LAPORAN KASUS ABSES PERIANAL DENGAN DIABETES MELITUS
Disusun Oleh : dr. Nur Agami
Pemiming : Dr. Es!her Me"linaSi#ahu!ar NIP. $%&'('$)*($$($*((%
PEMERINTA+ KABUPATEN KABUPATEN LEBONG DINAS KESE+ATAN KESE+ATAN TA+UN TA+UN *($' *( $' BAB I PENDA+ULUAN Laporan Kasus
1
$.$
La!ar Bela,ang
Abses Abses Perian Perianal al merupa merupakan kan akumul akumulasi asi nanah nanah di sekitar sekitar anus anus dan rektum rektum.. Tingkat keparahan dan kedalaman suatu abses beragam, dan rongga abses sering dikait dikaitkan kan dengan dengan pemben pembentuk tukan an fistula fistula.. Kebany Kebanyaka akan n abses abses dan fistula fistula anorek anorektal tal merupa merupakan kan manife manifestas stasii akut akut dan kronik kronik dari dari kondis kondisii patolo patologis gis yang yang sama, sama, suatu suatu infeksi infeksi yang berasal dari kelenjar kanalis anus. Diagnosis Diagnosis maupun maupun penatalaksan penatalaksanaan aan dari dari abse absess anor anorek ekta tall tida tidak k hany hanyaa memer emerlu luka kan n peng penger erti tian an dari dari etio etiolo logi gi dan dan patofisiologi tetapi dari anatomi regional dan rute penyebaran infeksi. Tindakan Tindakan bedah yang dilakukan atas diagnosis yang tidak tepat dan kesalapahaman tentang hubung hubungan an dari dari proses proses infeksi infeksi dan mekanis mekanisme me sfingte sfingterr ani dapat dapat mengak mengakiba ibatka tkan n pemberantasan infeksi yang tidak sempurna dan/atau gangguan permanen fungsi anorektal. Puncak Puncak insidensi dari abses anorektal anorektal adalah pada dekade tiga dan keempat. Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan rasio !" sampai dengan #!". $ekitar #%& dari pasien dengan abses anorektal mempunyai riwayat abses serupa yang sembuh dengan spontan atau memerlukan inter'ensi bedah. (nsidensi yang lebih tunggu dari pembentukan abses tampaknya berkait dengan musim semi dan musim panas. )alaupu )a laupun n demografi demografi menunjuka menunjukan n perbedaan perbedaan yang jelas dalam terjadinya terjadinya abses anorektal yang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin, tidak ada pola yang jelas diberbagai diberbagai wilayah atau negara di dunia. dunia. )alaupun alaupun diperkirakan diperkirakan ada hubungan langsung dari pembentukan abses anorektal dengan kebiasaan buang air besar, diare, dan higiene pribadi yang buruk namun hingga sekarang belum ada bukti kongkrit. Terjadinya Terjadinya abses anorektal pada bayi juga cukup umum. *ekanismenya *e kanismenya kurang kurang dipahami dipahami tetapi tidak berkaitan berkaitan dengan konstipasi. konstipasi. +ntungnya, +ntungnya, kondisi kondisi ini cukup jinak pada bayi, jarang memerlukan inter'ensi operasi pada pasien ini selain drainase sederhana.
BAB II ILUSTRASI KASUS
Laporan Kasus
2
*.$ Iden!i!as Pasien ama enis Kelamin +sia Alamat Agama Tanggal datang enis Pembiayaan
! Tn. ! aki0aki ! 12 Tahun ! Kampung 3andum ! (slam ! " Desember %"2 ! amkesmas
*.* Anamnesis Keluhan U!ama
4enjolan pecah di sekitar lubang pantat. Ri-a"a! Pen"a,i! Se,arang:
5s datang ke (3D Puskesmas *uara Aman mengeluh terdapat benjolan pecah di sekitar lubang pantat sudah 6 hari yang lalu. 5s mengatakan bejolan awalnya berukuran seperti kelereng sekarang membesar sebesar telur ayam kampung. $ekarang benjolan sudah pecah, benjolan terasa gatal, nyeri, panas dan kemerahan. 5s mengaku benjolan sering mengeluarkan nanah. 5s merasa tidak nyaman saat duduk dan ketika 4A4 terasa sakit, 4A4 tidak ada darah. 4AK lancar. # hari sebelumnya 5s demam, tetapi sekarang tidak ada demam. 5s juga mengatakan badannya lemas dan tidak napsu makan sejak 6 hari ini.
