LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BRONCHOPNEUMONIA
Disusun Oleh: HERVINA 2008 21 104
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI TAHUN 2012
TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009). Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya disebut juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008). Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572). Bronkopneumonia adalah gambaran pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronkus dan meluas ke parenkrim paru yang berdekatan di sekitarnya (Brunner & Suddarth, 2001). Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001). Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. B. KLASIFIKASI Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) : 1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas : a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis. b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus. 2. Berdasarkan faktor lingkungan a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial c. Pneumonia rekurens d. Pneumonia aspirasi e. Pneumonia pada gangguan imun f. Pneumonia hipostatik 3.
Berdasarkan sindrom klinis a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru. b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) : 1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua. 2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia. 3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja. 4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak. C. ETIOLOGI a. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. d. Protozoa Menimbulkan
terjadinya
Pneumocystis
carinii
pneumonia
(CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, 2001). D. PATOFISIOLOGI Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
E. MANIFESTASI KLINIS 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan -
Nyeri pleuritik
-
Nafas dangkal dan mendengkur
-
Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi -
Mengecil, kemudian menjadi hilang
-
Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris 4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium 5. Diafoesis 6.
Anoreksia
7. Malaise 8. Batuk kental, produktif: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 9. Gelisah 10. Sianosis: Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan 11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati F. KOMPLIKASI Komplikasi dari bronchopneumonia adalah : 1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. 2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura. 3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. 4. Infeksi sitemik 5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. 6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah: pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). b. Pemeriksaan sputum: Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435). c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). 2. Pemeriksaan Radiologi a. Rontgenogram Thoraks: menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435). b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001). H. PENATALAKSANAAN 1. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan 2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri 3. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat 4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan 5. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas 6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif 7. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
I. PENGKAJIAN Pengkajian fokus: 1. Riwayat kesehatan masa lalu
-
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
-
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensivitas terhadap zat/ faktor lingkungan
2. Aktivitas -
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
-
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
-
Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan -
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
-
Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
-
Menggunakan
alat
bantu
pernapasan,
misal:
bahu,melebarkan hidung -
Adanya bunyi napas mengi
-
Adanya batuk berulang
4. Sirkulasi -
Adanya peningkatan tekanan darah
-
Adanya peningkatan frekuensi jantung
-
Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
5. Integritas ego -
Ansietas
-
Ketakutan
-
Peka rangsangan
-
Gelisah
6. Asupan nutrisi -
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
-
Penurunan berat badan karena anoreksia
7. Hubungan social -
Keterbatasan mobilitas fisik
-
Susah bicara atau bicara terbata-bata
-
Adanya ketergantungan pada orang lain
meninggikan
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas. 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas seharihari. K. ASUHAN KEPERAWATAN (NCP) No 1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan Bersihan jalan Setelah dilakukan nafas
tidak tindakan
Intervensi a. Auskultasi
Rasional bunyi a. Bersihan
jalan
nafas
nafas, catat adanya
yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
efektif
keperawatan jalan
bunyi
nafas.
berhubungan
nafas efektif
Misalnya:
dengan
dengan bunyi
krekels dan ronki
inflamasi
nafas bersih dan
trakeobronkial,
jelas dan pasien
pernafasan, catat rasio
pada beberapa derajat
pembentukan
dapat melakukan
inspirasi/ ekspirasi
dan dapat ditemukan
edema,
batuk efektif
pada penerimaan atau
peningkatan
untuk
selama stres/ adanya
produksi
mengeluarkan
proses
sputum
sekret
Pernafasan
KH:
melambat dan frekuensi
-Mempertahankan
ekspirasi
jalan nafas paten
dibanding inspirasi.
