LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR
IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX
Oleh : KENDRA WARDHANI VINDA ELISANDI ESKARINDINI NI KADEK ASTITI MULIANTARI YULIANA RAMBU TEBA HAPPY ARY SATYANI NI KADEK RAHDA KOMANG SRIE SUSANTHI I KOMANG CANDRA WIGUNA NI NENGAH PUJI ANTARI BASMA KUSALA WANGSA
(0820025012) (0820025024) (0820025025) (0820025032) (0820025036) (0820025038) (0820025042) (0820025045) (0820025050) (0820025063)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2010
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum pengendalian vektor yang berjudul “Identifikasi Larva dan Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex” ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis atas kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan pada Kamis, 3 Juni 2010. Laporan ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Sang Gede Purnama, S.KM dan I Wayan Mertha, S.KM sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Pengendalian Vektor. 2. Rekanrekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam penyelesaian laporan praktikum ini serta pihakpihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu, demi perbaikan dan kesempurnaan laporan berikutnya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Denpasar, 10 Juni 2010
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Vektor Daur Hidup Nyamuk Tempat Berkembang Biak (Breeding Places) Kebiasaan Menggigit Tempat Beristirahat (Resting Places) Bionomik Nyamuk (Kebiasaan Hidup) Culex Aedes Anopheles BAB III KEGIATAN PRAKTIKUM Alat dan Bahan Langkah Kerja BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Larva Hasil Identifikasi Nyamuk BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran Lampiran Gambar:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan vector yang menimbulkan dan menularkan penyakit dalam kehidupan manusia. Tingginya populasi nyamuk ini sangat membahayakan kehidupan manusia.
Keberadaan vektor sebagai suatu yang merugikan tersebut harus di
tanggulangi dengan pengendalian vektor. Di Indonesia sendiri sebagai daerah tropis merupakan tempat yang sangat baik untuk perindukan nyamuk, hal ini dikarenakan suhu, cuaca serta musim di Indonesia sangat mendukung dalam proses perkembangbiakan nyamuk. Sehingga, populasi nyamuk di Indonesia tinggi. Nyamuk yang berkembang di daerah Indonesia antara lain nyamuk Anopheles yang menyebabkan penyakit malaria dan Aedes Aegepty yang menyebabkan penyakit DBD. Selain anopheles atau Aedes Aegepty juga ada jenis nyamuk yang lebih mematikan yaitu nyamuk Culex (Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus dan Culex Vishnui). Hanya dengan gigitannya nyamuk culex dapat menyebabkan korban mengalami peradangan otak atau lebih dikenal dengan istilah Japanese Encephalitis (JE). Nyamuk berwarna kuning keperakan dengan tutul putih di seluruh badannya pertama kali menyebarkan wabah virus JE di Jepang pada tahun 1924, 55% penderita radang otak karena virus ini meninggal dunia. Lalu di Thailand, persentase kematian mencapai 35%. Di Cina, virus ini pernah menginfeksi 122.995 orang. Selain itu Culex jenis Quinquefasciatus merupakan nyamuk yang dapat menularkan penyakit kaki gajah ( filariasis ). Di Indonesia sendiri secara pasti belum pernah dilaporkan tetapi penyakit meningitis (radang selaput otak) banyak terjadi pada anak sampai umur 12 tahun, penyakit tersebut secara pasti belum diketahui penyebabnya, tetapi diduga bahwa penyakit tersebut adalah “Japanes B encephalitis”. Disamping itu nyamuk Culex tritaeniorinchus yang diduga sebagai vektor penyakit “Japanes B encephalitis” banyak
ditemukan di Jakarta. Ada dua spesies vektor yang ditemukan di Indonesia yaitu Culex tritaenorinchus & C. gelidus. Dimana habitat dari nyamuk tersebut ialah rawa atau sawah dan empang dekat sawah. Nyamuk tersebut menghisap darah manusia, hewan ruminansia dan unggas. Untuk melakukan pengendalian terhadap vector nyamuk ini perlu dilakukan identifikasi terhadap nyamuk. Identifikasi yang dapat dilakukan yaitu mengenai siklus hidup, resting places, kebiasaan hidup, serta bentuk morfologi nyamuk. Identifikasi ini sangat penting untuk mengetahui cara pengendalian yang cocok sesuai dengan karakteristik nyamuk.
1.2 Tujuan Adapun tujuan praktikum ini yaitu, 1. Untuk mengamati karakteristik larva nyamuk 2. Untuk mengamati struktur tubuh nyamuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vektor Vektor penyakit adalah serangga atau anthropoda penyebar penyakit. Yang termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal. Pada kegiatan ini yang menjadi vektor adalah nyamuk.