Ri-a"a! Pen"a,i! Dahulu
Pasien mengatakan keluhan yang dialaminya sekarang pernah terjadi sekitar bulan yang lalu, tetapi tidak parah seperti sekarang. 5s mempunyai riwayat penyakit D* dan selama ini kadar gula pasien sekitar %% dan os juga mempunyai riwayat hipertensi dengan tensi biasanya "7%/8%.
Ri-a"a! Pen"a,i! Keluarga
Dikeluarga tidak ada yang mengalami seperti ini. Ri-a"a! Alergi:
Tidak ada keluhan / riwayat alergi. Ri-a"a! Penga!an
Pasien biasanya mengkonsumsi obat! *etformin 9" :aptopril 2mg "9" Laporan Kasus
3
*./ Pemeri,saan 0isi, 1di #eri,sa $ Desemer *($'2 S!a!us Generalisasi
Keadaan +mum
! Tampak sakit sedang, kesadaraan compos mentis. 3:$ ;7*1<2
TD
!"6%/"%% mmhg
-rekuensi adi
! =% 9/menit, reguler, isi cukup
-rekuensi afas
! %9/menit
$uhu
! #1,6 o:
4erat 4adan
! =6, kesan gi>i lebih
Kepala
! Deformitas ?0@, massa ?0@, normosefali
)ajah
! Kesan paresis saraf kranialis ?0@
ambut
! urus, hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Kulit
! (kterik ?0@, kering ?0@, infeksi kulit ?0@
*ata
!$klera ikterik ?0/0@, konjungti'a anemis ?0/0@, pupil bulat isokor #mm/#mm, nistagmus ?0/0@
Telinga
!iang telinga lapang, serumen B/Bminimal, sekret 0/0, membran tymphani hiperemis 0/0, retraksi 0/0
Cidung
! Deformitas ?0@, mukosa hiperemis 0/0, de'iasi septum ?0@, sekret 0/0
Tenggorokan
! u'ula di tengah, faring hiperemis ?0@, tonsil T "0T"
eher
! Pembesaran K34 ?0@
Paru
! (nspeksi
! $imetris pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi ?0@
Palpasi
! ;kspansi $imetris, fremitus kanankiri
Perkusi
! $onor/sonor
Auskultasi ! ing 0/0 antung
! (nspeksi
! Pulsasi ictus cordis terlihat
Palpasi
! (ctus cordis teraba di (:$ (<, linea midcla'icularis sinistra
Perkusi
! 4atas jantung Atas ! (: (( sinistra Kanan ! inea parasternalis dekstra Kiri ! " cm lateral linea midcla'icularis sinistra
Auskultasi ! $" dan $ regular, murmur ?0@, gallop ?0@ Abdomen Laporan Kasus
! 4
(nspeksi
! Datar
Auskultasi! 4ising usus ?B@ ormal Palpasi
! $upel, nyeri tekan ?B@, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
! Timpani di seluruh lapangan abdomen
;kstremitas
! Akral hangat, edema 0/0
S!a!us L,alis anus
(nspeksi Tampak eritem ?B@, udem ?B@, pus ?B@
Palpasi yeri tekan ?B@, teraba hangat ?B@
+kuran sekitar 6 cm
*.) Pemeri,saan Penun3ang
3D$
! 11
*.' Diagnsa Banding
". Abses perianal . -urunkel
*.' Diagnsa Ker3a
Abses perianal dengan Diabetes *elitus
*.4 Pena!ala,sanaan Nn medi,amen!sa:
0
(nsisi dan drainase abses
0
3anti perban 9"
0
*enjaga kebersihan bagian perianal0anus saat selesai 4A4
0
*enjaga pola makan
Medi,amen!sa
0
(<-D % tpm
Laporan Kasus
5
0
(nj. anitidin 9" amp
0
(nj. Keterolac 9" amp
0
5mepra>ole 9"
0
$ukralfat #9" cth
0
*etformin 9"
0
:aptopril 2 mg 9"
0
*etronida>ole 2%% mg #9"
BAB III TIN5AUAN PUSTAKA
/.$ Ases Perianal /.$.*
De6inisi
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan mengakibatkan fistula. Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup 'ariabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous. Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit
perianal,
sebaliknya abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding Laporan Kasus
6
rectum atau lebih lateral yaitu di bokong. Abses perianal biasanya tidak disertai demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang baik. Dengan penyebaran dan pembesaran abses yang mengakibatkan abses mendekati permukaan kulit, nyeri yang dirasakan memburuk. yeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu akti'itas seperti berjalan atau duduk.
