1
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr B Bel elak akan ang g
Upaya Upaya pengen pengendali dalian an nyamuk nyamuk untuk untuk mengur mengurang angii kejadi kejadian an penyak penyakit it arthropo arthropod-bor d-born n viral disease disease telah banyak banyak dilakukan. dilakukan. Pengendalia Pengendalian n tersebut tersebut melipu meliputi ti pengen pengendal dalian ian fisik, fisik, pengen pengendali dalian an hayati, hayati, pengen pengendal dalian ian kimiawi kimiawi,, pengendalian genetik dan pengendalian terpadu. Pengendalian fisik dengan meng mengel elol olaa ling lingku kung ngan an sehin sehingg ggaa kead keadaan aan ling lingku kung ngan an tida tidak k sesu sesuai ai bagi bagi perkembangbiakan nyamuk, pengendalian hayati dengan memanfaatkan organisme
predator
da dan
patogen, patogen,
peng pengen end dalia alian n
kim kimiawi iawi
den dengan gan
menggunaka menggunakan n insektisida insektisida untuk membunuh membunuh nyamuk, nyamuk, pengendali pengendalian an genetic genetic dilakukan dengan menyebarkan pejantan mandul ke dalam ekosistem, dan pengendalian terpadu dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik pengendalian yang ada (Soviana, 2!. 2!. Pemberantasan vektor dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu program pengendalian penyakit yang ditularkan vektor. "nsektisida yang digunakan biasanya hanya berdasarkan hasil uji coba terhadap satu spesies saja nyamuk vektor dan pada kondisi satu daerah saja, sedang indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan keragaman ekosistem kepekaan nyamuk vektorpun mungkin berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu akibat penggunaan penggunaan insektisida insektisida kimia yang berulang#ulang berulang#ulang menimbulkan menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga bukan target dan timbulnya resistensi vektor terhadap insektisida.
1
2
Untuk Untuk itu dilaku dilakukan kan pengu pengujian jian terhad terhadap ap insekt insektisi isida da yang yang di gunaka gunakan n untuk melakukan pengendalian. $pakah insektisida tersebut masih bias di gunakan untuk membrantas vektor atau sudah resisten. Uji biokimia adalah uji resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuan kuanti tifi fika kasi si en%i en%im m yang yang bert bertan angg ggun ung g jawa jawab b pada pada pros proses es resi resist sten ensi si.. &eunggulah dari uji biokimia adalah informasi status kerentanan diperoleh lebi lebih h cepat cepat dan dan dapa dapatt menu menunj njuk ukan an meka mekani nism smee penu penuru runa nan n keren kerentan tanan an ('esi ('esist sten ensi si dan dan tole tolera rans nsi! i! yang yang di ukur ukur pada pada seran serangg ggaa secar secaraa indi indivi vidu du.. (idiarti, 22!. )anam )anaman an sirsak sirsak merupa merupakan kan salah salah satu jenis jenis tanama tanaman n buah buah yang yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang#ladang sampai ketinggian tempat kira#kira* m dari permukaan laut. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gi%i gi%i dan merupa merupakan kan bahan bahan obat obat tradis tradision ional al yang yang memilik memilikii multi multi khasiat khasiat.. +alam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak. &andungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, acetoginin, antara lain asim asimis isin in,, bula bulata taci cin n dan squamosin. Pada Pada konsen konsentras trasii tinggi tinggi,, senyawa senyawa acetogenin memi memili liki ki keist keistim imew ewan an sebag sebagai ai anti anti feed feeden ent. t. +alam +alam hal hal ini, ini, serang serangga ga hama hama tidak tidak lagi lagi bergai bergairah rah untuk untuk melahap melahap bagian bagian tanama tanaman n yang yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 22!.
2
Untuk Untuk itu dilaku dilakukan kan pengu pengujian jian terhad terhadap ap insekt insektisi isida da yang yang di gunaka gunakan n untuk melakukan pengendalian. $pakah insektisida tersebut masih bias di gunakan untuk membrantas vektor atau sudah resisten. Uji biokimia adalah uji resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuan kuanti tifi fika kasi si en%i en%im m yang yang bert bertan angg ggun ung g jawa jawab b pada pada pros proses es resi resist sten ensi si.. &eunggulah dari uji biokimia adalah informasi status kerentanan diperoleh lebi lebih h cepat cepat dan dan dapa dapatt menu menunj njuk ukan an meka mekani nism smee penu penuru runa nan n keren kerentan tanan an ('esi ('esist sten ensi si dan dan tole tolera rans nsi! i! yang yang di ukur ukur pada pada seran serangg ggaa secar secaraa indi indivi vidu du.. (idiarti, 22!. )anam )anaman an sirsak sirsak merupa merupakan kan salah salah satu jenis jenis tanama tanaman n buah buah yang yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang#ladang sampai ketinggian tempat kira#kira* m dari permukaan laut. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gi%i gi%i dan merupa merupakan kan bahan bahan obat obat tradis tradision ional al yang yang memilik memilikii multi multi khasiat khasiat.. +alam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak. &andungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, acetoginin, antara lain asim asimis isin in,, bula bulata taci cin n dan squamosin. Pada Pada konsen konsentras trasii tinggi tinggi,, senyawa senyawa acetogenin memi memili liki ki keist keistim imew ewan an sebag sebagai ai anti anti feed feeden ent. t. +alam +alam hal hal ini, ini, serang serangga ga hama hama tidak tidak lagi lagi bergai bergairah rah untuk untuk melahap melahap bagian bagian tanama tanaman n yang yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 22!.
