LAPORAN TUTORIAL SEMESTER ANTARA MODUL 1 AMENOREA SISTEM REPRODUKSI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 Banurusman Carindha Azaria Muliana Ratna S. Nia Nurhayati Z. Siti Mutiara Sari Sri Nindiana P. Karyati Afrina Kendana Tamiz Melisa Ramadhani Nublah Permata Syarifah Zahrotulhaj Yutika Adnindya Thia Resti H. P.
2012730017 2012730019 2012730066 2012730067 2012730100 2012730101 2012730134 2012730135 2012730139 2012730145 2012730157 2012730159 2011730164
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Diskusi PBL Semester Antara Sistem Reproduksi modul 1 Amenorea tepat pada waktunya sesuai jadwal yang ditentukan. Adapun tujuan pembuatan laporan ini sebagai hasil diskusi kelompok 3 mengenai berbagai penyakit pada sistem reproduksi pada kehidupan sehari-hari khususnya tentang penyakit terkait dengan amenorea pada sistem reproduksi. “Tak ada gading yang tak retak” itulah pribahasa yang cocok untuk menggambarkan hasil laporan yang penulis buat. Kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan yang telah penulis buat ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tutor pembimbing dr. Yusnam yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan diskusi ini. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil hingga laporan ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membaca.
Jakarta, Februari 2015 Penulis
Daftar Isi KATA PENGANTAR..................................................................................................................i Daftar Isi....................................................................................................................................ii BAB I
Pendahuluan................................................................................................................3
I.1
Skenario...........................................................................................................................3
I.2
Kata Sulit.........................................................................................................................3
I.3
Kata Kunci......................................................................................................................3
I.4
Analisis Masalah.............................................................................................................3
BAB II
Pembahasan.............................................................................................................5
II.1
Anatomi Organ Reproduksi............................................................................................5
II.2
Fisiologi Haid..................................................................................................................9
II.3
Definisi dan Klasifikasi Amenore.................................................................................12 2
II.4
Faktor Resiko Amenore.................................................................................................13
II.5
Mekanisme Amenore....................................................................................................15
II.6
Penyakit yang termasuk Amenore.................................................................................17
II.7
Alur Diagnosis Amenore...............................................................................................20
II.8
Komplikasi Amenore Sekunder....................................................................................22
II.9
Perubahan Fisik pada Kehamilan..................................................................................24
II.10
Hubungan Tanda dan Gejala dengan Penyakit..........................................................25
II.11
Penatalaksanaan PCOS dan POF...............................................................................27
II.12
Sindroma Ovarium Polikistik....................................................................................30
II.13
df................................................................................................................................37
BAB III
Kesimpulan............................................................................................................38
Daftar Pustaka..........................................................................................................................39
BAB I
Pendahuluan
I.1 Skenario Seorang wanita usia 28 tahun, menarche usia 15 tahun. Datang ke dokter dengan keluhan tidak datang haid selama empat bulan. Pasien sudah menikah 5 tahun dan masih belum pernah hamil. Setelah menikah, haid menjadi semakin tidak teratur padahal sebelum menikah haid relatif teratur setiap bulan meskipun tanggalnya selalu mundur. Pasien tidak menyangkal bila berat badannya cenderung semakin gemuk. Pada pemeriksaan fisik : tinggi badan 157 cm dengan berat badan 58kg. Pada lengan dan kaki terlihat pertumbuhan bulu yang cukup banyak, dan sekilas terlihat bahwa wanita ini juga memiliki kumis halus yang tidak lazim untuk seorang wanita.
I.2 Kata Sulit Tidak ditemukan kata sulit
I.3 Kata Kunci
Wanita usia 28 tahun Menarche usia 15 tahun Tidak haid selama empat bulan Menikah 5 tahun dan masih belum pernah hamil Berat badan semakin gemuk
3
Lengan dan kaki terlihat pertumbuhan bulu yang banyak, dan memiliki kumis
halus Pemfis : TB=157cm , BB=58kg.
I.4 Analisis Masalah 1. Jelaskan anatomi organ reproduksi wanita! 2. Jelaskan fisiologi haid! 3. Jelaskan definisi dan klasifikasi amenore! 4. Apa saja faktor resiko amenore? 5. Jelaskan mekanisme amenore! 6. Jelaskan penyakit apa saja yang termasuk amenore primer dan sekunder! 7. Jelaskan alur diagnosis pada amenore! 8. Bagaimana penatalaksanaan amenore? 9. Apa saja komplikasi amenore sekunder? 10. Bagaimana perubahan fisik pada kehamilan? 11. Bagaimana hubungan tanda dan gejala dengan penyakit pada skenario? 12. Differential Diagnosis
BAB II
Pembahasan
Nama : Muliana Ratna Sari
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730066
II.1 Anatomi Organ Reproduksi Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora. Ovarium Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya 4
sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya. Tuba falopii/oviduct (saluran telur) Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus. Uterus (rahim) Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi. Vagina Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual. Mons veneris Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas dari vulva Labium mayora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut 5
Labium minora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah. Clitoris Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak mengandung saraf. Oogenesis dan Siklus Menstruasi Oogenesis Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum. Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer. Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan, beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar 200.000 buah. Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil). Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua; 6
oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi ovum Perkembangan folikel di dalam ovarium Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel, yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang) Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan. Nama : Yutika Adnindya
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730159
II.2 Fisiologi Haid Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus
luteum
menghasilkan
progesteron
yang
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus 7
luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu: 1
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3
Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium : 1
Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2
Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal: 1
Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
2
Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium 8
3
Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4
Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5
Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6
Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7
Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
8
Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
Nama : Banurusman
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730017
II.3 Definisi dan Klasifikasi Amenore Definisi Amenorrhea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut. Lazim diadakan pembagian amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah keadaan dimana seorang wanita berumur 17 tahun keatas tidak pernah dapat haid, sedangkan amenorrhea sekunder adalah penderita pernah mendapat haid tetapi kemudia tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebabyang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan genetic. Adanya amenorrhea sekunder lebih menunjukan kepada sebab-sebab yang timbul kemudia dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-lain. Klasifikasi amenorhea 9
1. AMENORE PRIMER adalah tidak terjadinya menarke sampe usia 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan sekunder. 2. AMENORE SEKUNDER adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi. 3. AMENORE FISIOLOGIK, yang terjadi pada perempuan usia prapubertas, hamil, dan pascamenoupose. Nama : Carindha Azaria
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730019
II.4 Faktor Resiko Amenore Faktor resiko pada amenore: 1. Faktor psikososial seperti stress 2. Stress merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon CRH dan glucorticoid sehingga menghambat sekresi GnRH oleh hipotalamus. 3. Latihan fisik yang berlebihan 4. Obat-obatan 5. Obat-obat tertentu bisa memicu berhentinya periode menstruasi, termasuk obat dari jenis:
Antipsikotik
Kemoterapi kanker
Antidepresan
Obat tekanan darah
6. Penyakit-penyakit
Kelainan organik pada serebrum berupa radang (ensefalitis dan lain-lain), tumor-tumor, trauma, dan sebagainya dapat disertai amenorea.
