PENGENALAN PELARUT ORGANIK Tujuan:
1. Menyebutkan sifat kelarutan berbagai senyawa organik dalam air. 2. Menjelaskan sifat kelarutan beberapa senyawa organik di dalam pelarut-pelarut organik. 3. Mendekskribsikan sebab terjadinya/ketidak-larutan bahan organik dalam pelarut pelarut. Dasar Teori:
Uji kelarutan senyawa organik bertujuan untuk memahami kepolaran suatu larutaan. Berdasarkan teori like dissolves like, maka senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar, begitu pula dengan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Senyawa polar akan larut l arut dalam air, karena air bersifat polar, sedangkan senyawa s enyawa non polar tiak ti ak larut l arut dala air. Kelarutan senyawa organik sangat tergantung pada ada tidaknya interaksi antara senyawa tersebut dengan pelarut yang digunakan. Interaksi dapat berupa terbentuknya ikatan hidrogen, gaya Van der Waales, dan gaya london. Bahkan sifat tolak menolak antar molekul senyawa dan molekul pelarut. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.
Alat dan Bahan: Alat:
1. Tabung reaksi 10 ml
10 buah
2. Rak tabung reaksi
1 buah
3. Batang pengaduk
1 buah
4. Pipet ukur 10 mL
1 buah
5. Gelas ukur 10 mL
1 buah
6. Gelas kimia 250 mL
1 buah
7. Hot plate
1 buah
Bahan:
1. Sabun 2. Asam benzoat 3. Minyak 4. Putih telur 5. Vaseline 6. Toluena 7. Butanol 8. N- heksana 9. Kloroform 10. Aseton Cara kerja:
1. Siapkan sejumlah tabung reaksi yang bersh dan kering, tempatkan pada rak tabung. 2. Isilah masing-masing tabung dengan sedikit (dengan ujung spatula) dari salah satu bahan organik yang akan diamat (msalnya, lilin) 3. Tambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut 1 mL pelarut, pelarut yang berbeda. 4. Jika tidak larut kocok/aduklah, jika perlu panaskan dalam penangas air (waterbath). 5. Amati kelarutannya, catat semua hasil pengamatan saudara. 6. Ulangi langkah (2)-(5) dengan mengganti bahan organik.
Data pengamatan:
a. Sebelum dipanaskan. Waktu: 3 menit Bahan
Toluena
Butanol
N - heksana
Kloroform
Aseton
Sabun
-
+
+
+
+
Benzoat
-
+
-
++
++
Minyak
++
++
+
++
++
Putih telur
-
-
-
-
-
Vaseline
-
-
+
-
-
Karet
-
+
-
+
-
b. Sesudah dipanaskan Bahan
Toluena
Butanol
N - heksana
Kloroform
Aseton
Sabun
+
+
+
+
+
Benzoat
+
+
+
++
++
Minyak
++
++
++
++
++
Putih telur
-
-
-
-
-
Vaseline
++
-
++
++
++
Karet
+
+
-
+
-
Keterangan: - tidak larut
+ larut
sebagian
++ larut
Pembahasan
Nama: Indira Inastiti Noor Kelas: 1A D4 TKI No / Nim: 13 / 1741420088
Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang kelarutan senyawa organik. Senyawa organik yang kita gunakan pada praktikum kali ini adalah toluene, butanol, n – heksana, kloform dan aseton. Lalu pada percobaan kali ini kita menggunakan dua cara untuk menetukan apakah bahan itu bisa larut atau tidak dengan pelarut organik. Yaitu mengocok dan menunggunya selama 3 menit agar kita tahu bahwa setelah dikocok tidak ada reaksi yang berubah lagi. Lalu dipanaskan karena ada beberapa bahan yang harus dipanaskan dahulu agar bisa larut. 1. Toluene Toluene merupakan senyawa organic yang berbenuk aromatis, toluene bersifat non polar. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik .Saat dilarutkan dengan minyak dlarutkan dan dikocok minyak langsung larut.dan setelah ditunggu selama 3 menit, minyak juga tetap larut.lalu setelah dipanaskan, minyak juga tetap larut dengan toluene. Lalu saat dilarutkan dengan putih telur dan dikocok tdak bisa larut dan terpisah menjadi dua bagian. Dan setelah dipanaskan juga tetap terpisah menjadi dua bagian. Lalu saata toluene dilarutkan dengan karet, karet t idak terjadi perubahan hanya saja menjadi mengembang dan warnanya menjadi sedikit pudar. Lalu setelah dipanaskan, warnanya luntur yang berarti, setelah suhunya dnakkan warna dari karet tersebut larut dengan toluena.benzoat dengan toluene saat di larutkan dan dikocok tidak larut,setelah ditunggu selama 3 menit juga masih tidak larut.t api, setelah dipanaskan menjadi larut tapi keruh yang menandakan bahwa saat setel ah dipanaskan, benzoat dan toluene larut sebagian. Dan yang terkhir adalah vaseline, s aat vaseline saat sebelum dipanaskan tidak larut dan setelah dipanaskan larut.
