21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman ,dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan tanaman, yaitu (1) perbanyakan secara seksual atau generatif dan (2) perbanyakan secara aseksual atau vegetatif.
Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah organ tanaman yang terbentuk setelah terjadinya proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet jantan dan gamet betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman mini karena di dalamnya sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam massa yang kompak. Salah satu tujuan perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji adalah untuk memperoleh sifat-sifat baik tanaman, seperti akar yang kuat, tahan penyakit.Meskipun membutuhkan waktu yang lama tanaman berproduksi.
Tanaman perkebunan merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan hasil produksi secara berkontiniu dan meningkatkan perekonomian bangsa indonesia baik, baik dari pendapatan negara dan kesejahteraan petani. Tanaman kakao dan tanaman kopi merupakan tanaman penyumbang devisa negara. Oleh karena itu pemerintah harus mengembangkan tanaman ini dalam bentuk perkebunan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyediakan bibit atau klon yang bekualitas melalui perbanyakan tanaman.
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan jenis tanaman perkebunan yang paling banyak dikembangkan dan dibudidayakan petani di daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Sesuai data statistik bahwa luas areal perkebunan kakao rakyat di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 mencapai 206.081 ha dengan total produksi 179.575 ton (BPS Sulteng, 2008). Dengan demikian, tingkat produktivitas kakao yang diusahakan petani di Sulawesi Tengah adalah 0,87 ton/ha/tahun.
Kopi (Coffea Sp) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia.Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab. Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnyamutu biji kopi yang dihasilkansehingga mempengaruhi pengembangan produksiakhir kopi.
Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsip dari perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.perbanyakan dengan stek pada umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang , namun pada beberapa tanaman seperti asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetative, sehingga keberhasilannya sangat rendah.
Tujuan Praktikum
Mengenal tanaman kopi dan kakao.
Mengetahuhi cara perbanyakan tanaman kopi dan kakao.
Mememuhi kegiatan perkuliahan dan syarat nilai praktikum mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan II.
TIJAUAN PUSTAKA
Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru didatangkan dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon.Biji-biji dari tanaman tersebut ditanam kembali dan menghasilkan tanaman yang sehat dengan buah dan biji yang besar.Tanaman tersebutlah yang menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan di Indonesia dan akhirnya di Jawa Timur dan Sumatera.Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang secara umum rata-ratanya 900 kg/ha.
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut, Divisi : Spermatophyta; Anak divisi : Angioospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Anak kelas : Dialypetalae; Bangsa : Malvales ;Suku : Sterculiaceae; Marga : Theobroma; Jenis : Theobroma cacaoL.
Tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu Menurun karena adanya serangan hama. Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di Ambon pernah ditemukan 10.000-12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan 11,6 ton tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa mulai dilakukan tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi milik Belanda, karena tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix).
Akar, Memiliki akar tunggang (radix primaria) dan akar lateral mencapai 7-8 m. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan vegetative akan tetapi tidak memiliki akar tunggang, tidak dianjurkan dengan cara vegetatif harus dengan generative. Perkembangan akar sangat terganggupada tingkat pada kesuburan tanah, akar tanaman sangat peka terhadap air Akar cabang (radix lateralis), akarrambut (fibrillia) jumlah banyak berfungsi menyerap hara tudung akar melindungi. Ukuran akar fibrillia 10 mikron panjang maksimun 1mm.
