LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA “Sediaan Gel”
Disusun oleh:
Ai Kholisoh
P17335113001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHTAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2014
Gel Natrium diklofenak I.
TUJUAN PERCOBAAN
-
Mengetahui formulasi dan prosedur pembuatan Gel Natrium Diklofenak
-
Mampu membuat sediaan gel yang baik dan menentukan hasil evaluasi pada sediaan gel Natrium Diklofenak
II.
PENDAHULUAN
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. (Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 7) Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan massa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah kecil, gel digolongkan sebagai sistem dua fase: massanya bersifat toksotrofik, artinya massa akan mengentak jika dibiarkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan, umumnya air, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa hingga tidak menunjukan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya. (Formularium Nasional halaman 315) Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah pad at yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. (Ansel halaman 390) Penggolongan Gel
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu: 1. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan mencair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas. 2. Gel sistem fase tunggal Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karbomer atau gom alam. Sifat dan karakteristik gel
1. Swelling : gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang. 2. Sineresis : suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hydrogel maupun organogel. 3. Efek suhu : mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air dingin yang membentuk larutan kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit : konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. 5. Elastisitas dan rigiditas : sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel. 6. Rheologi : Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran. (Lachman, halaman 496-499) KULIT
Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg dan menutupi area 2
seluas 18 kaki persegi (1,67 m ) pada laki-laki dengan berat badan 75 kg. lapisan dari kulit meliputi: 1. Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi; jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah; dan sel-selnya sangat rapat. bagian epidermis yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan berikut: a. Stratum basalis (germintivum) : lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit dibawahnya. b. Stratum spinosum : lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina adalah bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosome. c. Stratum granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel den gan granula-granula keratohealin yang merupakan prekursor pembentukan keratin.
(1) Keratin : protein keras dan resilien. Anti air serta melindungi permukaan k ulit yang terbuka. (2) Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut. (3) Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, maka n ukleus sel berdisintegrasi, menyebabkan kematian sel. d. Stratum lusidum : lapisan jernih dan tembus cahaya d ari sel-sel gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel. e. Stratum korneum : lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan semakin gep eng saat mendekati permukaan kulit. (epidermis tipis yang melapisi seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tersusun hanya dari satu lapisan basalis dan korneum) (1) Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses pergantian ulang yang konstan atau deskuamasi. (2) Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi melalui pembelahan sel dilapisan basalis. Sel tersebut bergerak keatas kearah permukaan mengalami keratinisasi dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati. (3) Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar keatas setiap 1 5 sampai 30 hari. 2. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adan ya membrane dasar, atau lamina. Membrane ini tersusun dari dua lapisan jaringan ik at. a. Lapisan papilar : jaringan ikat areolar renggan g dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi nutrisi pada epidermis diatasnya. (1) Papilla dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik taktil dan pembuluh darah, menonjol kedalam lapisan epidermis. (2) Pada telapak tangan dan telapak kaki, papilla yang ada sangat banyak dan tinggi, 2
jumlahnya sekitar 65.000/inci persegi (10.400/cm )
(3) Pada tonjolan dan guratan pada telapak tangan dan telapak kaki pada setiap orang sangat unik dan mencerminkan pengaturan papilla dermal. Kegunaan guratan tangan adalah untuk mempermudah penggenggaman melalui peningkatan friksi. b. Lapisan letikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusun dari jaringan ikat ireguer yang rapat, kolagen dan serat elastis. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dengan serat elastis mengakibatkan pengeriputan kulit. 3. Lapisan subkutan atau hipodermis (fasia superfisial) mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf. (Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, hal 84 - 86) Efek farmakologi dari Natrium diklofenak adalah analgesik dan anti-inflamasi non steroid (AINS) yang digunakan untuk pengobatan kelainan muskuloskeletas yaitu osteoarthritis. (Martindale, hal 46) Asteoarthritis adalah hasil klinis dan patologis dari berbagai gangguan yang menyebabkan kegagalan struktural dan fungsional dari sendi sinovial. Ditandai dengan kerugian erosi tulang rawan artikular, perubahan tulang subchondral, degenerasi meniscal, peradangan sinovial ringan sampai sedang, dan perkembangan tulang rawan pada margin sendi (osteofit). Perubahan ini mengakibatkan rasa sakit meskipun dangan perubahan karakteristik osteoarthritis sering tanpa gejala. Sendi yang sering terkena adalah tangan, pinggang, dan lutut. (Martindale, hal 10) Mekanisme kerja dari natrium diklofenak adalah untuk menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat yang akan menjadi PGG2 terganggu. Obat ini tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletat ini tetapi hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya. (Peresepan Obat, hal 64 dan Farmakologi dan Terapi Hal 233)
Natrium diklofenak dibuat sediaan gel karena penggunaan topikal pada obat ini, efek yang dihasilakan untuk osteoarthrisis lebih sistemik dan efektif dibandingkan penggunaan oral. Natrium diklofenak juga sedikit larut dalam air, maka dibu at sediaan gel. Pemakaian Natrium diklofenak yaitu sehari 3 - 4 kali, dioleskan pada bagian yang nyeri. Pengobatan harus diulang setelah 14 atau setelah 28 hari. (Martindale, hal 46) III.
