MODUL 3 CEMAS DAN PSIKOTIK
TUTOR :
dr. Maria Eka Putri, MKK DISUSUNKAN OLEH : KELOMPOK 4 Muhammad Sigit Haryanto
2014730059
Farkhan Reza Sulaeman
2014730029
Valdiano Zamri
2014730095
Frylie Fremiati
2014730034
Mutia Rahmawati
2014730066
Ghina Anzani Sabila
2014730035
Digit Galuh Gantina
2014730019
Kinanthy Dhanendra Putri
2014730048
Mentari Nur Farida S
2014730156
Fitri Mahari Anindyah Susilo
2014730133
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA PRODI KEDOKTERAN 2017/2018 1
KATA PENGANTAR
Assalammu'alaikum wr, wb. Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan tutorial ini yang mengenai “CEMAS “CEMAS DAN PSIKOTIK .” .” Selanjutnya laporan ini disusun berujuan agar mahasiswa dapat memahami segala sesuatu tentang penyakit Endokrin dan Metabolisme. Kepada
semua dosen terutama terutama dr. Maria Eka Putri, MKK selaku dosen dosen pembimbing pembimbing yang yang
terlibat dalam pembuatan laporan tutorial ini, kami ucapkan terimakasih atas segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami susun dengan cukup baik. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik darisegi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh Karena itu, kami ingin
meminta maaf atas segala
kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan ini dan perbaikan untuk kita semua.Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua. Wassalammu'alaikum.wr. wb.
Jakarta, 22 Maret 2017
2
KATA PENGANTAR ............................................... ................................................................ 2 DAFTAR ISI............................................................................Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ................................................ ...................................................... 4 1.1 Skenario ............................................... ......................................................................... 4 1.2 Kata Sulit : -.................................................. ................................................................ 4 1.3 Kata/Kalimat Kunci ................................................ ...................................................... 4 1.4 Pertanyaan .................................................................................................................... 4 BAB II ....................................................................................... ............................................. 5 2.1 PEMBAHASAN
Error! Bookmark not defined.
1. jelaskan definisi dan klasifikasi anxietas! ................................................... ................... 5 2. jelaskan definisi dan klasifikasi prikotik! ..................... Error! Bookmark not defined. 3. jelaskan patomekanisme anxietas dan psikotik ..................................................... ....... 10 4. jelaskan penyakit-penyakit anxietas dengan gejala pada skenarioError! Bookmark not defined.
5. jelaskan penyakir-penyakit psikotik dengan gejala pada skenarioError! Bookmark not defined.
6. Jelaskan alur diagnosis pada skenario .......................... Error! Bookmark not defined. 7 DD 1 ............................................................................. Error! Bookmark not defined. 8. DD2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined. 9. Jelaskan penatalaksanaan DD 1 ...................................Error! Bookmark not defined. 10.Jelaskan penatalaksanaan DD 2 ................................................ ................................... 21 BAB III PENUTUP ................................................ ..............Error! Bookmark not defined. 3.1 Kesimpulan ................................................... ..............Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ................................................ .............................................................. 22
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Skenario :
Ny A berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri punggung dan sulit BAB sejak 2 bulan yang lalu. Sejak 4 tahun yang lalu pasien sering mengeluh nyeri pada pinggang, dada dan lengan atas yang berpindah- pindah, baal baal pada kedua tangan, nyeri saat berhubungan seksual dan gangguan menstruasi. Pada pemeriksaan fisisk dan laboratorium tidak di temukan gangguan. 1.2 kata sulit : 1.3 kata kunci :
1.Perempuan, 35 th 2.Nyeri punggung dan sulit bab sejak 2 bln yll 3.Nyeri pinggang, dada, lengan atas baal pada kedua tangan, nyeri saat berhubungan seksual, dan 4.gangguan menstruasi sejak 4 thn yll 5.Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dalam batas normal 1.4 pertanyaan : 1. Jelaskan definisi dan klasifikasi anxietas! 2. Jelaskan definisi dan klasifikasi psikotik! 3. Jelaskan patomekanisme anxietas! 4. Jelaskan patomekanisme psikotik! 5. Jelaskan penyakit-penyakit anxietas dengan gejala pada skenario! 6. Jelaskan penyakir-penyakit psikotik dengan gejala pada skenario! 7. Jelaskan alur diagnosis pada skenario ! 8. Jelaskan diagnosis differential 1 9. Jelaskan diagnosis differential 2 10.Jelaskan penatalaksanaan dd 1 11.Jelaskan penatalaksanaan dd 2
4
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Dan Klasifikasi Anxietas Nama : Valdiano Zamri Nim
:2014730095
Definisi ansietas Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck Sheila L, 2008, hal 307).
