HABITAT, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Praktikum Ekologi Tanaman Dosen Pengampu: Agung Rahmadi, S.P.
Disusun oleh: Kelompok 4 Alfi Muntafi Ilma
(11670600005) (11670600005)
Anzellika Anessa Dhita (11667060008) (11667060008) Ardya Iman Ramadhan
(11667060009) (11667060009)
Fitri Laelastuti
(11667060027) (11667060027)
Fuji Arum Sari
(11667060029) (11667060029)
Masfia Agustina
(11667060038) (11667060038)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat rabbi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Akhlaq “A khlaq Tasawuf” yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami dengan dengan judul “Tarekat “Tarekat”” sehingga kami dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Dan tidak lupa kepada teman teman yang telah memberikan motivasi dan seluruh lapisan yang telah membantu akan lancarnya makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu kami harapkan kritik dan sarannya, sebagaimana ungkapan “tidak ada gading yang tak retak” mudah-mudahan mudah -mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi bagi kita semua umumnya. Bandung, 15 September 2017
Penulis
.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2
Tujuan ................................................................................................................ 3
1.3
Alat dan Bahan .................................................................................................. 3
1.4
Prosedur Pelaksanaan ...................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................ 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 7 BAB III ............................................................................................................................. 18 PENUTUP ........................................................................................................................ 18 3.1
Simpulan .......................................................................................................... 18
2.2.
Saran ................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di dalam lingkungan terjadi interaksi dalam kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsur biotik dan abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrisi. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2000). Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. SehinggaHabitat diartikan sebagai tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyaitempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin mencari atau inginberjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya(habitat),
sehingga
ke
habitat
itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa denganorganisme tersebut. Oleh sebab itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamatorganisme itu.Tipe habitat merupakan sebuah istilah yang dikemukakan oleh Doubenmire (1968:27-32) yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasi vegetasi dalam suatu kawasan atau potensivegetasi yang mencapai suatu tingkat klimaks. Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasanvegetasi (seperti hutan pinus). Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan. Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi di antara organism seperti predasi, kompetisi dan penyakit, yang mempengaruhi struktur dan organisasi komunitas (Campbell, 2000).
1