Batang, Tanaman kakao dapat tumbuh degan ketinggian 8-10 m, namun tanaman ini dapat lebih pendek apabila mendapat pemangkasan dan perlakuan naungan atau pelindung.Letakcabang primer yang tumbuh disebut jorquettetumbuh 1-1,5 m dari permukaan tanah, ada keseimbangan tajuk dengan tinggi tanaman semakin pendek lebih baik. Tanaman kakao menumbuhkan bungapada batang disebutbunga cauliflora.Dari batang tumbuh tunas air ( chupon) bila dibiarkan akan menghasilkan jorket rakus terhadap hara dan air. Tunas air (chupon) dapat mengurangi produksi tanaman. Cabang yang tumbuh kesamping disebut cabang plagiotrop.Cabang yang tumbuh keatas disebut orthotrop.Cabang plagiotrop dan orthotrop dapat menghasilkan bunga atau buah. Chupon pada umumnya tidak menghasilklan bunga atau buah (H. Gultom, 2014)
Daun, Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salahsatu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak dipangkal dan ujung tangkai daun.Bentuk helai daunbulat memanjang (oblongus) ujungdaun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing(acutus).Susunan daun tulang menyirip dan tulang daunmenonjol ke permukaan bawah helai daun.Tepi daun rata,daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen.
Buah, Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga.Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling.Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas, kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar.Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan.
Syarat tumbuh, Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10oLU-10oLS.Namun demikian, penyebaran kakao umumnya berada diantara 7oLU-18oLS.Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.Kakao juga masih toleran pada daerah 20oLU-20oLS.Sehingga Indonesia yang berada pada 5oLU-10oLS masih sesuai untuk pertanaman kakao.Ideal untuk penanaman kakao adalah <800 m dari permukaan laut.
Curah Hujan, Distribusi curah hujan sepanjang tahun curah huja 1.100 -3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun kurang baik karena berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah.Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima tanaman dari curah hujan.
Suhu, Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban.Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi.Suhu sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.Menurut hasil penelitian, suhu ideal 5 bagi tanaman kakao adalah 30o–32oC (maksimum) dan 18o-21oC (minimum).Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada suhu minimum 15oC perbulan.Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,6oC masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang.
Sinar Matahari, Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh.Keje nuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh.Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak.
Tanah, Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar Bahan organik, unsur hara, Kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
Sifat kimia tanah, naman kakao dapat tumbuh dengan baik pada Tanah yang memiliki pH 6-7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.
Sifat fisika tanah, tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan kompo sisi 30-40 % fraksi liat,50% pasir, dan 10-20 persen debu.Kakao menginginkan solum tanah minimal 90 cm.
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26 berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo,2012).
Klasifikasi tanaman kopi robusta adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae; Sub kingdom : Tracheobionita; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida; SubKelas: Astridae; Ordo : Rubiaceace; Genus : Coffea; Spesies : Coffea robusta.
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika.Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta.
Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari berapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 2004).
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
Kopi Canephora (Robusta), Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda.Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.
Kopi Liberika, Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas.Kopi liberika penyebarannya sangat cepat.Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah.
Kopi arabika, merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya.Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut.Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000–1750 m dari permukaan laut.Jenis kopi cenderung tidaktahan Hemilia Vastatrix.Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat.
Kopi hibrida, merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan.
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal).
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan.Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat.Selama ini, jenis kopi yang biasa ditanam diperkebunan rakyat seperti di Lampung adalah kopi arabika dan robusta.Padahal kedua jenis tanaman kopi tersebut menghendaki persyaratan tumbuh yang berbeda.Kopi arabika menghendaki ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi robusta agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi arabika pada lahan dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun, sedangkan penanaman kopi robusta di daerah Lampung cocok ditanam pada ketinggian antara 300-600 m di atas permukaan laut.
Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut:1. Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya. 2. Mutu hasil seragam. 3. Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah. 4. Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal
Sambungan dan stek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan stek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman (Prastowo, 2010).
Penanaman, Untuk lahan dengan kemiringan tanah kurang dari 15%, tiap klon ditanam dengan lajur sama, berseling dengan klon lain. Pergantian klon mengikuti arah timurbarat.Apabila kemiringan tanah lebih dari 15% tiap klon diletakkan dalam satu teras, diatur dengan jarak tanam sesuai lebar teras.Hal ini untuk penyulaman, selain memudahkan penelusuran klon (Prastowo, 2010).