3
Acetogenin adalah senyawa polyketides senyawa polyketides dengan struktur -2 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. 5-methyl-2-furanone. 'antai furanone dalam gugus hydrofuranone pada hydrofuranone pada 2 memiliki aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang acetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, bulatacin, bulatacin , dan squamocin dan squamocin (Shidi/i dkk., 20!. 1enurut 1enurut 1itsui et al. (**!, bahwa bahwa squamocin mampu menghambat transport transport elektron pada sistem respirasi sel, sehingga sehingga menyebabka menyebabkan n gradien proton terha terhamb mbat at dan dan cadan cadanga gan n ener energi gi tida tidak k dapa dapatt memb membent entuk uk $)P. Bulatacin diketahui menghambat kerja en%im 3$+4#ubiquinone 3$+4# ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria (Panji, 2!. 'islansyah (2!, membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak daun daun sirsak sirsak dapat dapat digun digunakan akan untuk membunuh membunuh jentik Anopheles aconitus den dengan gan
tin tingkat gkat
kem kematia atian n
seb sebesar esar
*5. 5.
ara arany nyaa
adal adalah ah
deng engan
mencampurkan ekstrak daun sirsak ke dalam mangkok yang sudah berisi jentik Anopheles jentik Anopheles aconitus dengan konsentrasi sebesar ,*5. Simanjuntak (26!, membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak bubuk daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama rayap, caranya adalah dengan meletakkan umpan rumah rayap yang diberi ekstrak bubuk daun sirsakdengan dosis 7 gram kedalam toples yang telah berisi 2 ekor rayap. Pada
umumnya,
petani
mela elakukan
pengendalian ian
dengan
menggu menggunak nakan an pestis pestisida ida sintet sintetik ik (kimia! (kimia! dengan dengan asumsi asumsi bahwa bahwa pestisi pestisida da sintetik sintetik lebih efektif untuk untuk pengendalian pengendalian organisme organisme penggangg pengganggu u tanaman tanaman..
4
Padaha Padahall jika jika dikaji dikaji lebih lebih dalam dalam penggu penggunaa naan n pestisi pestisida da kimia kimia mempun mempunya yaii dampak negatif bagi kehidupan baik tanaman, hewan, maupun manusia. 4al ini karena pestisida sintetik (kimia! dapat menimbulkan dampak residu dan mengak mengakiba ibatka tkan n terjadi terjadinny nnyaa pencem pencemaran aran pada pada tanah, tanah, air dan udara udara (rina, (rina, 26!.
B. Tujuan juan +ari paparan latar belakang diatas maka tujuan dari penulisan laporan ini
yaitu yaitu 8 1engeta 1engetahui hui bagaim bagaimana ana pengen pengendal dalian ian vector vector nyamu nyamuk k secara secara alami alami dengan menggunakan daun sirsak
C. Manfaa nfaatt 1. Secara Teoriti 1emberi 1emberikan kan sumban sumbangan gan pemiki pemikiran ran bagi bagi lingku lingkunga ngan n akadem akademik ik
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang pengendalian vecktor nyamuk secara alami !.
Secara Prakti a. Bagi "enuli
a. 1end endapatk atkan
peng engalama aman
kerja
khususny snya
dalam alam
mengaplikasikan teori yang telah didapat di bangku kuliah. b. +apat mengetahui pengendalian vecktor nyamuk yang ada
#.
9oka 9itbang P2:2 (S9P;! di :atu 'aja Bagi Dina $ee%atan 1embe 1emberik rikan an sumba sumbang ngan an pemi pemiki kiran ran bagi bagi ling lingku kung ngan an akadem akademik ik dalam dalam rangka rangka pengem pengemban bangan gan ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an tentang tentang pengendalian vecktor nyamuk nyamuk secara alami
5
c.
Bagi &akulta $ee%atan Ma'arakat Uni(erita *. 9aporan Praktikum &esehatan 1asyarakat dapat menjadi
salah satu bahan referensi bagi mahasiswa
1asyarakat
Universitas
1uhammadiyah
:engkulu 2. Sebagai masukan dan data dasar bagi peneliti lain untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. D. )uang Lingku" 1. Lingku" Lokai Praktikum &esehatan 1asyarakat ini dilaksanakan di 9oka 9itbang
P2:2 (S9P;! di :atu 'aja !. Lingku" Materi *. "dentifikasi pengertia nyamuk 2. "dentifikasi masalah pengendalian
vector
nyamuk
dengan
menggunakan bahan alami . $lternatif pemecahan masalah pengendalian vector nyamuk di 9oka 9itbang P2:2 (S9P;! di :atu 'aja =. Prioritas alternatif pemecahan masalah pengendalian vector nyamuk di 9oka 9itbang P2:2 (S9P;! di :atu 'aja *. Lingku" +aktu aktu pelaksanaan kerja Praktikum &esehatan 1asyarakat dimulai dari tanggal sampai dengan *2
6
BAB II TIN,AUAN PUSTA$A
A. N'a-uk 1. Pengertian N'a-uk
3yamuk adalah serangga tergolong
dalam
order +iptera?
genera
termasuk Anopheles, Cule, !sorophora, "chlerotatus, Aedes, #abethes, $ yeomyia, Culiseta, dan %aemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar > genera yang merangkum 26 spesies. 3yamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang? antarspesies berbeda#beda tetapi jarang sekali melebihi *> mm. (Petrick 1anupassa 8 2>!
7
+alam bahasa "nggris, nyamuk dikenal sebagai @1os/uito@, berasal dari
sebuah
kata
dalam bahasa
Spanyol atau bahasa
Portugis yang
berarti lalat kecil . Penggunaan kata &osquito bermula sejak tahun *>0. +i :ritania 'aya nyamuk dikenal sebagai gnats. (Petrick 1anupassa 8 2>!
