LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN VII SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK
NAMA NIM GOL/KEL HARI/TANGGAL ASISTEN
: SINAR DESI PRATIWI : H31115007 : H3/III : RABU/25 NOVEMBER 2015 : MASHYTA DWI PRATIWI
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang secara luas mempelajari suatu bahan dan senyawa. Diantara banyaknya hal yang di pelajari dalam ilmu kimia terdapat suatu materi yang disebut kimia organik. Dimana cabang ini mempelajari senyawa organik yaitu suatu senyawa yang mengandung unsur karbon dan hidrogen, oksigen dan nitrogen. Senyawa organik adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon yang memiliki sifat–sifat fisik dan sifat–sifat kimia yang khas. Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang sering dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik tersebut dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi maupun isolasi bahan–bahan alam. Senyawa organik begitu penting untuk dilakukan pengidentifikasikan, dimana dapat mengetahui sifat-sifat dari suatu senyawa organik yang belum diketahui namanya atau sampel larutan tidak tertera nama larutan atau senyawanya. Identifikasi senyawa organik sangat penting bagi orang yang akan menghabiskan waktunya bekerja dalam laboratorium atau orang yang akan melakukan penelitian sangat penting untuk mempelajari identifikasi senyawa organik. Dalam mengidentifikasi senyawa organik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu pelarut untuk menguji suatu senyawa organik diantaranya eter, air, larutan HCl dan lain–lain. Oleh karena itu, mengingat pentingnya mengidentifikasi senyawa organik maka dilakukan percobaan ini untuk lebih memahami tentang larutan senyawa organik agar nantinya saat bekerja di laboratorium tidak terjadi kesalahan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui kelarutan dan reaksi beberapa senyawa kimia. 1.2.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik. 2. Mempelajari beberapa reaksi senyawa organik. 1.3 Prinsip Percobaan Adapun prinsip dari percobaan ini adalah menentukan beberapa senyawa berdasarkan kelarutan dan reaksi dari senyawa organik. Kelarutan senyawa organik dilakukan dengan mencampurkan dietil eter dengan n-heksana, lalu diamati kelarutannya. Sedangkan untuk reaksi senyawa organik masing-masing bahan dicampurkan lalu diamati reaksi yang terjadi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kimia organik adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari senyawa organik. Pada awalnya senyawa organik dapat didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang berasal dari organisme hidup sehingga mempunyai daya hidup. Karena memiliki daya hidup itulah, maka senyawa organik pada waktu itu dianggap tidak mungkin disintesis di laboratorium seperti halnya senyawa anorganik (Prasojo, 2005). Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan setiap atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Sri, 2003).
2.1 Kelarutan Senyawa Organik Jika melarutkan sedikit gula ke dalam air maka, maka gula tersebut akan menyatu dengan air membentuk larutan yang homogen (satu fasa), akan tetapi jika gula yang hendak kita larutkan dengan jumlah yng tidak sebanding dengan kuantitas air maka sebagian gula akan diendapkan dan campurannya bersifat
heterogen (dua fase). Hal ini disebabkan karena gula telah mencapai batas maksimumnya untuk dapat larut pada sejumlah air. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat terlarut (solute) yang dapat larut pada suatu pelarut tertentu (solvent) menjadi larutan jenuhnya (Garret, 1906) Kelarutan senyawa organik sesuai dengan ungkapan klasik “like dissolve like” yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut polar. Dengan kata lain, senyawa organik hanya dapat larut dalam senyawa yang memiliki sifat yang sama dengannya (Garret, 1906). Aldehid dan keton memiliki rumus molekul yang sama, yaitu CnH2nO, tetapi gugus fungsi pada aldehid berbeda dengan gugus fungsi pada keton. Jadi, aldehid berseisomer fungsional dengan keton. Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar karena adanya gugus karbonil atau dengan kata lain kedua senyawa tersebut larut dalam air. Semakin panjang rantai karbonnya, maka kelarutannya dalam air semakin rendah dan begitupun sebaliknya semakin pendek rantai karbonnya maka kelarutannya dalam air makin bertambah (Pine, 2000). Eter tak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya, karena tak mempunyai hidrogen yang terikat langsung pada oksigen.Tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, alkohol atau fenol. Karena ikatan hidrogen dengan air inilah maka kelarutan dietil eter dan 1-butanol kira-kira sama (keduanya mempunyai empat atom karbon permolekul (Pine, 2000). 2.2 Reaksi-reaksi Senyawa Karbon Reaktivitas senyawa organik tergantung pada struktur dan gugus fungsionalnya. Dengan melihat gugus fungsionalnya, tipe-tipe reaksi yang terjadi pada senyawa organik dapat diprediksi. Senyawa-senyawa organik dapat bereaksi
bila bertemu dengan senyawa organik lain atau dengan senyawa anorganik pada kondisi tertentu. Reaksi senyawa organik dapat berjalan sangat cepat seperti pada pembakaran bensin dan dapat berjalan sangat lambat seperti padaproses pembusukan makanan dan fermentasi gula menjadi alkohol (Utami, 2001). untuk menentukan reaksi yang dapat terjadi pada senyawa karbon harus ditentukan muatan relatif pusat reaksi dan kekuatan ikatan antar atom karbon. Berdasarkan tahapan (mekanisme) reaksinya, reaksi senyawa karbon dapat berupa reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Garret, 1906): a. Reaksi Substitusi Substitusi berarti penukaran atau pergantian. Reaksi substitusi adalah penukaran suatu atom (gugus atom) oleh atom (gugus atom) yang lain. Pada reaksi substitusi banyak dijumpai pada senyawa-senyawa yang seluruh ikatannya jenuh (tunggal), misalnya alkana dan haloalkana. b. Reaksi Adisi Adisi artinya penambahan. Jadi reaksi adisi adalah pengubahan ikatan tak jenuh (rangkap) menjadi ikatan jenuh (tunggal) dengan cara menangkap atom. Reaksi adisi hanya dapat dialami oleh senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap, misalnya > C =C< (alkena), alkuna, > C = O ( alkanal ). c. Reaksi Eleminasi Eliminasi artinya penghilangan. Reaksi eliminasi adalah pengubahan ikatan jenuh menjadi ikatan tak jenuh, dengan cara menghilangkan atom-atom. Jadi reaksi eliminasi merupakan kebalikab dari reaksi adisi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah dietil-eter, kloroform, n-heksan, etanol, etil asetat, asetaldehida, aseton, glukosa, vitamin C, KMnO4, fehling A dan B, dan I2/ betadin. 3.2 Alat Percobaan Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi 10 buah, penjepit, tabung reaksi, korek api dan spiritus. 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Kelarutan Senyawa Organik Dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan. Kemudian pada tabung 1 diisi dengan 0,5 mL air, dan pada tabung 2 diisi dengan 0,5 mL dietil eter. Ke dalam tabung 1 dan tabung 2, ditambahkan setetes demi setetes n-heksana (5 tetes). Tabung dikocok dan diperhatikan perubahannya. Dikerjakan seperti prosedur di atas untuk senyawa organik lainnya. 3.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik Tujuh buah tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan. Kemudian tujuh tabung ditambahkan 1 mL secara berturut-turut n-heksana (1), alkohol (2), asetaldehida (3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Untuk tabung 1, 2, 3, dan 4 ditambahkan dengan larutan KMnO 4. Untuk tabung 5 di tambahkan dengan NaI dengan aseton, kemudian tabung reaksi dikocok. Untuk tabung 6 di tambahkan dengan Fehling A+B, dipanaskan. Untuk tabung 7 di
tambahkan dengan I2 atau betadin. Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan 4.1.1 Kelarutan senyawa Organik Zat
Jumlah fase Dalam
terlarut n-heksana Kloroform Etanol Etil Asetat
Campuran Air 2 Fase 2 Fase 1 Fase 2 Fase
Jumlah Fase
Keterangan
Dalam Dietil Eter 1 Fase Non polar 1 Fase Non polar 1 Fase Semi polar 1 Fase Non polar
4.1.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik Perubahan yang terjadi Zat
Keteranga n Fehling KMnO4
Aseton
A+B
I2/ betadin
X
X
X
Endapan n-Heksana
ungu +
Tidak bereaksi
bening Merah Alkohol
Pudar
X
X
X
Bereaksi
Asetaldehid a
-
X
X
X
-
X
X
X
Bereaksi
Merah Aseton
kehijauan
Tidak Kloroform
X
Bening
X
X
bereaksi
X
Bereaksi
Tidak
Ikatan semu
Merah Glukosa Vitamin C
X X
X X
bata X
terjadi
perubahan warna
4.2 Reaksi 1. CH3 – CH2 – CH2 – CH2 - CH2 – CH3 + KMnO4 O 2. C2H5OH + KMnO4
CH3
O CH3 - C - H + KMnO4
3.