2.2 Daur Hidup Nyamuk Nyamuk merupakan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Nyamuk sejak telur hingga nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadium) yang berbedabeda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadium dengan 3 sadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup di alam bebas. ● Nyamuk dewasa Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsungmengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antar lain temperatur dan kelembabab serta species dari nyamuk. ● Telur nyamuk Nyamuk biasanya meletakkan telr di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering teur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbedabeda tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi
saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. Nyamuk culex akan meletakkan telur di atas permukaan air secra bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu mengapung Nyamuk aedes meletak telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permalukan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkan telurnya menempel telurnya menempel pada tumbuhtumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bunga. Stadium telur ini memakan waktu 12 hari. ● Jentik nyamuk Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulubulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatng predator. ● Kepompong (pupa) Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 12 hari.
2.3 Tempat Berkembang Biak (Breeding Places) Dalam perkembangbiakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan atau darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting places). Nyamuk memeiliki tipe breeding places yang berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarang tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolamkolam, rawarawa, danau yang banyak tanaman airnya dan anopeheles bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut : ●
Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang berkembang biak di air payau.
●
Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles
sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak ●
Breeding places yang terlindungi dari sinar matahari disenangi anopheles vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.
●
Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefenitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
●
Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak.
2.4 Kebiasaan Menggigit Waktu keaktifan mencari darah dari masingmasing nyamuk berbedabeda, nyamuk yang aktif pada malam hari mengigit, adalah anopheles dan culex sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Pada umumnya nyamuk menghisap darah adalah nyamuk betina.
2.5 Tempat Beristirahat (Resting Places) Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang atau hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selam 23 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan di luar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lainlain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat.
2.6 Bionomik Nyamuk (Kebiasaan Hidup) Bionomik sangat penting diketahui dalam kegiatan tindakan pemberantasan misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insectida kita tidak mungkin melaksanakannya, bilaman kita belum mengetahui kebiasaan hidup dari nyamuk, terutama menjadi vektor dari satu penyakit. Pada hakekatnya serangga sebagai makhluk hidup mempunyai bermacammacam kebiasaan, adapun yang perlu diketahui untuk pemberantasan atau pengendalian misalnya : ●
Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan atau mencari makan, dan lamanya hidup.
●
Kebiasaan kegiataan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya.
●
Kebiasaan berlindung di luar rumah dan di dalam rumah
●
Kebiasaan memilih mangsa
●
Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban, dan lainlain
●
Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah yang berhubungan dengan penggunaan.
2.6.1 Culex Nyamuk Culex berwarna agak coklat dengan ukuran lebih besar dibandingkan nyamuk Aedes dan Anopheles. Biasanya nyamuk Culex hidup di air kotor dan mencari mangsa pada siang dan malam hari dengan posisi hinggap mendatar. Gigitan nyamuk Culex kadang menimbulkan rasa perih dan kadang tidak. Pada segmen ke delapan Culex tidak terdapat como scale, namun Culex memiliki scutellum yang terdiri dari 3 lobus, palpi yang terlihat agak yang ukurannya lebih pendek dari pada proboscis, serta sayap yang tidak bernoda. Telur nyamuk Culex diletakkan terikat seperti rakit dan tidak memiliki pelampung. Setelah menjadi larva, dalam keadaan istirahat larva culex sejajar dengan permukaan air, di mana sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air. Larva Culex memiliki siphon yang membentuk sudut dengan bentuk panjang dan berujung runcing dengan beberapa kumpulan bulu pada siphonnya. Pada siphon Culex tidak terdapat pechten. Setelah berkembang menjadi pupa, culex akan berbentuk terompet panjang dan ramping. 2.6.2 Aedes Warna nyamuk aedes yaitu hitam dan sejajar saat hinggap. Nyamuk aedes ini jika menggigit meninggalkan rasa perih. Saat terbangbtida mengeluarkan bunyi. Mencari mangsa pada pagi hari pukul 09.0010.00 dan petang pada pukul 16.0018.00. tempat berkembangbiak pada air jernih. Sayap tidak bernoda. Pada nyamuk aedes ini memiliki gelang pada perut, dada, dan kaki. Aedes memiliki scutellum 3 lobus. Pada abdomen terakhir pulpilli tidak jelas. Proboscis (alat tusuk/hisap) lebih panjang daripada palpi. Telur diletakkan satupersatu dan tidak memiliki pelampung. Larva pada saat istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Larva memiliki sipon dengan satu kumpulan
rambut pendek dan tumpul. Tubuh sebagian kecil kontak dengan permukaan air. Pupa memiliki terompet yang panjang dan ramping. Larva bertempat di air jernih dengan ukuran lebih besar. Warna jentik bening atau warna putih. Fase larva memiliki pechten pada sipon. Punya comb scale pada segment kedelapan. 2.6.3 Anopheles Posisi saat hinggap nungging. Warna nyamuk agak hitam. Pada saat menggigit tidak perih. Saat terbang tidak berbunyi. Mencari mangsa pada malam hari. Tempat berkembangbiak pada air payau (asin+tawar) dan sawah. Pada sayap terdapat nodanoda. Memiliki scutellum tanpa lobus. Pulpilli pada abdomen terakhir tidak jelas. Telur diletakkan satusatu dan punya pelampung. Posisi istirahat larva sejajar dengan permukaan air. Larva tanpa sipon disertai dengan bulu kipas. Tubuh kontak dengan permukaan air. Ukuran larva agak kecil dengan warna hitam.
