LAPORAN AKHIR FARMASI FISIKA KECEPAT KECEPATAN DISOLUSI INSTRINSIK INSTRINS IK
OLEH : KELOMPOK 8 GOLONGAN I
I GDE GDE PA PANDE NDE ANI ANIND NDHI HIT TA PUTR PUTRA A WICAK ICAKSA SANA NA
(150 (15085 8505 0503 030) 0)
NI KADEK SANTI LESTARI
(1508505031)
NI KOMANG CAHYANINGSIH
(1508505032)
KOMANG TRISKA MANCIKA PUTRI
(1508505033)
LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR URUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNI!ERSITAS UDAYANA 201"
PERCOBAAN I! KECEPAT KECEPATAN DISOLUSI INSTRINSIK
I#
LATAR BELAKANG
Obat merupakan suatu zat yang digunakan untuk mengobati, mengurangi rasa sakit, dan mencegah penyakit pada mahluk hidup, yaitu manusia dan hewan. Beberapa bentuk sediaan obat, diantaranya tablet, kapsul, pil, suspensi, emulsi, sirup, sirup, dan berbag berbagai ai jenis jenis larutan larutan sediaan sediaan farmasi. farmasi. Pada Pada umumn umumnya, ya, kompos komposisi isi sediaan farmasi meliputi zat aktif dan bahan pengisi. Jumlah atau persentase kadar zat aktif dalam sediaan farmasi yang terabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah untuk memberikan efek terapeutik dapat diuji dengan metode disolusi. Disolusi obat merupakan suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya artinya karena karena ketersediaan ketersediaan suatu obat sangat tergantun tergantung g dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media media pelarut sebelum diserap diserap ke dalam tubuh. tubuh. aktor!faktor yang perlu diperhatikan dalam uji disolusi, diantarnya ukuran dan bentuk bentuk yang yang akan akan mempen mempengar garuh uhii laju dan tingka tingkatt kelaru kelarutan tan,, sifat sifat media media pelarutan yang akan mempengaruhi uji kelarutan. "uatu bahan obat harus memiliki daya larut dalam air untuk memberikan efek terapeutik yang diinginkan. Proses absorpsi yang tidak sempurna ditunjukkan oleh senyawa!senyawa yang relati#e tidak dapat dilarutkan sehingga senyawa! senyawa senyawa tersebut tersebut menghasilk menghasilkan an efek terapeutik terapeutik yang kecil. Peningkata Peningkatan n daya daya kelarutan bahan!bahan obat dapat dilakukan dengan penambahan garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi. Proses disolusi sangat berperan penting dalam pembuatan sediaan farmasi sehingga dilakukan percobaan ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang disolusi obat.
II# II# RUMU RUMUSA SAN N MASA MASALA LAH H $$.% $$.% Baga Bagaim iman anaa car caraa men menen entu tuka kan n kec kecep epat atan an diso isolusi lusi para parase seta tam mol& $$.'Bagaimana cara menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu
zat&
$$.()pa saja faktor * faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat&
III#
TUUAN "ecara "ecara umum umum tujuan tujuan percob percobaan aan ini adalah adalah mempel mempelajar ajarii pengar pengaruh uh p+
medium disolusi terhadap kecepatan disolusi instrinsiknya sebagai preformulasi untuk bentuk sediaan. I!#
TINAUAN PUSTAKA I!#1 P$%$&'$*+ Paraset Parasetamo amoll -+/ 0O 0O'1 atau asetami asetaminof nofen en berupa berupa serbuk serbuk hablur hablur,,
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. 2engandung tidak kurang dari /,34 dan dan tida tidak k lebi lebih h dari dari %3%, %3%,34 34 -+/ 0O 0O'1, dihitu dihitung ng terhada terhadap p zat anhidr anhidrat. at. 5elarutannya larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida % 0 serta mudah larut dalam etanol. Berat molekul parasetamol adalah %6%,%7 gr8mol Depkes 9$, '3%:1. )bsorti#itas parasetamol pada λma; ':6 nm dalam larutan asam adalah sebesar 77 a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absorti#itasnya sebesar <%6 a pada λma; '6< nm 2offat et al ., ., '3361.