̶
H + Mn2+
C ̶ O CH3 ̶
C ̶
H + Mn2+
O CH3 - C - CH3 + KMnO4 Tidak bereaksi CHCl3 + NaI Tidak bereaksi O
4. 5. 6. O
C-H H - C - OH HO - C – H + 2 CUO
C- H H - C - OH HO - C - H
CUO H - C - OH
H.- C- OH
H - C - OH CH2OH
H - C- OH CH2OH
4.3 Pembahasan
+2
Berdasarkan teori, senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik nonpolar hanya dapat larut pada pelarut nonpolar pula sehingga campuran bersifat homogen yaitu hanya terdapat satu fasa dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat dibedakan lagi. Untuk kelarutan senyawa organik yang pertama yaitu membandingkan antara kelarutan n-heksana dalam akuades dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan ternyata n-heksana yang dicampur dengan akuades memiliki dua fasa (heterogen) dimana fasa atasnya adalah n-heksana dan fasa bawahnya adalah akuades. Hal ini disebabkan karena massa jenis akuades lebih besar daripada n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fasa (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa nonpolar sebab larut dalam dietil eter yang bersifat non polar juga. Pada percobaan kelarutan senyawa organik
yang
kedua
yaitu
membandingkan antara kelarutan kloroform dalam akuades dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan ternyata kloroform yang dicampur dengan akuades memiliki dua fasa (heterogen) dimana fasa atasnya adalah kloroform dan fasa bawahnya adalah akuades. Hal ini disebabkan karena massa jenis akuades lebih besar daripada kloroform sedangkan kloroform yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fasa (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk senyawa nonpolar sebab larut dalam dietil eter yang bersifat nonpolar juga. Pada percobaan kelarutan senyawa organik yang ketiga yaitu membandingkan antara kelarutan etanol dalam akuades dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan ternyata baik etanol yang dicampur dengan akuades maupun dietil eter hanya memiliki satu fasa. Hal ini menunjukkan bahwa etanol memiliki sifat antara polar dan nonpolar (semi polar) tetapi sesungguhnya dalam
teorinya etanol cenderung bersifat polar karena adanya gugus hidroksil pada etanol yang menyebabkan penyebaran pasangan elektron yang tidak merata. Penyimpangan yang terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi bahan yang sudah kadaluarsa dan kurangnya keterampilan dari masingmasing praktikan. Pada percobaan kelarutan senyawa organik yang keempat yaitu membandingkan antara kelarutan etil asetat dalam akuades dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan ternyata baik aseton yang dicampur dengan akuades maupun dietil eter hanya memiliki satu fasa (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa aseton memiliki sifat antara polar dan nonpolar (semipolar). Berdasarkan teori, terjadinya reaksi-reaksi dari senyawa organik dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu melihat adanya perubahan warna, adanya gelembung gas, adanya endapan yang terjadi saat dicampurkan dengan pereaksi tertentu, dan mengamati jumlah fasa dalam campuran tersebut. Senyawa n-Heksana yang ditetesi dengan KMnO 4 tidak terjadi reaksi. Hal ini ditandai dengan warna KMnO4 sebelum dan setelah dicampur dengan n-heksana tetap berwarna ungu sebab KMnO4 tidak dapat mengoksidasi n heksana Senyawa alkohol yang diitetesi dengan KMnO4 terjadi perubahan warna larutan dari bening menjadi merah pudar. Senyawa etil asetat yang direaksikan dengan KMnO4 terjadi perubahan warna campuran dari coklat menjadi endapan coklat ditambah coklat kehitaman setelah dipanaskan beberapa saat. Ini menunjukkan bahwa campuran kedua campuran tersebut tidak terjadi reaksi Aseton/propanon yang semula berwarna bening ditetesi dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu, hasil campuran kedua senyawa tetap berwarna ungu
sehingga dapat disimpulkan bahwa campuran kedua senyawa tidak terjadi reaksi. Dalam hal ini aseton tidak dapat dioksidasi oleh KMnO4. Klroform yang dicampurkan dengan aseton yang mengandung NaI tidak mengalami perubahan warna sebelum dan sesudah dicampurkan. Hanya saja campuran yang didapatkan memiliki dua fasa (heterogen) yang menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara kedua senyawa tersebut. Hal ini disebabkan karena gugus Cl pada kloroform tidak dapat disubtitusi dengan I pada NaI sebab keelektronegatifan Cl lebih besar daripada I sehingga kloroform tetap mempertahankan kedudukannya. Glukosa yang dicampurkan dengan fehling A+b mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah bata . Pada pencampuran vitamin C dengan I2 tidak terjadi perubahan warna sehingga disebut ikatan semu. .