Gambar bahan yang dilarutkan menggunakan toluene.
2. Butanol Butanol adalah alkohol primer dengan struktur 4-karbon, dan memiliki rumus kimia C4H9OH. Butanol hanya sedikit larut, t-butil alkohol, (CH3)3 COH, dapat campur dengan air. Ini disebabkan oleh lebih kompak dan kurang hidrofobnya gugus t-butil, dibandingkan dengan gugus n-butil. Saat dilarutkan dengan minyak larut. Lalu s aat dilarutkan dengan putih telur butanol tidak larut dan membentuk dua lapisan dan putih telur tebenuk seperti gumpalan yang sudah matang. Lalu saat dilarutkan dengan karet tidak ada perubahan baik sebelum dipanaskan maupun sesudah dipanaskan. Saat dilarutkan dengan vaseline juga tidak larut baik sebelum dipanaskan maupun sesudah dipanaskan. Saat dilarutkan dengan sabun juga ti dak ada perubahan. Benzoat dan butanol saat dilarutkan tidak larut lalu setelah dipanaskan larut tapi sebagian karena adanya endapan.
Gambar bahan yang dilarutkan menggunakan butanol.
3. N – heksana N – heksana merupakan sebuah senyawa karbon yang memiliki rantai lurus, dan bersifat non polar. N – heksana saat dilarutkan dengan sabun larut dan setelah 3 menitdan setelah dipanaskan juga masih larut. lalu saat dilarutkan dengan minyak larut sebagan dan setelah dipanaskan menjadi larut. saat dilarutkan dengan benzoat tdak larut dan setelah dipanaskan menjadi larut. lalu saat dilarutkan dengan vaseline saat sebelum dipanaskan tidak larut dan setelah dipanaskan menjad larut. lalu telur saat dilarutkan bak sebelum maupun sesudah dipanaskan tetap tidak larut. karet saat sebelum dipanaskan warnanya luntur dan agak lembek, saat dipanaskan juga tetap luntur. Lalu vaselne saat sebelum dipanaskan tidak larut, baru setel ah dipanaskan menjadi larut.
Gambar bahan yang dilarutkan menggunakan n - heksana.
4. Kloroform Kloform merupakan salah satu pelarut organk yang memiliki ikatan dengan atom chlor. Pada saat percampuran dengan sabun, sabun larut sebagan bak sebelum maupun sesudah dipanaskan. Dan saat dilarutkan dengan benzoat bak sebelum maupun sesudah dipanaskan benzoat tetap larut dengan klorofom. Saat dilarutkan dengan minyak juga larut. saat dilarutkan dengan putih telur tidak larut dan membentuk 2 endapan. Setelah dilarutkan dengan karet warna karet juga luntur yang menandakan bahwa warna karet larut trhadap klorofom. Lalu setelah dilarutkan dengan vaselin sebelum dipanaskan tidak larut dan setelah dipanaskan menjadi larut.
Gambar bahan yang dilarutkan menggunakan klorofom.
5. Aseton Aseton merupakan salah satu pelarut organik dari gugus keton dan bersifat polar. Pada saat dclarutkan dengan sabun, sebelum dipanaskan sabun bisa larut setelah dikocok. Lalu saat dilarutkan dengan benzoat baik sebelum maupun sesudah dipanaskan menjadi larut. saat dilarutkan dengan putih telur baik sebelum maupun sesudah dipanaskan menajadi tidak larut. saat dilarutkan dengan minyak larut. saat dilarutkan dengan karet tidak larut. saat direaksikan dengan vasellin tdak larut dan setelah dipanaskan tidak larut juga, baru setelah dikocok bisa larut (reaksinya lambat).