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga
reptilia
dan amfibi untuk menghisap darah.
3yamuk
betina
memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. 3yamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. $gak 7
rumit nyamuk betina dari satu genus, 'oorh (Petrick 1anupassa 8 2>!
!. Ha#itat N'a-uk
3yamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. &ondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenisAspesies nyamuk. 3yamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak ditumbuhi rumput yang menghambat aliran air. 3yamuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan
8
dan perkebunan. Benis nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian (Petrick 1anupassa 8 2>!.
3yamuk $nopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Cleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan (Petrick 1anupassa 8 2>!.
"n the Southeast $sian countries of ;ietnam, ambodia, 9aos and )hailand the primary malaria vectors are An. dirus, An. minimus, An. maculatus, and An. sa(ad(ongporni with the relative importance of each varying, depending on the ecology of the area where transmission is occurring. Cther species are occasionally incriminated8 An. aconitus, An. )eyporiensis, An. philippinensis, An.nivipes, An. barbirostris, and members of the An. hyrcanus group. Cne feature common to all these species is that they are %oophilic and are found more often feeding on cattle and buffalo than on humans? the only eDceptionbeing An. dirus, which has consistently been shown to be an anthropophilic species and for this reason is the most
9
dangerous vector of all the species mentioned above (Petrick 1anupassa 8 2>!
enu n'a-uk 'ang tertangka" /i Loka Lit#ang P!B! 0SLP2 /i Batu )aja No.
enu
*.
$nopheles
,u-la% n'a-uk 'ang /itangka" 032 Dala- )u-a% Luar )u-a% **,7= 6,6
2.
uleD
0>,=
*,>7
.
$edes
,2
,7>
+ari tabel * terlihat bahwa prosentase nyamuk Anopheles yang tertangkap di dalam rumah sebesar **,7=5, sedangkan yang tertangkap di luar rumah sebesar 6,65. Prosentase Anopheles yang tertangkap lebih sedikit dibandingkan dengan Cule, baik di dalam maupun di luar rumah, sebesar 0>,=5 dan *,>75. 4al ini mungkin disebabkan masih banyak parit yang merupakan tempat yang potensial bagi Cule untuk berkembang biak. 1enurut +epkes '" (2*!, Cule dapat berkembang biak pada sembarang genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak pada air yang cukup bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah ('ia 4astuty 8 27!. ,eni n'a-uk Anopheles 'ang tertangka" /i Loka Lit#ang P!B! 0SLP2 /i Batu )aja No
,eni ano"%ele
*
$n. sundaicus
,u-la% n'a-uk tertangka" 032 >0,06
'ang
10
2 = > 7 Total
$n. logilostrik $n. leucosphyrus $n. ramsayi an. maculatus $n. subpictus $n. ramsayi
*,7* ,2 >,00 >,00 6,0= 144544
+ari tabel 2 didapatkan 7 spesies Anopheles dengan presentase paling banyak yaitu Anopheles sundaicus (>0,065!, kemudian An. longilostris (*,7*5!, An. subpictus (6,0=5!, An. maculatus dan An. ramsayi (>,005! dan yang paling sedikit An. leucosphyrus yaitu (,25!. 4asil identifikasi, Anopheles yang didapatkan di daerah Pantai Puri Eading tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian 3ingsih (2>!
hasil
yang
sama
juga
diperlihatkan
pada
penelitian
3aelittarwiyyah (*! di +usun Selesung, Pulau 9egundi, 9ampung Selatan. Penelitian
11
3yamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup8 telur, larva, pupa, dan dewasa. )empo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies # dan suhu. 4anya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. )elur#telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang.
SI$LUS N6AMU$
12
tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. )elur#telur itu panjangnya kurang dari * mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. :eberapa spesies nyamuk meletakkan telur#telurnya saling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari telur ('ia 4astuty 8 27!.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman!. Pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. 9arva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali ('ia 4astuty 8 27!.
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi.
3yamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. )ingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan ('ia 4astuty 8 27!.
13
3yamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. &ecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiannya. $khirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam ('ia 4astuty 8 27!.
Cule tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo *= hari pada 2 F dan hanya sepuluh hari pada suhu 2> F. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. 9arva nyamuk dikenal sebagai )entik dan didapati di sembarang bekas berisi air . Bentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. &ebanyakan jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti $yeomia hidup dalam keadaan luar biasa. Bentik#jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Bentik#jentik spesies genus *einocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai. ('ia 4astuty 8 27!.
7. $ontak ektor Dengan Hot
14
darah untuk proses pertumbuhan telurnya. )iap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. "nterval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim "ndonesia memerlukan waktu antara =0#7 jam.
Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu8 eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah. (Petrick 1anupassa 8 2>!
rafik 1. Akti(ita -enggigit n'a-uk Anopheles /i /ala- /an /i luar ru-a% Erafik memperlihatkan aktivitas menggigit nyamuk Anopheles
di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 2. ": kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 2. dan . dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 2=. ": dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul >. dini hari.