Kelainan kejiwaan seperti anoreksi nervosa yaitu suatu sindrom yang paling dramatis di antara penyakit kejiwaan yang menyebabkan amenore. Penyakit ini terutama dijumpai pada wanita muda yang menderita gangguan emosional yang cukup berat. 10
Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan, sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner,sindrom asherman dan sindrom testicular feminzation dapat menyebabkan terjadinya amenorea primer
7. Status gizi Pada wanita yang memiliki persen lemak tubuh tinggi (obesitas) terjadi peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai prekursor hormon reproduski. Di dalam tubuh, androgen digunakan untuk memproduksi estrogem dengan bantun enzim aromatase. Proses aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Dengan demikian, semakin banyak presentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Nama : Thia Resti Handayani P.
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2011730164
II.5 Mekanisme Amenore Patogenesis dan Patofisiologi Untuk patogenesis,agar memudahkan maka kita membagi amenore berdasarkan kelainan anatomi dan kelainan hormonal 1. Kelainan Hormonal a. Gangguan pada hipotalamus (hipogonadotropic hipogonadism) Amenore karena gangguan pada hipotalamus dapat terjadi akibat gangguan transport gonadotropic releasing hormon (GnRH) dari hipotalamus ke pituitary , gangguan produksi GnRH, dan juga karena kelainan kongenital sehingga terjadi defisiensi GnRH Gangguan transport GnRH dapat disebabkan oleh : - Trauma, kompresi, radiasi - Tumor (craniopharyngioma, germinoma, glioma, teratomas) - Kelainan infiltratif ( sarkoidosis, tuberkulosis) Gangguan produksi GnRH dapat disebabkan oleh beberapa hal. Akibat tidak adanya GnRH, maka tidak ada atau hanya sedikit FSH dan LH yang disekresikan sehingga tidak ada perkembangan dari folikel di ovarium 11
,tidak ada estradiol yang disintesis akibatnya pasien mengalami amenore.
Dapat disebabkan oleh : - Stress - Penurunan berat badan yang drastis - Exercise yang berlebihan - Hyperprolaktinemia - Idiopatik Congenital GnRH deficiency (kallsmann syndrome). Terjadi defisiensi dari GnRH sehingga serum gonadotropin juga rendah dan tidak terjadi
2.
perkembangan folikel dari ovarium. Gangguan /defek pada pituitary Defek pada pituitary jarang terjadi , biasanya sekunder dari disfungsi
hipotalamus Defek dapat berupa kongenital (jarang) dan acquired Defek pituitary yang didapat(acquired) dapat ditemukan pada : o Sheehan’s Syndrome : adanya postpartum amenore , akibat adanya nekrosis dari pituitary postpartum sekunder dari perdarahan yang hebat dan hipotensi Surgery/tindakan bedah sebagai terapi tumor pituitary o Deposit zat besi dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang menghasilkan FSH dan LH . Misalnya pada pasien dengan hemosiderosis. o Tumor pituitary (mikroadenoma dan makroadenoma) dapat menyebabkan amenore dengan meningkatkan kadar prolaktin
(hiperprolaktinemia) 3. Gangguan pada ovarium Yang paling sering menyebabkan amenore primer adalah gonadal dysgenesis. Biasanya berhubungan dengan kelainan kromosom, gangguan perkembangan gonad, deplesi yang premature dari folikel dan oosit ,serta tidak adanya sekresi
estradiol Pada gonadal dysgenesis, terbentuk gonad yang tidak mensekresi hormon, sehingga menyebabkan amenore primer. Misalnya pada Turner Syndrome.