Pemupukan, Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan umur tanaman.Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dari batang pokok.
Pemangkasan, Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua.Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Secara morfologi buah kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu perlu diperoleh cabang yang banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja, (pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah.
Penaungan, ada yang membagi menjadi penaungan sementara dan penaungan tetap (Puslitkoka, 2006).Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim hujan agar tidak terlalu rimbun.Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah hendaknya diusahakan 1-2 meter di atas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan pemangkasan secukupnya.Ada juga yang mengatur pemangkasan sehingga percabangannya diatur agar dua kali tinggi pohon kopinya agar tetap terjaga peredaran udaranya (Yahmadi, 2007).Jika diperlukan bahkan dilakukan penjarangan, sehingga populasi pohon naungan menjadi sekitar 400-600 pohon/ha, terutama setelah kanopi pohon kopi sudah saling menutup. Selama musim hujan, pohon lamtoro sebagai pohon naungan dapat dipangkas agar matahari masuk dan merangsang pembentuk-an pembungaan kopi. Penjarangan dilakukan tidak harus dengan cara mendongkel pohon, tetapi bisa mempertahankan menjadi setinggi satu meter, sehingga apabila diperlukan pohon naungan masih dapat tumbuh lebih tinggi lagi.
Panen, Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah.Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe) (Prastowo, 2010).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru. Jl Kaharudin Nasution, Km 11, Kelurahan Simpang Tiga, Kec Bukit Raya, Kota Madya Pekanbaru Pratikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu bulan November-Desember 2016.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pratikum; Biji kopi robusta, cabang tanaman kopi, biji kakao, air, polybag, ZPT, plastik es. Sedangkan alat yang digunakan adalah; gunting stek, ember, alat tulis, kamera, buku, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Pratikum
Pemberihan Lahan Dan Pengisian Polybeg
Lahan yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan polybeg di bersihkan dari gulma yang berada disekitar lahan. Setelah lahan dibersihkan polybeg di isi dengan tanah hitam yang telah diolah secukupnya, setelah pengisian polybeg disusun di tempat yang telah ditentuan secara berurutan sesuai dengan layout yang telah dibuat.
Persiapan Benih
Setek sebelum ditanam dipotong dulu dengan menggunakan gunting potong dengan panjang 10 – 15 cm dalam air, tujuannya agar tetap menjaga kesegaran dari tanaman itu, kemudian diberikan hormon perangsang tumbuh (ZPT), kemudian dilakukan penanama pada media tanam yang telah disiapkan.
Biji kopi yang akan ditanam dibersihkan dari kulitnya lalu benih kopi siap untuk ditanam.
Biji kakao dapat diambil dari bagian ujung, tengah, atau pangkal buah. Selanjutnya, benih dibersihkan dari daging buah (pulp) dengan menggosok memakai serbuk gergaji atau abu dapur. Setelah kulit benih tampak jelas, benih bisa langsung ditanam.
Menyemai Benih
Stek yang telah dipotong dan diolesi oleh ZPT bisa langsung ditanam di dalam polybeg yang telah disiram dengan air terlebih dahulu agar menjaga kelembaban, setelah ditanam stek ditutupi dengan plastik putih agar mengurangi penguapan.
Benih kakao dan kopi disemaikan di dalam polybeg yang telah disediakan dengan menanam biji kakao dan kopi mengarak utara ke selatan, agar mendapat sinar matahari.
Pemeliharaan
Penyiraman
Kegiatan penyiraman bibit kakao, kopi dilakukan satu kali dalam sehari pada waktu pagi hari.Apabila kondisi kering, penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari pada waktu pagi dan sore hari.Apabila kondisi tanah di polibag masih lembab, penyiraman tidak dilakukan.
Penyiangan gulma
Kegiatan penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan pencabutan rumput yang tumbuh di media dan dilaukan 1 kali dalam seminggu.
Parameter Pengamatan
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman dapat di amati setelah biji kakao dan kopi tumbuh.