15
3yamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari. 1enurut 9estari (26! nyamuk Anopheles paling aktif mencari darah pukul 2*.#.. 1enurut +armadi (22! kebiasaan penduduk barada di luar rumah pada malam hari antara pukul 2*. sAd 22. berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi menghisap darah jam tersebut tinggi. Perilaku menghisap darah vektor malaria +An. maculatus dan An. balabacensis
di kecamatan &okap, &abupaten &ulonprogo,
Gogyakarta disajikan pada gambar berikut 8
Pada gambar tersebut tampak kedua spesies tersebut menghisap darah sepanjang malam baik di dalam maupun di luar rumah dengan puncak kepadatan terjadi dua kali, yaitu sekitar pukul 2*. # 22. dan pukul . # =. untuk Anopheles maculatus, sedang untuk Anopheles balabacensis puncak kepadatan sekitar puku**. #2*. dan puku*2=. # 2.. Anopheles balabacensis paling dominan menghisap darah di dalam rumah di semua wilayah, sedang Anapholes maculatus dominan menghisap darah di luar rumah di desa 4argorejo.
16
+istribusi vektor malaria pada malam hari sebagian besar (0,==5 # 6,5! ditemukan di kandang sapi dan sekitarnya.
aconitus, An.
harrisoni, An.
maculatus, An.
sa(ad(ongporni and An. philippinensis were the most common and accounted for 0.>5 of all the specimens collected. hile all species, eDcept for some of the less common ones (H * specimens collected!, were collected from humans the majority (0.=5! of specimens were collected off non#human (cattle and buffalo! baits ('ia 4astuty 8 27!. 8. Te-"at Itira%at
"stirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya8 istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. 1eskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda#beda. ()iara 1.S.P!
3yamuk Anopheles aconitus biasanya suka hinggap didaerah#daerah yang lembab. Seperti dipinggir#pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab. Sedang spesies Anopheles maculatus pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat#tempat yang teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak#semak, di lubang#lubang
17
di tanah pada tebing dan lubang#lubang tempat pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah (:oesri dkk, 2!. +i daerah &etosari, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak#semak dan di kandang kambing yang terbuat dari bambu (Petrick 1anupassa 8 2>!
Perilaku istirahat nyamuk Anopheles #undaicus sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya. +i pantai Selatan Pulau Bawa dan pantai )imur Sumatera Utara, pada pagi hari, sedangkan di daerah ilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga siang hari, jenis vektor An. #undaicus istirahat dengan hinggap didinding rumah penduduk. Sementara nyamuk Anopheles balabacensis Pada siang hari hanya sedikit yang dapat ditangkap, didalam rumah penduduk, karena tempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap pada pohon# pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah 9. ,arak Ter#ang
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. $ktifitas dan
18
jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu8 faktor eksternal dan faktor internal. Iksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. $dapun faktor internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot nyamuk (Petrick 1anupassa 8 2>!
Barak terbangnya nyamuk Anopheles aconitus dapat mencapai *,> km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya. Sementara jarak terbang Anopheles maculatus kurang lebih * km tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada manusia ("skandar dkk, *0>!. Sedangkan jarak terbang $n. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih kilometer (&m! dari tempat perindukan nyamuk tersebut
(Petrick
1anupassa 8 2>!
B. Daun Sirak
1enurut )jitrosoepomo (**!, sistematika dari sirsak ( Annona muricata 9inn.! adalah sebagai berikut 8 &ingdom
8 Plantae
+ivisi
8 Spermatopyta
Sub +ivisi
8 $ngiospermae
lass
8 +ikotil
Sub lass
8 +ialypetalae
19
Crdo
8 'anales
8 $nnonaceae
Eenus
8 $nnona
Species
8 Annona muricata 9inn.
3ama sirsak berasal dari bahasa :elanda, Juur%ak yang berarti kantung yang asam. Sirsak dalam bahasa "ndonesia disebut nangka sabrang, nangka landa atau nangka walanda (Bawa!, sirsak (Sunda!, nangka buris (1adura!, srikaya jawa (:ali!, deureuyen belanda ($ceh!, durio ulondro (3ias!, durian batawi (1inangkabau!, jambu landa (9ampung!, langelo walanda (Eorontalo!, sirikaya balanda (:ugis dan Ujungpandang!, wakano (3usa 9aut!, naka walanda ()ernate!, naka (#> cm, yang terdalam bulat telur, kuning muda. +aun kelopak dan daun mahkota yang terluar pada kuncup tersusun seperti katup, daun mahkota terdalam secara genting. +asar bunga cekung sekali. :enang sari banyak penghubung ruas sari di atas ruang sari melebar, menutup ruangnya, putih. :akal buah banyak, bakal biji *. )angkai putik langsing, berambut kepala silindris. :uah
20
majemuk tidak beraturan, bentuk telur miring atau bengkok, *>#> kali, diameter *#*> cm. :iji hitam dan daging buah putih (Steenis, 2!. $kar tunggang, perbanyakan dengan biji. +aun dan biji bisa dibuat untuk ramuan insektisida nabati, tetapi daun dan biji sirsak perlu dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan pelarut. :uah yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. +engan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut, ekstrak daun srikaya dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama lainnya (&ardinan, 2=!.
C. Pengen/alian ektor N'a-uk ecara Ala-i
1enurut Peraturan 1enteri &esehatan 3o.6= tahun 2* tentang Pengendalian ;ektor mendefinisikan bahwa pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vektor dapat dicegah. Prinsip dasar dalam melakukan pengendalian vektor adalah sebagai berikut 8 a. Pengendalian
vektor
harus
menerapkan
bermacam#macam
cara
pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan atau membahayakan.