FORMULASI 1. Natrium Diklofenak [C14H10CL2NNaO2]
Zat Aktif
Natrium Diklofenak
Struktur
(British Pharmacopea, hal 1893) Rumus molekul
C14H10Cl2NNaO2
Titik lebur
-
Pemerian
Bubuk kristal, putih atau kekuningan, sedikit higroskopis.
(British Pharmacopea, hal 1893)
(British Pharmacopea, hal 1893) Kelarutan
Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol 96%, sedikit larut dalam aseton. (British Pharmacopea, hal 1893)
Stabilita
-
Inkompabilitas
-
Keterangan lain
Digunakan untuk pengobatan inflamasi dan osteoarthritis pada sediaan gel.
(Martindale, hal 46) Penyimpanan
Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya. (Martindale, hal 44)
Kadar penggunaan
1% sebagai penggunaan topikal (gel) (Martindale, hal 46)
2. Natrium Alginat Zat
Natrium Alginat
Sinonim
Sodium Alginat, natrii alginac, alginic acid. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 622) Struktur
-
Rumus molekul
-
Titik lebur
-
Pemerian
Tidak berbau dan berasa, bubuk berwarna putih pucat kekuningan-coklat. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 622) Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, eter, kloroform, dan campuran etanol/air dimana kadar etanol lebih dari 30%. Juga praktis tidak larut dalam pelarut organik lain dan larutan asam dimana pH kurang dari 3. Sedikit larut dalam air, dan larutan koloid kental. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 623)
Stabilita
Bahan higroskopik, walaupun stabil jika disimpan dalam kelembapan relatif rendah dan suhu dingin. Larutan natrium alginate paling stabil pada pH 4-10. Dibawah pH 3, asam alginate mengendap. 1% b/v larutan natrium alginate terkena suhu yang berbeda memiliki viskositas 60-80% dari nilai aslinya setelah penyimpanan selama 2 tahun. Larutan tidak harus disimpan dalam wadah logam. Natrium alginate rentan pada penyimpanan untuk mikroba pembusukan, yang dap at mempengaruhi viskositas lautan. Larutan idealnya disterilkan dengan etilen oksid, meskipun filtrasi menggunakan 0,45 mm filter juga hanya memiliki sedikit efek pada viskositas larutannya. Pemanasan larutan natrium alginate pada suhu o diatas 70 C menyebabkan depolimerasasi. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 623) Inkompabilitas
Inkompatibel dengan derivate acridine, Kristal violet, penil merkuri asetat dan nitrat, garam natrium, logam berat, dan etanol dalam konsentrasi lebih besar dari 5%. Konsentrasi elektrolit rendah menyebabkan peningkatan viskositas tapi konsentrasi elektrolit tinggi menyebabkan salting-out natrium alginate. Salting-out terjadi jika adanya natrium klorida lebih dari 4%. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 623) Keterangan lain
Digunakan sebagai basis gel th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 622) Penyimpanan
Harus disimpan dalam wadah kedap udara. Ditempat yang sejuk dan kering. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 623) Kadar penggunaan
1-5% th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 622)
3. Natrium Benzoat [7H5NaO2] Zat
Natrium Benzoat
Sinonim
Natrii benzoic, sodii benzoas, benzoate of soda. th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 627) Struktur
th
(6 Handbook Of Pharmaceutical Exipienst, hal 627) Rumus molekul
7H5NaO2 th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 627) Titik lebur
-
Pemerian
Butiran putih atau kristal, bubuk higroskopis. Tidak berbau dan memiliki rasa manis yang tidak menyenangkan. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 627) Kelarutan
1 : 75 dalam bagian etanol 95% 1 : 50 dalam bagian etanol 90% 1 : 1,8 dalam bagian air o
1 : 1,4 dalam bagian air panas (100 C) th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 628) Stabilita
Larutan dapat disterilkan menggunakan autoklaf atau filtrasi th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 627)
Inkompabilitas
Kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam berat, termasuk perak, timah dan merkuri. Kegiatan pengawet dapat dikurangi dengan interaksi kaolin atau surfaktan nonionik. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 628) Keterangan lain
Digunakan sebagai pengawet. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 627) Penyimpanan
Harus disimpan dalam wadah kedap udah, ditempat sejuk dan kering th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 628) Kadar penggunaan
0,1 – 0,5 % th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipents, hal 627)
4. Propilenglikol [C3H8O2] Zat
Propilenglikol
Sinonim
Methyl glycol, Propylenglycolum. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Struktur
th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Rumus molekul
C3H8O2 th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592)
o
Titik lebur
-59 C
Pemerian
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis sedikit tajam
th
menyerupai glyserin. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Kelarutan
Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam 6 bagian eter. Tidak larut dalam minyak mineral atau tetap. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Stabilita
Stabil saat dicampur dengan etanol 95%, glyserin atau air, larutan berair dapat disterilisasi dengan autoklaf. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Inkompabilitas
Kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium permanganat. th
Keterangan lain
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 593) Digunakan sebagai peningkat penetrasi th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592) Penyimpanan
Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, juga ditempat yang sejuk dan kering. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 593) Kadar penggunaan
5 – 80% th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 592)
5. Aquadestilata [H2O]
Zat
Aquadestilata
Sinonim
Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide. th
( 6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipience, hal 766 ) Struktur
th
( 6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipience, hal 764 ) Rumus molekul
H2O (FI III halaman 96)
Titik lebur
-
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidah berbau, tidak mempunyai rasa. (FI III halaman 96)
Kelarutan
Larut dengan kebanyakan larutan polar. th
( 6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipience, hal 766 ) Stabilita
Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik. Air yang meninggalkan sisitem pemurnian farmasi dan memasuki tengki penyimpanan harus memenuhi persyaratan tertentu. Tujuan ketika merancang dan mengoperasikan penyimpanan dan distribusi sistem adalah untuk menjaga air agar tidak melebihi batas yang di izinkan selama penyimpanan. th
( 6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipience, hal 766 ) Inkompabilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lain yang rentan tehadap hidrolisis pada suhu kamar.
Air dapat bereaksi dengan logam alkali. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat berbagai komposisidan dengan bahan-bahan organic tertentu dan kalium karbida. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 768) Keterangan lain
Digunakan sebagai solvent. th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 766) Penyimpanan
Harus disimpan dalam wadah tertutup th
(6 Hand Book Of Pharmaceutical Excipients, hal 766) Kadar penggunaan
IV.
-
PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN No.
1.
Permasalahan
Penyelesaian
Natrium diklofenak dibuat sediaan Maka
ditambahkan
Natrium
gel yang perlu ditambahkan basis alginate sebagai basis gel gel untuk mengembangkan
2.
Natrium diklofenak dibuat sediaan Maka
ditambahkan
multiple dose
mencegah
untuk
pengawet
pertumbuhan
bakteri yaitu natrium benzoate 3.
