LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
“GEL PIROXICAM”
11/20/2014
Disusun Oleh: Kelompok D-3
1. Elok Dea Orens U.W.
122210101070 122210101070
2. Dwi Citra Nur U.
122210101072 122210101072
3. Arini Marga M.
122210101082 122210101082
4. Angga Yonaditya
122210101084 122210101084
5. Maharani Dwi P.
122210101086 122210101086
6. Lucky Yuristika P.
122210101088 122210101088
7. Dhita Oktavia
122210101092 122210101092
Bagian Farmasi Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Jember 2014
DAFTAR ISI
I.
TUJUAN PRAKTIKUM ........................................... ................................................................. ............................................ ................................ .......... 3
II.
DASAR TEORI .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................. ......................... 3
III.
EVALUASI PRODUK REFEREN .......................................... ................................................................. ....................................... ................ 8
IV.
STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF ............................................ ............................................................... ................... 10
V.
JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULA ...................... ...................... 15
VI.
SUSUNAN FORMULA DAN KOMPOSISI BAHAN YANG DIRENCANAKAN .. 19 1. Susunan Formula .......................................... ................................................................ ............................................ ................................... ............. 19 9 2. Spesifikasi Sediaan Yang Diinginkan ............................................ ................................................................... .......................... ... 19 3. Rancangan Etiket Dan Kemasan ............................................. .................................................................... ................................. .......... 20
VII.
METODE ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. .............................. ....... 21 1. Alat dan Bahan .......................................... ................................................................ ............................................ ......................................... ................... 21 2. Prosedur Pembuatan.......................................... ................................................................ ............................................ ................................. ........... 21 3. Prosedur Evaluasi .......................................... ................................................................ ............................................ ..................................... ............... 22
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ ................................................................... ......................................... .................. 23 1. Hasil Praktikum ............................................ .................................................................. ............................................ ..................................... ............... 23 1.1 Evaluasi Sediaan Gel Piroxicam ......................................... ............................................................... .............................. ........ 23 1.2 Rangkuman Hasil Pengamatan ............................ ................................................... ............................................. ...................... 24 2. Pembahasan ........................ ............................................... ............................................. ............................................ ......................................... ................... 25 IX.
KESIMPULAN .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................ ...................... 30
X.
DAFTAR PUSTAKA............................................ ................................................................... ............................................. ................................. ........... 31
Judul Praktikum :
GEL PIROXICAM
Hari/ Tanggal
: 20 November 2014
Kelompok
: D_3
Nama Peserta
:
I.
1. Elok Elok Dea Orens Orens U.W. U.W. 122210 122210101 101070 070 2. Dwi Citra Citra Nur U.
122210 122210101 101072 072
3. Arini Arini Marga Marga M.
122210 122210101 101082 082
4. Angga Angga Yonadi Yonaditya tya
122210 122210101 101084 084
5. Mahara Maharani ni Dwi P.
122210 122210101 101086 086
6. Lucky Lucky Yuristi Yuristika ka P.
122210 122210101 101088 088
7. Dhita Dhita Oktavi Oktaviaa
122210 122210101 101092 092
TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat menyusun rancangan formula, pembuatan, evaluasi dan kemasan gel serta mendiskusikan berdasarkan karakteristik fisika kimianya. 2. Mahasiswa dapat membuat sediaan gel yang telah dirancang dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat.
II.
DASAR TEORI 1. Anatomi dan Fisiologi Kulit Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh pengaruh kima. Dimana kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga kelurnya substansi-substansi penting dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa senyawa kimia namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa senyawa obat/bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik / efek toksik baik yang bersifat setempat/.sistemik. (Aiache.1993)Dari suatu penelitian diketahui bahwa pergerakan air melalui lapisan kulit yang tebal tergantung pada pertahanan stratum corneum yang berfungsi sebagai ratelimiting barier pada kulit (Swarbick dan Boylan. 1995) Secara mikroskopis kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda beda dari luar dalam epidermis, lapisan dermis, subkutan (Aiache.1993)
3
Gambar 1. Struktur kulit. Terdiri dari lapisan epidermis (1),
dermis
(2),
subkutis(3),
folikel
rambut
(4),
kelenjar
sebaseus(5) dan kelenjar keringat (6). (Aiache.1993)
2. Absorbsi Perkutan Absorbsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari kulit ke dalam jaringan dibawah kulit kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Istilah perkutan menunjukan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda beda.(Aiache, 1993). Penentuan molekul dari bagian luar ke bagian dalam kulit secara
nyata
dapat
terjadi
baik
melalui
penetrasi
transpidermal
dan
transpendegeal(Swarbick dan Boylan. 1995). Untuk memasuki sistem sistemik, tahapan pada absorpsi perkutan dapat melalui penetrasi pada permukaan stratum corneum di bawah gradien konsentrasi, difusi melalui stratum corneum, corneum, epidermis dan dermis, kemudian masuknya molekul ke dalam mikrosirkulasi (Aiache.1993) (Ansel. 2008) Tahapan ini dapat digambarkan pada gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme penghantaran obat melalui rute transdermal mulai dari pelepasan obat sampai menuju jaringan target (Aiache.1993) a. Penetrasi Transepidermal Sebagian obat berpenetrasi melintasi stratum korneum melalui ruang intraseluler dan ekstraseluler. Pada kulit normal, jalur penetrasi umumnya 4