Klasifikasi ansietas
Gangguan ansietas fobik Ansietas dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas yang sebenarnya pada saat kejadian tidak berbahaya.sebagai akibatnya obyek atau situasitersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa anacaman.sering bersamaan dengan depresi yang akan memperburuk keaadaan. 1. Agorafobia Kekuatan yang sangat tidak masuk akal pada tempat terbuka,ditandai dengan kekuatan yang sangat nyata saat berada sendiri atau di tempat ramai yang sulit dihindari atau tidak bias minta tolong.(tanpa gangguan panic dan dengan gangguan panic) 2. Fobia social Adalah kekuatan akan diamati atau di permalukan depan public,mulai sejak usia anakanak/remaja,menjurus pada penghindaran terhadap situasi social,laki-laki=wanita. 3. Fobia khas(terisolasi) Gejala psikologis,perilaku atau otonomik yang tim bul harus merupakan manifestasi primer dan ansietasnya bukan sekunder dari gejala lain seperti waham atau pikiran obesif.ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi public tertentu,situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Gangguan ansietas lainnya Ansietas dalam jangka waktu panjang tidak terbatas pada situasi terntentu 1. Gangguan panic Harus di temukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat dalam masa kira-kira 1 bulan. 5
2. Gangguan ansietas menyeluruh Penderita harus menunjukan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusu tertentu saja. 3. Gangguan campuran ansietas&depresif Terdapat gejala ansietas dan depresi yang masng masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis sendiri.
Gangguan obsesif-kompulsif Pikiran,perasaan,ide,atau sensasi yang mengganggu,pikiran atau prilaku yang di sadari,dibakukan,dan rekuren seperti berhitung,memeriksa atau menghindari.
Gangguan disosiatif(konversi) Adanya kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara ingatan masa lalu,kesadaran tentang identitas dan penghayyatan serta kendali terhadap gerakan tubuh,gangguan ini merupakan hal yang bersifat psikogenik yang berkaitan denagan kejadian traumatic,problem yang tidak dapat di selesaikan atau tidak dapat di tolerir atau gangguan dalam pergaulan. 1. Amnesia disosiatif Hilangnya daya ingat biasanya mengenai kejadian penting yang baru saja terjadi yang bukan disebabkan karna gangguan metal organic. 2. Fugue disosiatif Memiliki ciri amnesia disosiatif Melakukan perjalan terte ntu malampaui hal yang umum dilakukannya setiap hari.kemampuan mengurus diri dasar tetap ada dan tetap melakukan interaksi social sederhana terhadap orang orang yang belum di kenal 3. Gangguan trans dan kesurupan Adanya kehilangan penghayatan terhadap identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya,tidak ada penyabab oraganik dan bukan bagian dari penyakit jiwa tertentu.
Gangguan somatoform Suatu kelompok gangguan yang mem iliki gangguan fisik yang berulang-ulang(nyeri,mual,pusing) dimana tidak di temukan penjelasan medis yang adekuat.
Gangguan neurotic lainnya 1. Neurasthenia Keluhan yang menetap dan mengganngu berupa meningkatnya rasa lelah setelah suatu kejadian mental atau kelemahan yang dirasa setelah kegiatan ringan saja 2. Sindrom depersonalisasi derealisasi Gejala depersonalisasi,gejala derealisas.
6
3. Definisi psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.
Klasifikasi psikotik •
Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya –
Skizofrenia Memiliki criteria umum diagnosis skizofrenia,dimana adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
–
Gangguan skizotipal Tidak dapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalannanya biasanya menyerupai gangguan kepribadian
–
Gangguan waham menetap Kelompok ini meliputi 3 gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama(paling sedikit selama 3 bulan)sebagai satu satuya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat di golongkan sebagai gangguan mental oragnik,skizofrenia,atau gangguan efektif
–
Gangguan psikotik akut dan sementara Memiliki onset yang akut,kesembuhan yang sempurna biasanya dalam 2-3 bulan,sering salam beberapa minggu atau bahkan bebebrapa hari,dan hanya sebagian pasien yang menetap.