a1 b1 =ambar '. a1 9umus "truktur >eofilin >eofilin Depkes 9$, %//61 dan b1 "pektrum ?ltra#iolet >eofilin 2offat et al., '3361. I!#2
K','-$$. D/&*+&/ Disolus Disolusii adalah adalah suatu suatu proses proses pelepa pelepasan san obat obat dari dari bentuk bentuk sediaan sediaan
menjadi bentuk terlarut. @aju disolusi adalah jum@ah zat aktif dalam sediaan yang yang melaru melarutt dalam dalam waktu waktu terten tertentu. tu. >ujua >ujuan n utama utama dilaku dilakukan kan uji disolu disolusi si adalah merupakan kontrol kualitas untuk membuat dugaan karakter suatu obat di dalam saluran pencernaan, apakah obat tersebut mudah larut atau tidak setelah setelah lepas lepas dari dari bentuk bentuk sediaan sediaanny nyaa +utag +utagaol aol dan $rwan, $rwan, '3%31. '3%31. @aju @aju pelarutan obat di dalam saluran cerna dipengaruhi oleh kelarutan obat itu sendiri 9osmaladewi dan ilosane, '3361. aktor yang mempengaruhi laju
disolusi sediaan obat antara lain kelarutan, ukuran partikel, dan kristalisasi obat. Dalam sediaan tablet, faktor formulasi, pengisi, penghancur, pelincir dan efek kekuatan pengempaan berpengaruh terhadap laju disolus +utagaol dan $rwan, '3%31. Peningkatan laju disolusi obat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan bioa#aibilitas. "alah satu metode untuk meningkatkan laju disolusi obat adalah dengan pembentukan dispersi obat yang sukar larut dalam pembawa polimer 9osmaladewi dan ilosane, '3361. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing!masing monografi Depkes 9$, %//61. @aju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut telh diajukan dalam batasa!batasan kuantitif oleh 0oyes dan Ahitney pada tahun %/< dan telah dikerjakan dengan teliti oleh peneliti!peneliti. Persamaan tersebut dituliskan sebagai
Dimana dw8dt adalah laju peningkatan disolusi dari jum@ah material, -s adalah kelarutan saturasi dari obat dalam larutan pada lapisan difusi, adalah konsentrasi obat dalam larutan bulk , ) adalah luas permukaan partikel yang menyentuh larutan, C adalah ketebalan lapisan difusi, dan D adalah koefisien difusi dari zat terlarut dalam larutan. Persamaan ini memperediksikan a. Penurunan laju disolusi karena penurunan D ketika #iskositas medium meningkat. b. Peningkatan laju disolusi jika ukuran partikel dikurangi dengan mikronisasi dengan peningkatan ). c. Peningkatan laju disolusi dengan pengadukan karena C. d. Perubahan laju disolusi ketika -s diubah oleh perubahan p+ jika obat adalah elekrolit lemah. )ttwood dan )le;ander, '331 Dalam teori disolusi atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama proses disolusi berlangsung pada permukaan padatan terbentuk suatu
lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan ketebalan h, seperti tampak pada gambar berikut
=ambar %. >eori Disolusi 2artin et al .,%//(1. Bila konsentrasi zat terlarut di dalam larutan -1 jauh lebih kecil daripada kelarutan zat tersebut -s1 sehingga dapat diabaikan, maka harga -s!-1 dianggap sama dengan -s. Jadi, persamaan kecepatan disolusi dapat disederhanakan menjadi dM dt
D.S .Cs =
h
2artin et al .,%//(1 )lat disolusi dapat digambarkan sebagai berikut
=ambar '. )lat!alat ?ji Disolusi 2artin et al ., %//(1 I!#3
M'*' U/ D/&*+&/ 2etode uji disolusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu a. 2etode 5eranjang Basket1 2etode keranjang terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat
dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang di gerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk
silinder. Aadah tercelup sebagian didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada (<3- 3,63- selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Aadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setegah bola, tinggi %73 mm hingga %<6 mm, diameter dalam / mm hingga %37 mm dan kapasitas nominal %333 m@. Pada bagian atas wadah dapt digunakan suatu tutup yang pas untuk mencegah penguapan. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari ' mm pada tiap titik dari sumbu #ertikal wadah, berputar dengan halus dan
tanpa
goyangan
yang
berarti.
Batas
kecepatan
yang
memungkinkan untuk memilih kecepatan dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing!masing monografi dalam batas lebih kurang :4 Depkes 9$,%//61. b. 2etode Dayung 2etode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara #ertikal kesuatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. >ablet atau kapsul diletakan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. )lat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan suhu pada (< 3- 3,6 3-. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam armakope $ndonesia. 2etode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. "tandar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan Depkes 9$, %//61. 2enurut ?"P (', menyebutkan bahwa alat!alat untuk uji pelepasan obat terdiri dari 1. )lat uji pelepasan obat tipe keranjang basket1 2. )lat uji pelepasan obat tipe dayung paddle1 3. )lat uji pelepasan obat tipe reciprocating cylinder
4. . ". #. I!#
)lat uji pelepasan obat tipe flow through cell )lat uji pelepasan obat tipe paddle o!er disk )lat uji pelepasan obat tipe silinder )lat uji pelepasan obat tipe reciprocating holder
?"P, '33/1. F$4*%6$4*% 7$. M'-'.$%9/ K','-$$. D/&*+&/ aktor!faktor luas yang dapat mempengaruhi disolusi adalah getaran,
batang pengaduk dan alat, wadah, prosedur sampling, kontrol temperatur, dan #ariasi kecepatan. >erdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disolusi, diantaranya a. p+ @arutan )pabila dilakukan pelarutan dalam media berair, obat akan terlarut lebih cepat apabila berada dalam bentuk terionkan karena bentuk terion memiliki kelarutan yang besar di dalam air. -ontohnya cairan dalam lambung bersifat asma dengan p+ %!(,6E usus kecil memiliki p+ 6,6!<,6. Obat!obat yang bersifat asam lemah memiliki kelarutan yang rendah dan kecepatan disolusi yang rendah di dalam lambung serta kelarutan dan kecepatan disolusi yang tinggi di dalam usus kecil Pandit, '33<1. b. Polimorfisme Bila suatu obat memilki polimorfisme, salah satu pollimorfisme akan memiliki tingkat kestabilan yang lebih besar atau memiliki struktur latik kristal yang lebih kuat. "emua bentuk 5ristal lainnya memiliki struktur latik yang lebih lemah sehingga bersifat lebih tidak stabil. ?mumnya kristal yang tidak stabil atau kurang stabil memiliki kelarutan dan laju disolusi yang tinggi karena struktur latik kristalnya lebih mudah untuk dipatahkan Pandit, '33<1. c. "uhu "uhu
mempengaruhi
kelarutan
dari
suatu
obat
dan
juga
mempengaruhi #iskositas kinematis dari pelarut. "ehingga dalam uji disolusi, temperature harus dijaga agar tetap konstan Dressman dan 5ramer, '3361. d. 5oefisien Difusi
5oefisien
difusi
berhubungan
dengan
konstanta,
dimana
hubungannya
5 i H Dimana 5i adalah konstanta laju disolusi, D adalah koefisien difusi, dan Ch@ adalah tebal lapisan difusi. 5oefisien difusi ini memiliki hubungan dengan ukuran partikel zat terlarut yang diterangkan oleh persamaan
DH Dimana > adalah temperatur dalam kel#inE 5 B adalah konstanta Boltzman %,(% ; %3 !'( J85. Persamaan diatas menggambarkan pula bahwa koefisien difusi dipengaruhi oleh #iskositas 1. Dalam saluran cerna, koefisien difusi dapat menurun karena perubahan #iskositas cairan dalam saluran cerna Dressman dan 5ramer, '3361 e. >egangan Permukaan Disolusi sistem dispersi padat dengan obat hidrofobik dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan obat dalam pembawa. Dalam hal ini, penambahan surfaktan dapat meningkatkan laju disolusi obat yang sukar larut dalam air. "alah satu surfaktan yang biasa digunakan dalam sistem dispersi padat adalah natrium lauril sulfat )latas dkk, '3371.
f.