Nama : Nia Nurhayati Zakiah
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730067
II.6 Penyakit yang termasuk Amenore 1. Sindrom Asherman Terjadi kerusakan endometrium akibat tindakan kuret berlebihan terlalu dalam sehingga terjadi perlekatan intrauteri. Perlekatan akan menyebabkan obliterasi lengkap atau partial pada rongga uterus, ostium uteri interna, dan
12
kanalis servikalis. Hematometra tidak terjadi karena endometrium menjadi tidak sensitif terhadap stimulus. 2. Endometritis Tuberkulosa Umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa. Keadaan ini ditemukan setelah dilakukan biopsy endometrium dan ditemukan tuberkel dalam sediaan. Terapi spesifik terhadap tuberkulosa diharapkan dapat mengembalikan siklus haid. 3. Premature ovarian failure Hilangnya fungsi ovarium sebelum umur 40 tahun. Cukup sering ditemukan, diperkirakan terjadi pada 1% perempuan dengan ditemukan deplesi lebih awal pada folikel ovarium. Keluhan yang timbul adalah amenorea, oligomenorea, infertilitas, dan keluhan akibat defisiensi hormone estrogen. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar FSH > 40 UI/L dan LH lebih 5 kali normal yang disebabkan oleh hilangnya mekanisme umpan balik ke hipotalamus akibat rendahnya produksi hormone estrogen ovarium. POF dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu 1) terjadi secara spontan dan 2) karena iatrogenic. POF yang terjadi spontan disebabkan oleh kelainan genetic, penyakit autoimun, dan idiopatik. Penyebab iatrogenic oleh karena tindakan bedah misalnya operasi pengankatan ovarium karena tumor, dapat juga karena radiasi dan pemberian sitostatika 4. Polikistik Ovarium Sindrom Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah penyakit yang ditandai dengan oligomenore, amenorea, hirsutisme, infertilitas, dan kadang-kadang kegemukan mungkin muncul pada perempuan muda ( biasanya anak gadis setelah menarke), akibat produksi berlebihan estrogen dan androgen oleh folikel kistik di ovarium. Keadaan ini juga disebut ovarium polikistik atau sindrom steinleventhal. 5. Adenoma hipofisis sekresi prolactin Meupakan tumor hipofisis yang paling sering didapatkan. Keluhan utama adalah amenorea dengan kadar prolactin tinggi dan dapat pula disertai galaktorea. Hanya sepertiga perempuan dengan kadar prolactin tinggi didapatkan keluhan galaktorea. Hal ini disebabkan oleh keadaan estrogen rendah pada amenorea akan mencegah respons normal prolactin. Selain itu, dapat disebabkan oleh faktor heterogenisitas hormon peptide prolactin yang beradda disirkulasi. 6. Sindroma Sheehan 13
Terjadi infark akut dan nekrosis pada kelenjar hipofisis yang disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan syok dapat menyebabkan terjadi sindrom Sheehan. Keluhan segera terlihat melahirkan dalam bentuk kegagalan laktasi, berkurangnya rambut pubis, dan aksila. Defisiensi hormone pertumbuhan dan gonadotropin paling sering terlihat, diikuti dengan ACTH. 7. Amenorea hipotalamus Defisiensi sekresi pulsatil GnRH akan menyebabkan
gangguan
pengeluaran gonadotropin sehingga berakibat gangguan pematangan folikel dan ovulasi pada giliranya akanterjadi amenorea hipotalamus, kelainan ini ditegakkan dengan melakukan eksklusi adanya lesi di hipofisis dan biasanya berhubungan dengan gangguan psikis. 8. Anoreksia nervosa Biasanya gejala anoreksia nervosa dimulai antara umur 10-30 tahun. Badan tampak kurus dengan penurunan berat badan 25%, disertai pertumbuhan rambut lanugo, bradikardia, aktifitas berlebih, bulimia, muntah yang biasanya dibuat sendiri, amenorea, dan lain sebagainya. Penyakit ini biasanya dijumpai pada perempuan muda dengan gangguan emosional yang berat. Keadaan dimulai dengan diet untuk mengontrol berat badan, selanjutnya diikuti ketakutan tidak bias disiplin menjaga berat badan. 9. Bulimia Suatu keadaan ditandai dengan episode makan berlebihan dan dilanjutkan dengan menginduksi muntah, puasa, atau menggunakan obat pencahar dan diuretic. Anoreksia dan bulmia merupakan gambaran disfungsi mekanisme tubuh untuk mengatur rasa lapar, haus, suhu, dan keseimbangan otonomik yang diregulasi oleh hipotalamus. Kadar FSH dan LH rendah, sedangkan kadar kortisol meningkat. Nama : Syarifah Zahrotulhaj
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730157
II.7 Alur Diagnosis Amenore Anamnesa:
Riwayat medis mengenai keluhan yang dirasakan penderita.
Pertanyaan mengenai perubahan berat badan, perubahan kulit, rambut dan siklus haid.
Pertanyaan mengenai masalah kesuburan.
Pertanyaan mengenai riwayat keluarga yang menderita PCOS atau diabetes. 14
Anamnesa dipusatkan pada pola haid, kehamilan sebelumnya (jika pernah terjadi), obat-obatan yang dikonsumsi, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pola makan, identifikasi keluarga dengan DM atau penyakit kardiovaskular
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan kesehatan secara umum termasuk tekanan darah, berat dan tinggi badan (menentukan BMI-Body Mass Index).
Pemeriksaan tiroid, kulit, rambut, payudara.
Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran ovarium.
Kebotakan, jerawat, klitoromegali,distribusi rambut tubuh, tanda resistensi insulin (obesitas, distribusi lemak sentripetal, akantosis nigrikan)
Pemeriksaan laboratorium : 1. Testosteron dan androgen. Kadar tinggi dari Androgen akan menghambat terjadinya ovulasi dan menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut secara berlebihan dan kerontokan rambut kepala. 2. Prolaktin yang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas 3. Kolesterol dan trigliserida 4. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal dan hepar dan pemeriksaan gula darah 5. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menentukan aktivitas tiroid 6. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA-S (Dehiydroepiandrosteron Sulfat) atau 17-hydroxyprogesteron. Gangguan kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala seperti PCOS. 7. Pemeriksaan OGTT- oral glucosa tolerance test dan kadar insulin untuk menentukan adanya resistensi insulin. 8. Kadar testosteron atau DHEAS – dehidroepiandrosteron sulfat yang tinggi menunjukkan adanya hiperandrogenisme ovarium Pemeriksaan ultrasonografi : Pemeriksaan ulttrasonografi pelvis dapat menemukan adanya pembesaran satu atau kedua ovarium.Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi pembesaran ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan pemeriksaan ultrasonografi terlebih dahulu. Nama : Karyati Afrina
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK 15
NIM : 2012730134
II.8 Komplikasi Amenore Sekunder Amenorrhea (tidak ada periode haid) Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorrhe dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66. Amenorrhea dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder. Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 16 tahun7 tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorrhea biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon. Amenorrhea sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Amenore bisa terjadi primer (tidak pernah menstruasi) ataupun sekunder (menarke, tetapi kemudian tidak ada periode menstruasi selama 3 bulan berturut-turut). Amenore primer adalah tidak adanya menstruasi sampai usia 16 tahun dengan perkembangan pubertas yang normal atau sampai usia 14 tahun dengan perkembangan pubertas yang tidak normal. Amenore sekunder lebih sering terjadi daripada amenore primer. Etiologi paling sering adalah karena disfungsi dari hypothalamic-pituitary-ovarian (HPO) aksis (Chandran, 2008).