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotic) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. (Odum, 1993) Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954). Lalu menurut UU Lingkungan Hidup tahun 1997, ekosistem adalah tatanan kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ilustrasi sebuah ekosistem Ekosistem merupakan suatu hal yang tidak dapat te rlepas dalam kehidupan manusia. Interaksi yang terjadi antara makhluk hidup dalam suatu ekosistem menjadi bagian penting dalam berlangsungnya kehidupan. Hal ini terjadi karena interaksi diantara setiap unsur ekosistem akan memberikan dampak kepada kehidupan manusia. Satu siklus yang tidak berjalan dengan baik dalam suatu tatanan ekosistem, akan berdampak negatif terhadap kehidupan manusia. Ranca Upas memiliki luas area yang sangat luas sekitar 215 Hektar.Sebagai salah satu kawasan Hutan lindung di Bandung,kawasan Upas merupakan sebagai
2
tempat konservasi berbagai macam tumbuhan Flora langka seperti Jamuju, Huru, Hamirug, Kihujan, Kitambang serta aneka Fauna seperti Burung dan Rusa. Tempat Wisata Di Bandung Selatan ini sendiri berada pada ketinggian 1700 meter di atas permukaan air laut,sehingga suhu udara di kawasan wisata alam yang masih sangat alami ini sangat dingin dan ekstrim berkisar di 17 derajat Celsius sampe 20 derajat Celsius.Bahkan apabila di malam hari,suhu di sini bisa mencapai suhu terendah di bawah 0 derajat Celsius. Ranca Upas pertama kali dikelola oleh pengawasan BKPH Tambakruyung, RPH Ranca Upas. Pertama kali dibuka untuk umum sekitar tahun 1980an sebagai camping ground dan penangkaran rusa jenis Cervus timorensis dengan jumlah awal sebanyak 8 ekor. Alasan kelompok kami memilih tempat Kampung Cai Ranca Upas sebagi kunjungan mata kuliah praktikum ekologi karena Kampung Cai Ranca Upas merupakan salah satu kawasan hutan lindung di Jawa Barat. Lokasi yang mudah dijangkau, strategis, HTM yang relatif murah dan disini juga terdapat berbagai konservasi flaura langka dan aneka fauna seperti rusa.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum adalah untuk mengetahui deskripsi secara umum dan analisis biotik secara lengkap mengenai suatu habitat (makro habitat dan mikro habitat). 1.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebgai berikut: No
Alat dan Bahan
Fungsi/Parameter yang diukur
1
GPS atau Kompas
Menentukan koordinat yang diamati
2
Jam Tangan
Menentukan Tanggal, waktu pengamatan
3
Soil Tester
Mengukur kelembaban tanah, pH tanah
4
Termometer
Mengukur suhu lingkungan (tanah dan udara)
5
Lux meter
Mengukur intensitas cahaya
3
6
Buku stratifikasi
Mengidentifiksi jenis tumbuhan
Tumbuhan 7
Buku stratifikasi
Mengidentifikasi hewan
hewan 8
9
Pengukur tinggi
Mengukur ketinggian
tempat/tali
pohon/rumput/semak
Peta monografi
Acuan dalam gambar topografi suatu daerah
10
Alat tulis
Mencatat data yang dikumpulkan
1.4 Prosedur Pelaksanaan
1. Metode Deskriptif Metode yang menggambarkan secara keseluruhan habitat yang diamati baik komponen abiotik maupun biotik yang terdapat dalam suatu daerah pengamatan. 2. Teknik Pengumpulan Data a) Pada permulaan teknik pengumulan data adalah habitat diberi nama yang berdasarkan penampakan vegetasi yang paling dominan didaerah tersebut. b) Melakukan pencatatan seperti : tanggal, hari, waktu, musim pada saat pengamatan. c) Melakukan pencatatan mengenai lokasi habitat itu berada, letak geografis, letak posisinya, jarak dengan perkampungan atau dengan perkotaan, ketinggian tempat (mdpl). d) Melakukan pencatatan mengenai tofografi meliputi : kemiringan, perkiraan luas kawasan, intensitas cahaya, temperature, kelembaban tanah, pH tanah, dan bentang lahan (landsekap) seperti pegunungan, bukit, lembah, lereng, dataran, sungai, danau, rawa. e) Melakukan analisis vegetasi yaitu : 1) Membuat
daftar
nama
tanaman
secara
detil
(berdasarkan
taksonominya)
4