Sediaan ini ditujukan untuk kulit Sehingga bagian hypodermis
4.
Natrium
diklofenak
digunakan
peningkat
penetrasi yaitu propilenglikol
perlu
zat Maka
digunakan
Aquadestilata
pembawa dan sedikit larut dalam untuk zat pembawa air
V.
VI.
PENDEKATAN FORMULA No. Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
1.
Natrium Diklofenak
1%
Zat aktif
2.
Natrium Alginat
4%
Basis gel
3.
Na CMC
5%
Basis gel
4.
HPC
5%
Basis gel
5.
Natrium Benzoate
0,3%
Pengawet
6.
Propilenglikol
5%
Peningkat penetrasi
7.
Aquadestilata
Ad 100%
Pembawa
PENIMBANGAN Penimbangan
Dibuat sediaan 8 pot (@15 ml) = 150 ml No.
1.
Nama Bahan
Jumlah yang Ditimbang
Natrium Diklofenak
2.
Natrium Alginat
3.
Natrium Benzoate
4.
Propilenglikol
5.
VII.
Aquadestilata
PROSEDUR PEMBUATAN
Ad 150 ml
A. Optimasi Gelling agent (Basis gel) Na. CMC 5%
1. Ditimbang Na. CMC seberat 4,5 gram dengan menggunakan kertas perkamen 2. Diukur air panas sebanyak 59 ml dengan menggunakan gelas ukur, lalu masukkan kedalam mortir 3. Ditaburkan Na. CMC sedikit demi sedikit, gerus sampai mengembang
B. Optimasi Gelling agent (Basis gel) HPC 5%
1. Ditimbang HPC seberat 4,5 gram dengan menggunakan kertas perkamen 2. Diukur aquadest sebanyak 59 ml dengan menggunakan gelas ukur, dimasukkan kedalam mortir 3. Ditaburkan HPC, gerus sampai mengembang
C. Pembuatan sediaan
1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang pot kosong 3. Dilakukan pengembangan gelling agent (Basis gel) yaitu Natrium Alginat -
Ditimbang Natrium alginate seberat 6 gram dengan menggunakan kertas perkamen. Dimasukkan kedalam mortir
-
Diukur aquadest sebanyak 59 ml dengan gelas ukur, dimasukkan kedalam mortir, gerus ad homogen hingga mengembang.
4. Ditimbang Natrium diklofenak seberat 1,5 gram dengan menggunakan kertas perkamen, lalu dispersikan kedalam Natrium alginate yang telah mengembang, gerus ad homogen. 5. Ditimbang Natrium benzoate seberat 0,45 gram dengan menggunakan kertas perkamen. Larutkan denngan 2 ml Aquadestilata didalam beaker glass. Masukkan kedalam mortir, gerus ad homogen 6. Ditimbang propilenglikol seberat 7,5 gram dengan menggunakan cawan porselain. Encerkan dengan 75 ml Aquadestilata, masukkan kedalam mortir, gerus ad homogen. 7. Ditimbang sediaan seberat 15 gam sebanyak 8 kali 8. Dikemas, diberi etiket dan label
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No
Jenis
Prinsip evaluasi
evaluasi
Jumlah sampel
Hasil pengamatan
Syarat
Dari 3 sediaan didapat warna yang
1.
Mengetahui warna, bau
kuning transparan,
Uji
dan struktur pada
bau khas gel yang
Organoleptik
masing-masing sediaan
3
yang diuji
tidak menyengat, dan struktur kental juga dingin bila dioleskan
Warna, bau, dan struktur harus sesuai saat waktu pembuatan
pada kulit Mengetahui 2.
Uji Homogenitas
Masing-
tercampurnya sediaan secara merata atau
3
kehomogenan pada
Dari 3 sediaan di
masing
dapat sediaan yang
sediaan harus
homogen
merata dan
sediaan
homogen Masing-
3.