Komplikasi Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis. Kemungkinan Komplikasi Kemungkinan komplikasi yang
dapat
ditimbulkan
akibat amenore sekunder
tergantung dari penyebabnya. Misalnya: penyebab dari amenore sekunder adalah kelainan pada rahim, maka kemungkinan dapat menyebabkan kanker rahim.
16
Infertilitas adalah komplikasi signifikan amenore bagi wanita yang menginginkan untuk menjadi hamil. Osteopenia (penurunan kepadatan tulang) atau osteoporosis adalah komplikasi tingkat estrogen yang rendah, yang mungkin terjadi dengan amenore berkepanjangan. komplikasi lain dari amenore tergantung pada penyebab amenore tersebut. Nama : Nublah Permata
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730145
II.9 Perubahan Fisik pada Kehamilan
Striae lividae/nigra Ket: Hiperpigmentasi di garis tengah kulit abdomen Hiperpigmentasi kulit abdomen bagian bawah di atas simfisis pubis Pembesaran abdomen Ket: Pembesaran abdomen terjadi secara progresif dari kehamilan 7 minggu- 28 minggu. Pada minggu ke 16-22, pertumbuhan terjadi secara cepat
dimana uterus keluar panggul dan mengisi rongga abdomen. Puting susu dan areola mammae bertambah hitam, kelenjar Montgomery
makin menonjol. Berat badan kurang dari 40 kg saat hamil, perlu evaluasi, kemungkinan terdapat penyakit lain. Bertambah berat badan di atas 20 kg evaluasi
kemungkinan hamil disertai DM. Tanda piskacek (pembesaran dan perubahan bentuk rahim yang lebih besar di
tempat nidasi) Tanda hegar (konsistensi rahim yang lunak, terutama didaerah ismus uteri, jika pemeriksaan dalam seolah-olah jari pada forniks anterior dan tangan yg
lainnya pada dinding abdomen bertemu) Tanda Chadwick (warna kebiruaan pada dinding vagina akibat hipervaskularisasi) Kontraksi Braxton Hicks Ket: Kontraksi otot uterus Kontraksi yang tidak sakit Makin tua kehamilan makin tinggi frekuensi nya dan akhirnya menjadi kontraksi persalinan
Nama : Siti Mutiara Sari
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730100
II.10Hubungan Tanda dan Gejala dengan Penyakit mekanisme hirsutisme
17
hirsutisme adalah pembentukan badan rambut terminal yang tergantung androgen pada wanita dimana rambut terminal ini pada keadaan normal tidak didapatkan. pertumbuhan rambut di pengaruhi oleh faktor hormonal yang mempengaruhi pertumbuhan
rambut
yaitu:
androgen,
terutama
testoteron,
merangsang
pertumbuhan rambut, menambah diameter dan pigmentasi mungkin juga meningkatkan kecepatan mitosis matriks sel. androgen adalah hormon steroid yang bertanggung jawab untuk menegmbangkan karakter maskulinisasi seperti testoteron. hanya tempat-tempat tertentu pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen, tempat tersebut dada, leher, wajah,perut, ketiak,lengan,tunkai dan pubis. metabolisme androgen dalam unit pilosebasea melibakan interaksi testoteron dengan reseptor androgen,dimana terjadi konversi testoteron menjadi dehidrotestoteron yang lebih poten oleh enzim 5 alfa reduktase. kelebihan produksi androgen merupakan faktor yang paling sering menyebabkan hirsutisme. sebagian besar androgen bersirkulasi dalam bentuk terikat dengan seks hormon blinding globulin (SHGB). setiap keadaan yang mempengaruhi SHBG dapat menyebabkan kelebihan relatif androgen sirkulasi. beberapa kondisi yang menurunkan SHBG terlah diketahui termasuk sindrom PCO dan obesitas, penyebab kelebihan adrogen yang paling sering adalah kelainan ovarium yaitu sindrom policystik ovarium, konversi testoteron menjadi dihidrotestoteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 alfa reduktase menyebabkan stimulasi pertumbuhan rambut meningkat (hirsutisme). mekanisme obesitas Resistensi insulin didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan asupan normal glukosa atau ketidakmampuan insulin menghasilkan efek fisiologis metabolik yang memadai bagi tubuh. Hal ini merupakan suatu masalah besar pada wanita dengan SOPK baik yang memiliki berat badan normal ataupun yang mengalami obesitas. Dahlgren2 melakukan pemantauan pada subjek penelitiannya selama 11 tahun dan menemukan bahwa wanita dengan SOPK memiliki kecendrungan berkembang menjadi penderita DM tipe dua. Insulin meningkatkan aksi LH pada sel teka dan menyebabkan produksi berlebih dari androgen. Sebagai dampaknya maka terjadilah hiperinsulinemia, resistensi insulin, dan anovulasi. Karena kondisi hiperandrogen ini maka dapat ditemukan juga acanthosis nigricans sebagai efek dari hiperandrogen pada kulit, 18
dan juga gangguan dari metabolism hati, khususnya penurunan kadar SHBG yang menyebabkan meningkatnya testosteron aktif dalam sirkulasi.7 Resistensi insulin nampaknya lebih dari sekedar penanda awal akan timbulnya diabetes dikemudian hari, tetapi juga memegang peranan penting dalam patofisiologi SOPK dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Reaven 8 menjelaskan kondisi ini dengan istilah sindroma X, atau sindroma metabolik yaitu suatu sindroma yang ditandai dengan adanya abnormalitas lipid, hipertensi, obesitas sentral dan gangguan metabolisme glukosa. Sering ditemukan bahwa sindroma metabolik dan SOPK terjadi bersama-sama pada seorang wanita. Glueck dkk9 melaporkan bahwa pada wanita dengan SOPK prevalensi metabolik sindromnya mencapai 46 %, dibandingkan pada populasi normal yang hanya 23 %, hal ini biasanya mulai terjadi apabila pasien berusia diatas 20 tahun. Oleh karena morbiditas dan mortalitas yang signifikan, maka skrining bagi kondisi sindroma metabolik pada wanita SOPK merupakan suatu keharusan pada penatalaksanaan efek jangka panjang SOPK.10 Nama : Melisa Ramadhani
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730139
II.11Penatalaksanaan PCOS dan POF TERAPI (PENGOBATAN) PCOS Terapi Mandiri Pengendalian dan penurunan berat badan dapat menurunkan resiko terjadinya diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan yang tidak terlalu drastis dapat mengatasi kadar androgen dan kadar insulin serta infertiliti. Penurunan berat badan sebesar 5-7% dalam waktu 6 bulan sudah dapat menurunkan kadar androgen sedemikian rupa sehingga ovulasi dan fertilitas menjadi pulih pada 75% kasus PCOS.