21
b. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. (3urmaini, 2*! 1enurut $fri%al, berikut merupakan jenis#jenis pengendalian vektor 8 a
Pengendalian
secara
alamiah
(naturalistic
control !
yaitu
dengan
memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vektor. 4al ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama. b
Pengendalian terapan (applied control ! yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. 3amun, hal ini hanya dapat dilakukan sementara. *! Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement !. 2! Pengendalian secara fisik#mekanik ( physical-mechanical control ! yaitu dengan modifikasi atau manipulasi lingkungan. ! Pengendalian secara biologis (biological control ! yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa atau predator, fertilisasi. =! Pengendalian
dengan
pendekatan
perundang#undangan
(legal
control ! yaitu dengan karantina. >! Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control ! )eknologi yang tepat dan sesuai perlu diterapkan dalam pengendalian vektor agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. 3amun, sampai saat ini masalah yang dihadapi
22
dalam pengendalian vektor di "ndonesia yaitu dikarenakan factor terkait kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor (pemetaan sebaran vektor! di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor. )elaah fitokimia telah mengungkapkan bahwa tumbuhan yang tergolong $nnonaceae mengandung bermacam#macam alkaloid, karbohidrat, lipid, asam amino, protein, polyphenol, minyak esensial, terpen, dan senyawa aromatik (9eboeuef et al ., *02 dalam Gus *7!. Salah satu tumbuhan yang tergolong famili $nnonaceae adalah sirsak ( A. muricata! yang merupakan salah satu tanaman penghasil insektisida. +aun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin (&ardinan, 2=!. :ahkan 3aria (2>!, menyatakan bahwa pada sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin. $nnonain merupakan senyawa golongan alkaloid yang terdapat pada daun sirsak. $ktifitas fisiologinya bersifat racun dan memiliki rasa yang pahit. $lkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino. Ifek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta, yaitu mengganggu aktifitas tirosin yang merupakan en%im esensial untuk pengerasan kutikula insekta (4arborne, *02!. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam
23
lebih dari suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Sementara flavonoid termasuk kelas fenol. &elompok flavonoid yang bersifat insektisida alam yang kuat adalah isoflavon. "soflavon memiliki efek pada reproduksi yaitu antifertilitas (4arborne, *06!. )anin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. +alam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan en%im sitoplasma. :ila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. 'eaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan termasuk serangga (4arborne, *06!. Eejala yag diperlihatkan dari hewan yang mengkonsumsi tanin yang banyak adalah menurunnya laju pertumbuhan, kehilangan berat badan dan gejala gangguan nutrisi (4owe K estley, * dalam Gus, *7!. Lu K Min (*=, dalam Gus, *7! juga telah membuktikan pengaruh hambatan tanin terhadap en%im protease yang dikorelasikan dengan mencerna larva %eliothis armigera. Senyawa acetogein pada konsentrasi yang tinggi akan bersifat antifeedant bagi
serangga,
sehingga
menyebabkan
serangga
tidak
mau
makan.
Pada konsentrasi rendah dengan pemberian oral bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian (3aria, 2>!. +ari hasil pengujian aktivitas biologi terungkap bahwa bahan aktif acetogenin yang berasal dari tumbuhan $nnonaceae ini mempunyai kisaran
24
pengaruh yang cukup luas, yaitu bersifat toksik terhadap sel, memiliki aktifitas anti tumor, anti mikroba, anti malaria, anti makan dan pestisida ('upprecht et al.,* dalam Gus, *7!.
BAB III PELA$SANAAN P)A$TI$UM A. +aktu /an Te-"at Pelakanaan 4ariAtanggal 8 #*2
yang direndam dengan ekstrak daun sirsak ( Annona muricata!. C. Alat /an Ba%an 1. Alat $dapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah8 # up a/ua # Eelas ukur # 1ortal # )imbangan digital # $lat tulis !. Ba%an
25
$dapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah8 # # #
+aun sirsak +Annona muricata! Bentik nyamuk Aedes aegypti $ir
D. Stan/ar :"eraional Pertama daun sirsak ditimbang dahulu masing#masing * gram dengan
ml air, 2 gram dengan 0 ml air, gram dengan 6 ml air, = gram dengan 7 ml air, dan > gram dan > ml air. Setiap masing#masing daun sirsak ditumbuk dengan menggunakan mortal. &emudian ekstrak daun sirsak tersebut dimasukkan kedalam masing#masing cup. up yang dibutuhkan sebanyak *0 buah. 9alu dimasukkan * ekor jentik nyamuk kedalam masing#masing cup. Setelah itu dibiarkan selama menit untuk menghitung kematian dari jentik nyamuknya, masing#masing cup diletakkan secara acak yang disebut dengan 'ancangan $cak 9engkap ('$9!. Pengamatan dilakukan sampai jentik nyamuknya banyak yang mati. )api karena kurangnya angka kematian dari jentik nyamuknya, waktu pengamatan ditambah sampai 2= ja m. &emudian setelah waktu 2= jam, setiap jentik dimasing#masing cup dihitung. Setiap satu perlakuan masing#masing cup, sampai 7 perlakuan jadi *0 cup. +ihitung jumlah jentik nyamuk yang mati, setelah itu dijumlah didapatkan persentase mortalitas jentik nyamuk yang mati.