Gambar bahan yang dilarutkan menggunakan aseton.
Kesimpulan:
1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air adalah polar dan non polar. 2. Beberapa bahan ada yang larut dan tidak terhadap pelarut organik itu karena ada tidaknya interaksi antara bahan tersebut dengan pelarut yang digunakan.
Pembahasan
Nama: Gumawa Windu Manggada Kelas: 1A D4 TKI No / Nim: 11 / 1741420059
Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki atom karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun senyawanya kecuali karbida, karbonat dan oksida. Kelarutan dari senyawa organik dalam pelarut inert (air, alkohol, eter, dan hidrokarbon) dan dalam pelarut aktif, secara kimia tegantung pada struktur molekulnya. Sehingga secara kualitatif dapat meramalkan penggolongan kelarutansenyawa organik berdasarkan struktur zat terlarut serta sifat fisik dan kimia zat pelarut. Kelarutan dalam sebuah pelarut diramalkan berdasarkan hukum kelarutan like dissolve like. Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar electron yang mempunyai kutub pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda.Sedangkan senyawa nonpolar adalah senyawa yang tidak mempunyai kutub. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama. Pengujian kelarutan dilakukan dengan beberapa senyawa organik dalam beberapa jenis pelarut. Senyawa organic yang digunakan adalah sabun, benzoate, minyak, putih telor, vaseline, dan karet. Sedangkan pelarut yang digunakan yaitu toluene, butanol, n-heksana, kloroform, dan aseton. Berdasarkan kepolarannya maka senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar, begitupun dengan senyawa yang bersifat nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini yakni sabun menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut yang digunakan setelah dipanaskan, yaitu toluene, butanol, n-heksana, kloroform, dan aseton. Namun sebelum dipanaskan, sabun tidak larut pada toluene dan larut kepada pelarut lainnya setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Sabun mempunyai gugus polar dan non polar, sehingga
sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid. Oleh karena itu, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH 3(CH2)8 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dal am zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Asam benzoate merupakan senyawa kimia yang dapat dihasilkan melalui oksidasi fase cair dari toluene. Asam benzoate memiliki bentuk serbuk kristal padat, tidak berwarna, tidak berbai, sedikit terlarut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan sangat mudah larut dalam benzene dan aseton. Asam benzoate dalam bahan pangan umum digunakan sebagai bahan pengawet. Namun di luar itu, juga dapat dimanfaatkan sebagai penghambat korosi. Pada praktikum ini benzoate menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut yang digunakan setelah dipanaskan, yaitu toluene, butanol, n-heksana, kloroform, dan aseton. Namun sebelum dipanaskan, benzoate tidak larut pada toluene dan n-heksana, serta dapat larut pada pelarut butanol, kloroform, dan aseton setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Minyak merupakan senyawa nonpolar, karena tersusun atas rantai hidrokarbon panjang.. Sesuai prinsip like dissolve like, senyawa ini pada saat-saat tertentu dapat membentuk dipol sesaat sehingga akan terjadi interaksi dipol sesaat-dipol terimbas yang membuat kedua senyawa dapat larut. Minyak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl 3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. Minyak menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut yang digunakan yaitu toluene, butanol, n-heksana, kloroform, dan aseton setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Selain itu, minyak juga tetap larut dalam semua jenis pelarut setelah dipanaskan. Putih telur (protein) memilik molekul yang terdiri atas bagian yang polar, disebut kepala