Penurunan berat badan. Memperoleh berat badan yang ideal akan memperbaiki kesehatan penderita dan dapat mengatasi masalah kesehatan jangka panjang. Meningkatkan aktivitas dan makan makanan sehat merupakan kunci pengendalian berat badan.
Olahraga. Penderita diharap untuk menjadikan olah raga teratur sebagai bagian penting dalam kehidupannya. Berjalan kaki merupakan aktivitas yang paling baik dan sederhana yang dapat dengan mudah dikerjakan. 19
Makanan sehat dan gizi seimbang yang terdiri dari kombinasi buah dan sayuran, produk makanan kecil berkalori rendah yang dapat memuaskan nafsu makan dan menngatasi kebiasaan makan kecil.
Pertahankan berat badan yang sehat.
Hentikan kebiasaan merokok. Terapi medikamentosa
Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin digunakan pada penderita dengan haid tidak teratur atau amenorea. Terapi ini membantu mengatasi jerawat, pertumbuhan rambut berlebihan dan kerontokan rambut. Progestin diperlukan agar terjadi pertumbuhan dan pengelupasan endometrium secara teratur seperti yang terjadi pada haid. Pengelupasan endometrium yang terjadi setiap bulan dapat mencegah karsinoma uterus. Pil kontrasepsi YASMIN merupakan pil yang ideal untuk kasus PCOS 17 oleh karena mengandung progestin yang disebut drospirenon yang memiliki sifat anti androgen.
Progestin sintetis. Bila penderita tidak dapat menggunakan hormon estrogen maka penggunaan progestin yang dapat digunakan adalah yang tidak meningkatkan kadar androgen dan baik untuk penderita PCOS yaitu : norgestimate, desogestrel dan drospirenon. Efek samping yang mungkin terjadi : nyeri kepala, retensi air dan perubahan emosi.
o
Catatan : Sejumlah progestin menyebabkan peningkatan kadar androgen. Terdapat 3 jenis progestin yang tidak meningkatkan kadar adrogen dan sangat baik bila digunakan pada kasus PCOS.
Diuretik. Spironolaktone yang dapat menurunkan androgen (Aladactone) diberikan bersama dengan pil kontrasepsi kombinasi. Terapi ini dapat mengatasi kerontokan rambut, pdertumbuhan jerawat dan rambut abnormal (hirsuitisme).
Metformin (Glucophage). Obat diabetes ini digunakan untuk mengendalikan insulin, gula darah dan androgen. Obat ini menurunkan resiko diabetes dan penyakit jantung serta memulihkan siklus haid dan fertilitas.
o
Catatan : Metformin nampaknya sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala yang terjadi pada PCOS. Metformin dapat memperbaiki derajat fertilitas, menurunkan kejadian abortus, dan diabetes gestasional serta mencegah 20
terjadinya masalah kesehatan jangka panjang. Penggunaan metformin pada masa kehamilan masih merupakan kontroversi meskipun resiko nampaknya sangat kecil. Metformin oleh FDA dimaksudkan untuk mengatasi diabetes sehingga penggunaannya pada kasus PCOS harus dibahas secara rinci.
Klomifen sitrat dan injeksi gonadotropin (LH dan FSH). Klomifen sitrat dapat diberikan bersama dengan metformin bila metformin dapat memicu terjadinya ovulasi. Kombinasi kedua jenis obat ini akan memperbaiki kerja dari klomifen sitrat.
Eflomithine (Vaniqa) adalah krim yang dapat menghambat pertumbuhan rambut dan hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Terapi Pembedahan Terapi pembedahan kadang-kadang dilakukan pada kasus infertilitas akibat PCOS yang tidak segera mengalami
ovulasi setelah pemberian terapi
medikamentosa. Melalui pembedahan, fungsi ovarium di pulihkan dengan mengangkat sejumlah kista kecil.