2) Menentukan klasifikasi tipe komunitas dengan menggunakan nama spesies dominan 3) Mendeskripsikan serta melakukan pengukuran bentuk daun f) Penentuan tipe komunitas, yaitu dengan mencatat spesies tumbuhan yang dominan dan sejarah kejadiannya, bagaimana sampai terbentuk komunitas yang ada sekarang (kebakaran, banjir, penebangan pohon, sengaja dijadikan padang rumput, dsb), contoh tipe komunitas utama seperti tundra, padang rumput, rawa, kolam, danau savana, gurun pasir, sawah, semak, dll. g) Pengamatan terhadap bentuk kehidupan tumbuhan yaitu berupa kehidupan tumbuhan darat, bentuk daun, dan kondisi musim. h) Melakukan stratifikasi tumbuhan yaitu menunjukan lapisan-lapisan secara jelas pada kebanyakan habitat. 1) Di hutan, contohnya tumbuhan hutan, herba, semak, tiang atau pancang dan kanopi 2) Tumbuhan rendah termasuk lumut, lichen, jamur 3) Herba, terdiri dari beberapa tumbuhan annual atau perennial 4) Semak, yaitu semak daan daun muda 5) Pancang, yaitu jenis kanopi dan bukan kanopi 6) Padang rumput, yaitu strata akar dan strata permukaan tanah i) Pengamatan kepadatan daun adalah kepadatan dari seluruh volume daun yang ada di suatu habitat, yaitu dengan melakukan pengukuran rata-rata ketebalan daun atau tinggi daun dari masing-masing strata j) Pengamatan penutupan vegetasi, dengan kategori jarang (kurang dari 5%), sedang (50% - 75%), padat (lebih dari 75%) k) Pengamatan dispersi (penyebaran) yaitu dengan menyatakan suatu distribusi ruang tumbuh (suatu baris, acak, berkelompok atau mengumpul), dapat dikatakan tersebar secara luas (jarang) atau tersebar dekat (padat). l) Pengamatan terhadap keanekaragaman habitat 3. Pengumpulan Data
5
a) Tentukan daerah yang akan diamati habitatnya dan beri nama habitat tersebut b) Catat, tanggal, hari, waktu, titik koordinat, letak geografisnya, jarak keperkampungan
terdekat,
ketinggian,
kemiringan,
temperatur,
kelembaban tanah, pH tanah, bentang lahan (lansekap), intensitas cahaya, dan perkiraan luas habitat yang diamati. c) Lakukan analisis vegetasi dengan cara fisiognomi d) Tentukan tipe komunitasnya e) Catat bentuk kehidupan tumbuhan (plant life form) f) Lihat dan catat stratifikasi tumbuhan g) Hitung kepadatan daun dan penutupan vegetasi h) Analisis keanekaragaman habitat didaerah yang dijadikan pengamatan 4. Analisis Data Lapangan Setelah data terkumpul maka buatlah deskripsi umum dan analisis biotik mengenai habitat yang diamati
6
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi dilakukan di Kampung Cai Ranca Upas yang berlokasi di kawasan wisata Ciwidey, kecamatan Rancabali, kabupaten Bandung, Jawa Barat. Adapun letak geografis dengan titik kordinat 48 M 764240 9209778 -7.14281°N 107.39243°E. Jarak Ranca Upas dengan perkampungan berkisar sejauh 2 km. Kawasan Ranca Upas berada pada ketinggian 1600-2200 mdpl dengan konfigurasi lapangan datar sampai bergelombang. Memiliki kemiringan 5-30 %. Luas kawasan yaitu 215 ha dengan daerah yang dikelola berkisar antara 21-22 ha. Suhu udara rata-rata mencapai 18-23OC dengan curah hujan 40/50 mm/tahun. Peta kawasan wisata Ranca Upas dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Kawasan Ranca Upas
Adapun bentang lahan (lansekap) yaitu dengan countur dataran dan rawa. Dikarenakan dahulunya tanah kawasan Ranca Upas ini adalah r awa, tanaman yang dapat tumbuh pun tidak sembarang tanaman. Tanaman yang dapat tumbuh adalah tanaman tahunan seperti mahoni, dan lainnya.
7
Derajat keasaman (pH) wilayah Ranca Upas yaitu 4, yang berarti pH asam. Hal inilah yang terjadi jika dahulunya tanah di kawasan tersebut adalah tanah rawa.
Terdapat danau buatan di kawasan Ranca Upas ini, hanya saja terdapat masalah akan danau buatan ini. Air yang tidak terurus membuat danau jadi tidak enak dipandang, juga banyak sampah mengambang. Danau buatan tersebut dibuat dengan pembabatan total. Selain itu, sampah pengunjung yang tidak dibersihkan juga menjadi salahsatu permasalahan di tempat ini.