–
Gangguan waham induksi 2 orang yang berpikiran sama,yang satu psikotik,yang satu tidak,bisa di hilangkan apabila 2 orang tersebut berpisah
–
Gangguan skizoefektif Merupakan gangguan yang bersifat episodic dengan gejala afektif dan skizofenik yang menonjol dan secara bersamaan ada dalam episodic yang sama
–
Gangguan psikotik non organik lainnya Gangguan psikotik yang tidakmemiliki skicofreeni,atau gangguan afektif yang bersipe psikotik,dan gangguan yang psikotik yang tidak memenuhi criteria gejala untuk waham menetap 7
•
Gangguan suasana perasaan(mood) –
Episode manik Kesamaan karakteristik dalam efek yag meningkat,disetai peningkatan daalam jumlah dan kecepatan aktifitas fisik san mental,dalam berbagai derajat keparaham
–
Gangguan afektif bipolar Gangguan ini bersifat berulang,sekurang kurangnya 2 episode.dimana efek pada pasien yang aktifitasnya jelas terganggu.pada waktu tertemtu teerdiri dari peningkatan energy.
–
Episode depresi Gejela utama merupakan,kehilangan minat dan kegembiraan,dan berkurangnya energy sehingga mudah lelah.
–
Gangguan depresif berulang Terbagi antaras episode ringan dan berat,rata rata se kitar 6 bulan,frekuensi lebih jarang di bandi bipolar
–
Gangguan suasana perasaan menetap Terbagi atas ciri esensial,meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan.
–
Gangguan suasana perasaan lainnya Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangusng lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia
8
4. Patomekanisme Anxietas Nama : Digit Galuh Gantina Nim
: 2014730019
Teori biologis ansietas telah berkembang dari studi praklinis dengan model ansietas hewan, studi pada pasien dengan factor biologis yang dipastikan, tumbuhnya pengetahuan mengenai ilmu saraf dasar, serta kerja obat psikoterapeutik.satu kutub pemikiran meyakini bahwa perubahan biologis yang dapat diukur pada pasien dengan gangguan ansietas mencerminkan hasil konfliks psikologis; sedangkan kutub lain meyakini bahwa peristiwa biologis mendahului konfliks psikologis. Sedangkan kutub lain meyakini bahwa peristiwa biologis mendahului konflik psikologis. Kedua situasi bias ditemukan pada orang tertentu, dan suatu kisaran sensitivitas secara biologis dapat berada diantara orang – orang dengan gejala gangguan ansietas. System saraf otonom menimbulkan gejala tertentu – kardiovaskular (takikardi), muscular (sakit kepala), gastrointestinal (diare), dan pernapasan (takipneu). Manifestasi perifer ansietas ini tidak khas pada gangguan ansietas dan tidak selalu berhubungan dengan pengalaman subjektif ansietas. System saraf otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan ansietas, terutama mereka dengan gangguan panic, menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang, dan berespons berlebihan terhadap stimulus sedang. Neurotransmitter, tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan ansietas berdasarkan studi hewan dan respon terhadap terapi obat adalah norepinefrin, serotonin, dan asam ɤ-aminobutirat (GABA). Norepinefrin, teori umum mengenai peran norepinefrin dalam gangguan ansietas adalah bahwa pasien yang mengalami ansietas dapat memiliki system adrenergic yang diatur dengan buruk dengan ledakan aktivitas yang kadang – kadang terjadi. Badan sel system noradrenergic terutama terletak pada locus ceruleus di pons pars rostalis dan badan sel ini menjulurkan aksonnya ke korteks serebri, system limbic, batang otak serta medulla spinalis. Eksperimen pada primata menunjukkan bahwa stimulus locus ceruleus menghasilkan respon rasa takut pada hewan dan ablasi pada area yang sama menghambat respon rasa takut. Serotonin, identifikasi banyak jenis reseptor serotonin memicu pencarian peran serotonin dalam pathogenesis gangguan ansietas. Minat mengenai hubungan ini awalnya di dorong oleh pengamatan bahwa antidepresan serotonergic memiliki efek terapeutik pada sejumlah gangguan ansietas – contohnya cloripamine (Anatranil) pada gangguan obsesif – kompulsif. Efektivitas bupiron (BuSpar), agonis reseptor serotonin 5-HT1A, dalam terapi gangguan ansietas juga mengesankan kemungkinan hubungan antara serotonin dan ansietas. Badan sel sebagian besar neuron serotogenik terletak di raphe nuclei di batang otak pars rostralis dan menyalurkan implus ke korteks serebri, system limbic (khususnya amigdala dan hipokampus), serta hipotalamus. Walaupun pemeberian agen serotonik pada hewan menimbulkan prilaku yang mengesankan ansietas, data mengenai efek serupa pada manusia kurang kuat. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa m-lorofenilpiperazin (mCPP), yaitu dengan obat berbagai efek serotonergic dan nonserotonergik, serta fenfluramin (Pondomin), yang menyebabkan pelepasan serotonin, menimbulkan peningkatan ansietas; dan banyak laporan tidak resmi yang menunjukkan bahwa halusinogen serotogenik dan stimulant – contohnya lysergic acid diethylamide (LSD) dan 3,4metilendioksimetamfetamin (MDMA) – dikaitkan dengan timbulnya gangguan ansietas akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat ini. GABA berperan dalam gangguan ansietas paling kuat di dukung oleh efektivitas benzodiazepine yang tidak meragukan, yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor 9