Alternatif tindakan :
“Wedge Resection” , mengangkat sebagian ovarium. Tindakan ini dilakukan untuk membantu agar siklus haid menjadi teratur dan ovulasi berlangsung secara normal. Tindakan ini sudah jarang dikerjakan oleh karena memiliki potensi merusak ovarium dan menimbulkan jaringan parut. “Laparoscopic ovarian drilling” , merupakan tindakan pembedahan untuk memicu terjadinya ovulasi pada penderita PCOS yang tidak segera mengalami ovulasi setelah menurunkan berat badan dan memperoleh obat-obat pemicu ovulasi. Pada tindakan ini dilakukan eletrokauter atau laser untuk merusak sebagian ovarium. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan tindakan ini dilaporkan angka ovulasi sebesar 80% dan angka kehamilan
21
sebesar 50%. Wanita yang lebih muda dan dengan BMI dalam batas normal akan lebih memperoleh manfaat melalui tindakan ini. Penatalaksanaan POV
Hormone replacement therapy (HRT) Pengobatan infertilitas
Nama : Kendana Tamiz
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730135
II.12Sindroma Ovarium Polikistik DEFINISI Sindroma ovarium polikistik ( Polycystic Ovari Syndrome – PCOS ) merupakan gangguan ginekologi utama yang memerlukan intervensi untuk mengatasi terjadinya gangguan haid, anovulasi kronik , dan memulihkan tingkat kesuburan. Banyak sekali kejadian yang merupakan bukti tentang adanya hubungan antara resistensi insulin dengan sindroma ovarium polikistik. Adanya resistensi insulin menyebabkan terjadinya penyakit makrovaskular jangka panjang berupa diabetes melitus tipe 2, hipertensi dan penyakit jantung aterosklerotik. Penyakit-penyakit tersebut dijumpai pula pada penderita Sindroma Ovarium Polikistik. Selain itu, pada penderita Sindroma Ovarium Polikistik ditemukan pula anovulasi kronis, hiperplasia dan karsinoma endometrium. Maksud tulisan ini adalah untuk meninjau perjalanan klinis sindroma sejak masa remaja sampai menopause serta memberikan saran mengenai jenis pemeriksaan diagnostik yang sederhana dan terapi yang efektif. Pengobatan terhadap PCOS harus diberikan secara individual, antara lain menyangkut pemberian hormon steroid, anti androgenik, obat untuk meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan pemicu ovulasi. Penurunan berat badan dengan jalan mengurangi konsumsi karbohidrat serta olah raga teratur adalah jenis intervensi yang amat penting oleh karena hanya dengan tindakan ini, siklus haid dapat menjadi teratur dan tingkat kesuburan menjadi pulih serta mencegah terjadinya masalah kesehatan jangka panjang berupa diabetes dan penyakit jantung. EPIDEMIOLOGI
22
Prevalensi sindroma ovarium polikistik diperkirakan sebanyak 5-10%. Pada suatu penelitian terhadap 175 wanita yang mengalami anovulasi yang datang ke klinik reproduksi, 30% wanita amenore dan 75% wanita dengan oligomenorea menunjukkan gambaran ovarium polikistik. Lebih dari 60% dari wanita-wanita ini hirsutisme dan 90% mempunyai konsentrasi LH atau androgen yang meningkat. Data epidemiologis PCOS sangat variabel karena kriteria diagnosis yang dapat diterima bervariasi. Studi berdasarkan ultrasonografi untuk mengidentifikasi adanya ovarium polikistik melaporkan bahwa PCOS mempunyai prevalensi 21-22% diantara wanita yang dipilih secara acak. Dua buah studi mendapatkan prevalensi PCOS dengan berdasarkan oligomenore dan hiperandrogen sebesar 4,6% dengan rentang sekitar 3,4-11,2%. ETIOLOGI Etiologi PCOS tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sangat dipengaruhi oleh genetik. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka 50% wanita dalam keluarga tersebut akan menderita PCOS pula. Tanda awal PCOS umumnya terlihat setelah menarche. Remaja dengan periode haid sekitar 45 hari perlu mendapatkan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan PCOS. (Perlu diingat bahwa saat haid dan ovulasi pertama sulit sekali diramalkan. Persitiwa tersebut umumnya menjadi regular setelah 2 tahun pasca menarche). Pada beberapa penderita, gejala PCOS muncul setelah berat badan meningkat pesat. Gejala dan keluhan PCOS disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Satu hormon merupakan pemicu bagi hormon lainnya. Hal ini akan menimbulkan lingkaran setan dari suatu gangguan keseimbangan hormonal dalam sistem endokrin. Gangguan tersebut antara lain adalah :
Hormon ovarium. Bila kadar hormon pemicu ovulasi tidak normal maka ovarium tidak akan melepaskan sel telur setiap bulan. Pada beberapa penderita, dalam ovarium
terbentuk kista-kista kecil yang menghasilkan androgen. Kadar androgen yang tinggi. Kadar androgen yang tinggi pada wanita menyebabkan
timbulnya jerawat dan pola pertumbuhan rambut seperti pria serta terhentinya ovulasi. Kadar insulin dan gula darah yang meningkat. Sekitar 50% tubuh penderita PCOS bermasalah dalam penggunaan insulin yaitu mengalami resistensi insulin. Bila tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik maka kadar gula darah akan meningkat.
23
Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka dapat terjadi diabetes kelak dikemudian hari. GEJALA KLINIS Gejala PCOS cenderung terjadi secara bertahap. Awal perubahan hormon yang menyebabkan PCOS terjadi pada masa remaja setelah menarche. Gejala akan menjadi jelas setelah berat badan meningkat pesat. Gejala yang diperlihatkan oleh penderita PCOS kadang-kadang tidak jelas dan tidak jarang penderita datang ke dokter bukan dengan keluhan PCOS. Gejala PCOS awal:
Jarang atau tidak pernah mendapat haid. Setiap tahun rata-rata hanya terjadi kurang dari 9 siklus haid ( siklus haid lebih dari 35 hari ). Beberapa penderita PCOS dapat mengalami haid setiap bulan namun tidak selalu mengalami ovulasi.
Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan. Sekitar 30% penderita PCOS memperlihatkan gejala ini.
Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh secara berlebihan. Kerontokan rambut dan pertumbuhan rambut berlebihan dimuka, dada, perut (hirsuitisme) disebabkan oleh kadar androgen yang tinggi.
Pertumbuhan jerawat. Pertumbuhan jerawat disebabkan pula oleh kadar androgen yang tinggi.
Depresi. Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan emosi. Gejala PCOS lanjut:
Berat badan meningkat atau obesitas terutama pada tubuh bagian atas (sekitar abdomen dan pinggang). Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.
Kerontokan rambut dengan pola pria atau penipisan rambut kepala (alopesia). Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.
Abortus berulang. Penyebab hal ini tidak diketahui dengan jelas. Abortus mungkin berkaitan dengan tingginya kadar insulin, ovulasi yang terhambat atau masalah kualitas sel telur atau masalah implantasi pada dinding uterus.
Sulit mendapatkan kehamilan (infertil) oleh karena tidak terjadi ovulasi. 24
Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang menyebabkan obesitas tubuh bagian atas, perubahan kulit dibagian lengan, leher atau pelipatan paha dan daerah genital.
Masalah gangguan pernafasan saat tidur (mendengkur). Keadaan ini berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin.
Nyeri panggul kronis (nyeri perut bagian bawah dan panggul )
Tekanan darah tinggi seringkali ditemukan pada penderita PCOS.