melalui transepidermal dibandingkan transapendegeal. Pada prinsipnya masuknya penetran ke dalam stratum korneum adalah adanya koefisien partisi dari penetran obat – obatan obatan yang bersifat hidrofilik akan berpartisi melalui jalur transseluler sedangkan obat – obat obat yang bersifat lipofilik akan masuk kedalam stratum korneum melalui intraseluler (Swarbick dan Boylan. 1995). b. Penetrasi Transapendegeal Penetrasi melalui rute transapendegeal adalah penetrasi melalui kelenjar folikel yang ada pada kulit. Dimana penetrasi transapendegeal akan membawa senyawa obat melalui kelenjar keringat dan kelenjar rambut yang berhubungan dengan kelenjar sabapeus. Pada rute ini, dapat menghasilkan difusi yang cepat dan segera setelah penggunaan obat karena dapat menghilangkan waktu yang diperlukan obat untuk melewati stratum korneum (Swarbrick et al, 1995). 3. Definisi Gel Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel pada umumnya memiliki karakteristik yaitu strukturnya yang kaku. Gel dapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar, atau non polar, dan hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami (tragacanth, guar, atau xanthan), x anthan), bahan semisintetis semisintet is (misal : methylcellulose, carboxymethylcellulose, atau hydroxyethylcellulose), bahan sintetis (misal : carbomer), atau clay (misal : silikat). Viskositas gel pada umumnya sebanding dengan jumlah dan berat molekul bahan pengental yang ditambahkan. Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gels(oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafin cair, polietilen atau minyak min yak lemak yang ditambah dengan silika koloid atau sabun-sabun sabun-s abun aluminium atau seng. Sedangkan hydrophylic gels, basisnya terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium-aluminum silikat (Gaur et al, 2008). Berdasarkan sifat pelarut terdiri dari hidrogel, organogel, dan xerogel. Hydrogel (sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga dimensi dari rantai polimer hidrofilik yang tidak larut dalam air tapi dapat mengembang di dalam air. Karena sifat hidrofil dari rantai polimer, hidrogel dapat menahan air dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya (superabsorbent)Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic yang terdapat dalam fase 5
cairan organic yang tertahan dalam jaringan cross-linked tiga dimensi. Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak minyak sayur. Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan. Xerogel biasanya mempertahankan porositas yang tinggi (25%),luas permukaan yang besar (150-900 m/g), dan ukuran porinya kecil (1-10 nm). Saat pelarutnya dihilangkan di bawah kondisi superkritikal, jaringannya tidak menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel. Gelling agent bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Gom alam dan polimer berfungsi dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan partikel. Pada saat dikempa, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula, mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk proses granulasi basah biasanya dilarutka dalam air atau suatu pelarut biasanya berupa alkohol dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk masa basah/granul. Dalam pengikatan partikel parti kel bersama yang berperan adalah ikatan van der walls dan ikatan hidrogen. Contoh : mikrokristalin selulosa, gom arab. Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan viskositas dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan dari wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel yang sebagian besar solvennya berupa air maka temperature yang tinggi akan mengakibatkan
sebagian
dari
solvennya
akan
menguap
sehingga
akan
mengakibatkan perubahan pada struktur gel.Basis gel sebagian besar berupa polimer – polimer. Gel merupakan crosslinked system dimana aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam keadaan steady state. Sebagian besar bahan merupakn liquid tetapi gel memiliki sifat seperti padatan karena adanya ikatan 3 dimensi didalam larutan. Ikatan ini mengakibatkan adanya sifat swelling dan elastic. Untuk melihat kerusakan dari struktur gel dapat dilihat dari kekakuan/rigidness dari gel tersebut. Temperature tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel meningkat oleh karena itu proses penyimpanan dari sediaan bentuk gel harus diperhatikan. 4. Definisi Piroksikam Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivate enolat (Clarke, 2004). AINS mampu mengahmbat sintesis mediator nyeri prostaglandin dan sangat bermanfaat sebagai anti nyeri. Khasiat AINS sangat ditentykan kemampuan menghambat sintesis prostaglandin melalui hambatan aktifitas COX (Lelo, Azna et al, 2004). Dari berbagai uji klinik pada penderita 6
osteoarthritis ditunjukkan bahwa AINS baik yang non selektif maupun yang selektif menghambat aktifitas COX-2 berkhasiat dalam mengurangi nyeri rematik (Kumar, 2011) Makin lebih selektif suatu AINS menghambat COX-1 makin berkurang khasiatnya sebagai antiinflamasi dan sebaliknya dengan sediaan yang makin lebih selektif menghambat COX-2. Penggunaan COX-2 sebagai obat analgetika tunggal akan menunjukkan efek mengatap. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorbs berlangsung cepat dilambung, terikat 99% pada protein plasma. Kira – kira kira sama dengan kadar cairan sinovia. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek Ef ek samping tersering adalah pusing, tinnitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, pasien tokak lambung dan pasien yang sedang minum antikoagulan indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi misalnya arthritis momatoid, osteoarthritis, sponditis ankilosa. Dosis 10-20 mg sehari (Syarif. 2007) Piroksikam merupakan antiinflamasi non steroid (AINS) emmpunyai sifat tidak larut dalam air, asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organic, sehingga perlu diupayakan untuk menaikkan kelarutannya dengan penambahan surfaktan (Kumar, 2011). Prinsip kelarutan piroksikam adalah stabilitas yang sangat baik pada pH 7,5 dengan pKa 6,3. Factor yang mempengaruhi laju degradasi antara lain pH, dapar, suhu, media reaksi dan adanya bahan tambahan seperti surfaktan (Kumar, 2011) Pada penelitian ini bentuk sediaan terpilih adalah gel mempunyai kadar air yang tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang yang sifatnya setempat dan timbulnya kulit meradang. Gel diaplikasikan langsung pada kulit yang mengalami gangguan dan setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang, elastic dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori sehingga tidak mempengaruhi pernafasan kulit. Pelepasan obat pada sediaan gel sangat bagus. Bahan obat dilepaskan dalam waktu yang singkat dan hmapir sempurna (voight, 1971). Sediaan dalam bentuk gel lbih banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah mongering membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci dengan air (Massey. 2010)
7
III.