Populasi dominan dalam daerah tersebut adalah populasi Rasamala ( Altengia Excelsa Noronha). Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa penamaan habitat tersebut adalah habitat kebun Rasamala. Di kawasan Ranca Upas terdapat pula pohon Upas, hanya saja sejarah penamaan Ranca Upas bukan karena banyak pohon upas yang terdapat disana. Melainkan narasumber mengatakan bahwa sebutan upas disini adalah pe tugas yang melegenda dikawasan
8
Sekitar area dipadati oleh hutan lindung dengan beragam flora seperti Rasamala, Pohon Huru, Hamirug, Jamuju, Kihujan, Kitambang, Kurai, Mahoni, Pasang dan Puspa. Sedangkan fauna terdiri dari beragam jenis burung, rusa, serta beberapa satwa jinak lainnya. Populasi yang mendominasi adalah Rusa, jadi dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang ada di kawasan ini adalah habitat Rusa.Tipe ekosistem di kawasan Ranca Upas ini adalah terestrial (darat) dengan tipe biomanya yaitu hutan hujan.
Analisis Vegetasi Tanaman
Rasamala Klasifikasi
Habitat
Kingdon
: Plantae
Habitat Rasamala adalah di lokasi
Ordo
: Saxifragales
perbukitan lembab dengan ketinggian
Famili
: Altingiaceae
500 – 1500 mdpl, dengan curah hujan
Genus
: Altingia
100 mm/tahun, dan tanah vulkanik
Spesies
: A. Exelsa
yang subur.
9
Puspa Klasifikasi
Kingdom
Habitat:
: Plantae
Puspa tumbuh pada tanah kering dan
Subkingdom : Tracheobionta
tidak memilih keadaan tekstur dan
Superdivisi
: Spermatophyta
kesuburan tanah, sehingga baik untuk
Divisi
: Magnoliophyta
reboisasi padang alang-alang, belukar
Kelas
: Magnoliopsida
dan tanah kritis. Jenis ini memerlukan
Subkelas
: Dilleniidae
iklim basah sampai agak kering dengan
Ordo
: Theales
tipe curah hujan A - C, pada dataran
Famili
: Theaceae
rendah sampai didaerah pegunungan
Genus
: Schima
dengan ketinggian sampai 1.000 m di
Spesies
: Schima wallichi
atas permukaan laut
10
Ki Hujan/Trembesi Klasifikasi
Habitat
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko,
Kelas
: Magnoliopsida
Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh
Ordo
: Fabales
di berbagai daerah tropis dan subtropis.
Famili
: Fabaceae
Trembesi
Sub Famili
: Mimosoideae
memiliki curah hujan rata-rata 600-3000
Genus
: Samanea
mm/tahun
Spesies
: Samanea
Trembesi dapat bertahan pada daerah yang
Saman Jacquin Meril
Trembesi merupakan tanaman asli yang
tersebar
pada
luas
di
ketinggian
daerah
0-300
yang
mdpl.
memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran suhu 20oC-38oC. Pertumbuhan pohon trembesi optimum pada kondisi hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang tinggi. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah 6,0-7,4 Meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek
(Lubis, 2013)
Jamuju
11
Klasifikasi
Habitat
Kerajaan
: Plantae
Habitat alami pohon Jamuju adalah
Divisi
: Tracheophyta
hutan primer dan sekunder di lereng-
Kelas
: Pinopsida
lereng pegunungan pada ketinggian
Ordo
: Pinales
antara 700 – 2500 meter dpl.
Famili
: Podocarpaceae
Genus
: Dacrycarpus
Spesiez
: Dacrycarpus
imbricatus (Blume) de Laub.
Kayu Putih Klasifikasi
Habitat
Kingdom
: Plantae
Kayu putih hidup di dataran rendah
Divisi
: Spermatophyta
sampai dengan ketinggian 400 m di
Classis
: Dicotyledonae
atas permukaan laut. Kemampuan
Ordo
: Myrtales
adaptasi tumbuhan kayu putih cukup
Familia
: Myrtaceae
luas karena mampu tumbuh pada
Genus
: Melaleuca
tanah yang memiliki drainase kurang
Spesies
: Melaleuca
baik, berkadar garam tinggi dan asam.
leucadendron L.
Pohon kayu putih dapat tumbuh di dekat pantai maupun tanah berawa. Tanaman ini relatif tahan panas dan dapat tumbuh di tanah tandus, bahkan
12
dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran.