26
BAB I HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hail 1. Dekri"i Te-"at Penelitian a. Sejara% 1elalui proyek "+A$+: di :aturaja
&abupaten
Cgan
&omering Ulu Propinsi Sumatera Selatan telah dibangun secara bertahap Stasiun 9apangan Pemberantasan ;ektor (S9P;! tahun *. +alam perjalanan waktu S9P; berubah menjadi Unit Pelaksana
'"
3omor
*=7A1I3&ISAS&A"LA2
tanggal
September2. Pembentukan unit baru bernama 9oka 9itbang P2:2 di :aturaja ini dilatarbelakangi oleh keadaan geografis "ndonesia, khususnya di Pulau Sumatera yang secara alami membentuk keberagaman tipe ekologi dan kehidupan, termasuk adanya variasi perbedaan jenis bionomik dan potensi penyebaran vektor penyakit bersumber binatang dari suatu wilayah ke wilayah lain, dengan keberagaman ini menyebabkan keberagaman variasi terhadap faktor#faktor epidemiologis yang meliputi perubahan lingkungan
27
dari waktu ke waktu, perbedaan sosiobudaya, perbedaan kerentanan penyakit dan perbedaan pola kehidupan binatang penular penyakit (vektor!
mengakibatkan adanya perbedaan pola penularan penyakit#
penyakit bersumber bianatang seperti malaria, +4<, pes, filariasis, chikungunya, Bapanese :. enchepalitis dan lain sebagainya. +engan demikian upaya pemberantasan penyakit bersumber binatang dari wilayah yang satu ke wilayah lain dimungkinkan adanya berbagai alternatif baik pendekatan maupun metode dan cara pemberantasannya atau dengan kata lain harus memakai pendekatan yang Nlocal specificO. +engan terbatasnya tenaga baik kualitas maupun kuantitasnya ditingkat +inas &esehatan &abupaten dan Propinsi, dan bila dikaitkan dengan kinerja aktifitas pemberantasan penyakit bersumber binatang, terutama dengan kurangnya data epidemiologi, data parasitologi dan entomologi
menyebabkan
kendala
dan
masalah
dalam
mencapai
pemberantasan penyakit bersumber binatang yang efektif dan efisien. +alam kegiatannya, 9oka 9itbang punya visi 8 pemberi informasi iptek dan pengembang utama sumber daya manusia yang handal dalam pengamatan dan kajian vektor, bionomiknya serta cara pengendalian vektor penyakit bersumber binatang di wilayah regional Sumatera. +an misi 8 menghimpun, mengkaji, mengembangkan dan menyebarkan informasi iptek tentang vektor, bionomik dan dinamika penularan penyakit bersumber binatang, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam bidang pengamatan dan pengajian vektor, dan dinamika penularan serta
cara
pengendalian
vektor
penyakit,
dan
menggalang
dan
28
mengembangkan kemitraan lintas program dan sektor terkait dalam pengamatan dan pengkajian vektor serta dinamika penularan penyakit. 1elalui proyek "+A$+: di :aturaja &abupaten Cgan &omering Ulu Propinsi Sumatera Selatan telah dibangun secara bertahap Stasiun 9apangan Pemberantasan ;ektor (S9P;! tahun *. +alam perjalanan waktu S9P; berubah menjadi Unit Pelaksana
'"
3omor
*=7A1I3&ISAS&A"LA2
tanggal
September2. Pembentukan unit baru bernama 9oka 9itbang P2:2 di :aturaja ini dilatarbelakangi oleh keadaan geografis "ndonesia, khususnya di Pulau Sumatera yang secara alami membentuk keberagaman tipe ekologi dan kehidupan, termasuk adanya variasi perbedaan jenis bionomik dan potensi penyebaran vektor penyakit bersumber binatang dari suatu wilayah ke wilayah lain, dengan keberagaman ini menyebabkan keberagaman variasi terhadap faktor#faktor epidemiologis yang meliputi perubahan lingkungan dari waktu ke waktu, perbedaan sosiobudaya, perbedaan kerentanan penyakit dan perbedaan pola kehidupan binatang penular penyakit (vektor!
mengakibatkan adanya perbedaan pola penularan penyakit#
29
penyakit bersumber bianatang seperti malaria, +4<, pes, filariasis, chikungunya, Bapanese :. enchepalitis dan lain sebagainya. +engan demikian upaya pemberantasan penyakit bersumber binatang dari wilayah yang satu ke wilayah lain dimungkinkan adanya berbagai alternatif baik pendekatan maupun metode dan cara pemberantasannya atau dengan kata lain harus memakai pendekatan yang Nlocal specificO. +engan terbatasnya tenaga baik kualitas maupun kuantitasnya ditingkat +inas &esehatan &abupaten dan Propinsi, dan bila dikaitkan dengan kinerja aktifitas pemberantasan penyakit bersumber binatang, terutama dengan kurangnya data epidemiologi, data parasitologi dan entomologi
menyebabkan
kendala
dan
masalah
dalam
mencapai
pemberantasan penyakit bersumber binatang yang efektif dan efisien. +alam kegiatannya, 9oka 9itbang punya visi 8 pemberi informasi iptek dan pengembang utama sumber daya manusia yang handal dalam pengamatan dan kajian vektor, bionomiknya serta cara pengendalian vektor penyakit bersumber binatang di wilayah regional Sumatera. +an misi 8 menghimpun, mengkaji, mengembangkan dan menyebarkan informasi iptek tentang vektor, bionomik dan dinamika penularan penyakit bersumber binatang, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam bidang pengamatan dan pengajian vektor, dan dinamika penularan serta
cara
pengendalian
vektor
penyakit,
dan
menggalang
dan
mengembangkan kemitraan lintas program dan sektor terkait dalam pengamatan dan pengkajian vektor serta dinamika penularan penyakit. #. ii /an Mii
30
;isi8 Pemberi informasi iptek dan pengembang utama sumber daya manusia yang handal dalam pengamatan dan kajian vektor, bionomiknya (perilaku! serta cara pengendalian vektor penyakit bersumber binatang di wilayah regional Sumatera. 1isi8 *. 1enghimpun,
mengkaji,
mengembangkan,
dan
menyebarkan
informasi iptek tentang vektor, bionomik dan dinamika penularan penyakit bersumber binatang? 2. 1eningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam bidang pengamatan dan pengajian vektor, dan dinamika penularan serta cara pengendalian vektor penyakit? serta . 1enggalang dan mengembangkan kemitraan lintas program dan sektor terkaitdalampengamatan
dan
pengkajian
vektor
serta dinamika
penularan penyakit.