EVALUASI PRODUK REFEREN 1. Feldene Gel Komposisi
: Piroksikam
Indikasi
: Kondisi yang ditandai oleh nyeri/rasa sakit dan meradang seperti osteoartritis (artrosis, penyakit sendi degeneratif), setelah
trauma
muskuloskeletal
(terpukul, akut,
terbentur,
termasuk
dll)
tendinitis,
atau
kelainan
tenosinovitis,
periartritis, keseleo, ketegangan otot, dan sakit pinggang. pinggang. Kontra Indikasi : Hipersensitifitas. Pasien yang yang bila mengkonsumsi Aspirin atau obat-obat anti radang non steroid lainnya bisa mengalami gejala-gejala asma, rhinitis, angioedema, atau biduran/kaligata. Perhatian
: Jangan digunakan pada mata, mukosa, luka terbuka pada kulit.
Efek Samping
: Iritasi lokal, eritema (kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh-pembuluh darah), ruam kulit, desquamasi pitiroid pada bagian yang diberi gel. Perubahan warna kulit yang bersifat ringan dan sementara.
Indeks keamanan pada wanita hamil : Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya
diberikan
bila
hanya
keuntungan
potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. Kemasan
: Gel 0,5 % x 25 gram.
Dosis
: Gunakan 1 gram pada bagian yang sakit 3-4 kali sehari.
Pabrik
: Pfizer
2. Scandene Gel Komposisi
: Piroxicam / Piroksikam.
Indikasi
: Kondisi
yang
memerlukan
obat
dengan
aktifitas
anti
peradangan, seperti osteoartritis, artrosis, penyakit sendi degeneratif, kelainan muskuloskeletal akut, dan kaku otot karena traumatik (terkilir, dll). Perhatian
: Hindari kontak dengan mata, mukosa, dan luka kulit terbuka. Hamil, menyusui, dan anak-anak. 8
Efek Samping
: Iritasi lokal, gatal-gatal, ruam kulit, eritema (kemerahan kulit karena pelebaran pembuluh-pembuluh darah), kulit bersisik dan mengelupas. Perubahan warna kulit yang bersifat ringan dan sementara.
Indeks keamanan pada wanita hamil : Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya
diberikan
bila
hanya
keuntungan
potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. Kemasan
: Gel 0,5 % x 20 gram.
Dosis
: Gosokkan sebanyak 1 gram pada dareah yang sakit 3 atau 4 kali sehari.
Penyajian
: Tak ada pilihan
Pabrik
: Tempo Scan Pacific
3. Pirofel Gel Komposisi Indikasi
: Piroksikam : Osteoartritis, kelainan muskuloskeletal akut atau setelah traumatik (terpukul, terbentur, teriris, dll) termasuk tendinitis (radang urat), tenosinovitis, periartritis, otot tegang, keseleo, dan nyeri pinggang.
Kontra Indikasi : Pasien yang bila mengkonsumsi mengkonsumsi Aspirin atau obat-obat anti radang non steroid lainnya dapat mengalami gejala-gejala asma, rinitis, angioedema, dan urtikaria (biduran/kaligata). Perhatian
: Hindari kontak dengan mata, permukaan mukosa, luka kulit terbuka, dermatosis atau infeksi ; Hamil dan menyusui ; Anakanak.
Efek samping
: Iritasi lokal ringan sampai sedang, eritema, gatal-gatal, dermatitis, perubahan warna kulit (ringan tetapi bersifat sementara).
Kemasan
: Gel 0,5 % x 20 gram.
Dosis
: Oleskan 1 gram pada bagian yang sakit 3-4 kali sehari. (Anonim. 2009)
9
IV.
STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Bahan
Efek
Aktif
Utama
Piroksikam
Anti
Eritema
inflamasi
(Farmakologi
((Farmakol
dan Terapi hal atau
ogi
240),
Efek Samping
dan
Terapi, hal lokal, 240),
anti
Karakteristik Karakteristik Fisika
Kimia
kulit Serbuk,
-
hampir
putih
dianjurkan
atau
oleh
reaksi kuning terang,
kulit
Piroksikam hanya
coklat
iritasi terang
Sifat lain
spesialis
yang tidak berbau,
rematologi
radang
serius termasuk bentuk
s, dan ini
akut,
nekrolisis toksik monohidrat
pun
analgetis,
epidermal,
sebagai
antipiretis,
sterens jhonson kuning,
serangan
sindrom (obat-
kelarutan
encok (obat
obat
sangat
sukar
obat
larut
dalam
tidak
air,
dalam
berhasil.
–
berwarna
obat penting,Ed.36
penting).
hal 117-118)
terapi
asam
:
kedua bila lain
encer
dan sebagian besar
pelarut
organik; sukar larut
dalam
etanol
dan
dalam larutan alkali
yang
mengandung air (Farmakope Indonesia IV, hal 683). Diklorofen
Menurunka
Mual
ak
n panas dan
eritema
menghilang dan
gastritis, Organoleptis kulit, putih, sakit kuning,
Larut
dalam Stabilitas
agak alkohol, sangat mudah
pada cahaya: 10
kan nyeri.
kepala.
higroskopis, dan
larut
dalam mudah
serbuk aseton,
kristal.
dan
praktis larut
teroksidasi,
tidak stabilitas dalam pada udara:
eter, air serta higroskopi mudah
Ibu profen
Analgesik dan
Eritema kulit
anti
Serbuk, hablur
larut
s pH 1 %
dalam
b/v dalam
metanol.
air 7-8,5
Kelarutan
: Pemberian
putih praktis
tidak ibu profen
inflamasi
hingga hampir
larut
dalam dengan
yang tidak
putih, berkilau
air,
sangat aspirin
terlalu kuat
khas lemah.
mudah
larut
dapat
(Farmakolo
dalam
mengantag
gi
etanol,dalam
onis
metanol,
aspirin
aseton,dan
terhadap
dalam
trombosit
kloroform,
sehingga
dan
Terapi, )
serta larut
efek
sukar meniadaka dalam n
etil asetat.
sifat
kardioprote ktif aspirin.
Na-
Aktivitas
- Pencernaan :
diklofenak
sebagai
gangguan pada
antiinflama
saluran
cerna
si,analgetik bagian
atas
&
(20%
pasien)
antipiretik.
tukak lambung,
Metabolis
perdarahan
me
saluran.
terutama
-Saraf
melalui
kepala
hati.
pasien), depresi,
:
sakit (3-9%
11
insomnia, cemas. -Ginjal
:
(kurang dari 1% pasien) terganggu fungsi ginjal(azotemia, proteinuria,nefr otik
sindrom
dll), -Kardiovaskular : retensi cairan, hipertensi,
(3-
9% pasien), -Pernapasan asma
:
(kurang
dari 1% pasien), Darah:lekopenia, trombositopenia, hemolitik anemia (kurang dari 1% pasien). -Hati : hepatitis, sakit
kuning
(jarang), peningkatan SGOT
terjadi
pada
2
%
pasien, Lain-lain ruam,
:
pruritus,
tinnitus,
reaksi 12
sensitivitas
(1-
3% pasien). Asam
Analgesik,
salisilat
anti piretik, memberikan
(Farmakolo
dan
gi
efek
dan antiinflams
Terapi, )
Sangat
iritatif, Hablur ringan, tidak
Kelarutan larut
: Menyebak
dalam an
piretik berwarna atau 550 bagian air pada
sehungga pada
serbuk
dan dalam 4
i
keracunan berat berwarna
(Farmakolo
terjadi
gi
dan
tidak berbau;
hiperhidrolisis,
rasa
hepatotoksik,
manis
mengganggu
baerbau tajam dan
pernafasan,
(Farmakope
eter p; larut
memperpanjang
Indonesia
dalam larutan
masa
Edisi III).
amonium
dan
Terapi, )
iritatif
bagian etanol Farmakolo
demam putih; hampir (95%)
p: gi
mudah
larut
dan
Terapi, )
agak dalam dan kloroform
p
dalam
pendarahan,
asetat
iritasi
dinatrium
saluran
lambung..(
p,
cerna..(Farmako
hidrogen
logi dan Terapi,
fosfat
)
kalium sitrat p dan
p,
natrium
sitrat p.(Farmakope Indonesia Edisi III).