GABA, di dalam terapi beberapa jenis gangguan anietas. Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif untuk gejala gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi, seperti alprazolam efektif dalam gangguan panic. Studi pada primata menemukan bahwa gejala system saraf otonom pada gangguan ansietas dicetuskan ketika agonis kebalikan benzodiazepine, β -karbolin-3-asam karboksilat (BCCE), diberikan. BCCE juga menimbulkan ansietas pada relawan control normal. Antagonis benzodiazepine, flumazenil menyebabkan serangan panic berat yang sering pada pasien dengan gangguan panic. Data ini mengarahkan kepada peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan ansietas memiliki fungsi abnormal reseptor GABA A, walaupun hubungan ini belum terlihat langsung. 5. Patomekanisme Psikotik Nama : Ghina Anzani sabila Nim : 2014730035 Patomekanisme Psikotik Bagaimana protes terjadinya psikotik sampai saat ini belum diketahui.diduga psikotik disebabkan oleh banyak factor (biologi, biokimia, genetic, social, dsb) -
Factor biologi Tidak ada kelainan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan pada penderita skizofrenia, meskipun demikian terdapat sejumlah kelainan (yang telah direplikasi dan dibandingkan) pada sub-populasi skizofrenia. Gangguan yang paling banyak dijumpai adalah pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum onset penyakit; atropi lobus temporal bilateral, yang lebih spesifik lagigirus parahipokampus, hipokampus dan amigdala; disorientasi spasial sel pyramid hipokampus dan penurunan volume korteksprefrontal dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan telah ada kira-kira sejak lahir (tidak ada gliosis) dan pada beberapa kasus, perjalanannya progresif. Lokasinya menunjukan gangguan perilaku yang ditemukan pada skizofrenia ; misalnya gangguan pada hipokampus dikaitkan dengan gangguan memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan gejala negative skizofrenia. Penemuan yang lain diantaranya yaitu adanya antibody sitomegalovirus didalam cairan cerebrospinal (CCS). Limfosit atipikal tipe P (terstimulasi), kelainan hemisfer kiri, gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus kolasum, pengecilan vermis serebri, penurunan aliran darah dan metabolism glukosa di lobus frontalis (dilihat dengan PET), kelainan EEG dan EP P300 auditorik (dengan QEEM) sulit memusatkan perhatian, dan perlambatan waktu reaksi. Pada individu yang berkembang menjadi skizofrenia terdapat peningkatan insiden komplikasi persalinan (prematus dan BBLR)
-
Factor biokimia Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral. Teori penelitian mengemukakan adanya aktivitas berlebihan dopamine sentral (hipotesis dopamine), dan ini berdasarkan tiga penemuan utama:
Aktivitas antipsikotik dari obat-obatan neuroleptic (misalnya fenotiazin) bekerja dengan memblokade pada reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2)
10
Psikosis amfetamin sering sukar dibedakan secar a klinis dengan psikosis skizofrenia paranoid akut, amfetamin melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga memperburuk skizofrenia. Ada peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben, dan putamen pada penderita skizofrenia.
Penelitian reseptor D1, D3, D4 saat ini tidak banyak memberikan hasil. Teori baru yaitu peningkatan serotonin SSP (terutama 5 HT 2A) dan k elebihan norepinefrin (NE) di otak depan limbic (terjadi pada beberapa penderita skizofrenia, berkurang dengan pemberian obat dan terdapat perbaikan klinis. -
Genetika Skizofrenia mempunyai komponen diwariskan yang bermakna kompleks dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah, (konsanguitas) skizofrenia adalah gangguan yang familial. Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi resiko. Pada penilitian kembar, kembar monozygot mempunyai 4-6 kali lebih tinggi dibanding dengan kembar dizygote. Pada anak adopsi, anak yang mempunyai orang tua skizofrenia, bila diadopsi saat lahir, oleh keluarga normal, peningkatan angka kesakitan sama dengan angka bila diasuh sendiri oleh orangtuanya yang skizofrenia. Frekuensi kejadian non-psikotik meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetic dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang dan skizopital, gangguan obsesif kompulsif dan kemungkinan dihubungkan dengan kepribadian paranoid dan anti social. Penelitian genetika molecular modern, terutama penelitian keterkaitan kromosom (chromosome linkage), tidak menemukan sesuatu yang pasti. Bukti terkuat menunjukan pada kromosom 6, saat ini kinsesus mengatakan bahwa skizofrenia multifactorial secara genetic dan lingkungan.