Fiskositas Bila #iskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka #iskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. luiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari #iskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur. >urunnya #iskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Ginstein. 2eningginya suhu juga menurunkan #iskositas dan
memperbesar kecepatan disolusi 2artin et al., %//31. g. Pengadukan
5ecepatan pengadukan akan memengaruhi tebal lapisan difusi h1. Jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang 2artin et al., %//(1. h. ?kuran Partikel Jika partikel zat berukuran kecil, maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat. Penurunan ukuran atau peningkatan luas permukaan efektif tidak selalu mengakibatkan lebih cepatnya disolusi. Jika partikel diserbukkan berlebih dan bila obat!obat bersifat hidrofobik, agregasi mungkin dapat terjadi sesudah itu, dan ini dapat mengakibatkan kesulitan!kesulitan dari pembasahan partikel dan disolusi. @aju disolusi telah ditingkatkan untuk obat!obat yang sukar larut dengan mengadsorbsi obat di atas suatu adsorben, seperti silikon dioksida yang meningkatkan suatu luas permukaan besar 2artin, %//31. "elain faktor!faktor tersebut diatas terdapat juga faktor!faktor yang memengaruhi laju disolusi obat secara in !itro antara lain adalah a. "ifat isika 5imia Obat "ifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. @uas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. @aju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solute. 5elarutan obat dalam air juga memengaruhi laju disolusi. Pada umumnya, obat berbentuk garam lebih mudah larut daripada obat berbentuk asam maupun basa bebas. b. aktor ormulasi Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat memengaruhi kinetika pelarutan obat dengan memengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antarmuka obat dengan medium disolusi. c. aktor )lat dan 5ondisi @ingkungan )danya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan
perbedaan
kecepatan
pelarutan
obat.
5ecepatan
pengadukan akan memengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan, maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat
menaikkan kecepatan pelarutan. "elain itu, temperatur, #iskositas, dan komposisi dari
medium,
serta pengambilan
sampel juga
dapat
memengaruhi kecepatan pelarutan obat 2artin et al., %//(1. #5 S-'4%*6**'%/ U!!/&/+'
"pektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Prinsip spektrofotometri ?F!Fis yaitu berdasarkan pengukuran serapan cahaya radiasi elektromagnetik1 oleh suatu senyawa analit1 di daerah ultra#iolet dan sinar tampak =andjar dan 9ohman, '33<1. +ukum @ambert!Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. 9umus dari +ukum @ambert!Beer adalah sebagai berikut
5eterangan
A H ! log > H ! log $t 8 $o H I . b . -
) H )bsorbansi sampel yang diukur b H >ebal ku#et yang digunakan I H 5oefisien ekstingsi c H 5onsentrasi sampel =andjar dan 9ohman, '33<1. Dalam +ukum @ambert!Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu, sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu #olume yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak bergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut, tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi dan indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan =andjar dan 9ohman, '33<1. )da beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal yaitu, pada panjang gelombang maksimal kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal perubahan absorbansi untuk setiap satuan, konsentrasi adalah yang paling besar, di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kur#a absorbansi datar dan pada kondisi tersebut +ukum @ambert!
Beer akan terpenuhi dan jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika digunakan panjang gelombang maksimal =andjar dan 9ohman, '33<1.
!# PROSEDUR PENELITIAN A# ALAT DAN BAHAN %. )lat!alat yang digunakan a. >imbangan analitik b. )lat!alat gelas c. Stopwatch d. )lat uji disolusi apparatus ' e. "pektrofotometer ?F '. Bahan!bahan yang digunakan a. Pelet8tablet obat b. @ilin kuning murni c. 2edium disolusi
B# PROSEDUR KERA %. Perhitungan %. Pembuatan Buffer osfat Diketahui 5omposisi Buffer Phosphate p+ 6, terdiri dari 63 m@ 5alium
phosphate monobasa 3,' 2 ditambahkan dengan (,7 m@ 0atrium +idroksida 3,' 2. 5emudian diencerkan dengan air hingga '33 m@. Folume yang dibuat H %,6 @ Ditanya a. Bobot 5alium phosphate ... & b. Bobot 0atrium +idroksida ... & Jawab 5+'PO: 3,' 2 H 63 m@ yang diencerkan hingga '33 m@, maka ; 63 m@ H (<6 m@ 0aO+ 3,' 2
H (,7 m@ yang diencerkan hingga '33 m@, maka
; (,7 m@ H '< m@ Diketahui 2 0aO+ H 3,' 2 2 5+'PO: H 3,' 2 Ditanya massa 0ao+ dan massa 5+'PO: & Jawab
a.
2 0aO+
H
3,' 2
H
massa
H
; ;
H 3,'%7 gram b. 2 5+'PO: H
;
3,' 2 H
;
massa
H
massa
H %3,' gram.
'. Pembuatan @arutan "tok Parasetamol % mg8m@ Diketahui
F yang dibuat
Ditanya 2assa parasetamol Jawab
H %3 m@ H .&
H
;
H %3 mg
Jadi, massa parasetamol yang ditimbang sebanyak %3 mg.