Panajang tunas stek
Panjang tunas stek dapat dilihat dari tanaman kopi yang tumbuh,tunas stek muncul setelah 2 minggu setelah tanam baru panjang tunas dapat diukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan Secara Generatif
Tinggi Tanaman kakao
No
Tangggal Pengamatan
Sampel (cm)
I
II
1
18 November 2016
4
3
2
25 November 2016
8,5
7,2
3
02 Desember 2016
14
12
4
09 Desember 2016
0
0
5
16 Desember 2016
0
0
Tabel 1, Tinggi Tanaman Kakao
Pembahasan:
Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa tanaman kakao yang ditanam secara generatif mengalami pertumbuhan yang sangat siknifikan yaitu pada tiap minggunya bertambah 0,7 cm.dari tabel ini dapat dilihat perbedaan akan tinggi tanaman hal ini terjadi karena daya kecambah benih dalam menyerap akan unsur hara.
Tinggi tanaman kopi
No
Tangggal Pengamatan
Sampel (cm)
I
II
1
18 November 2016
0
0
2
25 November 2016
0
0
3
02 Desember 2016
0
0
4
09 Desember 2016
0
0
5
16 Desember 2016
0
0
Tabel 2, Tinggi Tanaman Kopi
Pembahasan:
Dapat disimpulkan dari pratikum yang dilakukan bahwa didapat hasil tanam kopi yang diperbanyak secara generatif menunjukkan bahwa tanaman mati. Perbanyakan Secara Vegetatif
Panjang Tunas Stek
No
Tangggal Pengamatan
Sampel (cm)
I
II
III
IV
1
18 November 2016
0
0,1
0
0
2
25 November 2016
0,1
0,2
0
0
3
02 Desember 2016
0,3
0,3
0
0
4
09 Desember 2016
0,6
0,5
0
0
5
16 Desember 2016
0,6
0,4
0
0
Tabel 3, Panjang Tunas Stek
Pembahasan:
Dapat kita simpulkan panjang tunas stek ini kurang bagus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara.
kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kakao adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu.
Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Dengan penerapan teknik pembiakan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki struktur genetik yang sama dengan induknya.
Saran
Untuk Kedepannya agar diberikan lagi arahan untuk pemangkasan dan praktek lainnya , agar mudah memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012 a.Proses Pembuatan Kopi Luwak.http:// proses pembuatan kopi luwak.html.Akses Tanggal 20 desember 2016. Makassar
Chambers, Robert. 2002. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES.
Najiyati dan Danarti. 2001. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta: Sesi Pertanian.
Ernawati, dkk. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peertanian.
Prastowo, Bambang. (2010). Budidaya dan Pasca Panen Kopi.Perkebunan Litbang Deptan. 1:15-54. [Sumber online. Tersedia di http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/perkebunan_budidaya_kopi.pdf diakses 20 desember 2016
Sihombing, TP. 2011. Kopi Arabika (Coffea arabica). Institut Pertanian Bogor.25(12):1.
Harding, P. 2009. Coffee [Coffee Arabica L. (Arabica coffee); Coffea canephora Pierre ex Froehner (Robusta coffee); Coffea liberica Bull ex Hiern.(Liberica coffee); Coffea excelsa Chev.(Excelsa coffee)].PNG Coffee Research Institute. 7(1):1.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum
Kegiatan
Bulan / Tahun 2016/2017
November
Desember
1
2
3
4
1
2
3
4
Pengarahan dan pengisisan polibag
X
Praktikum perbanyakan tanaman kopi dan kakao secara vegetatif
X
Praktikum perbanyakan tanaman kakao secara generatif
X
Pengamatan
X
X
X
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum
Perbanyakan tanaman kakao secara generatif. Perbanyakan tanaman kopi secara generatif
Pengukuran pada terakhir praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan II.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang berhasil tumbuh.
Tanaman yang gagal tumbuh.