6. penyakit-penyakit anxietas dengan gejala pada scenario Nama : Mentari nur farida Nim
: 2014730056
Gangguan Anxietas Menyeluruh (GAM)
Gangguan anxietas menyeluruh adalah Perasaan khawatir (cemas yg berat & menyeluruh & menetap (bertahan lama) & disertai dengan gejala somatik (motorik & otonomik) yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan / fungsi pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak. Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III.
11
Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung t anduk, sulit konsentrasi, dsb) b. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan c. kembung, pusing kepala, mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, dsb). Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang yang menonjol. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari e pisode depresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panic (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42.)
Gangguan Panik
Gangguan Panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan dan dapat berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah sendirian atau dlm ke ramaian) dan disertai dengan kecemasan antisipatorik. Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F 40.-) Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan : a. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations) c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan anxietas pada pe riode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas andapat terjadi juga “anxietas antisipatoric” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
Serangan Panik adalah Sebuah periode terpisah dari rasa takut yang intens di mana 4 gejala berikut tibatiba berkembang dan puncaknya dalam waktu 10 menit :
Palpitasi atau denyut jantung cepat, berkeringat, Gemetar atau bergetar, sesak napas
Perasaan tersedak, nyeri dada atau ketidaknyamanan, mual 12
Menggigil atau sensasi panas parestesia, merasa pusing atau pingsan, derealisasi atau depersonalisasi takut kehilangan kontrol atau menjadi gila dan takut mati.
GANGGUAN FOBIK
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari objek, aktivitas atau situasi yg ditakuti. Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yg berlebih atau secara proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau situasi itu. Pedoman diagnostic Anxietas Fobik (F40,-) menurut PPDGJ II I.
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan Kondisi lain (dari individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tidak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik) Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbda dari anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik) Anxiatas fobik sering kali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresi ser ing kali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresi dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresi sering kali menyertai berbagai fobia, khususnya agoraphobia. Pembuatan diagnosis ter gantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebh dominan pada saat pemeriksaan.
Gangguan depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health, 2010). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010) Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gej ala tersebut adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Merasa sedih&bersalah Merasa tidak berguna dan gelisah Merasa cemas&kosong Merasa mudah tersinggung Merasa tidak ada harapan Merasa tidak ada yang perduli 13
Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat keputusan Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan g angguan pencernaanTingkat
Sindrom putus obat dan alcohol
Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang alkoholoik yang mengurangi atau berhenti konsumsi alcohol. Gejala ini tidak dialami oleh seseorang yang tidak rutin mengkonumsi obat alcohol. Gejala putus obat dan alcohol dapat muncul dalam waktu sekitar 6 sampai 2 hari setelah mengkonsumsi alcohol terakhir. Gangguan obsesif kompulsif
Kondisi dimana individu tidak mampu mengkontrol dari pikiran-pikirannya yang me njadi obsesiyang sebenarnya tidak diharapkannyadan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengkontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
7. Penyakit penyait psikotik dengan gejala pada skenario Nama : Muhammad sigit haryanto Nim
: 2014730059
Skizofrenia
Reaksi psikis yang mempengaruhi area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak adpat di terima secara sosial. Etiologi :
Faktor genetik, Faktor Neurokimiawi yang disebabkan hipotesis dopamin atau di lepas secara berlebih
Gangguan Psikosis Singkat
Gangguan yang berlangsung dari 1 hari hingga 1 bulan, di tandai dengan gejala waham, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi, atau perilaku yang tidak semestinya. Gangguan Waham 14
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan Penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/ informasi secara akuat. Etiologi :
Faktor Biologis Faktor Pikodinamik
Gangguan Delusi
Gangguan psikis yang terus ada dan sering kali bersifat paranoid, yang melibatkan situasi kehidupan nyata yang bisa menjadi kenyataan, seperti yang diikuti, yang bersekongkol melawan, atau memiliki penyakit. Ini delusi bertahan selama setidaknya satu bulan. Gangguan Skizoafektif
Gangguan pikiran yang mempengaruhi pikiran dan emosi, dan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Penderitanya mungkin mengalami episode yang kombinasi dari kedua gejala 'psikotik' dan gejala 'gangguan bipolar'. Wanita lebih umum untuk mengalami gangguan ini dibanding pria dan terutama dialami oleh mereka yang yang sudah memasuki usia lanjut. Gangguan Skizofreniform
Gangguan sama dengan skizofrenia kecuali gangguan ini hanya berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan, dan pasien kembali ke fungsi normal ketika ganguan hilang.