*.*
E!ilgi
Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum,
dimana
sebagian besar timbul dari obstruksi kripta anal. (nfeksi dan stasis dari kelenjar dan sekresi kelenjar menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelenjar anal. 4iasanya, abses terbentuk awal E awal dalam ruang intersfingterik dan kemudian ke ruang potensial yang berdekatan. +mumnya bakteri seperti stafilokokus dan ;scherichia coli adalah penyebab paling umum. (nfeksi jamur kadang0kadang menyebabkan abses. *asuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum.
*./
Pa!6isilgis
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah sekitar anus. anah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di daerah tersebut tersumbat. 4akteri yang biasanya menjadi penyebab adalah ;scherichia coli dan spesies ;nterococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga membentuk nanah. anah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada Laporan Kasus
7
beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus, C(
*.)
Gamaran Klini,
Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa nyaman. asa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menduduk. Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. $eringkali mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. yeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Laporan Kasus
8
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu akti'itas seperti berjalan atau duduk. Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta deman. $ebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula. Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah. *.'
Diagnsa dan Pemeri,asaan Penun3ang
*.'.$
Diagnsa
Pemeriksaan colok dubur dibawah anestesi dapat membantu dalam kasus0 kasus tertentu, karena ketidaknyamanan pasien yang signifikan dapat menghalangi penilaian terhadap pemeriksaan fisik yang menyeluruh. :ontohnya, e'aluasi terhadap asbeb
ischiorektal yang
optimal
dapat
dilakukan
dengan hanya
menggunakan pemeriksaan colok dubur. Dengan adanya obat anestesi, fistula dapat disuntikkan larutan peroksida untuk memfasilitasi 'isualisasi pembukaan fistula internal. 4ukti menunjukkan bahwa penggunaan 'isualisasi endoskopik ?transrektal dan transanal@ adalah cara terbaik untuk menge'aluasi kasus yang kompleks abses perianal dan fistula. Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula dapat jelas di'isualisasikan.
fistulografi. ika ditangani dengan dokter yang berpengalaman, e'aluasi
secara endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan perirektal karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu. ;'aluasi secara endoskopik setelah pembedahan efektif untuk memeriksa respo pasien terhadap terapi. *.'.*
Pemeri,saan Lara!rium
4elum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk menge'aluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien tertentu, seperti indi'idu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang
Laporan Kasus
9
dapat disebabkan dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut, e'aluasi laboratorium lengkap adalah penting. *.'