(. Pembutan @arutan Baku Parasetamol %33 Kg8m@ Diketahui 5onsentrasi larutan stok parasetamol -stok 1
H % mg8m@ H %333 Kg8m@
5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 Folume larutan baku parasetamol F baku1
H %33 Kg8m@
H %3 m@
Ditanya Folume larutan stok parasetamol yang dipipet & Jawab -stok . Fstok
H
- baku . F baku
%333 Kg8m@ . Fstok H %33 Kg8m@ . %3 m@ Fstok H
% m@
Jadi, #olume larutan stok parasetamol yang dipipet sebanyak %3 m@.
:. Pembuatan @arutan "eri Parasetamol % Kg8m@ a. Diketahui 5onsentrasi larutan seri parasetamol -seri1 H % Kg8m@ 5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 H %33 Kg8m@ Folume larutan seri parasetamol Fseri1 H %3 m@ Ditanya Folume larutan baku parasetamol yang dipipet ..& Jawab - baku .F baku H -seri. Fseri %33 Kg8m@. F baku H % Kg8m@. %3 m@ F baku H 3,% m@ Jadi, #olume larutan baku arasetamol yang dipipet sebanyak 3,% m@. b. @arutan "eri Parasetamol ' Kg8m@ Diketahui 5onsentrasi larutan seri parasetamol -seri1 H ' Kg8m@ 5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 H %33 Kg8m@ Folume larutan seri parasetamol Fseri1 H %3 m@ Ditanya Folume larutan baku parasetamol yang dipipet ..& Jawab - baku .F baku H -seri. Fseri %33 Kg8m@. F baku H ' Kg8m@. %3 m@ F baku H 3,' m@ Jadi, #olume larutan baku parasetamol yang dipipet sebanyak 3,' m@.
c. @arutan "eri Parasetamol ( Kg8m@ Diketahui 5onsentrasi larutan seri parasetamol -seri1 H ( Kg8m@ 5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 H %33 Kg8m@ Folume larutan seri parasetamol Fseri1 H %3 m@ Ditanya Folume larutan baku parasetamol yang dipipet& Jawab - baku .F baku H -seri. Fseri %33 Kg8m@. F baku H ( Kg8m@. %3 m@ F baku H 3,( m@
Jadi, #olume larutan baku parasetamol yang dipipet sebanyak 3,( m@.
d. @arutan "eri Parasetamol : Kg8m@ Diketahui 5onsentrasi larutan seri parasetamol -seri1 H : Kg8m@ 5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 H %33 Kg8m@ Folume larutan seri parasetamol Fseri1 H %3 m@ Ditanya Folume larutan baku parasetamol yang dipipet ..& Jawab - baku .F baku H -seri. Fseri %33 Kg8m@. F baku H : Kg8m@. %3 m@ F baku H 3,: m@ Jadi, #olume larutan baku parasetamol yang dipipet sebanyak 3,: m@.
e. @arutan "eri Parasetamol 6 Kg8m@ Diketahui 5onsentrasi larutan seri parasetamol -seri1 H 6 Kg8m@ 5onsentrasi larutan baku parasetamol - baku1 H %33 Kg8m@ Folume larutan seri parasetamol Fseri1 H %3 m@ Ditanya Folume larutan baku parasetamol yang dipipet ..& Jawab - baku .F baku H -seri. Fseri %33 Kg8m@. F baku H 6 Kg8m@. %3 m@ F baku H 3,6 m@ Jadi, #olume larutan baku parasetamol yang dipipet sebanyak 3,6 m@.
'. "kema 5erja a. Pembutan @arutan "tok Parasetamol % mg8m@ dalam Buffer osfat Ditimbang %3 mg serbuk parasetamol dengan neraca analitik.
Dimasukkan ke dalam gelas beaker
Dilarutkan dengan buffer fosfat kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur %3 m@.
Ditambahkan dengan buffer fosfat hingga tanda batas %3 m@ lalu digojog hingga homogen.
Dipipet % m@ larutan stok Parasetamol dengan konsentrasi % mg8m@.
Dimasukkan kedalam botol #ial dan diberi label larutan stok parasetamol % mg8m@.
b. Pembutan @arutan Baku Parasetamol %33 Kg8m@ dalam aLuadest
Dimasukkan ke dalam labu ukur %3 m@. Ditambahkan dengan buffer fosfat hingga tanda batas %3 m@ dan digojog hingga homogen. Dimasukkan kedalam botol #ial dan diberikan label @arutan Baku parasetamol %33 Kg8m@. c. Pembutan @arutan "eri Parasetamol % Kg8m@, ' Kg8m@, ( Kg8m@, : Kg8m@, 6 Kg8m@ Dipipet 3,% m@, 3,' m@, 3,( m@, 3,: m@, dan 3,6 larutan baku parasetamol dengan konsentrasi %33 Kg8m@. Dimasukkan masing!masing ke dalam labu ukur %3 m@. Ditambahkan buffer fosfat hingga tanda batas %3 m@. Dimasukkan masing!masing larutan ke dalam botol #ial dan diberikan label larutan seri parasetamol % Kg8m@, ' Kg8m@, ( Kg8m@, : Kg8m@, 6 Kg8m@. d. Pengukuran "erapan @arutan "eri Parasetamol Dinyalakan alat spektrofotometri Diatur alat spektrofotometer pada rentang panjang gelombang '33!(33 nm. Dikalibrasi alat spektrofotometer dengan larutan blanko buffer fosfat1 hingga menghasilkan 3,333 ) Dikeluarkan larutan blanko tersebut kemudian diukur larutan seri parasetamol ( Kg8m@ pada rentang panjang gelombang '33!(33 nm
Ditentukan panjang gelombang maksimumnya kemudian diukur absorbansi keempat larutan seri lainnya pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya Dibuat kur#a kalibrasi dan ditentukan persamaan regresi linear. e. 5ecepatan Disolusi $ntrinsik Pelet bentuk tablet bahan obat dituangi lilin cair pada satu sisinya, sehingga hanya satu permukaan pelet yang terbuka yang langsung bersinggungan dengan medium disolusi.