8. Alur Diagnosis pada skenario Nama : Farkhan Reza S Nim
: 2014730029
Bagaimana tindakan dokter yang seharusnya dilakukan? Bagaimana cara mendiagnosis? Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut : Anamnesis , merupakan pemeriksaan yang terpenting dalam mendiagnosis gangguan jiwa. Ada dua jenis anamnesis yaitu : 1. Alloanamnesis , merupakan anamnesis yang dilakukan kepada keluarga, saudara atau teman dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang : Gejala gangguan jiwa saat ini Riwayat gangguan jiwa sebelumnya Riwayat perkembangan Riwayat penyakit dalam keluarga (nuclear dan extended) Silsilah keluarga Riwayat pribadi penderita Stressor psikososial
15
2. Autoanamnesis , menggali informasi, tanda dan gejala langsung kepada penderita Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang buruk Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita non psikotik.
Pemeriksaan , terdiri dari fisik diagnostic, status mentalis, laboratorium, radiologik, evaluasi psikologik, dan lainnya. Diagnosis , pada pemeriksaan psikiatri diagnosis dibagi kedalam lima aksis sebagai be rikut : 1. Aksis I : a. Gangguan klinis b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis 2. Aksis II : a. Gangguan kepribadian b. Retardasi mental 3. Aksis III : Kondisi medik umum 4. Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan 5. Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
9. Different diagnosis 1 Nama : Frylie Fremiati Nim
: 2014730034
Diagnosis Differential 1: Gangguan Somatisasi
Definisi: Gangguan somatisasi dicirikan dengan gejala-gejaa somatic yang banyak yang tidak dapat di jelaskan berdasarkan pemeriksan fisik maupun laboratorium. Keluhan yang diutarakan pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai system organ seperti gastrountesinal, seksual, daraf dan bergampur dengan keluhan nyeri. Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stressor psikologis yag bermakna, menimbulkan hendaya di bidang social dan okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan medis yang berlebih. Dikenal juga sebagai Briqyer’s syndrome.
Epidemiologi: Prevalensi sepanjang hidup 0,2-2% pada wanita dan 0,2% pada pria. Wanita lebih banyak menderita gangguan somatisasi dibandingkan pria dengan rasio 5 berbanding 1. Awitan gangguan ini sebelum usia 30 tahun dan biasanya dimulai ketika usia remaja.
Etiologi 1. Factor psikososial
16
Penyebab gangguan somatisasi tidak di ketahui. Secara psikososial, gejala-gejala gangguan ini merupakan bentuk komunikasi social yang bertujuan untuk menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi atau menyimbolkan perasaan. Aspek pembelajaran (learning bebavior ) menekankan bahwa pengajaran daru orang tua, contoh orangtua, dan budaya mengajarkan pada anak untuk menggunakan somatisasi. Factor social, kultur dan etnik juga ikut terlibat dalam pengembangan gejala-gejala somatisasi. 2. Factor biologis Data genetic mengindikasikan adanya tramisi genetic pada gangguan somatisasi. Terjadi pada 10-20% wanita turunan pertama, sedangkan pada saudara laki-lakinya cenderung menjadi peyalahguna zar dan gangguan kepribadian antisocial. Pada kembar monozigot terjadi 29% dan dizigot 10%
Gambaran Klinis Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatikdan riwayat medic yang panjang dan rumit. Gejala-gejala umum yang sering dikeluhkan adalah mual, muntah (bukan karena kehamilan), sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (bukan karena olahraga), amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Sering kali pasien beranggapan dirinya menderita sakit sepanjang hidupnya. Gejala pseudoneurologik sering dianggap gangguan neurologic namun tidak patonomonik. Misalnya gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan local, suka menelan atau merrasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau sakit, pengelihatan kabur, buta, tuli, bangkitan atau hilang kesadaran bukan karena pingsan. Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal menonjol, dengan cemas dan depresi merupakan gejala psikiatri yang paling sering muncul. Ancaman akan bunuh diri sering dilakukan, namun bunuh diri actual sangat jarang. Biasanya pasien mengungkapkan keluhannya secara dramatic, dengan muatan emosi dan berlebihan. Pasien-pasien ini biasanya tampak mandiri, terpusat pada dirinya, haus penghargaandan pujian dan manipulative.