Ta!ala,sanaan
Pada kebanyakan pasien dengan abses anorektal atau perianal, terapi medikamentosa dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. amun, pada pasien dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik wajib diberikan. Abses perirektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. ika diagnosis masih diragukan, pemeriksaan di bawah anestesi sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta mengobati. Pengobatan yang tertunda atau tidak memadai terkadang dapat menyebabkan perluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau apabila pasien immunocompromised , menderita diabetes mellitus, atau memiliki penyakit katub jantung. amun pemberian antibiotik secara tunggal bukan merupakan pengobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atau perirektal. Kebanyakan abses perianal dapat didrainase di bawah anestesi lokal di kantor, klinik, atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi. (nsisi dilakukan sampai ke bagian subkutan pada bagian yang paling menonjol dari abses. FDog earG yang timbul setelah insisi dipotong untuk mencegah penutupan dini. uka dibiarkan terbuka dan sit> bath dapat dimulai pada hari berikutnya.
Laporan Kasus
10
Teknik Insisi !rainase
. *.4
Km#li,asi
ika
tidak
diobati,
fistula
anus
hampir
pasti
akan
membentuk,
menghubungkan rektum untuk kulit. Cal ini memerlukan operasi lebih intensif. $elanjutnya, setiap abses diobati dapat ?dan kemungkinan besar akan@ terus berkembang, akhirnya menjadi infeksi sistemik yang serius. Cal yang paling ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya fistel perianal. -istel perianal adalah saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan lubang bekas abses yang bermuara pada kulit sekitar anus. *uara pada kulit sekitar anus tampak sebagai luka bekas bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit.
Diae!es Melli!us De6inisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada ! ". kerja insulin ?resistensi insulin@ di hati ?peningkatan produksi glukosa hepatik@ dan di jaringan perifer ?otot dan lemak@ . sekresi insulin oleh sel beta pankreas #. atau keduanya E!ilgi
Laporan Kasus
11
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ?(DD*@ atau Diabetes *elitusTergantung (nsulin ?D*T(@ disebabkan oleh destruksi sel H pulau angerhans akibat proses autoimun. $edangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ?(DD*@ atau Diabetes *elitus Tidak Tergantung (nsulin ?D*TT(@ disebabkan kegagalan relatif sel H dan resistensi insulin ?Arif *ansjoer, %%"@. Diagnsis
:ara yang umum dipakai untuk mendiagnosis penyakit diabetes didasarkan pada berbagai tes kimiawi terhadap urin dan darah ! "@ 3lukosa urin. Pada umumnya jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali, sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya. @ Kadar glukosa darah puasa. Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi hari, normalnya adalah =% sampai 8% mg/dl, dan ""% mg/dl dipertimbangkan sebagai batas atas kadar normal. Kadar gula darah puasa di atas nilai ini, seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes mellitus, atau yang kurang umum, mungkin diabetes hipofisis atau diabetes adrenal. #@ +ji toleransi glukosa. 4ila orang normal yang puasa memakan " gram glukosa per kilogram berat badan, maka kadar glukosa darahnya akan meningkat dari kadar kira E kira 8% mg/dl menjadi "% sampai "7% mg/dl dan dalam waktu kira E kira dua jam kadar ini akan menurun lagi kembali ke nilai normalnya. Pada penderita diabetes, konsentrasi glukosa darah puasa hampir selalu diatas ""% mg/dl dan sering diatas "7% mg/dl. 7@ Pernapasan aseton. $ejumlah kecil asam aseto asetat, yang sangat meningkat pada penderita diabetes yang berat, dapat diubah menjadi aseton.Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara ekspirasi. uga, asam keto dapat ditemukan dalam urin melalui cara kimia, dan jumlah asam keto ini dipakai untuk menentukan tingkat penyakit diabetes.
Laporan Kasus
12
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis D* ?mg/dl@ !
Bu,an
Belum #as!i
DM
DM
DM
8 $$( 8 %(
$$( 9 $%% %( $%%
*(( *((
8 $$( 8 %(
$$( 9 $*' %( $(%
$*4 $$(
Kadar glu,sa darah se-a,!u #lasma 7ena darah ,a#iler Kadar glu,sa darah #uasa #lasma 7ena darah ,a#iler
? Dari anamnesis didapatkan ! ". Keluhan khas D* ! poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. . Keluhan tidak khas D* ! lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus 'ul'a pada wanita. Klasi6i,asi
Klasifikasi D* yang dianjurkan oleh P;K;( ? Perkumpulan ;ndokrinologi (ndonesia @ adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi D* menurut American Diabetes Association ?ADA@, sbg berikut ! DM TIPE * :
Defisiensi
insulin
DM TIPE LAIN :
". Defek genetik fungsi sel beta ! *aturity onset diabetes of the young
DM TIPE $:
DIABETES MELITUS relatif ! KLASI0IKASI*utasi mitokondria DA #7# PERKENI dan lain0lain
Defisiensi
", defek sekresi
. Penyakit eksokrin pankreas !Pankreatitis
insulin absolut
insulin lebih
Pankreatektomy
akibat destuksi
dominan daripada
#.;ndokrinopati ! akromegali, cushing,
sel beta,
resistensi insulin.
hipertiroidisme
GESTASIONAL
karena!Laporan Kasus . resistensi insulin
7.akibat obat ! glukokortikoid, hipertiroidisme
13
".autoimun
lebih dominan
2.Akibat 'irus! :*<, ubella
. idiopatik
daripada defek
1.(munologi! antibodi anti insulin
sekresi insulin.
6. $indrom genetik lain! sdr. Down, Klinefelter
DM
Km#li,asi
Komplikasi diabetes terjadi akibat gangguan metabolik akut ?hipoglikemia atau hiperglikemia@ atau pada tahap lanjut, akibat kerusakan mikro'askular dan makro'askular, dimana risikonya tergantung pada kontrol terhadap kadar glukosa dan faktor risiko 'askular kon'ensional. Km#li,asi Mi,r7as,ular #ada Diae!es
Penyakit pembuluh darah kecil merupakan tanda utama diabetes mellitus dan membutuhkan waktu "% tahun atau lebih untuk dapat terjadi.
a. Penyakit mata ?retinopati@ $atu dari antara tiga orang dengan diabetes mengalami penyakit mata dan 2& mengalami kebutaan pada umur #% tahun.etinopati terjadi akibat penebalan membran basal kapiler, yang menyebabkan pembuluh darah mudah bocor ?perdarahan dan eksudat padat@, pembuluh darah tertutup ?iskemia retina dan pembuluh darah baru@, dan edema makula.Katarak pada pasien diabetes mellitus terjadinya lebih dini dibanding pada populasi normal.Katarak terjadi "% E "2 tahun lebih cepat pada penderita diabetes. b. efropati diabetic Keadaan ini terjadi "2 E 2 tahun setelah diagnosis pada #2 E 72& pasien dengan diabetes tipe " dan kurang dari %& pasien dengan diabetes tipe . Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal Laporan Kasus
14
menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan cairan.efropati diabetik melibatkan dua pola patologik yang berbeda yang dapat berada bersama E sama atau tidak ! difus dan noduler. Difus yang lebih sering, terdiri atas pelebaran membrana basalis glomerulus bersama penebalan mesangial menyeluruh.Pada bentuk noduler, penumpukan banyak bahan PA$0positif diendapkan pada perifer berkas glomerulus, disebut lesi Kimmelstiel0)ilson. c. europati diabetic. europati diabetik dapat mempengaruhi setiap bagian sistem saraf, kecuali otak.3ambaran yang paling la>im adalah polineuropati perifer.4iasanya bilateral, gejala meliputi mati rasa, kesemutan, hiperestesi berat, dan nyeri.*ononeuropati, meskipun lebih jarang disbanding polineuropati juga dapat terjadi. Khas, terdapat wrist drop, foot drop, atau paralisis ner'us kranialis ke0#, ke07, atau ke01. *ononeuropati khas ditandai oleh re'ersibilitas
spontan
yang
tinggi,
biasanya
selama
beberapa