BAB III KEGIATAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain: a. Alat : ● Mikroskop
1 buah
● Lup
1 buah
● Gelas objek
2 buah
● Fiberglass
2 buah
● Penusuk nyamuk
1 buah
● Pipet tetes
1 buah
● Cawan petri
1 buah
b. Bahan ● Nyamuk
1 ekor
● Larva nyamuk
2 ekor
● Kloroform
secukupnya
3.2 Langkah Kerja a. Pengamatan Larva 1. Pindahkan air sampel yang mengandung larva nyamuk ke cawan petri, usahakan air sampel tidak terlalu banyak. 2. Ambil kloroform dengan pipet tetes, teteskan sebanyak 35 tetes pada cawan petri, diamkan 2 menit sampai larva mati. 3. Pindahkan larva yang sudah mati ke gelas objek, tambahkan setetes air, kemudian tutup dengan fiberglass. 4. Letakkan gelas objek pada tempat yang telah tersedia pada mikroskop, atur cahaya dengan pembesarannya 10 kali.
5. Amati. Identifikasi! Buat gambar larva nyamuk yang diamatai. b. Pengamatan Nyamuk 1. Tusuk nyamuk yang akan diamati dengan alat penusuk nyamuk. Sebelumnya pastikan nyamuk sudah dalam keadaan mati untuk memudahkan pengamatan. 2. Gunakan lup untuk mengamati dan mengidentifikasi nyamuk.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini digunakan tiga jenis nyamuk dewasa dan tiga jenis larva nyamuk yaitu aedes, anopheles dan chulex. Sampel nyamuk dewasa dan larva nyamuk yang masingmasing diambil dari air kotor, air bersih, dan air kolam.
4.1 Hasil Identifikasi Larva Dari sampel air didapatkan larva culex dan aedes. Namun sayangnya, larva culex yang didapatkan bagianbagiannya kurang jelas terlihat dalam mikroskop karena agak hancur. Adapun karakteristik larva culex yang ditemukan berwarna agak coklat, memiliki siphon yang panjang dan agak runcing, terdapat beberapa kumpulan bulu baik pada siphon maupun segman tubuh larva. Sedangkan untuk larva Aedes yang ditemukan pada sampel air memiliki karakteristik warnanya agak bening, memiliki sifon yang tumpul, terdapat kumpulan bulu pada segmen tubuh dan siphonnya, dan terdapat pecten. Untuk larva Anopheles, sampel air yang kami dapatkan tidak mengandung larva tersebut, sehingga identifikasi larva Anopheles dilakukan dengan melihat preparat larva nyamuk kelompok lain. Adapun karakteristik larva Anopheles yaitu warnanya agak gelap, tidak terdapat siphon namun memiliki lubang udara, ukuran kepala dan badan larva lebih kecil dibandingkan larva Culex dan Aedes.
4.2 Hasil Identifikasi Nyamuk Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa nyamuk yang diidentifikasi merupakan nyamuk culex hal ini dapat diketahui berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan lup yang kemudian dibandingkan dengan ciriciri umum yang dimiliki oleh nyamuk culex dan ciri khas yang membedakannya dengan nyamuk jenis lain. Sampel nyamuk yang kami dapatkan hanya nyamuk Culex, dengan karakteristik corak
sayap tidak bernoda, Nyamuk Culex berwarna agak coklat dengan ukuran lebih besar dibandingkan nyamuk Aedes dan Anopheles. Sampel nyamuk Culex ditemukan pada air kotor. Terdapat como scale pada segmen ke delapan. Memiliki scutellum yang terdiri dari 3 lobus, palpi yang terlihat agak jelas yang ukurannya lebih pendek dari pada proboscis, serta sayap yang tidak bernoda.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa larva yang kelompok kami identifikasi adalah larva culex dan aedes dan nyamuk yang kami identifikasi adalah nyamuk culex.
5.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan terutama untuk perbaikan praktikum berikutnya antara lain: ● Sebaiknya pemindahkan larva yang sudah mati ke gelas objek dilakukan dengan perlahan serta fiberglass diletakkan dengan perlahan juga agar preparat larva yang akan diamati tidak hancur.
Lampiran Gambar:
Gambar 1. Mikroskop
Gambar 3. Lup
Gambar 5. Pipet Tetes
Gambar 2. Cawan Petri. . .
Gambar 4. Penusuk Nyamuk
Gambar 6. Kloroform
Gambar 7. Larva Nyamuk
Gambar 10. Siphon larva aedes
Gambar 8. Nyamuk
Gambar 11. Pemindahan larva