Abses Perianal dan Fistula Perianal
Pembimbing : Dr.Jeferson Marampe Sp.B
Disusun oleh : Ratna kurnianingsih (110201222!
"#P$%&'#R$$% "&%&" &M) B#D$* Rumah Sakit Bha+angkara 'k. & Ra,en Sai, Sukanto -akultas "e,okteran )niersitas /$RS& Perio,e 1 Juni 2 September 201
Anatomi Anoraktal
Daerah Daerah batas batas rektum rektum dan kanali kanaliss analis analis ditand ditandai ai dengan dengan peruba perubahan han jenis jenis epitel epitel.. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupa merupakan kan lanjut lanjutan an epitel epitel berlap berlapis is gepeng gepeng kulit kulit luar. luar. Kanalis Kanalis analis analis dan kulit kulit luar luar di sekitar sekitarny nyaa kaya kaya akan akan persya persyarafa rafan n sensor sensoris is somati somatik k dan peka peka terhad terhadap ap rangsa rangsanga ngan n nyeri, nyeri, 0
sedangkan mukosa rektum mempunyai persyarafan autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Darah vena di atas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui V. Iliaka. Sistem limfe dari rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar limfe Iliaka Interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis mengalir ke arah kelenjar inguinal. Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 sentimeter. Sumbunya mengarah ke ventrokranial yaitu mengarah ke umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. ada saat defekasi, sudut ini menjadi lebih besar. !atas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. ada daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi di sini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. "ekukan antar#sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis se$aktu melakukan %olok dubur dan menunjukkan batas antara sfingter ekterna dan sfingter interna &garis 'ilton(. )in%in sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral %in%in ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator &puborektalis( dan komponen m. sfingter eksternus. *. Sfingter internus terdiri dari serabut otot polos, sedangkan *. Sfingter eksternus terdiri atas serabut olot lurik.
1
+ambar . -natomi -nus dan Rektum
2
Abses Perianal
A. Pengertian -bses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. -bses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula. -bses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. ingkat keparahan dan kedalaman dari abses %ukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous. -bses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal, sebaliknya abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba mele$ati dinding re%tum atau lebih lateral yaitu di bokong. -bses perianal biasanya tidak disertai demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang baik. Dengan penyebaran dan pembesaran abses yang mengakibatkan abses mendekati permukaan kulit, nyeri yang dirasakan memburuk. /yeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk. B. Etiologi
-bses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan re%tum, dimana sebagian besar timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari kelenjar dan sekresi kelenjar menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelenjar anal. !iasanya, abses terbentuk a$al 0 a$al dalam ruang intersfingterik dan kemudian ke ruang potensial yang berdekatan. 1mumnya bakteri seperti stafilokokus dan 2s%heri%hia %oli adalah penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang#kadang menyebabkan abses. *asuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum. C. Patofisiologis
-bses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan ba$ah kulit daerah sekitar anus. /anah terbentuk akibat infeksi kumanbakteri karena kelenjar di daerah tersebut tersumbat. !akteri yang biasanya menjadi penyebab adalah 2s%heri%hia %oli dan spesies 2ntero%o%%us. Kumanbakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga membentuk nanah. /anah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal. ada beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus, 'IV-IDS, dan penggunaan steroid &obat anti radang( dalam
3
jangka $aktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi. Kebanyakan abses perianal bersifat sekunder terhadap proses supuratif yang dimulai pada kelenjar anal. eori ini menunjukan bah$a obstruksi dari saluran kelenjar tersebut oleh tinja, %orpus alienum atau trauma akan menghasilkan stasis dan infeksi sekunder yang terletak di ruang intersfingterik. Dari sini proses infeksi dapat menyebar se%ara distal sepanjang otot longitudinal dan kemudian mun%ul di subkutis sebagai abses perianal, atau dapat menyebar se%ara lateral mele$ati otot longitudinal dan sfingter eksternal sehingga menjadi abses is%hiorektal. *eskipun kebanyakan abses yang berasal dari kelenjar anal adalah perianal dan is%hiorektal ,tetapi ruang lain dapat terinfeksi. ergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses intersfingterik tinggi dan kemudian dapat menerobos ke otot longitudinal lalu ruang supralevator sehingga menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah abses terdrainase, se%ara spontan maupun se%ara bedah, komplikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal disebut fistula ani.
