PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliable. Jadi,
penilaian
autentik
adalah
proses
pengumpulan
informasi
tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dicapai. Berdasarkan lampiran Permendikbud no. 66 tentang standar penilaian, penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari proses hingga keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik ( Authentic Authentic Assessment) mencakup Assessment) mencakup ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 1 Penilaian autentik (authenic assessment) assessment) menurut beberapa sumber sebagaimana tertulis dalam materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 adalah sebagai berikut : 1. American Library Association mendefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran 2. Newton Public School, mengartikan bahwa penilaian autentik sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik;, dan 3. Wiggins mendefininisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesame melalui debat, dan sebgainya. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK ( AUNTHENTIC ASSESSMENT)
Penilian otentik (Aunthentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari
1
Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, 2013 , Yogyakarta: Andi, Hlm. 42-43
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan istilah Authentic merupakan sinonim dari asli,nyata,valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian outentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, pendidik menerapkan krteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar pembelajaran. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari :
Penilain kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan jurnal
Pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
Ketrampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. 2
JENIS-JENIS PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian Kinerja
A. Pengertian Penilaian Kinerja Para ahli menggunakan istilah “Performance Assessment” secara berbeda-beda dengan merujuk kepada pendekatan penilaian yang berbeda pula. Menurut Fitzpatrick dan Morison (1971) tidak ada perbedaan yang sangat besar antara ”Performance Assessment” dengan tes lainnya yang 2
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 , Yogyakarta: Gava Media, hlm. 112-115
dilaksanakan
di
dalam
kelas.
Menurut
mereka
perbedaan
antara
”Performance Assessment” dengan tes Iain yang lebih konvensional adalah sejauh mana tes itu dapat mensimulasikan situasi dari kriteria-kriteria yang diharapkan. Trespeces (1999) mengatakan bahwa “Performance Assessment” adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa “Performance Assessment”adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai macam konteks sesuai dengan criteria yang diinginkan. Seringkali “Performance Assessment” juga dikaitkan dengan suatu criteria yang diinginkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikenal dengan nama “Authentic
“Authentic Assessment”. Jadi pengertian dari
Assessment” ini
selalu
melibatkan
peserta
tes
didalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam praktek kehidupan mereka sehari-hari.3 Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu, seperti praktik di laboratorium, praktik sholat, praktik olahraga, praktik bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi, membaca puisi, deklamasi dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Langkah-langkah unjuk kerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi;
3
Hari Setiadi, 2006 , Penilaian Kinerja, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas, Hlm. 1
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam unjuk kerja tersebut; 3. Kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan B. Teknik Penilaian Kinerja Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tigkat
pencapaian
kemampuan
tertentu.
Untuk
menilai
kemampuan lompat jauh siswa, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi yang beragam, seperti: teknik mengambil ancang-ancang, teknik tumpuan, sikap dan posisi tubuh saat di udara, dan teknik mendarat. Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja siswa dapat menggunakan alat atau instrument berupa daftar cek (check-list ), misalnya dengan daftar cek (yatidak) dan skala penilaian (rating scale) yang memungkinkan penilaian memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu. 4 C.
Karakteristik Penilaian Kinerja Menurut Maertel dalam Hari Setiadi (2008), performance assessment mempunyai dua karakteristik dasar yaitu: 1. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan) misalnya melakukan eksperimen untuk mengetahui tingkat penyerapan dari kertas tissue 2. Produk dari Performance Aassessment lebih penting daripada perbuatan ( performance)-nya.
D.
Karakteristik mengevaluasi penilaian kinerja Ada tujuh kriteria yang dibuat oleh Popham dalam Hari Setiadi (2008) yang dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi penilaian kinerja. Kriteriakriteria tersebut adalah:
4
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hlm. 391-392
a. Generability, artinya adalah apakah kinerja peserta tes (Student’s Performance) dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisasikan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian ketrampilan atau penilaian kinerja (“ Performance Assessment ”) tersebut atau semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila para peserta tes diberikan tugas-tugas dalam penilaian keterampilan (“ Performance Assessment ”) yang berlainan. b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan seharihari? c. Multiple foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah
mengukur
lebih
dari
satu
kemampuan-kemampuan
yang
diinginkan (more than one instructional outcomes?) d. Teachability, artinya tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (“ Performance Assessment ”) adalah tugas-tufas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru didalam kelas. e. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil ( fair ) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak “bisa” untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi. f. Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
atau
penilaian
kinerja
(“ Performance
Assessment ”)
memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat factor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu atau peralatannya? g. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian
keterampilan
atau
Assessment ”) adalah penskorannya.
penilaian
kinerja
(“ Performance
E.