Diagnosis Diagnosis gangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR memberikan syarat awitan gejala sebelum usia 30 tahyb. Selama perjalanan gangguan, keluhan pasien harus memenuhi minimal 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointenstinal, 1 gejala seksual dan 1 gejala pseudoneurologik serta tak satupun dapat dijelaskan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorik. Berikut criteria diagnosis gangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR:
17
a. Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode lebih dari beberapa tahun dan menyebabkanpencarian pengobatan atau hendaya dalam fungsi social, pekerjaan dan fungsi penting lainnya. b. Tiap criteria berikut harus memenuhi, dengan gejala individual yang tejadi kapan pun selama perjalanan dari gangguan: 1) Empat gejala nyeri: riwayat nyeri berkaitan dengansedikitnya 4 tempat atau fungsi yang berbeda (mis: kepala, abdomen, punggung, sendir, ekstremitas, dada, rectum, selama menstruasi, selama berhubungan seksual, atau selama b uang air kecil). 2) Dua gejala gastrointensinal : sedikitny 2 riwayat gejala gastrointensinal selain nyeri (mis: mual, kembung, muntah bukan karena kehamilan, diare, atau intoleransi beberapa makanan berbeda). 3) Satu gejala seksual : sedikitnya 1 riwayat gejala seksual atau reproduktif selain nyeri (mis: indiferens seksusal, disfungsi ereksi atau ejakulasi, haid tak teratur, perdarahan haid berlebihan, muntah sepanjang kehamilan). 4) Satu gejala pseudoneurologik : sekurangnya 1 riwayat gejala atau deficit pseudoneurologik yang memberikan kesan adanya kondisi neurologic tak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan local, sulit menelan atau merasa ada gumpalan tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, kehilangan sensasi rasa sakit dan raba, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan; gejala disosiatif seperti amnesia, hilang kesadaran bukan karena pingsan.
c. Salah satu dari 1) atau 2): 1) Setelah penelusuran yang sesuai, tiap gejala pada criteria B tak dapat sepenuhnya dijelaskan sebagai akibat kondisi medic umum atau merupakan efek langsung dari zat (mis:penyalahgunaan zat, karena medikasi). 2) Apabila terdapat kondisi medic umum yang terkait, keluhan fisik atau hendaya social atau pekerjaan yang diakibatkannya melebihi daripada yang diharapkan berdasaarkan riwayat, penemuan fisik dan laboratorium. d. Gejala-gejalanya tidak dibuat secara sengaja atau berupura-pura (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Perjalanan penyakit dan Prognosis Perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik. Diagnosis biasanya ditegakkan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal sudah mulai saat remaja. Masalah menstruasi biasanya merupakan keluhan paling dini yang muncul pada wanita. Keluhan seksual sering kali berkaitan dengan perselisihan dalam perkawinan. Periode keluhan yang ringan berlangsung 9-12 bulan, sedangkkan gejala yang berat dan pengembangam dari keluhan-keluhan baru berlangsung 18
selama 6-9 bulan. Sebelum setahun biasanya pasien sudah mencari pertolongan medis. Adanya peningkatan tekanan kehidupan mengakibatkan ek saserbasi gejala-gejala somatic.
10. Different Diagnosis 2 Nama : Mutia Rahmawati Nim
: 2014730066
DD 2 GANGGUAN KONVERSI DEFINISI
Gangguan konversi adalah gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomis dan fisiologis dari sistem saraf pusat dan tepi. ETIOLOGI
Faktor psikodinamik Disebabkan oleh represi konflik-konflik intrapsikis yang tak disadari dan konversi dari kecemasan k e dalam gejala fisik. Konflik terjadi antara dorongan intrinsik (agresi atau seksual) melawan larangan untuk mengekspresikan hal tersebut. Faktor biologis Hipermetabolisme di daerah hemisfer dominan dan hipermetabolisme di hemisfer non-fominan, yang berdampak pada terganggunya komunikasi antar hemisfer sehingga menimbulkan gejala konversi. Gejala dapat disebabkan karena area kortikal te rangsang berlebihan sehingga menimbulkan umpan balik negatif antara korteks serebral dan formasi ret ikuler batang otak EPIDEMIOLOGI