mengi,
nafas adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi b. Takipnea biasanya ada
dengan bunyi nafas bersih/ jelas
dengan adanya bunyi
infeksi
akut. dapat
memanjang
c. Posisi semi fowler akan c. Berikan posisi yang
mempermudah
pasien
-Menunjukkan
nyaman buat pasien,
perilaku untuk
misalnya posisi semi
memperbaiki
fowler
bersihan jalan
d. Dorong/ bantu latihan
untuk bernafas d. Memberikan
pasien
beberapa
untuk
cara
nafas, misalnya:
nafas abdomen atau
mengatasi
dan
batuk efektif dan
bibir
mengontrol dipsnea dan
mengeluarkan
menurunkan
sekret.
udara
jebakan
e. Batuk dapat menetap, e. Observasi
tetapi
tidak
efektif.
Batuk
paling
efektif
bantu tindakan untuk
pada
posisi
duduk
memperbaiki
tinggi atau kepala di
karakteristik
batuk,
keefektifan
upaya
batuk
bawah setelah perkusi dada. f. Hidrasi
f. Berikan
air
sesuai 2.
toleransi
jantung. Setelah dilakukan a. Kaji,
Gangguan pertukaran
gas tindakan
hangat
menurunkan
kekentalan sekret dan mempermudah
pengeluaran. frekuensi, a. Manifestasi
kedalaman,
dan
pernafasan
distres tergantung
berhubungan
keperawatan
kemudahan
pada
dengan
adanya perbaikan
pernafasan
keterlibatan paru dan
perubahan
ventilasi
membran
oksigenasi
alveolus kapiler, jaringan gangguan
GDA
kapasitas
rentang
pembawa
dan
oksigen
dan dengan dalam normal
tidak
ada
status kesehatan umum warna b. Sianosis menunjukkan
b. Observasi kulit, mukosa
membran dan
kuku.
Catat adanya sianosis
darah, distres pernafasan c. Kaji status mental
gangguan pengiriman
KH:
oksigen.
-Menunjukkan
derajat
adanya perbaikan d. Awasi
vasokontriksi
respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia c. Gelisah,
mudah
terangsang, dapat
bingung
menunjukkan
hipoksemia frekuensi
atau
ventilasi
dan
jantung/ irama
d. Takikardi biasanya ada
oksigenasi
karena akibat adanya
jaringan -Berpartisispasi pada
tindakan
untuk memaksimalkan oksigenasi
e. Awasi
suhu
Bantu
tubuh.
demam/ dehidrasi
tindakan e. Mempertahankan PaO2
kenyamanan
untuk
mengurangi
demam
di atas 60 mmHg
dan menggigil f. Tinggikan kepala dan dorong
sering f. Tindakan
mengubah
posisi,
nafas
dalam,
dan
batuk efektif
ini
meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran untuk
g. Kolaborasi pemberian
sekret
memperbaiaki
ventilasi
oksigen dengan benar g. Demam tinggi sangat sesuai dengan indikasi
meningkatkan kebutuhan
metabolik
dan kebutuhan oksigen dan 3.
Pola nafas tidak Setelah dilakukan a. Bantu dada, efektif tindakan drainage berhubungan keperawatan 2x24 dengan
proses jam
pola
inflamasi dalam efektif alveoli
frekuensi
mengganggu
oksigenasi seluler. fisioterapi a.Kecepatan biasanya postural meningkat, dispnea,
nafas
dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman
dengan
bervariasi,
dan
ekspansi
dada terbatas
kedalaman dalam b. Auskultasi bunyi b.Bunyi nafas menurun/ nafas dan catat rentang normal tidak ada bila jalan adanya bunyi nafas dan paru jelas/ nafas terdapat obstruksi adventisius bersih kecil c.Duduk c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah
memungkinkan
tinggi
posisi
ekspansi
paru
dan
memudahkan pernafasan. d. Observasi pola batuk dan karakter secret
d.Batuk
biasanya
mengeluarkan dan
sputum
mengindikasikan
adanya kelainan e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
e.Dapat
meningkatkan
pengeluaran sputum f.Memaksimalkan bernafas
dan
menurunkan kerja nafas g.Memudahkan g. Berikan humidifikasi tambahan
upaya
pernafasan
dan
meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus h.Memberikan
h. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
kelembaban
pada
membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
untuk
memudahkan 4.