FAKTOR RESIKO Faktor resiko utama terjadinya PCOS adalah riwayat PCOS dalam keluarga. Diperkirakan terdapat kombinasi genetik dalam kejadian PCOS. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka kemungkinan terjadinya PCOS adalah 50%. PCOS
dapat
diturunkan
dari
pihak
bapak
atau
ibu
kepada
anaknya.
Riwayat keluarga dengan Diabetes diperkirakan juga akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS oleh karena ada hubungan yang sangat kuat antara kejadian diabetes dan PCOS. Saat sekarang sedang dilakukan penelitian kearah ini. Penggunaan obat anti kejang tertentu juga diperkirakan akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS. PATOFISIOLOGI
25
PCOS adalah suatu anovulasi kronis yang hiperandrogenik, terjadi gangguan hubungan umpan balik dengan kadar estrogen yang selalu tinggi, sehingga tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat. Sebagian besar patofisiologi dari PCOS ini diakibatkan oleh resistensi insulin yang juga dikompensasi oleh hiperinsulinemia. Terjadi resistensi insulin pada sel-sel otot, sehingga kadar insulin yang tinggi dalam darah membuat insulin masuk ke ovarium, mempengaruhi perkembangan folikel serta berikatan dengan reseptor androgen yang merupakan reseptor homolognya, sehingga menimbulkan peningkatan produksi androgen. Insulin juga masuk ke hepar, menghambat produksi globulin yang bertugas mengikat hormon seks (sex binding hormone globulin, SHBG), sehingga free testosterone pun beredar dalam jumlah berlebihan. Insulin sendiri juga masuk ke hipofise mempengaruhi produksi gonadotropin, menyebabkan berkurangnya FSH dan meningkatnya LH. Hasil akhirnya ialah hiperandrogenisme. LANGKAH DIAGNOSTIK
26
Untuk menegakkan diagnosa PCOS diperlukan sejumlah pemeriksaan antara lain anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan ultrasonografi. Anamnesa:
Riwayat medis mengenai keluhan yang dirasakan penderita.
Pertanyaan mengenai perubahan berat badan, perubahan kulit, rambut dan siklus haid.
Pertanyaan mengenai masalah kesuburan.
Pertanyaan mengenai riwayat keluarga yang menderita PCOS atau diabetes. Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan kesehatan secara umum termasuk tekanan darah, berat dan tinggi badan (menentukan BMI-Body Mass Index).
Pemeriksaan tiroid, kulit, rambut, payudara.
Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran ovarium. Pemeriksaan laboratorium :
1. β-hCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan. 2. Testosteron dan androgen. Kadar tinggi dari Androgen akan menghambat terjadinya ovulasi dan menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut secara berlebihan dan kerontokan rambut kepala. 3. Prolaktin yang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas 4. Kolesterol dan trigliserida 5. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal dan hepar dan pemeriksaan gula darah 6. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menentukan aktivitas tiroid 7. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA-S (Dehiydroepiandrosteron Sulfat) atau 17hydroxyprogesteron. Gangguan kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala seperti PCOS. 8. Pemeriksaan OGTT- oral glucosa tolerance test dan kadar insulin untuk menentukan adanya resistensi insulin. Pemeriksaan ultrasonografi : Pemeriksaan ultrasonografi pelvis dapat ditemukan adanya pembesaran satu atau kedua ovarium. Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi pembesaran ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan pemeriksaan ultrasonografi terlebih dulu. 27
PENCEGAHAN Perempuan di usia reproduktif sangat rawan menderita PCOS. PCOS bisa menghambat
rencana
kehamilan,
karena
androgen
yang
berlebihan
dan
mempengaruhi menstruasi. Menstruasi yang tidak teratur akan mempengaruhi masa subur seorang wanita. Berikut langkah pencegahan PCOS : Salah satu langkah untuk mencegah hal tersebut maka disarankan agar para wanita yang berencana hamil untuk menyelipkan variasi makanan optimal “penangkal” PCOS dalam menu hariannya. Makanan tersebut antara lain ialah ikan salmon, kacang walnut dan almond, buah-buahan, sayuran, kayu manis, serta dark chocolate. Sementara untuk minumannya, sangat dianjurkan secara rutin mengasup susu dan jus anggur yang segar. Dari bermacam literature kesehatan, banyak yang menuliskan bahwa calon ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seng, folic acid, dan vitamin D. Sebagai sumber zinc yang baik, dapat mengkonsumsi kerang, kepiting, daging sapi dan daging ayam dalam jumlah porsi yang seimbang. Sumber folic acid yang penting bagi perkembangan janin, dapat berasal dari berbagai sayuran hijau dan aneka buah dan kacang-kacangan. Sereal gandum utuh pun bisa menjadi sumber folic acid. Lalu untuk asupan vitamin D, bisa diperoleh dari buah jeruk, sereal, serta susu. KOMPLIKASI Data-data yang terbaru menunjukkan PCOS berakibat risiko penyakit jangka panjang. Kondisi–kondisi yang dihubungkan dengan PCOS termasuk diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterolemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus gestasional, hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan, dan kanker endometrial. Data penelitian 28
terbaru menunjukkan adanya hubungan antara PCOS dengan kanker payudara dan kanker ovarium. Nama : Sri Nindiana Putri Atiningrum
Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK
NIM : 2012730101
II.13Premature Ovarium Failure DEFINISI Hilangnya fungsi normal ovarium sebelum usia 40 tahun. Jika ovarium gagal, maka organ ini tidak mampu menghasilkan hormon estrogen dalam jumlah normal atau tidak melepaskan/merilis sel telur secara teratur. Infertitilitas adalah akibat yang umum dari kegagalan ovarium premature. Premature ovarium failure disebut juga menopause dini, tetapi dua kondisi tersebut tidak persis sama. Wanita dengan premature ovarium failure (juga dikenal sebagai insufisiensi ovarium primer) mungkin memiliki menstruasi teratur, tidak teratur atau sesekali selama bertahun-tahun dan bahkan mungkin menjadi hamil. Wanita dengan menopause dini berhenti mengalami menstruasi dan tidak dapat menjadi hamil. Mengembalikan tingkat estrogen pada wanita dengan kegagalan ovarium premature dapat membantu mencegah beberapa komplikasi seperti osteoporosis, tetapi komplikasi infertilitas biasanya sulit untuk diobati.