Alasan Pemilihan Bahan Aktif (Piroksikam) 1. Digunakan bahan aktif piroksikam karena memiliki BM lebih kecil dan sifatnya yang lebih nonpolar daripada turunan oksikam lainnya, sehingga piroksikam memiliki kemampuan menembus kulit lebih besar dibandingkan turunan oksikam lainnya (Soebagio, Boesro dkk, 2011) 2. Efek yang ditimbulkan piroksikam lebih cepat dari golongan anti inflamasi lain (FI IV, 1995) 3. Dibandingkan dengan plasebo NSAId lain (Massey et al, 2010) 13
- Piroksikam memiliki proporsi dari partisipan diamati telah sukses terobati sebesar 68% dengan plasebo 47% - Ibuprofen proporsi dari partisipan diamati telah sukses terobati sebesar 55% dengan plasebo 33% - Indometasin
proporsi dari partisipan diamati telah sukses terobati
sebesar 68% dengan plasebo 47% - Diklofenak proporsi dari partisipan diamati telah sukses terobati sebesar 68% dengan plasebo 47%
Target organ yang dituju
: Dermis
Tujuan terapi
: Lokal
Bentuk sediaan yang dipilih
: Gel
Alasannya: 1. Pada penggunaan oral piroksikam dapat memberikan efek samping sperti gangguan GI, sakit kepala. Maka dari itu, untuk mengatasi efek samping tersebut piroksikam dapat digunakan secara transdermal 2. Tingkat difusi piroksikam ke dalam membran, absorbsinya lebih besar jika dalam bentuk gel (mudah berpenetrasi kedalam membran atau sel target) 3. Bentuk sediaan gel lebih acceptable karena mempunyai efek dingin ketika digunakan 4. Baik digunakan pada kondisi meuskuletal otot (nyeri otot, reumatik, nyeri sendi) 5. Eficacy dapat dikontrol 6. Turunan piroksikam yang lain, biasanya digunakan secara oral, misalnya tenoksikam yang Kemungkinan efek samping: neuralgia, anoreksia, efek ultserogennoe, insomnia, depresi atau kecemasan tinggi, edema perifer, visual, reaksi alergi pada kulit. Obat ini tidak cocok untuk radang perut dan kanker pencernaan, diabetes, pelanggaran hati dan gagal ginjal, gagal jantung, hipertensi arteri, kehamilan dan menyusui.
14
V.
JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULA 1. Piroksikam (Martindale)
BM
: 331,35
Struktur
: C15H13 N3O4S
Pemerian
: Serbuk putih kuning, atau coklat terang atau kuning terang, tidak berabau bentuk monohidrat monohidrat berwarna kuning.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, asam encer dan pelarut organic Sedikit larut dalam alcohol dan larutan alkali berair.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, tidak tembus cahaya Fungsi
: Analgesik, antiinflamasi non steroid (AINS), antiradang kuat, antipiretis, serangan encok
Konsentrasi
: 0,5
2. TEA (HPE, 754) 754) (FI IV, 1203)
BM
: 101,19
Struktur
: C6H15 NO3 149.19
Pemerian
: Serbuk halus, putih, sedikit berbau khas, higroskopis
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanoldengan eter dan dengan air dingin
Inkompabilitas: Trietanolamina akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk kristal garam dan ester. Dengan asam lemak lebih tinggi, trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamina dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil 15
klorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen. Produk dari reaksi-reaksi ini sangat beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya. Titik didih
: 335°C
Titik lebur
: 208°C
Fungsi
: Alkalizing Agent
Konsentrasi
: 2-4%
Alasan
: TEA merupakan alkalizing agent, diaman dapat membantu kelarutan dari bahan aktif (Piroksikam) dan meningkatkan pH dari Gelling agent (Carbopol). Tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mengalami hidrolisis dan oksidasi (Piroksikam mudah mengalami oksidasi)
3. Propilen Glikol (HPE, 592)
Struktur
: C3H8O2 76.09
Pemerian
: Cairan kental jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dlam eter, dan dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapitidak bercampur dengan minyak lemak.
Inkompabilits : Dengan reagen oksidadi (contoh : potassium permanganat) Titik didih
: 1880C
Titik lebur
: 990C
Fungsi
: Pelarut Nipagin dan Nipasol
Konsentrasi
: 5-20%
Alasan
: Propilen Glikol merupakan pelarut yang digunakan untuk melarutkan nipagin dan nipasol. Karena, nipagin dan nipasol 16
mudah larut dalam propilen glikol yaitu Propilen Glikol : Nipagin (5 :1), Propilen Glikol : Nipasol (3,9 (3,9 : 1)
4. Karbopol (HPE, 111)
Pemerian
: Serbuk halus, putih, sedikit berbau khas, higroskopis
Kelarutan
: Setelah netralisasi dengan alkali hidroksida, atau amina larut dalam air, dalam etanol, dan dalam gliserol
Fungsi
: Gelling Base
Konsentrasi
: 0,5- 2%
pH
: 2,5 – 4,0 4,0 untuk 0,2% w/v system disperse
17
5. Nipasol (Propil Paraben) (HPE, 596) BM
:
180,21
Struktur
: C10H12O3 180.20
Pemerian
: bubuk putih, Kristal, tidak berbau dan tawar
Kelarutan
: mudah larut dalam aseton, dan eter. Air 1 dalam 4350 pada suhu 50oC, etanol (95%) 1 dalam 1,1, gliserin 1 dalam 250
Titik didih
: 295oC
Fungsi
: Pengawet
Konsentrasi
: untuk pemakain topical 0,01 – 0,6% 0,6%
pKa
: 8.4 at 22°C
Alasan
: Untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan dalam pemakaiannya bersamaan dengan metal paraben untuk hasil lebih optimal
6. Aquadest Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, sisa penguapan tidak lebih dari 0,001% b/v pemanasan dilakukan diatas air hingga kering.
