0,714 "
" " "Air "2 "Pink = 5,2 cm "7 cm "5,2/7 = 0,742"
" " " " "Kuning = 6 cm " "6/7 = 0,857 "
" " " " "Pink = 4,2 cm " "4,2/7 = 0,6 "
"2 "Ungu "Alkohol "2 "Pink = 4,2 cm "7 cm "4,2/7 = 0,6 "
" " " " "Ungu = 6 cm " "6/7 = 0,857 "
" " "Air "2 "Pink = 2,2 cm " "2,2/7 = 0,314"
" " " " "Ungu = 5.5 cm " "5,5/7 = 0,785"
"3 "Pink "Alkohol "1 "Pink = 5,2 cm "7 cm "5,2/7 = 0,742"
" " "Air "1 "Pink = 4,7 cm " "4,7/7 = 0,671"
" " " " " " " "
"Tabel percobaan kertas saring 8 X 10" " " "
"cm " " " "
"No "Sampel "Fase gerak"Jumlah "Jarak Noda "Jarak "Rf "
" " " "Noda " "Eluen " "
"1 "Cokelat "Alkohol "3 "Kuning = 5,3 cm"7,5 cm "5,3/7,5 = "
" " " " " " "0,706 "
" " " " "Orange = 5,9 cm" "5,9/7,5 = "
" " " " " " "0,786 "
" " " " "Pink = 5,9 cm " "5,9/7,5 = "
" " " " " " "0,786 "
" " "Air "2 "Pink = 7,4 cm "9 cm "7,4/9 = 0,822"
" " " " "Kuning = 8 cm " "8/9 = 0,888 "
"2 "Ungu "Alkohol "2 "Pink = 5,6 cm "7,5 cm "5,6/7,5 = "
" " " " " " "0,746 "
" " " " "Ungu = 6,4 cm " "6,4/7,5 = "
" " " " " " "0,853 "
" " "Air "2 "Pink = 2,5 cm "9 cm "2,5/9 = 0,277"
" " " " "Ungu = 6,6 cm " "6,6/9 = 0,733"
"3 "Pink "Alkohol "1 "Pink = 6 cm "7,5 cm "6/7,5 = 0,8 "
" " "Air "1 "Pink = 6,3 cm "9 cm "6,3/9 = 0,7 "
" " " " " " " "
" " " " "
"Kromatografi Descending " " " "
" " " " "
"Tabel percobaan kertas saring 2 X 15" " " "
"cm " " " "
"No "Sampel "Fase gerak"Jumlah "Jarak Noda "Jarak "Rf "
" " " "Noda " "Eluen " "
"1 "Cokelat "Alkohol "2 "Pink = 8,7 cm "11,3 cm "8,7/11,3 = "
" " " " " " "0,769 "
" " " " "Kuning = 9,4 cm" "9,4/11,3 = "
" " " " " " "0,831 "
" " "Air "2 "Pink = 9,7 cm "13,9 cm "9,7/13,9 = "
" " " " " " "0,697 "
" " " " "Kuning = 12,5 " "12,5/13,9 = "
" " " " "cm " "0,899 "
"2 "Ungu "Alkohol "2 "Pink = 7,5 cm "11,3 cm "7,5/11,3 = "
" " " " " " "0,663 "
" " " " "Ungu = 9,6 cm " "9,6/11,3 = "
" " " " " " "0,849 "
" " "Air "2 "Pink = 2,8 cm "13,9 cm "2,8/13,9 = "
" " " " " " "0,201 "
" " " " "Ungu = 8,3 cm " "8,3/13,9 = "
" " " " " " "0,597 "
B. Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan kertas kromatografi sebagai medium
penyerapan larutan pengembang. Kertas tersebut diukur dan secara berturut-
turut ditetesi dengan spidol warna coklat, ungu dan pink. Senyawa-senyawa
yang akan dideteksi berupa blanko warna yang berbeda-beda pada masing-
masing warna. Karena senyawa-senyawa ini memiliki sifat yang polar dan non
polar yang dapat larut dalam pelarut-pelarut polar maupun non polar seperti
air dan alkohol, maka dalam pemisahan dengan metode kromatografi kertas ini
digunakan dua pelarut untuk membandingkan hasilnya.
Dalam percobaan ini digunakan metode ascending, dimana pelarut maupun
komponen akan teradsopsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada
kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga memenuhi ujung
bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil percobaan
didapatkan jarak gerak pelarut atau larutan pengembang pada masing-masing
warna pada pelarut alkohol berupa, coklat : warna kuning dengan panjang
komponen 1,5 cm dan jumlah Rf 0,214 ; orange dengan panjang komponen 3 cm
dan jumlah Rf 0,482 ; dan pink dengan panjang komponen 5 cm dan jumlah Rf
0,714. Pada warna ungu ddapat : komponen warna pink dengan panjang komponen
4,2 cm dan jumlah Rf 0,6 ; dan komponen warna ungu dengan panjang komponen
6 cm dan jumlah Rf 0,857. Pada warna pink didapat : komponen warna pink
dengan panjang komponen 5,2 dan jumlah Rf sebanyak 0,742.
Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-
turut, coklat : warna pink dengan panjang komponen 5,2 cm dan jumlah Rf
0,742 ; kuning dengan panjang komponen 6 cm dan jumlah Rf 0,857 ; warna
pink dengan panjang komponen 4,2 cm dan jumlah Rf 0,6 . Pada warna ungu
didapat : komponen warna pink dengan panjang kompponen 2,2 cm dan jumlah Rf
0,314 ; dan komponen warna ungu dengan panjang komponen 5,5 dan jumlah Rf
0,785 . Pada warna pink didapat : komponen warna pink dengan panjang
komponen 4,7 cm dan jumlah Rf 0,671 . Hasil ini yang didapat pada kertas
ukuran 4 x 8 cm.
Sedangkan untuk kertas ukuran 8 x 10 cm, didapatkan hasil secara
berturut-turut, pada pelarut alkohol berupa, coklat : warna kuning dengan
panjang komponen 5,3 cm dan jumlah Rf 0,706 ; orange dengan panjang
komponen 5,9 cm dan jumlah Rf 0,786 ; dan pink dengan panjang komponen 5,9
cm dan jumlah Rf 0,786. Pada warna ungu ddapat : komponen warna pink dengan
panjang komponen 5,6 cm dan jumlah Rf 0,746; dan komponen warna ungu dengan
panjang komponen 6,4 cm dan jumlah Rf 0,853. Pada warna pink didapat :
komponen warna pink dengan panjang komponen 6 cm dan jumlah Rf sebanyak
0,8.
Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-
turut, coklat : warna pink dengan panjang komponen 7,4 cm dan jumlah Rf
0,822 ; dan komponen warna kuning dengan panjang kompponen 8 cm dan jumlah
Rf 0,888. Pada warna ungu didapat : warna pink dengan panjang komponen 2,5
cm dan jumlah Rf 0,277 komponen warna ungu dengan panjang komponen 6,6 cm
dan jumlah Rf 0,733 . Pada warna pink didapat : komponen warna pink dengan
panjang komponen 6,3 cm dan jumlah Rf 0,7 .
Dalam percobaan ini juga digunakan metode descending, dimana pelarut
maupun komponen akan teradsopsi dan bergerak ke bawah dengan gaya kapiler
pada kertas kromatografi, searah dengan gaya gravitasi hingga memenuhi
ujung bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Hasil yang
dudapatkan paa pelarut alkohol secara berturut-turut terhadap dua warna
adalah, coklat : warna pink dengan panjang komponen 8,7 cm dan jumlah Rf
0,769 ; dan kuning dengan panjang komponen 9,4 cm dan jumlah Rf 0,831. Pada
warna ungu ddapat : komponen warna pink dengan panjang komponen 7,5 cm dan
jumlah Rf 0,663; dan komponen warna ungu dengan panjang komponen 9,6 cm dan
jumlah Rf 0,849.
Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-
turut, coklat : warna pink dengan panjang komponen 9,7 cm dan jumlah Rf
0,697 ; dan komponen warna kuning dengan panjang kompponen 12,5 cm dan
jumlah Rf 0,899. Pada warna ungu didapat : warna pink dengan panjang
komponen 2,8 cm dan jumlah Rf 0,201 komponen warna ungu dengan panjang
komponen 8,3 cm dan jumlah Rf 0,597.
Dalam perbedaannya pada penggunaan pelarut air dan alkohol, dirasakan
disini bahwasanya komponen dengan pelarut alkohol mudah terurai pada
awalnya dan melambat selang beberapa waktu kemudian. Namun jika menggunakan
pelarut air, maka dirasakan bahwa penguraian komponen warna memakan waktu
yang cukup lama tapii secara konsisten tanpa pelambatan.
Hal ini bisa saja disebabkan oleh pengaruh ruangan yang tidak stabil
dimana alkohol sangat mudah menguap sehingga mempengaruhi proses
penguraian. Namun hal tersebut masih belum dapat dibuktikan dalam praktikum
ini.
Sedangkan untuk penggunaan metode ascending maupun descending, tidak
ditemukan perbedaan yang begitu berarti antara keduanya, dimana kedua
metode ini cukup baik untuk digunakan dalam metode kromatografi kertas ini.
Namun, ditemukan disini bahwa metode descending memerlukan alat dan
ketrampilan lebih dalam pengaplikasiannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode kromaografi kertas sangat mudah digunakan untuk menganalisa
kandungan senyawa suatu larutan. Murah serta tidak membutuhkan biaya yang
berlebih dalam penggunaannya, namun keakuratan penggunaan metode ini mash
kurang, dikarenakan mungkin perbedaan penotolan pada kertas maupun kualtas
kertas dan kondisi ruangan percobaan.
Metode ascending dan descending dapat digunakan keduanya untuk
menganalisa suatu senyawa dalam campuran tanpa ada perbedaan yang
signifikan.
B. Saran
Ketika melakukan praktikum ini, diharapkan untuk serus dalam setiap
metodenya. Karena kesalahan yang disebabkan kekurang hati-hatian dalam
melaksanakan metode dapat mengakibatkan kekurang akuratan hasil yang akan
didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. Buku Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Azizahwati, dkk. Analisis "Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makan yang
Beredar di Pasaran". Jurnal Ilmu Kefarmasia 4, No. 1 (2007), h. 7-25.
Day, R.A. dan L. Underwood. Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan.
Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.
Sumar hendayana. Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010
Kromatografi Kertas. 2010. http://autumninday.com/ diakses pada tanggal 21
Maret 2016.
Kromatografi Kertas dan Lapis Tipis. 2012. http://foodandsnack.com/ diakses
pada tanggal 21 Maret 2016
Kromatografi Kertas http://awjee.blog.com/2012/11/24/kromatografi-kertas/
diakses pada 22 Maret 2016