Mahoni Klasifikasi
Habitat
Kingdom
: Plantae
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di
Super Divisi
: Spermatophyta
pasir payau dekat dengan pantai dan
Divisi
: Magnoliophyta
menyukai tempat yang cukup sinar
Kelas
: Magnoliopsida
matahari
Sub kelas
: Rosidae
termasuk jenis tanaman yang mampu
Ordo
: Sapindales
bertahan
Famili
: Meliaceae
sekalipun. Walaupun tidak disirami
Genus
: Swietenia
selama berbulan-bulan, mahoni masih
Spesies
: Swietenia mahagoni (
mampu untuk bertahan hidup. Syarat
L ). Jacq
lokasi
langsung.
hidup di
untuk
Tanaman
tanah
budidaya
ini
gersang
mahoni
diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36C.
13
Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsur biotik dan abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrisi. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2000). Ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1869. Dalam pengertian proses alamiah, ekologi telah diketahui
dan diaplikasikan sejak dulu dan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan akal dan budaya manusia. Sebagai ilmu, ekologi telah berkembang pesat sejak tahun 1990. Berdasarkan perkembangannya, sekarang dikenal Ilmu lingkungan hidup (environmental science) dan Biologi lingkungan (environmental biology). Pada dasarnya yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, dan keadaan yang terdapat dala suatu ruang tempat organisma itu berada dan dapat saling mempengaruhi. Ekologi adalah dasar pokok ilmu lingkungan (Soerjaatmadja, 1981). Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Sehingga habitat diartikan sebagai tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya(habitat),
sehingga
ke
habitat
itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.Tipe habitat merupakan sebuah istilah yang dikemukakan oleh Doubenmire (1968:27-32) yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasi vegetasi dalam suatu kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu tingkat klimaks. Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus).
14
Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan. Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi diantara organisme seperti predasi, kompetisi dan penyakit, yang mempengaruhi struktur dan organisasi komunitas (Campbell, 2000). Komunitas Terestial merupakan kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padanag rumput, di padang pasir, dll (Frick, 2007) Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotic) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. (Odum, 1993) Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari sus unan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur Obsevasi dilakukan di kawasan Kampung Cai Ranca Upas yang merupakan salah satu tempat wisata alam yang berada di dataran tinggi dan terletak di Jalan Raya Ciwidey, Patengan, Rancabali, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Kampung Cai Rancaupas berada pada ketinggian 1700 mdpl dengan suhu rata-r ata minimal mencapai 70 C – 200 C . Berdasarkan peta tanah tinjau (tahun 1964) skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah, menyebutkan bahwa yang tedapat di kawasan Kampung Cai Ranca Upas adalah Andosol dan Regoso. Andosol yang ada terbentuk dari bahan induk abu vulkanik, memiliki batas horizon jelas, berwarna kelabu sampai coklat, lempung berdebu sampai lempung dan berkonsentrasi gembur. Vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Geigp, 1983). Vegetasi utama penyusun
15
ekosistem Kampung Cai Rancaupas yaitu tanaman Rosamala (altengia excelsa noronha). Pengaruh pemberian bahan organic dapat meningkatkan pH tanah meskipun peningkatannya masih dalam kategori masam. Tingkat kemasaman tanah akibat dari pemberian bahan organic bergantung pada tingkat kematangan dari bahan organic yang diberikan, batas kadaluarsa dari bahan prganik dan jenis tanahnya. Jika penambahan bahan organik yang masih belum matang akan menyebabkan lambatnya proses peningkatan pH tanah dikarenakan bahan organik masih belum terdekomposisi dengan baik dan masih melepaskan asam-asam organik (Suntoro, 2003).
Sejarah
Ranca Upas Ciwidey menjadi salah satu tempat pelatihan Komando Pasukan Khusus, dulunya ranca upas merupakan hutan belantara dengan rawa yang luas. Setelah hutan tersebut bebas dari hewan buas, Ranca Upas dijadikan hutan lindung oleh pihak Perhutani dan kemudian membuka lahan t ersebut untuk menjadi sebuah Camping Ground. Ranca Upas Ciwidey, diambil dari kata Bahasa Sunda yaitu " Ranca" yang berarti "Rawa", dan "Upas" adalah petugas Perhutani yang melegenda dikawasan Gunung Patuha. Diceritakan bahwa Upas merupakan seorang yang berbadan kekar dengan tinggi 198 cm, dia berkebangsaan Belanda. Dia meninggal saat melaksanakan tugas lapangan untuk menjelajahi rawa di kawasan yang sekarang menjadi Ranca Upas, yang sampai saat ini mayatnya tidak pernah ditemukan. Oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa arwah Upas, masih ada di alam dunia ini. Pada tahun 1960-1980, masih banyak masyarakat setempat yang bertemu dengan Upas saat mencari kayu bakar di hutan. Konon dikatakan bahwa Upas selalu memakai topi laken (koboi) dengan diameter yang lebar lengkap dengan seragam Perhutani yang pada masa itu berwarna coklat dengan kepala menunduk ditutupi topi lebarnya.
16
Pernah dikatakan seseorang menemukan sebuah batu dengan bentuk hampir menyerupai macan yang sedang duduk. Namun sampai saat ini, batu tersebut masih menjadi mitos masyarakat setempat. Pada saat dibangun sebuah penangkaran rusa di Ranca Upas oleh pihak Perhutani, hanya seorang Juru Kunci yang dapat melakukan pemanggilan terhadap rusa-rusa tersebut dan memberikan makanan secara langsung, dia adalah Abah Taji. Namun sekarang setiap orang dapat berinteraksi dan menikmati keindahan dari makhluk yang bertanduk indah ini.
17
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Observasi dilakukan di kawasan Kampung Cai Ranca Upas, Ciwidey. Di kawasan Ranca Upas terdapat ekosistem yang beragam. Kawasan Ranca Upas berada pada ketinggian 1600-2200 mdpl dengan konfigurasi lapangan datar sampai bergelombang. Memiliki kemiringan 5-30%. Sekitar area dipadati oleh hutan lindung dengan beragam flora seperti Rasamala, Pohon Huru, Hamirug, Jamuju, Kihujan, Kitambang, Kurai, Mahoni, Pasang dan Puspa. Sedangkan fauna terdiri dari beragam jenis burung, rusa, serta beberapa satwa jinak lainnya. Populasi yang mendominasi adalah Rusa, jadi dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang ada di kawasan ini adalah habitat Rusa.Tipe ekosistem di kawasan Ranca Upas ini adalah terestrial (darat) dengan tipe biomanya yaitu hutan hujan. Populasi dominan dalam daerah tersebut adalah populasi Rasamala (Altengia Excelsa Noronha). 2.2.Saran
Observasi dilakukan tidak pada saat hari libur agar dapat melakukan observasi lebih efisien. Selain itu juga sebaiknya pengelola kawasan Ranca Upas lebih mengoptimalkan perihal kebersihan dan lebih bisa menghimbau pengunjung untuk tetap menjaga kebersihan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Clements, F. E., and V. E. Shelford. 1939. Bio-ecology. New York: John Wiley & Sons. Doubenmire, R. 1968. Plant Communities: A Text Book of Plant Synecology. New York: Harper & Row Publishers. Frick, Heinz. 2007. Dasar-dasar Arsitektur ekologis. Semarang. Kanisius Geig, S, P. 1983 . Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology . Volume 9 . Oxford : Blackwell Scientific Publication. Geig, S, P. 1983 . Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology . Volume 9 . Oxford : Blackwell Scientific Publication. Lubis, Y. A., 2013. Pengaruh Lama Waktu Perendaman dengan Air Terhadap Daya Berkecambah Trembesi (Samanea saman). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soeriaatmadja, R.E.S. 1981. Ilmu lingkungan. Penerbit ITB, Bandung. Suntoro. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Jakarta
19