>abung percobaan diisi dengan medium disolusi, suhunya diatur dengan thermostat pada (
Pelet diletakkan pada dasar tabung dengan sisi yang terbuka mengarah ke atas.
2otor pemutar segera dinyalakan dengan kecepatan %33 putaran per menit. Jarak antara permukaan pelet dengan batang pengaduk ' cm. "ampel hasil disolusi diambil tiap selang waktu tertentu menit ke 6, %3, '3, (3, :6, 731. Ditentukan kadar sampel yang diperoleh secara spektrofotometrik.
f.
G#aluasi Data Dibuat grafik hubungan jumlah obat yang terdisolusi sebagai fungsi waktu setelah dikoreksi karena adanya pengurangan kadar larutan oleh sampel yang diambil Dihitung kecepatan disolusi intrinsik dan diekspresikan dalam DG 73 atau tetapan 5 wagner
Dihitung kecepatan disolusi intrinsik masing!masing sampel tiap waktu pengambilan sampel Disusun dalam suatu tabel berdasarkan data kecepatan pelarutan
C# ANALISIS DATA
%. +asil >abel 6.% >abel )bsorbansi Parasetamol pada Panjang =elomang '33nm*(33 nm. Panjang
)bsorbansi
=elombang '33 '3( '37 '3/ '%' '%6 '% ''% '': ''< '(3 '(( '(7 '(/ ':' ':6 ': '6% '6: '6< '73 '7( '77 '7/ '<'
Parasetamol 3.%(' 3.%( 3.%/: 3.'7 3.(:6 3.(<< 3.(/6 3.:3/ 3.:(6 3.::< 3.:6 3.:6: 3.::( 3.:3% 3.(77 3.((: 3.(%( 3.'/( 3.'7: 3.''7 3.%/( 3.%76 3.%:< 3.%( 3.%((
'<6 '< '% ': '< '/3 '/( '/7 '//
3.%(% 3.%(% 3.%(( 3.%(7 3.%( 3.%( 3.%(7 3.%(' 3.%'7
Dari tabel di atas diperoleh panjang gelombang maksimum parasetamol pada panjang gelombang ':' nm. Panjang gelomang maksimal ini yang akan digunakan untuk mengukur serapan dari larutan seri dan larutan sampel.
6.%.' Data )bsorbansi @arutan "eri >abel 6.' Data )bsorbansi @arutan "eri Berbagai 5onsentrasi Konsentrasi
Absorban
(µg/mL)
si
1
0.222
2
0.331
3
0.355
4
0.423
5
0.796
6.(.( Data )bsorbansi @arutan "ampel actor pengenceran 63;1 >abel 6.( Data )bsorbansi @arutan "ampel L$%$. S$-'+ menit ke!6
A&*%$.&/ 3.(:(
F$4*% P'.'.,'%$.
63;
menit ke!%3 menit ke!'3 menit ke (3 menit ke :6 menit ke!73
3.:6' 3.6 3.7( 3.<( 3.<6
63; 63; 63; 63; 63;
5#2 P'%9/.$. $. A.$+/&/& D$$ 6.'.% Penentuan Persamaan 9egresi @inear @arutan "eri Parasetamol
=ambar 6.% 5ur#a 5alibrasi @arutan "eri Diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut y H b; M a y H 3.3%/ ; M 3.'/( 9N H 3./' 6.'.'
Penentuan jumlah parasetamol yang terlarut dalam medium Buffer fosfat Diketahui Folume medium disolusi H /33 m@ aktor pengenceran H 63 ; )bsorbansi y1 "ampel a. 2enit ke!6 H 3,(:( b. 2enit ke!%3 H 3,:'6 c. 2enit ke!'3 H 3,6 d. 2enit ke!(3 H 3,7( e. 2enit ke!:6 H 3,<(3 f. 2enit ke!73 H 3,<63 Ditanya 5adar parasetamol dalam medium Buffer fosfat H &
Jawab a. 2enit ke!6 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,(:( H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,(:( * 3,'/( H 3,3%/ ; ; H ',7(% Kg8m@ H ',7(% ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H ',7(% ; %3 !( mg8m@ . /33 m@ . 63 H %%,: mg b. 2enit ke!%3 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,:'6 H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,:'6 * 3,'/( H 3,3%/ ; ; H 7,/6( Kg8m@ H 7,/6( ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H 7,/6( ; %3 !( mg8m@ . /33 m@ . 63 H (%',/ mg c. 2enit ke!'3 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,6 H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,6 * 3,'/( H 3,3%/ ; ; H %6,6'7 Kg8m@ H %6,6'7 ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H %6,6'7 ; %3 !( mg8m@ . /33 m@ . 63 H 7/,7< mg d. 2enit ke!(3 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,7( H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,7(* 3,'/( H 3,3%/ ; ; H %,%6< Kg8m@ H %,%6< ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H %,%6< ; %3 !( mg8m@ . /33 m@ . 63 H %<,376 mg e. 2enit ke! :6 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,<(3 H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,<(3 * 3,'/( H 3,3%/ ; ; H '( Kg8m@ H '( ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H '( ; %3!( mg8m@ . /33 m@ . 63 H %3(6 mg
f.