BAB V
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang
sama dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar. Senyawa-senyawa non polar antara lain n-heksana, kloroform dan dietil eter sedangkan senyawa polar yaitu, etanol, aseton, dan akuades. 2. Senyawa organik seperti etanol dan asetaldehida dapat mengalami reaksi oksidasi dengan KMnO4 sedangkan n-heksana dan etil aasetat tidak dapat dioksidasi, kloroform tidak dapat mengalami reaksi subtitusi dengan KI/aseton, glukosa dapat mengalami reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan asam askorbat tidak dapat mengalami reaksi dengan I2/betadin. 1.2 Saran Adapun saran untuk laboratorium adalah sebaiknya alat dan bahan itu di perbanyak sesuai dengan kapasitas praktikan agar praktikum dapat berjalan dengan lancar. Untuk praktikum sebaiknya mendengarkan arahan dari asisten agar nantinya tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan praktikum. Untuk asisten sebaiknya selalu mengawasi praktikan dalam melakukan praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Garret, 1906, Kimia Fisika jilid 2 Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga. Pine, S., H., dkk., 2000, Kimia Organik, Bandung, ITB. Prasojo, S., L., 2005, Kimia Organik 1 jilid 1 pegangan Kuliah untuk Jurusan Farmasi, Jakarta, Erlangga. Sri, N., H., 2003, Sifat Kimia Pada Sistem Pertanian Organik, jurnal Ilmu Pertanian, 10 (2), 63-69. Utami, T., W., 2001, Recovery Logam Cu2+, Cd2+ dan Cr3+ Menggunakan Teknik Membran Cair Buah, 3 (2), 1-10.
LEMBAR PENGESAHAN
dengan
Makassar, 25 November 2015
Asisten,
Praktikan,
MASHYTA DWI PRATIWI NIM. H31111258
SINAR DESI PRATIWI NIM. H31115007
Lampiran 1. Bagan Kerja A. Kelarutan Senyawa Organik 0,5 ml dietil eter
-
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi 1 diisi dengan 0.5 ml, dan tabung reaksi 2 diisi
-
dengan 0,5 ml dietil eter. Ditambahkan tabung reaksi 1 dan 2 dengan setetes demi setetes
-
n-Heksana (5 tetes). Dikocok dan diperhatikan kelarutannya dan dicatat. Dikerjakan seperti di atas dengan menggunakan senyawa organik lain.
Hasil
B. Reaksi-Reaksi senyawa Organik n-Heksana, alkohol, asetaldehida, aseton,kloroform, glukosa, dan vitamin C masing-masing 1 mL -
Disiapkan tujuh tabung reaksi yang bersih dan kering. Ditambahkan ketujuh tabung reaksi tersebut dengan 1 ml secara berturut-turut dengan n-heksana (1), alkohol (2), asetaldehida (diganti dengan etil asetat) (3), aseton (4),
Hasil
-
kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Di tambahkan tabung (1) dan (2), (3) dan (4) dengan larutan
-
KMnO4 , dipanaskan jika perlu. Ditambahkan tabung (5) dengan aseton, di kocok. Ditambahkan tabung 6 dengan fehling A+B dan dipanaskan. Ditambahkan tabung 7 dengan I2 atau betadin Diamati perubahanyang terjadi pada setiap tabung, kemudian dicatat.
Lampiran 2. Foto Hasil Pengamatan A. Reaksi-Reaksi Senyawa Organik
Tabung 1, 2, 3, dan 4
Tabung 6
B. Kelarutan Senyawa Organik
Tabung 5
tabung 7
n-heksana dengan air dan dietil eter
kloroform dengan air dan dietileter
Etanol dengan air dan dietileter
etil asetat dengan air dan dietil eter