Mengetahui nilai pH Uji pH
pada masing-masing
1. Pot 4 = nilai 6 3
sediaan yang diuji
2. Pot 5 = nilai 6 3. Pot 6 = nilai 6
masing sediaan harus mempunyai nilai pH yang sama atau + 1
4.
Uji Isi
Mengetahui berat pada
Minimum
masing-masing sediaan
3
1. Pot 1 = 14, 959 g
Berat pada
2. Pot 2 = 14,971 g
masing-
yang diuji
3. Pot 3 = 14,980 g
maisng pot sediaan tidak boleh kurang dari 95% , dari berat yang tertera pada etiket
IX.
PEMBAHASAN
Gel adalah semisolid transparan atau tembus cahaya yang terdiri dari larutan atau dispersi dari satu atau lebih zat aktif dalam basis hidrofilik atau hidrofobik yang sesuai. Ada hal-hal tertentu pada gel akan keruh, diantaranya:
Gelling agent tidak mampu melarutkan seluruh bahan aktif artinya zat aktif hanya terdispersi dalam bentuk koloid-koloid.
Gel berasal dari agregat yang terdispersi homogen artinya biasanya gelling agent berasal dari golongan anorganik yang tidak larut.
Gelling agent mengadung fase minyak misalnya emulgel. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi :
a. Penampilan gel : tranparan atau berbentuk partikel koloid yang terdispersi, dimana degan jumlah pelarut yang cukup bayak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. b. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentukan gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
c. Gelling agents yang dipilih harus inert, aman dan tidak bereaksi denngan komponen lain dalam formulasi. d. Pengguanan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba. e. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tepi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal. f.
Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan dibawah temperature yang tidak terkontrol.
g. Konsentrasi polimer sebagai gelling agent harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan sineresis (air mengembang diatas permukaan gel) h. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak. Natrium diklofenak digunakan untuk pengobatan osteoarthritis dengan cara dioleskan sehari 3 - 4 kali pada bagian yang nyeri. Natrium diklofenak lebih efektif dan sistemik untuk osteoarthritis dalam penggunaan topikal dibanding penggunaan oral. Natrium diklofenak juga sedikit larut dalam air, maka dibuat sediaan gel. Sebelum dibuat sediaan gel yang sebenarnya, terlebih dahulu sediaan di optimasi. Dilakukan optimasi dengan beberapa jenis basis gel supaya didapat basis gel yang baik dan sesuai dengan zat aktif. Sebelumnya dioptimasi oleh basis gel yaitu Na CMC, HPC da Natrium Alginat. Na CMC dilakukan pengembangan terlebih dahulu, setelah mengembang dan didapat bagus. Dan HPC 5% dilakukan pengembangan terlebih dahulu, ternyata didapat basis gel tidak mengembang tetapi malah encer. Setelah itu dilakukan pengembangan Natrium Alginat pada konsentrasi 4% dan 5% didapat pengembaganya bagus tetapi pada konsentrasi 5% lebih tegar. Dari ketiga basis gel yang dioptimasi dilakukan perbandingan. Pada Na CMC bagus untuk digunakan tetapi terlalu tegar. Pada HPC didapatkan larutan encer dan tidak mengembang jadi tidak digunakan. Dan pada Natrium Alginat pada konsentrasi 4% dan 5%, disini didapat pada konsentrasi 4% lebih sesuai karena pada konsentrasi 5% lebih tegar. Maka yang sesuai yaitu Natrium alginate 4%.