+ambar 4. empat erbentuknya -bses -norektal
+ambar 3. enyebaran -bses erianal
4
D. Gambaran Klinik
-$alnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menduduk. -bses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. -pabila abses terletak superfi%ial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. /yeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk. -bses yang terletak lebih dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen ba$ah, serta deman. Sebagian besar abses re%tal akan mengakibatkan fistula. -bses di ba$ah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. -bses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian ba$ah.
+ambar 5. +ambar Klinis -bses erianal
E. Diagnosa
emeriksaan %olok dubur diba$ah anestesi dapat membanru dalam kasus#kasus tertentu, karena ketidaknyamanan pasien yang signifikan dapat menghalangi penilaian terhadap pemeriksaan fisik yang menyeluruh. )ontohnya, evaluasi terhadap abses is%hiorektal yang optimal dapat dilakukan dengan hanya menggunakan pemeriksaan %olok dubur. Dengan adanya obat anestesi, fistula dapat disuntikkan larutan peroksida untuk memfasilitasi visualisasi pembukaan fistula internal. !ukti menunjukkan bah$a penggunaan
5
visualisasi endoskopik &transrektal dan transanal( adalah %ara terbaik untuk mengevaluasi kasus yang kompleks abses perianal dan fistula. Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula dapat jelas divisualisasikan. Visualisasi endoskopi telah dilaporkan sama efektifnya seperti fistulografi. 6ika ditangani dengan dokter yang berpengalaman, evaluasi se%ara endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan perirektal karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu. 2valuasi se%ara endoskopik setelah pembedahan efektif untuk memeriksa respon pasien terhadap terapi.
emeriksaan "aboratorium !elum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, ke%uali pada pasien tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang dapat disebabkan dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi laboratorium lengkap adalah penting.
emeriksaan Radiologi emeriksaan radiologi jarang diperlukan pada evaluasi pasien dengan abses perianal,
namun pada pasien dengan gejala klinis abses intersfingter atau supralevator mungkin memerlukan pemeriksaan konfirmasi dengan ) s%an, *RI, atau ultrasonografi dubur. /amun pemeriksaan radiologi adalah modalitas terakhir yang harus dilakukan karena terbatasnya kegunaannya. 1S+ juga dapat digunakan se%ara intraoperatif untuk membantu mengidentifikasi abses atau fistula dengan lokasi yang sulit. F. Tatalaksana
ada kebanyakan pasien dengan abses anorektal atau perianal, terapi medikamentosa dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. /amun, pada pasien dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik $ajib diberikan. -bses perirektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. 6ika diagnosis masih diragukan, pemeriksaan di ba$ah anestesi sering merupakan %ara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta mengobati. engobatan yang tertunda atau tidak memadai terkadang dapat menyebabkan perluasan abses dan dapat mengan%am nya$a apabila terjadi nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. -ntibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau apabila pasien immunocompromised , menderita diabetes mellitus, atau memiliki penyakit katub jantung.
6
/amun pemberianantibiotik se%ara tunggalbukan merupaka penobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atau perirektal. Kebanyakan abses perianal dapat didrainase di ba$ah anestesi lokal di kantor, klinik, atau unit ga$at darurat. ada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi. Insisi dilakukan sampai ke bagian subkutan pada bagian yang paling menonjol dari abses. 7Dog ear8 yang timbul setelah insisi dipotong untuk men%egah penutupan dini. "uka dibiarkan terbuka dan sit9 bath dapat dimulai pada hari berikutnya. G. Komplikasi
6ika tidak diobati, fistula anus hampir pasti akan membentuk, menghubungkan rektum untuk kulit. 'al ini memerlukan operasi lebih intensif. Selanjutnya, setiap abses diobati dapat &dan kemungkinan besar akan( terus berkembang, akhirnya menjadi infeksi sistemik yang serius. 'al yang paling ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya fistel perianal. :istel perianal adalah saluran abnormal antara lubang anusrektum dengan lubang bekas abses yang bermuara pada kulit sekitar anus. *uara pada kulit sekitar anus tampak sebagai luka bekas bisul yang tidak pernah menutupsembuh dan tidak sakit. :istula anorektal terjadi pada 3;#<;= pasien dengan abses anorektal. Kelenjar intersfingterik terletak antara sfingter internal dan eksternal anus dan seringkali dikaitkan dengan pembentukan abses. :istula anorektal timbul oleh karena obstruksi dari kelenjar danatau kripta anal, dimana ia dapat diidentifikasi dengan adanya sekresi purulen dari kanalis anal atau dari kulit perianal sekitarnya. 2tiologi lain dari fistula anorektal adalah multifaktorial dan termasuk penyakit divertikular, I!D, keganasan, dan infeksi yang terkomplikasi, seperti tuberkulosis.
7
Fistula Perianal
A. Definisi :istula perianal adalah saluran abnormal yang dibatasi oleh jaringan granulasi, yang
menghubungkan satu ruang &dari lapisan epitel anus atau rektum( ke ruang lain, biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ lainnya seperti kemaluan :istula ani disebut juga fistel perianal atau fistel para#anal. :istula anorektal &:istula ani( adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar pada kanalis ani terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang menginfeksi untuk dapat men%apai ruang intramus%ular. B. Fisiologi
/ormalnya, kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum berfungsi sebagai barrier terhadap le$atnya mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan sema%am lendir, berguna sebagai peli%in lubrikasi. Saluran ini memiliki klep satu arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. erhalangnya jalan keluar produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan kuman dan %airan feses masuk ke dalam kelenjar. :eses yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi abses. -bses akan men%ari jalan keluar dan membentuk sema%am pipa yang menembus kulit. -kibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pe%ah. e%ahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan#bulan hingga bertahun#tahun. C. Insiden & Epidemiologi
:istula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 4; 0 5; tahun, berkisar #3 kasus tiap ;.;;; orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses &tapi tidak semua abses menjadi fistula(. Sekitar 5;= pasien dengan abses akan terbentuk fistula. D. Etiologi
Kebanyakan fistula bera$al dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang# kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. erdapat sekitar >#5;= pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi fistel perianal. /amun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. ?rganisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah 2s%heri%hia %oli, 2ntero%o%%us sp dan !a%teroides sp. :istula juga
8
sering ditemukan pada penderita dengan penyakit )rohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau %edera anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. :istula pada anak#anak biasanya merupakan %a%at ba$aan. :istula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinat @, kanker, penyakit )rohn dan %edera pada ibu selama proses persalinan. E. Patofisiologi
'ipotesa kriptoglandular menyatakan bah$a infeksi yang pada a$alnya masuk melalui kelenjar anal akan menyebar ke dinding otot sphingter anal menyebabkan abses anorektal. -bses yang pe%ah spontan, akhirnya meninggalkan bekas berupa jaringan granulasi di sepanjang saluran, sehingga menyebabkan gejala yang berulang. Ruang supralevator berada diatas levator ani dan di sisi rektum ,dimana ruang ini menghubungkan bagian posterior yang lainnya. *ayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus &%yptoglandular(. Kelenjar ini terdapat melintang di dalam ruang intersphinteri%, dan tidak terdapat pada kripte anal yang berada pada kanalis anal pada daerah garis dentata. Dia$ali kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses ke%il terbentuk di daerah intersfin%ter. -bses ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut A proses purulen A meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya A abses perianal atau fistula. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses, tapi tidak semua abses menjadi fistula.