1isi utama 9oka 9itbang P2:2 :aturaja adalah melaksanakan kegiatan penelitian yang bertujuan menghimpun data#data yang diambil baik dari lapangan maupun laboratorium dalam bentuk informasi yang selanjutnya dikaji dan dikembangkan bagi kepentingan para pengelola program di daerah.
c. Tuga /an &ungi :erdasarkan Peraturan 1enteri &esehatan 3o. **== )ahun 2*,
:adan Penelitian dan Pengembangan &esehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
31
Untuk
menyelenggarakan
tugas
tersebut,
:adan
9itbangkes
mempunyai fungsi8
*. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan?
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan?
. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan? dan
=. Pelaksanaan administrasi :adan.
!. Dekri"ii Hail Penelitian
Persentase &ematian Bentik 3yamuk )erhadap &onsentrasi Ikstrak +aun Sirsak &onsentrasi Ikstrak +aun Sirsak &e# 5 *5 25 up &e#
5
* 2
*
=
>
7
6
0
=5 **
*2
*
>5 *=
*>
*7
*
*0
6
Bumlah &ematian Bentik 3yamuk Selama 2= jam #
#
#
>
*
>
=
7
*. Persentase mortalitas konsentrasi 5 a! * - * b! * - * c! * - *
0
>
7 6
6
0
*
*
32
Persentase mortalitas
Jumlah
matiJumlah seluruh serangga D *5 030 D * 5 5 2. Persentase mortalitas konsentrasi *5 a. * - > > b. * - 6 c. * # * Persenatse mortalitas 930 D *5 5 . Persentase mortalitas konsentrasi 25 a. * # > > b. * - 7 = c. ! * - = 7 Persentase mortalitas 1530 D *5 >5 =. Persentase mortalitas konsentrasi 5 a. * - 2 0 b. * - > > c. * - = 7 Persentase mortalitas 1930 D *5 7,5 >. Persentase mortalitas konsentrasi =5 a. * - 6 b. * - * c. * - 6 Persentase mortalitas 2330 D *5 67,775 7. Persentase mortalitas konsentrasi >5 a. * - 2 0
serangga
yang
33
b. * - * c. * - * Persentase mortalitas 2830 D *5 ,5 B.
Pe-#a%aan
:erdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan hasil uji coba dengan formulasi yang sama dalam konsentrasi
yang berbeda#beda menyebabkan
jumlah kematian jentik yang berbeda dengan rentang waktu yang sama. 4asil yang diperoleh setelah penambahan ekstrak daun sirsak dengan waktu selama 2= jam adalah8 #
&onsentrasi *5 ekstrak daun sirsak dengan ml air jumlah jentik yang
#
mati (5!. &onsentrasi 25 ekstrak daun sirsak dengan 0 ml air jumlah jentik yang
#
mati *> (>5!. &onsentrasi 5 ekstrak daun sirsak dengan 6 ml air jumlah jentik yang
#
mati * (7,5!. &onsentrasi =5 edktrak daun sirsak dengan 7 ml air jumlah jentik yang
#
mati 2 (67,77 5! &onsentrasi >5 ekstrak daun sirsak dengan > ml air jumlah jentik yang mati 20 (,5!. 4al ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak sangat efektif dalam
membunuh jentik nyamuk karena dengan konsentrasi >5 ekstrak daun sirsak mampu membunuh 20 jentik nyamuk dengan persentase hampir mendekati *5. :erarti semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan maka jumlah jentik yang matipun semakin banyak dengan waktu yang lama.
34
C. Hail analia /ata
+ata diatas diperoleh bahwa ekstrak daun sirsak sangat efektif dalam membunuh jentik nyamuk. 4al ini ditunjukkan dengan jumlah dan persentase kematian jentik nyamuk pada percobaan dengan metode rancangan acak lengkap ('$9!. +engan demikian dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin besar pula dengan waktu yang sangat lama, tetapi semakin kecil konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin kecil pula. Praktikum ini juga menggunakan kelompok kontrol dan jumlah jentik yang digunakan pada kelompok kontrol adalah sama dengan jumlah jentik pada kelompok perlakuan. &elompok kontrol digunakan sebagai pembanding apakah faktor lain selain ekstrak daun sirsak yang mempengaruhi kematian jentik nyamuk tersebut.