Setelah ditemukan basis gel yang sesuai dengan sediaan yaitu Natrium Alginat baru dilakukan pembuatan sediaan baku. Untuk mengembangkan basis gel, pembuatan sesuai peraturan pengembangan basis natrium alginate, yaitu dengan cara masukkan Natrium alginate yang telah ditimbang seberat 6 gram kedalam mortir. Lalu ukur aquadest sebanyak 59 ml dibeaker glass, masukkan kedalam mortir. Gerus ad mengembang. Setelah dilakukan pegembangan basis gel, baru ditambahkan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya seperti pengawet, peningkat penetrasi dan pelarut. Pada sediaan ini ditambahkan peningkat penetrasi yaitu propilenglikol, karna zat aktif pada sediaan bekerja pada lapisan kulit bagian hypodermis maka perlu ditambahkan paningkat penetrasi ini supaya dapat menyerap kedalam lapisan hypodermis. Setelah sediaan dibuat sesaui prosedur pembuatan maka dikemas ke dalam masingmasing pot gel. Setelah 7 hari selama penyimpanan, sediaan dilakukan evaluasi sebagai berikut : 1. Uji organoleptik
Dalam evaluasi dilakukan uji organoleptik yaitu uji warna, bau, dan struktur pada masing-masing pot sediaan gel. Warna yang diuji dan terlihat oleh kasat mata harus terlihat seperti gel dengan warna yang sesuai zat dan terlihat tranparan. Bau yang tercium harus sama seperti bau pada saat pembuatan awal sediaan gel. Struktur pada masing-masing sediaan gel harus kental sesuai gel. Hasil dari uji ini sediaan berwarna kuning jernih dan transparan, bau khas gel dan struktur kental juga dingin saat dioleskan pada kulit. 2. Uji Homogenitas
Dalam evaluasi ini masing-masing sediaan dioleskan pada kaca arloji atau kertas perkamen lalu dilihat dan dirasakan pada perkamen jika ada butiran yang kasar atau tidak, syaratnya tidak boleh terdapat butiran-butiran zat aktif yang masih kasar yaitu sediaan harus homogen pada saat dioleskan pada kulit. Hasil dari uji homogenitas dari ke 3 pot gel yang diuji semuanya homogen. 3. Uji pH
Penetapan pH yang diuji ini, dilakukan agar mengetahui nilai pH pada masing-masing sediaan gel. Dengan syarat nilai pH harus sama pada masing-masing pot yang di uji sehingga pH merata dan sama juga dapat mempertahankan keseragamannya. Pada pH Natrium Diklofenak memiliki range pH 6, penetapan pH dengan menggunakan pH meter. Didapat nilai pH yaitu 6 dari semua pot yang diuji.
4. Uji Isi Minimum
Pertama setiap sediaan gel yang masih didalam pot ditimbang diatas timbangan analitik, lalu catat (Wo). Lalu gel dikeluarkan dari potnya, cuci potnya hingga bersih dan kering. Setelah pot kering lalu ditimbang kembali diatas timbangan analitik, lalu catat (W1). Syarat uji ini sediaan tidak boleh kurang dari 95% dari etiket yang tertera. Untuk menghitungnya wo – w1 = w (isi maksimum). Hasil uji minimum dari 3 sediaan gel : Isi
Pot Gel
Minimum
1
14, 959 g
2
14,971 g
3
14,980 g
X.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut. No.
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
1.
Natrium Diklofenak
1%
Zat aktif
2.
Natrium Alginat
4%
Basis gel
3.
Natrium Benzoate
0,3%
Pengawet
4.
Propilenglikol
5%
Peningkat penetrasi
5.
Aquadestilata
Ad 100%
Pembawa
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. F armakope I ndonesia edisi I V . Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. F armakologi dan Terapi . Jakarta: Balai Penerbit FKUI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. F ormularium Nasional Edisi I I . Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia Departemen Kesehatan, 2009. Br iti sh Pharmacope ed 1 & I I . London: Departemen Kesehatan th Rowe, Raymond,. 2009. H and Book Of Pharmaceutical Excipients 6 . London:
Pharmaceutical Press Sweetman, S. C. 2009. M arti ndale The Complete Dr ug Reference Ed.36 . London: Parmaceutical Press Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. 4 . Terj. Dari I ntr oduction to Pharmaceuti cal Dosage For m , oleh Farida Ibrahim. UI Press, Jakarta
Liberman, Herbert A., Martin M. R., Gilber S. 1989. Phar maceutical D ossage F orms Di sper se System, Vol I I Macel Dekker Inc., New York ,
Sloane, Ethel. 2003. An atomi dan Fi siologi un tuk Pemul a . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC