LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT RUANG KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN
DI SUSUN OLEH : SITI AULIYA ULFAH 1730054
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN PROGRAM STUDI NERS TAHUN AJARAN 2017/2018
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny.D Dengan Diagnosa Medis Abortus Inkomplit RUANG KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN
DI SUSUN OLEH : SITI AULIYA ULFAH 1730054
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN PROGRAM STUDI NERS TAHUN AJARAN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan “ABORTUS “ ABORTUS INKOMPLIT” INKOMPLIT ” di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang yang dilakukan oleh : Nama
: Siti Auliya Ulfah
NIM
: 17.30.054
Prodi
: Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik departemen Keperawatan Anak, yang dilaksanakan pada tanggal 26 Februari – Februari – 03 03 Maret 2018, yang telah disetujui dan disahkan pada : Hari
:……………………
Tanggal
:…………………… Malang,…………………………. Mahasiswa
(Siti Auliya Ulfah) Mengetahui : Pembimbing Institusi
Pembimbing Klinik
(…………………………..)
(…………………………..) Kepala Ruang
(…………………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010). Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam Rahim (Manuaba, 2007:683). Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010). Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Namun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup(Manuaba, 2007:683). Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada si sa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium
yang tipis dan irreguler(Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum). Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke 8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan
cacat
bawaan
yang
menyebabkan
hasil
konsepsi
dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena: a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosorn seks. b. Faktor lingkungan endometritum. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan. 2. Pengaruh luar a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu. 3. Kelainan pada plasenta a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi. b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus. c. Hipertensi
menyebabkan
gangguan
sehingga menimbulkan keguguran.
peredaran
darah
palsenta
4. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta: a. Penyakit
infeksi
seperti
pneumonia,
tifus
abdominalis,
malaria, sifilis. b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2 menuju sirkulasi retroplasenter. c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes melitus. 5. Kelainan yang terdapat dalam rahim Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum. 6. Faktor antibody autoimun, terutama : Antibody antiphosfolipid : a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC) d. Menghalangi
terbentuknya
jantung
janin
sehingga
akan
menyebabkan abortus.
C. PATPFISIOLOGIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng ( fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen ( fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2005).
D. PATHWAY
Perdarahan nekrosis
Hasil konsepsi terlepas dari uterus
Uterus berkontraksi
Hasil konsepsi keluar tidak sempurna (abortus inkompletus)
Hasil konsepsi keluar sempurna (abortus kompletus)
Merasa kehilan an
perdarahan
Ansietas Duka cita Stress
Nyeri Akut
Intolerans i aktifitas
Kekurangan volume cairan
Risiko infeksi
Risiko syok
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu: 1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi de ngan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi: a. Abortus Imminens. Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. b. Abortus insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. c. Abortus inkompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang
menyebabkan hipovolemia berat.
sedemikian
masif
sehingga
d. Abortus kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan le ngkap. e. Abortus Servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. f. Missed Abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone
pada
abortus
imminens
mungkin
juga
dapat
menyebabkan missed abortion. g. Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu 2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli b. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
F. MANIFESTASI KLINIS
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut: 1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis 3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat 4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi 5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Gejala lain dari abortus incomplit antara lain: 1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah . 2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat. 3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva 4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka. 5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar. 6. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Ginekologi: 1. Inspeksi vulva a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak b. Adakah disertai bekuan darah c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian d. Adakah tercium bau busuk dari vulva 2. Pemeriksaan dalam speculum a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka c. Apakah tampak jaringan keluar ostium d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium. 3. Pemeriksaan dalam a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang e. Adakah rasa nyeri pada perabaan f.
Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch) 1. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai 2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan 3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjut
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan umum: 1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi dalam uterus Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok -krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007). 2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil) 3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan) 4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit. a. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut b. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer
Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus) 1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse darah 2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan 3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular untuk mempertahankam kontraksi otot uterus 4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi 5. Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg) 6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan: 1. Melakukan vulva hygiene untuk mengurangi terjadinya infeksi pada area vagina minimal 2x sehari 2. Menganjurkan pasien istirahat yang cukup 3. Menjelaskan kepada klien tentang penyebab abortus dan penaganan terhadap abortus 4. Monitor intake dan output cairan klien
I. KOMPLIKASI
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia intrauterin dan infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus. Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan
setelah
trimester
pertama.
Panas
bukan
merupakan
kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang
memadai segera dimulai.Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain : 1. Komplikasi Jangka pendek a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardi dan cardiac arrest . b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat. c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit. d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi. Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi. e. Infeksi
akut
dapat
terjadi
sebagai
salah
satu
komplikasi.
Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari. 2. Komplikasi jangka panjang. Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan: a. Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman) b. Nyeri pelvis yang kronis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : 1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. 2. Riwayat kesehatan masa lalu 3. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya 5. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 6. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 8. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 9. Riwayat
pemakaian
obat:
Kaji
riwayat
pemakaian
obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 10. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 11. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan
posisi
janin
atau
mencubit
kulit
untuk
mengamati turgor. Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop
menginterpretasikan
dengan bunyi
yang
menggambarkan terdengar.
dan
Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005: 39) d. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang: rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. e. Data lain-lain : 1. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS. 2. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan. 3. Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien 4. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Pre Kuretase 1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding endometrium dan jalan lahir. 2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin b. Post Kuretase 1) Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
adanya
pendarahan 2) Dukacita b.d kehilangan calon anak 3) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi 4) Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab 5) Risiko
syok
b.d
hipovolemik:
perdarahan
pervaginam
3. INTERVENSI No.
1.
Diagnosa Keperawatan dan Tujuan
Intervensi
Rasional
Pre Kuretase Nyeri akut berhubungan dengan Pain Management Pain Management dengan kontraksi uterus, perubahan memberikan tindakan dinding endometrium dan jalan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai lahir. karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 2. Untuk mengetahui kemajuan Setelah dilakukan tindakan dan faktor presipitasi,. persalinan dan ketidaknyamanan keperawatan selama 1x60 menit (1 kontraksi uterus dan yang dirasakan ibu jam) diharapkan nyeri akan 2. Kaji ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, 3. Respon mimik dari nyeri yang berkurang durasi, intensitas, dan gambaran dirasakan ibu. NOC: ketidaknyamanan) 4. Dapat mengurangi faktor yang 1. Pain level 3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi memperparah tingkat nyeri 2. Pain control ketidaknyamanan 5. Membantu mengurangi nyeri 3. Comfort level 4. Kontrol lingkungan yang dapat 6. Untuk diberikan tindakan Kriteria Hasil: mempengaruhi nyeri seperti suhu selanjutnya dalam mengatasi nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan yang tidak berhasil tersebut 2. Menyatakan rasa nyaman 3. Mengungkapkan penurunan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada Analgesic administration nyeri keluhan dan tindakan penanganan nyeri 1. Verifikasi dalam pemberian obat, 4. Menggunakan tehnik yang tepat yang tidak berhasil menghindari kesalahan dalam untuk mempertahankan kontrol pemberian obat nyeri. Analgesic administration 2. Menurunkan tingkat nyeri dengan teknik farmakologi 1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, 3. Penurunan sirkulasi darah dapat dosis dan frekuensi terjadi peningkatan kehilangan