6.'.(
2enit ke!73 y H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,<63 H 3,3%/ ; M 3,'/( 3,<63 * 3,'/( H 3,3%/ ; ; H ':,36 Kg8m@ H ':,36 ; %3 !( mg8m@ Jumlah zat yang terlarut H ; . Folume medium disolusi . aktor pengenceran H ':,36 ; %3 !( mg8m@ . /33 m@ . 63 H %33 mg
Penentuan 5adar >erkoreksi Parasetamol Diketahui Folume sampel yang diambil H 6 m@ Folume awal medium H /33 m@ 5adar -t1 sampel a. 2enit ke!6 H %%,: mg b. 2enit ke!%3 H (%',/ mg c. 2enit ke!'3 H 7/,7< mg d. 2enit ke!(3 H %<,376 mg e. 2enit ke!:6 H %3(6 mg f. 2enit ke!73 H %33 mg Ditanya 5adar terkoreksi tiap sampel H & Penyelesaian
-terkoreksi H kadar -t1 M
1 ; kadar -t sebelumnya1
a. 2enit ke!6 H %%,: mg M
1 ; 3
H %%,: mg b. 2enit ke!%3 H (%',/ mg M
1 ; %%,: mg
H (%',/ mg M 3,76 mg H (%(,67 mg c. 2enit ke!'3 H 7/,7< mg M
1 ; (%(,67 mg
H 7/,7< mg M %,<:' mg H <33,: mg d. 2enit ke!(3
H %<,376 mg M
1 ; <33,: mg
H %<,376 mg M (,/% mg H '% mg e. 2enit ke!:6 H %3(6 mg M
f.
1 ; '% mg
H %3(6 mg M :,67% mg H %3:3 mg 2enit ke!73 H %33 mg M
1 ; %3:3 mg
H %33 mg M 6, mg H %37 mg 6.'.:
Penentuan Persentase 41 Obat >erlarut 9umus
41 Obat >erlarut H ; %334 Diketahui 5onsentrasi hasil pengujian pada selang waktu a. 2enit ke!6 %%,: mg b. 2enit ke!%3 (%(,67 mg c. 2enit ke!'3 <33,: mg d. 2enit ke!(3 '% mg e. 2enit ke!:6 %3:3 mg f. 2enit ke!73 %37 mg Penyelesaian a. 2enit ke!6 41 Obat >erlarut
H
; %334
H '(,< 4 b. 2enit ke!%3 41 Obat >erlarut
H
; %334
H 7',< 4 c. 2enit ke!'3 41 Obat >erlarut
H H %:3 4
; %334
d. 2enit ke!(3 41 Obat >erlarut
H
; %334
H %7: 4 e. 2enit ke!:6 41 Obat >erlarut
H
; %334
H '3 4 f.
2enit ke!73
41 Obat >erlarut
H
; %334
H '%< 4 6.'.6
Penentuan 5ecepatan Disolusi $ntrinsik Diketahui Folume pengambilan H 6 m@ Diameter tablet8pelet H %,( cm Jari!jari pelet H %,( cm8' H 3,76 cm #disolusi intrinsik H Ditanya 5ecepatan disolusi intrinsik H & Penyelesaian @uas pelet H Qr ' H (,%: ; 3,76 cm1 ' H (,%: ; 3,:''6 cm ' H %,(' cm ' a. 2enit ke!6 5ecepatan disolusi intrinsik
H H % mg8menit
b. 2enit ke!%3 5ecepatan disolusi intrinsik
H H '(,<6 mg8menit
c. 2enit ke!'3 5ecepatan disolusi intrinsik
H H '7,6 mg8menit
d. 2enit ke!(3
5ecepatan disolusi intrinsik
H H '3,< mg8menit
e. 2enit ke!:6 5ecepatan disolusi intrinsik
H H %<,6 mg8menit
f.
2enit ke!73 5ecepatan disolusi intrinsik
H H %(,< mg8menit
6.'.7
Penentuan Gfisiensi Disolusi Parasetamol dalam 2edium Buffer osfat 9umus Gfisisiensi Disolusi
H
; %334
)?- H
tn!tn!%1
y t
H 4 obat terlarut H waktu terdisolusi
Penyelesaian a.
H
H
t'!t%1
%3!61
H '%7 b.
H
H
t(!t'1
'3!%3
H %3%(,6 c.
H
H H %6'3
t:!t(1
(3!'31
H
d.
t6!t:1
H
:6!(31
H '3 H
e.
t7!t61
H
f.
73!:61
H (%<,6 0ilai )?-73 H '%7 M %3%(,6 M %6'3 M '3 M (%<,6 H <'7.6
g. 0ilai )?-%334
H waktu uji disolusi ; 4 rata!rata obat terlarut H 73 menit ; %(6,/ 4 H %6:
h. Gfisiensi Disolusi H H
; %334 ; %334
H %3< 4 6.'.<
Prediksi 41 Parasetamol yang >erion Diketahui p5a Parasetamol H /,6 p+ medium disolusi H 6,76 Ditanya raksi >erion Parasetamol H & Penyelesaian p+
H p5a M log
6,76
H /,6 M log
!(,6
H log
%,:% ; %3 !:
H
Jadi, raksi tak terion raksi terion H %,:% %3333
Persentase tak terion H H
Persentase terion
!I#
; %334 ; %334
H 3,3%:4 H %334 ! Persentase tak terion H %334 ! 3,3%:4 H //,/74
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan penentuan kecepatan disolusi dari tablet parasetamol, Penentuan kecepatan disolusi dilakukan dengan menggunakan apparatus $1, yaitu padlle. >ujuan utama dilakukan uji disolusi adalah sebagai %uality control untuk membuat dugaan suatu obat di dalam saluran pencernaan, apakah obat tersebut mudah larut atau tidak, setelah lepas dari bentuk sediaannya. @aju pelarutan obat di dalam saluran cerna dipengaruhi oleh kelarutan obat itu sendiri. aktor yang mempengaruhi laju disolusi sediaan obat antara lain kelarutan, ukuran partikel, dan kristalisasi obat. Dalam sediaan tablet, faktor formulasi, pengisi, penghancur, pelincir dan efek kekuatan pengempaan berpengaruh terhadap laju disolusi +utagaol dan $rwan, '3%31. Pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh p+ medium disolusi terhadap kecepatan disolusi intrinsiknya dan untuk mengetahui berapa lama obat dapat hancur dalam tubuh dan melepaskan bahan obat dan langsung memberikan efek. Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media "yamsuni, '33<1. ?ji disolusi merupakan suatu prosedur pengendalian mutu tetap dalam praktik -ara Pembuatan Obat yang Baik -POB1. 1. Disolusi dari suatu zat dapat digambarkan oleh persamaan 0oyes! Ahitney
Dimana dc8dt adalah laju disolusi, 5 adalah konstanta laju disolusi, " luas permukaan zat padat yang melarut, -s konsentrasi obat dalam lapisan difusi dan adalah konsentrasi obat dalam medium disolusi pada waktu t )nsel, %//1.