35
BAB $ESIMPULAN DAN SA)AN
A. $ei-"ulan Penggunaan Ikstrak daun sirsak sebagai engendali vector nyamuk sangat
efektif dalam membunuh jentik nyamuk. 4al ini ditunjukkan dengan jumlah dan persentase kematian jentik nyamuk pada percobaan dengan metode rancangan acak lengkap ('$9!. +engan demikian dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin besar pula dengan waktu yang sangat lama, tetapi semakin kecil konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin kecil pula. B. Saran *. :agi Peneliti 9ain, perlu dilakukan penelitian mengenai8 a. efikasi bioinsektisida sejenis dan memiliki kandungan senyawa yang
lebih efektif mematikan larva nyamuk b. fikasi ekstrak daun sirsak selanjutnya, sebaiknya dilakukan pemisahan klorofil dengan senyawa insektisida spesifik yang efektif membunuh larva, 2. :agi 1asyarakat +alam upaya pengendalian vektor +:+ masyarakat dapat menggunakan bioinsektisida nabati yang berasal dari tumbuhan#tumbuhan yang ada di sekitar salah satunya daun sirsak salah satu alternatif yang dapat dilakukan. . :agi Pemerintah +alam upaya pengendalian vektor nyamuk, pemerintah dapat melakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk memenfaatkan
36
potensi yang ada di lingkungan masyarakat seperti tumbuhan daun sirsak sebagai bioinsektisida nabati sebagai salah satu upaya pengendalian vektor secara kimia yang efektif dan aman untuk menurunkan angka kesakitan yang ditularkan oleh nyamuk
37
DA&TA) PUSTA$A
:orror, +.B., harles. dkk. *7. !engenalan !ela)aran #erangga. $hli bahasa oleh Soetiyono. Eadjah 1ada University Press. Gogyakarta. ampbell, 3.$. 2. Biologi Idisi &elima Bilid "". Bakarta. Irlangga 8 DDii Q = hlm. )jitrosoepomo, E., 2>, &orfologi 'umbuhan, *=>, UE1 Press, Gogyakarta.
$bdul 'ahim 1angiri. &***020. ectors And &alaria 'ransmission n *eforested, /ural Communities n 0orth-Central ietnam. Petrick 1anupassa. &***0>*. 1aktor 1aktor 3ang Berhubungan *engan nsiden !enyakit &alaria di 4elurahan 'eluk *alam 4ecamatan 'eluk *alam 4abupaten 0ias #elatan 'ahun 25. *. %ubungan 4ondisi 1isik /umah *an 6ingkungan #ekitar /umah *engan 4e)adian &alaria *i *esa 4etosari 4ecamatan Bener 4abupaten !ur(ore)o. 2 $ndi )ilka 1uftiah '. &**0207. dentifikasi *an Aktivitas &enggigit 0yamuk ektor &alaria *i *aerah !antai !uri 7ading 4elurahan #ukama)u 4ecamatan 'eluk Betung Barat Bandar 6ampung. 2> )iara $. 1. S. Putirululan. &***0>=*. 7ambaran !enyaklt *an ektor &alaria *i ndonesia.26 'ia 4astuty. &***007. Bionomik ektor *an #ituasi &alaria *i 4ecamatan 4okap, 4abup Aten 4ulonprogo, 3ogy Akarta, 27
38
LAP:)AN P)A$TI$UM $ESEHATAN MAS6A)A$AT
PENENDALIAN E$T:) N6AMU$ SECA)A ALAMI
DISUSUN :LEH CHA)LES TAMBUNAN 11;41444!!
P):)AM STUDI ILMU $ESEHATAN MAS6A)A$AT &A$ULTAS ILMU $ESEHATAN MAS6A)A$AT
UNIE)SITAS MUHAMMADI6AH BEN$ULU
39
!418 HALAMAN PE)SETU,UAN P)A$TI$UM $ESEHATAN MAS6A)A$AT
PENENDALIAN E$T:) N6AMU$ SECA)A ALAMI
DISUSUN :LEH CHA)LES TAMBUNAN 11;41444!!
Dietujui5 Pe-#i-#ing P$M
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
40
LEMBA) ii PENESAHAN
PENENDALIAN E$T:) N6AMU$ SECA)A ALAMI
La"oran Praktiku- $ee%atan Ma'arakat Tela% Die-inarkan /an Dietujui :le% Doen Pe-#i-#ing /an Penelaa%
*. +rs. 'ifaRi,1.Pd +osen Pembimbing
(!
2. $lfian, S&1,11 +osen Penguji
(!
. "r. $gus 'amon, 1.&es +osen Penguji
(!
1engetahui +ekan
Dr. )ifa=I5 M.P/ NB$. 4!> 8?? *?8
41
iii
$ATA PENANTA)
$lhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat $llah S),karena berkat rahmat, taufi/ dan hidayah#3ya
jualah, kita dapat
menjalankan aktivitas kita sehari#hari. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada 3abi 1uhammad S$ yang telah mengarahkan kita pada hakikat kehidupan yang sebenarnya. 9aporan magang yang telah disusun, dibuat dalam rangka pelaporan 1agang &erja "nstitusional yang telah dilaksanakan di 9okal 9itbang, &abupaten :atu 'aja Propinsi Palembang pada #*2
penulis juga
menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Cleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
:engkulu,
1aret 2*>
Penulis
iv
42
DA&TA) ISI
4alaman 4$9$1$3 BU+U9 ........................................................................................... 4$9$1$3 PI3EIS$4$3............................................................................. &$)$ PI3E$3)$' ......................................................................................... +$<)$' "S" ....................................................................................................... :$:
"
PI3+$4U9U$3 ...................................................................... $. 9atar :elakang ...................................................................... :. )ujuan.................................................................................... . 1anfaat.................................................................................. +. 'uang 9ingkup.......................................................................
:$:
""
)"3B$U$3 PUS)$&$ $. 3yamuk ................................................................................ :. +aun Sirsak ........................................................................... . Pengendalian ;ektor +engan Sirsak.....................................
:$: """
PI9$&S$3$$3 P'$&)"&U1 $. aktu dan )empat Pelaksanaan ............................................ :. )ujuan &husus &egiatan Praktikum...................................... . $lat dan :ahan....................................................................... +. Standar Cperasional...............................................................
:$: ";
4$S"9 +$3 PI1:$4$S$3 $. 4asil ...................................................................................... :. Saran......................................................................................
:$: ;
&IS"1PU9$3 +$3 S$'$3 . &esimpulan ........................................................................... +. Saran.................................................................................. ....
+aftar Pustaka
43
44
45
46
47
48