dan bagian non polar, disebut dengan ekor yaitu gas hidrokarbon. Kepala putih telur adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika putih telur dilarutkan kedalam air maka molekul-molekul putih telur akan mengadakan asosiasi karena gugus non polarnya saling tarik menarik sehingga terbentuk partikel koloid daya emulsi dari putih telur disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus non polar dari putih telur akan menarik partikel kotoran atau minyak kemudian mendispersikannya kedalam air. Protein putih telur memberikan sifat pembentukan busa (foaming) karena mampu memerangkap udara yang masuk dalam matriks protein. Putih telur tidak menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut yang digunakan yaitu toluene, butanol, n-heksana, kloroform, dan aseton setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Selain itu, putih telur juga tetap tidak larut dalam semua jenis pelarut, melainkan membentuk padatan putih (putih telur matang) setelah dipanaskan, hal ini menunjukkan protein telur juga mampu merubah bentuk fisik telur yang cair menjadi lebih padat dan mengikat berbagai ingredients pangan lainnya. Sifat gelasi atau pelekatan kuat dari protein memberikan kekompakan antar ingredients. Vaseline / gemuk / grease / pelumas padat adalah sebuah pelumas dengan kekentalan tinggi. Pada awalnya gemuk digunakan untuk menyebut turunan dari lemak hewan, tetapi kini gemuk secara umum digunakan untuk menyebut pelumas dengan viskositas lebih tinggi dibanding minyak. Gemuk pada awalnya tersusun dari kalsi um, adonan sabun sodium/ lithium dengan pengemulsi minyak mineral. Vaseline tidak menunjukan kelarutan pada pelarut toluene, n-heksana, kloroform, dan aseton dan menunjukkan kelarutan pada butanol setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Namun, vaseline dapat la rut dalam semua jenis pelarut setelah dipanaskan, kecuali pada pelarut butanol. Karet adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil penggumpalan lateks alam dan merupakam makromolekul poliisoprena (C5H8)n yang bergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to tail). Penyusun karet alam adalah isoprena (C5H8) yang saling berikatan secara kepalake ekor 1,4 membentuk poliisoprena (C5H8)n, dimana n adalah derajat polimerisasi yangmenyatakan banyaknya monomer yang berpolimerisasi membentuk polimer lateks/getahkaret. Komposisi karet alam secara umum adalah senyawa hidrokkarbon, protein, karbohidrat, lipida, persenyawan organik lain, mineral, dan air. Besarnya persentase dari masing-masing bagian tersebut tidak sama, tergantung pada cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan. Karet menunjukkan kelarutan pada kloroform dan butanol dan tidak menunjukan kelarutan pada pelarut toluene, n-heksana, dan aseton setelah diamati dalam jangka waktu 3 menit. Setelah dipanaskan, karet dapat larut dalam je nis pelarut toluene, butanol, dan kloroform, serta tidak menunjukkan kelarutan pada pelarut n-heksana dan aseton. Dalam percobaan menggunakan karet ini, larut atau tidaknya pada pelarut ditunjukkan dengan lunturnya warna pada karet.
Kesimpulan
Sifat kelarutan senyawa organic di dalam air dipengaruhi oleh dua factor, yakni bersifat hidrofilik (dapat membentuk ikatan hydrogen dalam air) dan hidrofobik (tidak suka air).
Sifat kelarutan senyawa organic di dalam pelarut-pelarut organic dipengaruhi oleh beberapa factor berdasakan: 1. Sifat senyawa dan zat pelarut, dibedakan atas polar dan nonpolar. 2. Kemiripan struktur/gugus fungsi. Zat akan mudah larut jika memiliki kemiripan struktur, seperti hidrokarbon. 3. Senyawa pembentuk / turunan senyawa organik.
Daftar Pustaka Aprilia, P. Kelarutan Senyawa Organik. https://www.scribd.com/document/. Diakses 29 Maret 2018 House, J. E. 2008. Inorganic Chemistry. USA: Academic Press. Nabilah, Nida. 2012. Protein dalam Kimia. https://nidanabilah13.wordpress.com/2012/08/23/protein-dalam-kimia/. Diakses 30 Maret 2018 Pramushinta, D. Pembuatan Sabun. https://inuyashaku.wordpress.com/tag/sabun/ . Diakses 29 Maret 2018 Purba, Michael. 2007. Kimia X SMA. Jakarta: Erlangga Rizal, Sy. 2011. Praktikum Minyak. http://kumpulanbookdiak.blogspot.co.id/2011/09/pratikum.html. Diakses 30 Maret 2018 Tim Kimia Organik.2018. Modul Praktikum Kimia Organik. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang: Malang