GEJALA Tanda dan gejala dari kegagalan ovarium premature mirip dengan gejala yang dialami oleh seorang wanita yang akan mengalami menopause, tipe yang cukup umum dari kondisi defisiensi estrogen. Gejala yang muncul diantaranya :
Haid yang tidak teratur atau melewati (amenorrhea) yang mungkin terjadi selama bertahun-tahun, mungkin berkembang setelah kehamilan atau setelah penggunaan pil KB. Keringat pada malam hari Vagina kering Iritabilitas atau kesulitas berkonsentrasi Penurunan gairah seksual
PENYEBAB Pada wanita dnegan fungsi ovarium yang normal, kelenjar pituari melepaskan hormone tertentu selama siklus menstruasi, yang menyebabkan sejumlah kecil telur berfolikel dalam ovarium mulai matang. Biasanya hanya satu folikel yang 29
mencapai kematangan setiap bulannya. Ketika folikel matang, maka folikel tersebut akan terbuka dan melepaskan sel telur, telur kemuaduan memasuki tuba fallopi, tempat dimana sel sperma akan membuahinya dan menghaislkan kehamilan. Kegagalan ovarium premature dihasilkan dari salah satu dari dua prosesm yakni deplse folikel atau gangguan folikel.
DEPLESI FOLIKEL Penyebab deplesi (penurunan) folikel :
Kromosom yang cacat. Kelainan genetic tertentu sangat berhubungan dengan kegagalan ovarium premature, seperti syndrome turner, suatu kondisi dimana seorang wanita hanya memiliki satu kromosom X dan syndrome X rapuh yang menyebabkan keterbelakangan mental. Racun. Kemoterapi dan perawatan terapi radiasi adalah penyebab paling umu, dari kegagalan ovarium akibat induksi racun. Racun lain seperti asap rokok, bahan kimia, pestisida dan virus dapat pula mempercepat kegagalan ovarium. DISFUNGSI FOLIKEL Disfungsi folike dapat dihasilkan dari :
Sebuah respon kekebalan tubuh terhadap jaringan ovarium (penyakit autoimun). System kekebalan tubuh dapat menghasilkan antibody terhadap jaringan ovarium itu sendiri, merusak folikel dan telur. Yang dapat memicu autoimun tidak diketahui dengan jelas, namun paparan terhadap virus adalah salah satu satu kemungkinannya. Idiopatik.
FAKTOR RISIKO
Usia. Risiko kegagalan varium biasanya meningkat tajam pada wanita berusia 35 dan 40 tahun. Sejarah keluarga. Keluarga yang memiliki riwayat kegagalan ovarium dapat emningkatkan risiko anggota keluarganya terhadap gangguan ini.
KOMPLIKASI
Infertilitas. Ketidakmampuan untuk hamil adalah komplikasi yang paling mengganggu dari kegagalan ovarium premature. Osteoporosis. Hormone estrogen membantu menjaga tulang agar tetap kuat. Wnaita dengan estrogen berkadar rendah berada pada peningkatan risiko terkena 30
tulang lemah dan rapuh, yang lebih mungkin untuk patah daripada tulang yang sehat. Depresi atau kecemasan. Risiko infertilitas dan kompalsi lain yang timbul dari tingkat estri=ogen yang rendah dapat menyebabkan beberapa wanita menjadi cemas dan depresi.
TERAPI
BAB III
Terapi estrogen. Untuk membantu mencegah osteoporosis dan mengurangi keringat malam serta gejala lain dari defisiensi estrogen, penting untuk menggantikan estrogen ovarium yang telah berhenti bereproduksi. Menambahkan progesterone dapat melindungi lapisan dinding rahim (endometrium) dari perubahan prakanker yang disebabkan dari penggunaan tambahan hormone estrogen. Kombinasi dari kedua hormone ini mungkin dapat menyebabkan perdarahan vagina, tapi hal ini tidak dapat mengembalikan fungsi ovarium. Terapi hormone estrogen dapay digunakan dalam bentuk pil, gel atau pembalut yang diterapkan pada kulit atau cincin vagina. Terapi ini harus terus dilakukan sam[ai sekitar usia 50 atau 51 tahun (usia alami dari menopause). Pada wanita yang lebih tua, terapi estrogen jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kanker payudara. Pada wanita muda dengan kegagalan ovarium premature, manfaat terapi hormone pengganti biasanya lebih besar daripada risiko yag=ng mungkin muncul. Suplemen kalsium dan vitamin D. Secara bersama-sama, kedua suplemen ini penting untuk mencegah osteoporosis. Sebelum mengkonsumsi kedua suplemen ini harus dilakukan tes kepadatan tulang sehingga memiliki gambaran mengenai ukuran kepadatan tulang.
Kesimpulan Berdasarkan keluhan dari kasus, yaitu wanita 28 tahun, sudah menikah dengan siklus haid yang tidak teratur, dan dalam 4 bulan terakhir tidak datang haid serta ditemukan pertumbuhan rambut halus pada lengan, kaki dan di atas bibir kelompok
kami
menyimpulkan
wanita
ini
mengalami
Amenore
tetapidiperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan working diagnosis.
31
Daftar Pustaka
Guyton, Arthur C. 2006.
Buku
Fisiologi
Jakarta:
Penerbit
Harrison (2000), Prinsip-
Prinsip
Ilmu
Penyakit Dalam, Volume
1, Jakarta: EGC.
Heffner,
Danny J Schust.
Kedokteran.
Ajar
Buku Kedokteran EGC.
Linda
J
&
2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi kedua. Alih bahasa : Vidhia Umami. Jakarta : Erlangga. Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC. Prof.DR.dr. Sarwono
Prawirohardjo,SP.OG. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. UNPAD (1983). Obstetri Fisiologi. Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung.
32