18
V I.
SUSUNAN FORMULA DAN KOMPOSISI BAHAN YANG DIRENCANAKAN
1.
SUSUNAN FORMULA
Piroksikam
0,5%
TEA
2%
Propilen Glikol Karbopol
1%
Nipagin
0,02%
Aquadest
66,48%
Parfume
2 tetes
Metil salisilat
10%
Skala 1kemasan
Skala 1Batch
(20gram)
(100gram)
Bahan Aktif
0,1
0,5
TEA
Alkalizing Agent
0,4
2
Propilen Glikol
Solvent
4
20
Karbopol
Gelling Base
0,2
1
Nipagin
Pengawet
0,004
0,02
Aquadest
Solvent
13,296
66,48
Parfume
flavour
1 tetes
3 tetes
2
5
Bahan
Fungsi
Piroksikam
Metil salisilat
2.
20%
Panas (pengalih rasa nyeri)
SPESIFIKASI SEDIAAN YANG DIINGINKAN Bentuk Sediaan
Evaluasi Bentuk
Gel Piroksicam
Organoleptis
sediaan
Spesifikasi
Gel
Bau
Mawar Mint
Rasa
Dingin pada Kulit 19
Warna Sifat alir Viskositas pH
3.
Kuning bening Tiksotropi 150-200 dPa.s <7.5
RANCANGAN ETIKET DAN KEMASAN 1. Rancangan Kemasan
2. Rancangan Etiket
20
VII.
METODE 1. ALAT DAN BAHAN
ALAT 1. Beaker glass 2. Batang pengaduk 3. Gelas ukur 4. Pipa tetes 5. Timbangan analitik 6. Cawan dan mortir 7. Sudip 8. Tube
BAHAN 1. Piroksiam 2. Carbopol 3. Propil paraben 4. Propilen glikol 5. Menthol 21
6. TEA 7. Metil salisilat
2. CARA KERJA
Timbang Carbopol masukkan dalam cawan kemudian tambahkan air hangat aduk ad membentuk mucilago
Timbang piroksikam piroksikam masukkan dalam mortir larutkan dalam propilen glikol
Kemudian masukkan carbopol dalam bentuk mucilago aduk ad membentuk gel dan tambahkan sedikit aquadest
Metil salisilat Propil paraben TEA
Ditimbang, kemudian masukkaan dalam campuran aduk ad homogen
3. PROSEDUR EVALUASI Menthol
Organoleptis
Evalusai organo leptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, Ditimbang, kemudian tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan larutkan mentol dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya ( macam dan item ), etanol pengujianya masukkan dalam campuran aduk ad menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
Evaluasi pH Gel siap dimasukkan dalam wadah
22
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
Evaluasi daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan
fase
dalam
ukuran
dan
penyebarannya.
Uji aseptabilitas sediaan.
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masingmasing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
23
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PRAKTIKUM 1.1 EVALUASI SEDIAAN GEL PIROXICAM
Uji Organoleptis o
Bentuk
: Gel sedikit bergelembung
o
Rasa
: Dingin pada kulit
o
Bau
: Mawar Mint
o
Warna
: kuning bening
Penentuan waktu kecepatan alir -
Uji Viskositas -
Uji Daya Sebar Beban (mg)
Diameter (cm)
0
2
5
5
9
5,7
10
6,4
12
6,5
14
6,5
Uji pH pH =6
24
1.2 RANGKUMAN HASIL PENGAMATAN
Bentuk
Evaluasi
Sediaan
Bentuk sediaan Organoleptis
Bau Rasa
Gel Piroksicam
Warna Sifat alir Viskositas pH
Hasil
Spesifikasi
Pengamatan Gel sedikit
Gel
buih
Ket
+
Mawar Mint
Mawar Mint
+
Dingin pada
Dingin pada
Kulit
Kulit
Kuning bening
Kuning bening
+
Tiksotropi
-
-
150-200 dPa.s
-
-
6-7.1
6
+
+
2. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini praktikan melakukan perancanga formula, peracikan, dan evaluasi sediaan s ediaan Gel dari bahan aktif piroxsikam yang merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat enolat. Setelah melakukan praktikum kali ini diharapkan praktikan dapat merancang formula, meracik, dan mampu mengevaluasi sediaan Gel Piroxsikam. Piroxsikam. AINS mampu menghambat sintesis mediator nyeri prostaglandin dan sangat bermanfaat sebagain anti nyeri. Adapun alasan ala san dibuat dalam bentuk sediaan gel adalah pada penggunaan oral piroksikam dapat memberikan efek samping sperti gangguan GI, sakit kepala oleh karena itu, untuk mengatasi efek samping tersebut piroksikam dapat digunakan secara transdermal, tingkat difusi piroksikam ke dalam membran, absorbsinya lebih besar jika dalam bentuk gel (mudah berpenetrasi kedalam membran atau sel target), bentuk sediaan gel lebih acceptable karena mempunyai efek dingin ketika digunakan. Gel, kadang-kadang disebut jeli dan merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase. 25