)lat uji disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari sediaannya. Pada dasarnya alat ini berfungsi mengekstraksi zat aktif dari sediaannya dalam satuan waktu di bawah antar permukaan cairan solid, suhu, dan komposisi media yang dibakukan "iregar, '3%31. 2enurut >he ?nited "tates of Pharmacopeia Fol.%, ketentuan dalam uji disolusi tablet parasetamol adalah menggunakan apparatus ' metode paddle& dalam medium disolusi buffer fosfat p+ 6,. Buffer fosfat yang digunakan adalah sebanyak /33 m@ dengan suhu (itik didihnya dalam air berkisar antara %7S ! %<'S -. Parasetamol sedikit larut dalam air dingin, sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, serta tidak larut dalam petrolium eter, pentane dan benzene Depkes 9$, %//61. Parasetamol memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang ':6 pada suasana asam1 dan '6< pada suasana basa1. p5a dari Parasetamol adalah /,6 2offat et al ., '3361. Pada uji disolusi, temperatur dan kecepatan putar pengaduk dipertahankan selalu pada kondisi konstan yaitu suhu (
meningkatkan gradien konsentrasi -s1 juga meningkatkan energi kinetika molekul obat yang besar "elain itu intensitas pengadukan harus dijaga supaya tetap, karena perubahan kecepatan pengadukan akan berpengaruh pada nilai h yaitu tebalnya lapisan difusi atau stagnant layer juga akan mempengaruhi penyebaran partikel. Pengadukan yang semakin cepat akan mempertipis stagnant layers yang terbentuk serta akan memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut sehingga berdampak pada peningkatan kecepatan palarutan obat "ulistyaningrum dkk, '3%'1. 2etode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. 5esejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. "tandar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan "hargel et al ., '3%'1. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan kur#a baku parasetamol. 5ur#a baku dibuat dengan mengukur absorbansi larutan parasetamol yang sudah dibuat dengan konsentrasi %, ', (, : dan 6 Kg8m@ pada panjang gelombang maksimum ':' nm. Pengukuran absorbansi dari parasetamol dengan spektrofotometer ?F! Fis dilakukan pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimum, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Di sekitar panjang gelombang maksimum juga, bentuk kur#a absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum @ambert Beer terpenuhi. "elain itu, jika dilakukan pengukuran ulang yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika digunakan panjang gelombang maksimul. Dibuat dengan konsentrasi %, ', (, : dan 6 Kg8m@ bertujuan untuk membuat kur#a kalibrasi agar meminimalkan kesalahan pengukuran karena didalam tablet paracetamol terdiri dari bahan tambahan lain sehingga kemugkinan akan mengganggu pembacaan konsentrasi zat aktif parasetamol. Berdasarkan data yang diperoleh, pada konsentrasi % Kg8m@ absorbansinya sebesar 3.''', konsentrasi ' Kg8m@ absorbansinya sebesar 3.((%, konsentrasi ( Kg8m@ absorbansinya sebesar 3.(66, konsentrasi absorbansinya : Kg8m@ sebesar 3.:'(, dan konsentrasi absorbansinya 6 Kg8m@ sebesar 3.7. "ehingga diperoleh persamaan garis lurusnya adalah y H
3.3%/ ; M 3.'/( dan rN H 3./' . +al ini merupakan hubungan konsentrasi parasetamol dengan absorbansi. 0amun pada praktikum kali ini kecepatan pengadukan yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dikarenakan alat uji disolusi yang digunakan tidak bekerja dengan maksimal. 5ecepatan pengadukan yang digunakan adalah 63 rpm. @arutan buffer fosfat yang telah dibuat sebelumnya diukur dengan p+ meter untuk mengetaui p+ larutan. >ingkat keasaman larutan buffer yang dibuat adalah 6,6. 0ilai ini mendekati dengan nilai ketentuan yaitu p+ 6,. 5emudian buffer fosfat tersebut dimasukkan ke dalam labu disolusi pada alat disolusi yang telah dipersiapkan sebelumnya. >ablet parasetamol 633 mg dimasukkan dalam larutan buffer fosfat, kemudian diatur besar kecepatan pengadukan, yaitu 63 rpm. Dilakukan pengujian kecepatan disolusi selama 73 menit. dilakukan pengambilan larutan analit sebanyak 6 m@ dengan spuit tiap inter#al waktu 6, %3, '3, (3, :6, dan 73 menit. "etiap pengambilan larutan analit sebanyak 6 m@, dilakukan juga penambahan buffer fosfat 6 ml pada labu disolusi. +al ini bertujuan untuk menjaga agar #olume media disolusi tetap konstan sehingga kecepatan disolusi yang dihasilkan hanya dipengaruhi oleh waktu pengadukan dan tidak dipengaruhi oleh #olume pelarut yang digunakan. +al ini didasarkan pada homeostasis tubuh manusia yang mana akan bereaksi jika tubuh kehilangan cairan. Pengambilan sampling dilakukan untuk mengetahui berapa kadar parasetamol yang terdisolusi dalam tiap* tiap selang waktu yang ditentukan. Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi adalah Dissolution (ffisiency. Dissolution efficiency DG1 Dissolution efficiency adalah luas dibawah kur#a disolusi dibagi luas persegi empat yang menunjukkan %334 zat terlarut pada waktu tertentu. Penggunaan metode ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain dapat menggambarkan semua titik pada kur#a kecepatan pelepasan kecepatan disolusi obat. )dapun hasil yang diperoleh pada pengukuran absorbansi larutan sampel dari menit ke!6 sampai ke!73 dengan 63; pengenceran. L$%$. S$-'+
K*.&'.%$&/ &$-'+ A&*%$.&/
F$4*% P'.'.,'%$.