minggu.adikulopati adalah sindroma sensori dengan nyeri timbul sepanjang distribusi satu atau lebih ner'us spinalis, biasanya pada dinding dada dan perut. europati autonomik dapat muncul dengan berbagai cara. $aluran cerna
merupakan
target
utama,
dan
mungkin
terdapat
disfungsi
esofagusdengan kesulitan menelan, penundaan pengosongan lambung, konstipasi, atau diare. Km#li,asi Ma,r7as,ular #ada Diae!es
*asalah khusus pada pasien diabetik adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah.+lkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati diabetik.Penyakit 'askular dengan penurunan suplai darah berperan dalam pembentukan lesi ini, dan infeksi umum terjadi, sering oleh banyak organisme. Di Amerika $erikat sebagai suatu negara yang maju, ternyata kaki diabetik masih cukup banyak ditemukan yaitu sekitar 2,%& dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit. Penelitian klinik dari beberapa sentra di (ndonesia melaporkan pre'alensi kaki diabetik berkisar antara "6,#& sampai #,8& dari seluruh penderita diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit. Laporan Kasus
15
Pasien diabetes mellitus dengan kelainan makro'askular dapat memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun gangren diabetik. Pada pasien tersebut bila dilakukan perabaan arteri mungkin akan teraba denyut yang berkurang sampai menghilang. Perabaan arteri perlu dilakukan pada setiap pasien diabetes mellitus, paling sedikit pada arteri dorsalis pedis, tibialis posterior, dan popliteal. Kelainan kaki pada diabetes dapat disebabkan oleh infeksi/ septik, neuropati, iskemik atau kombinasi antara ketiganya. *embedakan ke0empat penyebab tersebut perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan langkah pengobatan yang akan diambil. (skemi dan neuropati merupakan faktor utama yang memegang peranan terjadinya ulkus pada kaki penderita diabetes. $etiap terjadinya ulkus pada kaki akan mudah diikuti oleh infeksi, sehingga dapatlah dikatakan bahwa sangat jarang kaki diabetik tanpa disertai infeksi. 4iakan kuman dari nanah kaki diabetik sering memperlihatkan pertumbuhan kuman yang lebih dari satu, hal mana lebih mempersulit pemilihan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman yang tumbuh. -aktor risiko ulkus diabetika adalah lama D* I "% tahun, kadar kolesterol I %% mg/dl, kadar CD J 72 mg/dl, ketidakpatuhan diet D*, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidak teratur dan penggunaan alas kaki tidak tepat dengan memberikan sumbangan terhadap ulkus diabetika sebesar 88,8 &. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian diabetes dan penanganan terhadap kelainan kaki. A. Pengendalian Diabetes Pengendalian ?pengontrolan@ penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah dengan diet atau pemberian obat yang teratur dari dokter, status gi>i, tekanan darah, kadar kolesterol, dan pola hidup sehat. *engelola diabetes melitus langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan makanan dan kegiatan jasmani.4aru kemudian kalau dengan langkah0langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang Laporan Kasus
16
ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan langkah berikutnya, yaitu dengan penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis. Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan D*. $arana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa #! a. Pemberian (nsulin. b. Pemberian 5bat Cipoglikemik 5ral ?5C5@. 0 3olongan $ulfonylurea. 0 3olongan 4iguanid. 0 3olongan (nhibitor Alfa 3lukosidase. 0 3olongan (nsulin $ensiti>ing.