+ambar B. erjalanan -bses erianal *enjadi :istula erianal
F. Klasifikasi Fistula Perianal 9
!erdasarkan lokasi internal opening, maka fistula dibagi dalam dua kelompok yaitu C a :istula letak rendah dimana internal opening fistel ke anus terdapat di ba$ah %in%in anorektal. :istula letak rendah dapat dibuka tanpa takut adanya resiko inkontinensia permanen akibat kerusakan bundle anorektal. b :istula letak tinggi dimana internal opening fistel ke anus terdapat di atas %in%in anorektal. ada fistula letak tinggi dilakukan koreksi bertahap dengan prosedur operasi yang lebih sulit. Sistem klasifikasi arks menjelaskan ada 5 tipe fistula perianal yang terjadi akibat infeksi kriptoglandular, yaituC a Interspingterika merupakan bentuk fistula yang sering terjadi. Saluran fistel berada di daerah intersphingterika. b ransphingterika, biasanya disebabkan oleh abses isiorektal. :istula menghubungkan intersphingtrerika dengan fosa isiorektal oleh adanya perforasi di sphingter eksternal dan kemudian ke kulit. ! Suprapshingterika,
biasanya merupakan
hasil
dari
abses supralevator. Seperti
ransphingterika tapi saluran berada di atas sphingter eksternal dan ada perforasi di muskulus levator ani. d 2kstrasphingterika. Saluran mele$ati rektum ke lapisan kulit perineum, fossa isiorektal melalui m. levator ani dan akhirnya ke dalam anus.
+ambar <. Sistem Klasifikasi arks
"ukum Goodsall
:istula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya lubang e@terna dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan +oodsalls rule. Se%ara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari anal tranversal line maka 10
salurannya berjalan radier membentuk garis lurus. Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.
+ambar >. +oodsall
G. Diagnosa -namnesis Dari anamnesis biasanya ada ri$ayat kambuhan abses perianal dengan selang $aktu
diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit#sedikit. ada %olok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus &bukan di re%tum( dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal kira#kira 3mm &%olok dubur bidigital(. 6ika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya. :istel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama sekali dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan spontan atau drainase bedah diren%anakan dari abses anorektal. anda dan gejala sebagai berikut C • • • • • • • •
/yeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk 1lkus Keluar %airan purulen !enjolan &*assa fluktuasi( ruritus ani Demam Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus +eneral malaise
emeriksaan :isik
11
emuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. ada pemeriksaan fisik di daerah anus &dengan pemeriksaan digitalre%tal tou%her( ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula di ba$ah permukaan kulit. 2ksternal opening fistula tampak sebagai bisul &bila abses belum pe%ah( atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah indurasi nodul di dinding anus setinggi garis dentata. erlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu internal opening.
+ambar E. 2ksternal ?pening :istula
•
emeriksaan enunjang emeriksaan "aboratorium idak ada studi laboratorium khusus yang diperlukanF studi pra operasi normal
dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas. emeriksaan Radiologi • #
Fistulografi C Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
#
anteroposterior, lateral dan gambaran G#ray oblik untuk melihat jalur fistula. #ltrasound endoanal $ endorektal C *enggunakan transduser > atau ; *'9 ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. ransduser $ater#filled ballon membantu evaluasi dinding re%tal
#
dari beberapa ekstensi suprasfingter. %I C *RI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki
#
rekurensi. CT' (!an C ) S%an umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit %rohn atau irritable bo$el syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi.
#
ada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal. Barium Enema C untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi
#
usus. Anal %anometri C evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphin%ter ani.