menit ke!6 menit ke!%3 menit ke!'3 menit ke (3 menit ke :6 menit ke!73
3.(:( %%,: mg 3.:6' (%(,67 mg 3.6 <33,: mg 3.7( '% mg 3.<( %3:3 mg 3.<6 %37 mg >abel )bsorbansi @arutan "ampel
63; 63; 63; 63; 63; 63;
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai absorbansi yang didapatkan sesuai dengan hukum )a*bert +eer , yaitu berada di rentang absorbansi 3,'!3, yang terdeteksi menggunakan spektrotrofotometri ?F. Dari data yang didapat dapat disimpulkan bahwa konsentrasi parasetamol dalam buffer fosfat terbesar terletak pada menit ke!73 yaitu %37 mg
!II#
KESIMPULAN
Derajat keasaman p+1 medium disolusi mempengaruhi kecepatan disolusi intrinsik suatu bahan obat. ?ntuk obat yang bersifat asam lemah, jika +M1 kecil atau p+ besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat. ?ntuk obat yang bersifat basa lemah, jika +M1 besar atau p+ kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat. Dari data yang didapat dapat disimpulkan bahwa konsentrasi parasetamol dalam buffer fosfat terbesar terletak pada menit ke!73 yaitu %37 mg. 5ecepatan disolusi intrinsic parasetamol pada medium buffer fosfat dengan p+ 6,6 dalam waktu 6, %3, '3, (3, :6, dan 73 menit masing masing % mg8menit, '(,<6 mg8menit, '7,6 mg8menit, '3,< mg8menit, %<,6 mg8menit, %(,< mg8menit dengan efisiensi disolusi sebesar %3< 4 dan fraksi parasetamol yang terionkan sebesar //,/4
DAFTAR PUSTAKA
nsel, +.-. 1-. /engantar +entuk Sediaan 0ar*asi . Gdisi 5eempat. Jakarta ?$ Press )latas, ., ". 0urono, dan ". )syarie. . '337. Pengaruh 5onsentrasi PG= :333 >erhadap @aju Disolusi 5etoprofen dalam "istem Dispersi Padat 5etoprofen!PG= :333. Maalah 0ar*asi $ndonesia. Fol. %. +al. 6. . )le;ander, '33. /sysical /har*acy. @ondon Pharmaceutical Press. Depkes 9$. %//6. 0ar*akope $ndonesia. Gdisi $F. Jakarta Departemen 5esehatan 9epublik $ndonesia. Depkes 9$. '3%:. 0ar*akope $ndonesia. Gdisi F. Jakarta Departemen 5esehatan 9epublik $ndonesia Dressman, J. dan J. 5ramer. '336. /har*aceutical Dissolution esting . @ondon >aylor and rancis =roup. =andjar, $. =. dan ). 9ohman. '33<. i*ia 0ar*asi nalisis. Togyakarta Pustaka Pelajar. +utagaol, @. dan T. $rwan. '3%3. Disolusi 5apsul >eofilin Dalam 2odel 9acikan 9esep Dokter. urnal 0ar*asi $ndonesia. Fol. 6. 0o. %. +al. ((!:3. 2alamy, J. dan . 5. Daniel. %//'. "alicylic )cid and Plant Disease 9esistance. he /lant ournal . Fol. '. 0o. 6. Page. 7:(!76:. 2artin, )., J. "warbrick, dan ). -ammarata. %//3. 0ar*asi 0isik . Jilid % Gdisi 5etiga. Jakarta Penerbit ?ni#ersitas $ndonesia.
2artin, )., J. "warbrick, and ). -ammarata. %//(. 0ar*asi 0isik. Jilid ' Gdisi 5etiga. Jakarta Penerbit ?ni#ersitas $ndonesia. 2offat, ). -., 2. D. Osselton, B. Aiddop, and @. T. =alichet. '336. Clarke5s nalysis of Drugs and /oisons 3rd edition. @ondon Pharmaceutical Press. Pandit, 0. 5. '33<. $ntroduction to he /har*aceutical Science. ?") @ippincort Ailliams and Aalkin. 9osmaladewi, ". dan . +. ilosane. '336. Pengaruh Poli#inil Pirolidon >erhadap @aju Disolusi urosemid Dalam "istem Dispersi Padat. Maalah $l*u efar*asian. Fol. '. 0o. %. +al. (3!:'. "hargel, @. et al . , '3%'. +iofar*asetika dan 0ar*akokinetika erapan. Gdisi 5elima. "urabaya )irlangga ?ni#ersity Press. "iregar, -. J. P. '3%3. eknologi 0ar*asi Sediaan abletDasar6Dasar /raktis . Jakarta Penerbit Buku 5edokteran G=-. "ulistyaningrum, $. +. 2. Djatmiko, dan "ugiyono.'3%'. 7i Sifat 0isik dan Disolusi ablet $sosorbid Dinitrat Mg Sediaan 8enerik dan Sediaan dengan 'a*a Dagang yang +eredar di /asaran. 2ajalah armasi dan armakologi.Fol. %7, 0o. % hlm. '% * (3. "yamsuni, ). +. '33<. $l*u 9esep. Jakarta Penerbit Buku 5edokteran G=-. ?"P -on#ention ?nited "tates Pharmacopeial -on#ention. '33/. 7nited States /har*acopeia and the 'ational 0or*ulary : 7S/ 32 6 '0 2#& . 9ock#ille 2D1 >he ?nited "tates Pharmacopeial -on#ention.
LAMPIRAN
"erbuk parasetamol sebanyak %3,' gram.
@arutan baku parasetamol dan larutan seri parasetamol dengan berbagai konsentrasi.
"ampel hasil disolusi dengan selang waktu yang berbeda! beda.
)lat uji disolusi apparauts '.