Gejala konversi yang tidak cukup parah dapat terjadi pada 1/3 populasi umum pada suatu hari dalam hidupnya. Satu komunitas melaporkan bahwa insdens pertahun 22/100000 orang. Beberapa penelitian melaporkan terdapat 5%-15% kasus gangguan konversi pada konsultasi psikiatri di rumah sakit umum, dan 25%-30% pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit veteran di Amerika. Rasio wanita : laki-laki yaitu 2:1 atau 10:1. Pada anak, anak pe rempuan lebih tinggi angka kejadiannya daripada anak laki-laki. Pria dengan gangguan ini sering akibat kecelakaan kerja atau kecelakaan militer. Populasi ini banyak terjadi pada daerah pedesaan, individu dengan strata rendah, tingkat kecerdasan rendah, kelompok sosioekonomi rendah, dan anggota militer yang pernah terpapar dengan situasi peperangan. GAMBARAN KLINIS
19
Anastesi dan parestesi extremitas
Paralisis extremitas
Gangguan pengelihatan (kebutaan dan tunnel vision) unilateral atau maupun bilateral
Kepribadian pasif-agresif
Antisosial Depresi dan cemas Gangguan gaya berjalan (ataksia hebat, terhuyung-huyung, kasar, tak beraturan dengam sentakan-sentakan, disertai gerak lengan seperti membanting dan melambai) Refleks-refleks tetap normal ; tidak terdapat fasikulasi ataupun atrofi otot) Pseudo-seizures disertai gangguan epilepsi
DIAGNOSIS
Satu atau lebih gejala atau defisit yang melibatkan fungsi motorik volunter atau sensorik yang diperkirakan suatu kondisi neurologis atau kondisi medik umum lainnya. Faktor psikologis dinilai berkaitan dengan gejala dan defisit karena pemulaan atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh konflik atau stresor lainnya Gejala atau defisit tidak dengan sengaja dibuat atau pura-pura Gejala atau defisit, setelah cukup penelusuran, tidak dapat secara penuh dijelaskan sebagai kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung dari zat atau secara kultural sebagai perilaku atau pengalaman penebusan Gejala atau defisit menyebabkan penderita atau hendaya yang bermakna secara klinis di bidang sosial, pekerjaan atau fungsi lain atau menuntut evaluasi medis Gelala tak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata -mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan bukan karena gangguan mental
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Evaluasi medis dan neurologis
PROGNOSIS
Semakin lama gejala gangguan konvers berlangsung, semakin buruk prognosisnya
11. Penatalaksanaan Differential Diagnosis 1 Nama : Kinanthy Dhanendra Putri Nim
: 2014730048
Tatalaksana DD 1 (Somatomasi) -
Farmakologi :
Nyeri dengan gejala yang sulit disembuhkan atau kronik dapat hilang dengan antidepresan trisiklik. Demikian pula pasien – pasien cemas dnegan terapi alprazolam, benzodiazepine, atau beta – bloker. 20
-
Obat somatic murni seperti analgetik, antasida
Non Farmakologi :
Konsultasi psikiatrik
Terapi perilaku kognitif
12. Penatalaksanaan Different diagosis 2 Nama : Fitri Mahari Anindyah Susilo Nim
: 2014730033
Resolusi gejala gangguan konversi biasanya spontan. Pada pasien dengan gangguan ini dapat dilakukan psikoterapi suportif berorientasi tilikan (terapi perilaku). Bila pasien menolak psikoterapi, makan dokter dapat menyarankan bahwa psikoterapi yang dilakukan akan difokuskan pada masalah stres dan bagaimana mengatasinya. Hipnosis, anticemas, dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa k asus. Pemberian amoBarbital atau lorazepam parenteral dapat membantu memperolehriwayat penyakit, terutama ketika pasien baru saja mengalami perstiwa traumatik. Pendekatan psikodinamik misalnya psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi tilikan, menuntuk pasien memahami konflik intrapsikik dan simbol dari gejala pada gangguan konversi. Psikoterapi jangka pendek juga dapat digunakan. Semakin lama pasien semakin regresi, sehingga pengobatan akan semakin sulit.
21
BAB 3 PENUTUP 3.1 kesimpulan
Kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien pada skenario mengidap penyakit gangguan somatisasi sesuai dengan pemeriksaan penunjak. Dapat ditegakkan bahwa pasien pada skenario mengidap penyakit gangguan somatisasi dengan pemeriksaan penunjang dan wawancara psikiatri
DAFTAR PUSTAKA
Sadock, Benjamin J & Virginia A.SAdock.2010.Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri K linis Ed
2.Jakarta.E GC Townsend, Mary C.E ssentials of Psychiatric Mental H ealth Nursing F ourth Edition. E.A.Davis Company Repository unsoed.ac.id Basant k.puri,paul j.laking,ian h. Treasaden. Buku ajar psikiatri. 2011 .jakarta: EGC
Elvira, Silvia D. 2013 . B uku Ajar Psikiatri ed.2. Jakarta: FKUI
22