BAB I; PEMBA+ASAN
4erdasarkan ilustasi kasus, dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh terdapat benjolan di sekitar lubang pantat sudah 6 hari yang lalu. 4enjolan terasa gatal, nyeri, panas dan kemerahan. 5s mengaku benjolan sering mengeluarkan nanah. 5s merasa tidak nyaman saat duduk dan ketika 4A4 terasa sakit, 4A4 tidak ada darah. 4AK lancar. # hari sebelumnya 5s demam, tetapi sekarang tidak ada demam. 5s juga mengatakan badannya lemas dan tidak napsu makan sejak 6 hari ini. Pasien mengatakan keluhan yang dialaminya sekarang pernah terjadi sekitar bulan yang lalu, tetapi tidak parah seperti sekarang. iwayat penyakit D* dan hipertensi diakui pasien sejak # tahun yang lalu. Pasien biasanya mengkonsumsi metformin 9", captopril 2mg "9". 5s mengatakan minggu ini tidak mengkonsumsi obat D* nya. 4erdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, pasien dalam kondisi kompos mentis, terdapat riwayat demam selama infeksi berlangsung Laporan Kasus
17
?B@. $tatus gi>i pada pasien termasuk gi>i berlebih. Pada pemeriksaan status lokalis pada daerah perianal, didapatkan pus,tanda0tanda peradangan, dan bengkak. Pada pemeriksaan penunjang terhadap 3ula darah pasien didapatkan hasil 11 mg/dl. 4erdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status lokalis bengkak yang dialami pasien disebabkan infeksi bakteri. 4akteri yang biasanya menjadi penyebab adalah ;scherichia coli dan spesies ;nterococcus. Kuman atau bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga membentuk nanah, sehingga mengakibatkan berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah sekitar anus. anah terbentuk akibat infeksi kuman atau bakteri karena kelenjar di daerah tersebut tersumbat. anah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang mengakibatkan abses perianal pada pasien. Pada beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya seperti pasien ini yang menderita diabetes militus, biasanya abses akan lebih mudah terjadi. Penatalaksanaan pertama pada pasien ini meliputi penatalaksanaan non medikamentosa dan medikamentosa. Pada penatalaksanaan non medikamentosa dilakukannya inisi dan drainase pada daerah abses dan dilakukan pengantian balut dengan betadin 9" sehari. $erta dilakukan edukasi untuk menjaga kebersihan bagian perianal0anus saat selesai 4A4. Penatalaksanaan medikamentosa dengan pemasangan infus beserta cairan ,injeksi anitidin 9" amp, inj.keterolac 9" amp. 5mepara>ole 9" tab, sukralfat #9" cth.*etformin 9", :aptopril "9". $erta dengan pemberian antibiotik yaitu metronida>ol #9", hal ini diindikasikan kerena infeksi yang dialami telah membuat respon sistemik pada pasien, serta mengingat pasien memiliki imunitas yang rendah dan menderita diabetes melitus.
Laporan Kasus
18
DA0TAR PUSTAKA
". *alik A(, elson , Tou $. (ncision and drainage of perianal abscess with or without treatment of anal fistula ?re'iew@. The :ochrane ibrary %"%!6. Diunduh dari! http!//www.thecochranelibrary.com . $jamsuhidajat , de ong ), editors. 4uku0Ajar (lmu 4edah. ;disi . akarta! ;3:, %%7. #. 4runicardi, -. :harles, dkk. -iatula in ano at $chwart>s Principles of $urgery ;ight ;dition. *c 3raw Cill! +nited $tate of America. %%2. 7. 3usta'iani . Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes *elitus. Dalam ! buku ajar ilmu penyakit dalam. $udoyo A), $etiyohadi 4, Alwi ( dkk, editor. ilid (((. ;disi (<. akarta ! balai penerbit -K+(, %%1. 2.
)aspadji $. Komplikasi kronik diabetes ! mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi pengelolaannya. Dalam ! buku ajar ilmu penyakit dalam. $udoyo A), $etiyohadi 4, Alwi ( dkk, editor. ilid (((. ;disi (<. akarta ! balai penerbit -K+(, %%1L "8%1.
1.
P;K;(. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe di (ndonesia. %%1. Pengurus 4esar Perkumpulan ;ndokrinologi (ndonesia. akarta. %%1
6. Perianal Abscess, oleh Andre Cebra, *DL :hief editor! ohn 3eibel, *D, *edscape
eference.
Dapat
ditinjau
di!
http!//emedicine.medscape.com/article/"8"8620o'er'iew
Laporan Kasus
19
Laporan Kasus
20