12
". Penatalaksanaan
ujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia. erapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. erapi Konservatif *edikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk men%egah fistula rekuren. Simple intersphin%teri% fistula sering diterapi dengan fistulotomy &membuka tra%t fistula(, kuretase, dan penyembuhan sekunder. ada fistula transsphinteri% terapi tergantung dari lokasi kompleks sphin%ter yang terkena. !ila fistula kurang dari 3;= otot sphin%ter yang terkena dapat dilakukan sphin%terotomy tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti. !ila fistulanya high transsphin%teri% dapat dilakukan dengan pemasangan seton. ada fistula suprasphenteri% biasanya diterapi juga dengan pemasangan seton. ada fistula e@trasphin%teri% terapi tergantung dari anatomi dari fistula, biasanya bila fistula diluar sphin%ter dibuka dan didrainase. Seton digunakan untuk identifikasi tra%t, sebagai drainase, dan merangsang terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphin%ter. )utting seton terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang fibrosis. /on%utting seton terbuat dari plasti% yang digunakan sebagai drainase. !eberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tra%t fistula saat berada di kamar operasi. •
*emasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal, atau
•
sebaliknya. *enginjeksi %airan $arna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen peroksida, dan
• •
memperhatikan titik keluarnya di linea dentata. *engikuti jaringan granulasi pada traktus fistula. *emperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. 'al ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian yang kompleks
erapi pembedahanC Fistulotomi C :istel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan • terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan •
fistulotomi. Fistulektomi C 6aringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan
•
fistula. erapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka. (eton C !enang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. erdapat dua ma%am Seton, %utting Seton, dimana benang Seton ditarik se%ara gradual untuk memotong otot sphin%ter se%ara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya
13
terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah •
beberapa bulan. Ad)an!ement Flap C *enutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya
•
tidak terlalu besar. Fibrin GlueC *enyuntikkan perekat khusus &-nal :istula lug-:( ke dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. enggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya <=.
Pasca Operasi ada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi.
/amun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan ra$at inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun %airan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama se$aktu buang air besar. era$atan luka pas%a operasi meliputi sit9 bath &merendam daerah pantat dengan %airan antiseptik(, dan penggantian balutan se%ara rutin. ?bat obatan yang diberikan untuk ra$at jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. -ktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. asien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. asien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama# lama.
I. Komplikasi Komplikasi dini pas%a operasi, sebagai berikut C Retensi urin • endarahan • Impaksi tinja • hrombosed $asir • Komplikasi tertunda pas%aoperasi, sebagai berikut C Kambuh • Inkontinensia • stenosis -nalC roses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang anus. !ulking •
agen untuk membantu men%egah bangku sempit. *. Prognosis :istel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, %abang
fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah ;#E= dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3#>=. Setelah menggunakan Seton, melaporkan
14
tingkat kekambuhan adalah ;#>= dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah ;#>=. Setelah flap mukosa kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah #>= dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah <#E=.
15
Perbedaan Abses Perianal dan Fistula Perianal
Definisi
Etiologi %anifestasi
Tatalaksana
Abses Perianal Fistula Perianal infeksi pada kelenjar anal di erbentuknya saluran yang sekitar saluran anus menghubungkan kelenjar anal yang abses ke permukaan kulit. :istula terbentuk setelah terjadinya abses. Infeksi oleh bakteri pada -bses perianal, penyakit )rohn, kelenjar anal devertikulitis !engkak di daerah perianal dan erdapat open external fistula nyeri terus menerus. yang mengeluarkan nanah dan darah Insisi dan drainase :istulotomi
16
Daftar Pustaka +ra%e , !orley /. 4;;<. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.6akarta C 2rlangga. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 6akarta C !inarupa -ksara. 4;;;. Sabiston D, ?s$ari 6. HH5. Buku Ajar Bedah. 6akarta C enerbit !uku Kedokteran 2+). S%h$art9, Shires, Spen%er . 4;;;. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi ! . 6akarta C 2+). Sjamsuhidajat R, De 6ong im. 4;;5. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2disi ke#4. 6akarta Cenerbit !uku Kedokteran 2+). Smelt9er, Su9anne ) dan !renda + !are. 4;;. Buku Ajar Kepera"atan #edikal Bedah Brunner $ %uddarth. 2disi E. 6akarta C2+) intinali 62, Stap%9ynski 6S, *- ?6, )line D*, et%. intinalls 2mergen%y *edi%ineC )omprehensive Study +uide, >th 2dition.
17