Pada pembuatan sedian gel ini digunakan bahan aktif piroksikam yang berupa serbuk, berwarna kuning terang te rang , tidak berbau dan berbentuk monohidrat berwarna kuning. Kelarutan piroksikam sangat sukar larut dalam air, dalam asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air. Natrium Diklofenak juga berfungsi sebagai analgesik antiinflamasi karena mengandung gugus fenil amino asetat yang dapat menghambat jalur siklooksigenase. Perlu diketahui ada beberapa alasan kita lebih memilih bahan aktif piroksikam daripada bahan aktif yang lain, antara lain adalah Efek yang ditimbulkan piroksikam lebih cepat dari golongan anti inflamasi lain, bahan aktif piroksikam memiliki BM lebih kecil dan sifatnya yang lebih nonpolar daripada turunan oksikam lainnya, sehingga piroksikam memiliki kemampuan menembus kulit lebih besar dibandingkan turunan oksikam lainnya. Sebelum melakukan tahap evaluasi gel. Praktikan menyiapkan rancangan formulasi sediaan berdasarkan pertimbangan dari karakteristik kimia fisika baik dari segi bahan aktif maupun bahan tambahan. Adapun formulanya sebagai berikut : FORMULA
Piroxicam
0.5%
Propilen Glikol
20%
Carbopol 940
1%
TEA
2%
Propil Paraben
Air
Parfume
Metil salisilat
0.02% 76.48% 1 tetes 10%
Adanya karbopol karbopol pada formula formula tersebut dapat memberikan bentuk sediaan gel yang transparan dan zat aktifnya homogen. Selain itu penggunaan carbopol lebih efisien dalam hal pembuatan dan waktunya singkat, karbopol juga digunakan sebagai gelling agent karena karbopol dalam konsentrasi sedikit sudah dapat memberikan viskositas yang baik untuk sediaan gel ini. Sedangkan untuk menjaga stabilitas sediaan gel, ditambahkan nipagin dan nipasol sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba serta digunakan aquadest sebagai fase 26
kontinu dari gel. Metil salisilat pada sediaan ini berfungsi untuk meberikan aroma mint dan meningkatkan penetrasi. Dengan menggunakan formula tersebut dalam proses pembuatan s ediaan gel piroksikam praktikan berharap dapat membentuk
sediaan gel seperti yang
diharapkan. Adupun spesifikasi target sediaan yang praktikan harapkan sebagai berikut: Bentuk
Evaluasi
Sediaan
Spesifikasi
Bentuk
Gel
sediaan Organoleptis Gel Piroksicam
Bau
Mawar Mint
Rasa
Dingin pada Kulit
Warna Sifat alir Viskositas pH
Kuning bening Tiksotropi 150-200 dPa.s <7.5
Prosedur pertama dalam pembuatan gel piroksikam adalah menimbang bahan-bahan yang di perlukan per lukan sesuai formula yang kita pilih datas. Awalnya kita memasukkan karbopol bersama dengan air. Aduk hingga terbentuk massa gel yang bai,, yaitu bening dan kenyal. Lalu masukan bahan aktiv yaitu piroksisam yang telah di larutkan dengan TEA.setelah homogen masukan propylene glykol lalu masukan propyl paraben. Aduk hingga homogen. Pada tahap ini hasil yang terjadi ternyata masih seperti emulgel yaitu bewarna kuning buram. Hal itu karena kita belum menambahkan air pada sediaan. Maka dari itu kita menambahkannya. Hingga terbentuk hasil yang kuning bening kenyal. Lalu terakhir kita melarutkan metil salisilat dengan sedikit etanol dan di tambahkan pada sediaan. Lalu sebagai odorisnya kita menambahkan Oleum Rossae untuk sebagai pewangian bunga bunganya. Evaluasi sediaan dimaksudkan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku untuk sediaan gel serta untuk menjaga kestabilan sedíaan. Diantaranya adalah tes organoleptis, uji homogeitas, uji pH, uji viskositas, uji sifat alir, dan uji daya sebar. Data Organoleptis dari sedían yang kami buat yaitu :
Bentuk
: gel sedikit berbuih 27
Warna
: kuning bening
Bau
: mawar mint
Rasa
: dingin pada kulit
Homogenitas : sediaan homogen Uji selanjutnya selanjutnya adalah uji
pH. Uji ini dilakukan karena sediaan gel
piroksikam ini untuk penggunaan topikal, maka sediaan harus mempunyai tingkat keasaman atau pH dalam rentang pH dari permukaan kulit. Hal ini dikarenakan sediaan yang terlalu asam akan menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan sediaan yang terlalu basa akan membuat kulit menjadi kering pada uji pH dengan menggunakan kertas indikatot pH didapatkan pH sedíaan sebesar 6. pH ini masuk dalam rentang persyaratan dalam pembuatan gel piroksikam ini, yaitu pH nya antara 6-7. sediaan kami cocok dan tidak iritatif jika digunakan digunakan secara topikal pada kulit. Selanjutnya uji viskositas, pada uji ini kami mengalami kegagalan hal ini dikarenakan dalam pengukuran viskositas kami menggunakan spindel no 3, ketika praktikan ingin mengganti spindel praktikan tidak tahu posisi penyimpanan, sedangkan laboran tidak kunjung datang, seharusnya praktikan melakukan uji dengan menggunakan viskotester VT-04 dimana spindel yang digunakan adalah spindel nomor 2, yang disesuaikan dengan jumlah dan tingkat kekentalannya. Menurut beberapa teori pada uji viskositas ini, nilai viskositas yang baik untuk sediaan gel adalah dalam rentang 150-250 dPa0s. Karena adanya kesalahan praktikan maka uji sifat alir pada praktikum kali ini mengalami kendala, perlu diketahui dari beberapa jurnal menyatakan bahwa gel bersifat tiksotropi dimana ketika sediaan gel diaduk dengan gaya yang sama, semakin lama maka sediaan semakin cair. Yang terakhir uji daya sebar, uji ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel pada kulit dan mengetahui kelunakan dari gel untuk menyebar pada kulit. Uji ini dilakukan dengan meletakkan melet akkan 1 gram sediaan di tengah te ngah cakram berskala dan kemudian ditutup dengan cakram penutup dan diberi beban secara bertahap hingga diameter penyebaran konstan. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya sebesar 6,5 cm dengan berat beban 14g. Berdasarkan Garg, et.al, rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm. Untuk itu dapat disimpulkan jika daya sebar dari gel yang dibuat sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
28
Pada uji evaluasi organoleptis
praktikan mengalami kegagalan, kegagalan, dimana
sediaan gel yang didapatkan bergelembung. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal antara lain: 1. Perancangan bahan yang kurang tepat 2. Komposisi bahan yang kurang tepat 3. Kurang telitinya praktikan dalam pengambilan metode cara pembuatan
29
I X . KESIMPULAN 1. Gel merupakan sistem semi padat yang yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan 2. Pada praktikum ini digunakan piroksikam sebagai bahan aktif karena piroksikam berfungsi sebagai analgesik antiinflamasi untuk sedian topikal 3. Uji yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji sifat alir dan uji daya sebar. 4. Pada uji organoleptis (bau, rasa, dan warna)didapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, kecuali bentuk terdapat gelembung kecil. 5. Pada uji pH diperoleh pH sediaan yaitu yaitu 6 sesuai dengan rentang yang yang dipersyaratkan yaitu 6-7 6. Hasil dari uji viskositas tidak diperoleh. Adapun persyaratan viskositas untuk sediaan semisolida topikal adalah sebesar 170-250 dPa.s. 7. Hasil dari uji sifat alir tidak diperoleh. Adapun persyaratan sifat alir untuk sediaan semisolida topikal adalah bersifat tiksotropi. 8. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya sebesar 6.5 cm dengan berat beban 14 gram. Berdasarkan Garg, et.al, rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm. Untuk itu dapat disimpulkan jika daya sebar dari gel yang dibuat sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
30
X.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Informasi 2009. Informasi Spesialite Obat . Jakarta Aiache. 1993. Biofarmasetika 1993. Biofarmasetika,, diterjemahkan oleh Widji Soerartri Edisi II. Jakarta : Airlangga Press Ardhie Muhandari Ari. 2004 2004.. Dermatitis dan Peran Steroid Dalam Penyimpanan. Penyimpanan . Jakarta : Dexa Media Ansel C, Howard. 2008 Pengantar 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV Jakarta : UI-Press Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004.
Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons. London Poisons. London : Pharmaceutical Press. Departemen Kesehatan. 1979. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. ketiga . Jakarta : Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan. 1995. Farmakoe Indonesia Edisi keempat. keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Kumar, Vivek R. dan Satish Kumar. 2011. Formulation and evaluation of Mimosa pudica gel. Int. J. Pharm Pharm Pharm. Scie. 3(1): 55-57.
Massey
et.
al.
2010.
Topical
NSAIDs
for
Acut
Pain
in
Adults.Http://www.thecochranelibrary.com Adults.Http://www.thecochranelibrary.com Paye Marc. Barel O, Andre. Maibach I. Howard (Editor). Handbook of Cosmetic Science and Technology, Second Edition. New Edition. New York : Lomdon Rowe J, Raymond. Sheskey J, Paul. Quinin E, Marian. 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Excipients. London. Saputri, Muharni. 2008. Evaluasi mutu betametason 0,1% produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk . Medan : Universitas Sumatra Utara Sweetman, C sean. 2009. The Complete Drug Prefence, Martindale Ed 36.London.Ch 36.London.Chicago:Pharmaceutical icago:Pharmaceutical Press. Syarif Amir, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, Suyatna D.Frans. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Voigt, R., 1971, Buku 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Farmasi diterjemahkan oleh Soedani Noeroen, Edisi kelima, Ypgyakarta Ypgyakarta : Gadjah Mada University Press
31