pembersihan Setelah dilakukan a. Kaji perubahan tanda a.Untuk menunjukkan
Gangguan keseimbangan cairan
vital,
tindakan
dan
elektrolit berhubungan dengan
:peningkatan keperawatan menunjukkan
b. Kaji
keseimbangan
penurunan
cairan elektrolit
suhu,
adnya
kekurangan
cairan sisitemik
takikardi, hipotensi
kehilngan cairan berlebih,
contoh
dan
turgor
kulit,
b.Indikator
kelembaban membran
keadekuatan
mukosa (bibir, lidah)
cairan
c. Catat lapporan mual/ muntah
c.Memperbaiki kesehatan
langsung masukan ststus
masukan oral
d. Pantau masukan dan haluaran urine
d.Memberikan informasi tentang
keadekuatan
volume
cairan
dan
kebutuhan penggantian e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. 5.
Nutrisi dari
kurang Setelah diakukan a. Identifikasi
kebutuhan
faktor
menimbulkan
e.Adanya
gejala
menurunkan oral a.Pilihan
ini
masukan intervensi
tindakan
yang
tubuh
keperawatan
mual/ muntah
berhubungan
menunjukkan
dengan
peningkatan
tertutup untuk sputum
bahaya, rasa, bau,dari
peningkatan
nafsu makan dan
dan buang sesering
lingkungan pasien dan
kebutuhan
mempertahankan/
mungkin,
dapat
metabolik
meningkatkan
kebersihan mulut
sekunder
berat badan
b. Berikan
tergantung
pada
penyebab masalah wadah
bantu
c. Jadwalkan
b.Menghilangkan
menurunkan
mual c.Menurunkan efek mual
terhadap demam
pengobatan
yang
dan
pernafasan sedikitnya
dengan pengobatan ini
infeksi, anoreksia,
proses
berhubungan
1 jam sebelum makan d. Auskultasi
distensi
usus,
abdomen
palpasi
bunyi observasi/ distensi
abdomen
d.Bunyi usus mungkin menurun
bila
proses
infeksi berat, distensi abdomen
terjadi
sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
saluran
gastro
intestinal e. Berikan makan porsi kecil
dan
e.Tindakan
ini
dapat
sering
meningkatkan masukan
makanan
meskipun nafsu makan
kering atau makanan
mungkin lambat untuk
yang menarik untuk
kembali
termasuk
pasien
f. Evaluasi status nutrisi umum,
ukur
berat
badan dasar.
f.Adanya kondisi kronis dapat
menimbulkan
malnutrisi,
rendahnya
tahanan
terhadap
infeksi, atau lambatnya 6.
Intoleransi
Peningkatan
a. Evakuasi
aktifitas
toleransi terhadap
pasien
berhubungan
aktifitas.
aktivitas
respon terhadap
responterhadap terapi a.Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien
dengan
memudahkan
insufisiensi
intervensi
oksigen
untuk
b. Berikan
aktifitas
hidup
yang
sehari-hari.
lingkungan tenang
batasi
dan
pengunjung
selama fase akut c. Jelaskan
pentingnya
istitahat
dalam
rencana
pengobatan
dan
perlunya
dan pilihan
b.Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat c.Tirah dipertahankan
baring untuk
menurunkan kebutuhan metabolik
keseimbamgan aktivitas dan istirahat d. Bantu
aktivitas
d.Meminimalkan
perawatan diri yang
kelelahan
diperlukan
membantu keseimbangan
dan suplai
dan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA . Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakata : EGC.
Elizabeth, J.C. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC. Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Prince, S.A. & Wilson L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jilid 2. Jakarta: EGC. Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika. Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC. Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Zul, Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. www.google.com