Proses Penyusunan Penilaian Kinerja Langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian keterampilan atau penilaian kinerja yang baik antara lain adalah: 1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik 2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik 3. Usahakan untuk membuat krieria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas 4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati atau karakteristik produk yang dihasilkan 5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati 6. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.5
Penilaian Proyek
A. Pengertian penilaian proyek Penilaian
proyek
(project
assessment)
merupakan
kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu tertentu.Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengapliksikan, penyelidikan, dan lain-lain. 6 5
Hari Setiadi, 2006 , Penilaian Kinerja, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas, Hlm. 2-6
6
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 , Yogyakarta: Gava Media, hlm. 120
Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer atau sekunder, evaluasi hasil, dan kerja sama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu saran penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman
dan
pengetahuan
siswa
pada
pembelajaran
tertentu
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan. 7 Penilaian proyek dapat dilakukan pada waktu : o
Proses pengerjaan proyek
o
Laporan (produk) proyek
Hasil belajar yang dapat dinilai pada tahap proses pengerjaan proyek antara lain: o
Kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan penelitian
o
Kemampuan bekerja dalam kelompok
o
Kemampuan untuk melaksanakan tugas secara mandiri. 8
B. Perencanaan Penilaian proyek Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, ketrampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru .
Ketrampilan
peserta
didik
dalam
memilih
topik,
mencari
dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh dan menulis laporan.
Kesesuain atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
7
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hlm. 391-392
8
Bastari dan Witjaksono, 2006, Penilaian Proyek , Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas, Hlm. 1-2
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengajaran, dan produk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrument penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.Penilaian proyek dapat menggunakan instrument daftar cek, skala penilaian, atau narasi.Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistic dan analitik.Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistic merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan. 9 Proyek belajar adalah tugas belajar yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa suatu penelitian., poster, karya seni, dan sebagainya. Penilaian proyek dilakukan terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, untuk menilai proses pengerjaan proyek perlu ditinjau beberapa aspek, yaitu : a. Kemampuan merencanakan dan dan mengorganisasikan pembuatan proyek; b. Kemampuan bekerja dalam kelompok; c. Kemampuan untuk melaksanakan tugas secar mandiri. Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan catatan anekdot yang dibuat guru selama mengamati kegiatan siswa pada waktu membuat atau melaksanakan proyek. Anekdot biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang tidak terlihat pada produk atau hasil karya 9
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Yogyakarta: Gava Media, Hlm. 120-121
Kurikulum 2013,
siswa, misalnya: kemapuan siswa untuk bekerja sama, menggunkan peralatan atau bahan secara aman, kemampuan siswa untuk memiih bahanatau alat yang tepat dan sebagianya. Penilaian proyek dilakukan dari tahap perencanaan, pengerjaan proyek, sampai tahap akhir pengerjaan proyek. Kualitas proyek sangat bergantung pada jenis produk yang dihasilkan. Jika produk yang dihasilkan adalah laporan penilitian, kualitas proyek ditinjau dari segi : 1. Sistematika penulisan; 2. Akurasi sumber data; 3. Kuantitas sumber data; 4. Analisis data; 5. Kesimpulan Penilaian suatu produk suatu proyek perlu mempertimbangkan aspek produk yang dihasilkan dan pada umumnya dilakukan dua metode penilaian produk : 1. Penilaian analitis 2. Penilaian holistis Penilaian analitis merupakan penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek pada hasil karya siswa dari berbagai prespektik dan kriteria.Sementara itu, penilaian holistis merupakan penilaian menyeluruh terhadap produk akhir yang dihasilkan oleh siswa. 10 C. Instrument penugasan (proyek) Instrumen untuk penugasan (proyek) berupa pedoman penyekoran hasil kinerja. Pengembangan pedoman penyekoran memerhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengacu domain yang dikembangkan 2. Mengacu pada jenis tugas 3. Mengidentifikasi aspek tugas yang akan di skor dari ranah yang dikembangkan.
10
Ridwan Abdullah Sani, 2014, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, Hlm. 235-237
4. Menentukan model skala yang dipakai untuk menyekor, yaitu berupa rating scale atau checklist. 5. Membuat
rubik
pedoman
penyekoran
yang
dilengkapi
kategori
keberhasilan tugas. 6. Dalam penilaian tugas proyek, setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan , yaitu: a. Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. b. Relavansi
yaitu
kesesuan
dengan
mata
pelajaran,
dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan kognisi siswa. c. Keaslian11 Dalam kurikulum yang berorientasi pada standar kompetensi, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat merencanakan dan mengorganisasikan investigasi, bekerja dalam tim dan tatkala siswa mengarahkan dirinya sendiri. Selain itu, ada hasil belajar yang lebih sesuai apabila dinilai melalui produk suatu proyek, misalnya pada saat mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi,
menganalisis
dan
menginterpretasikan
data,
dan
ketika
mengomunikasikan hasil proyek. Di kelas, guru mungkin menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor ketarmpilan siswa dalam merencanakan, menyelediki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu topic, memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topic tersebut melalui bacaan dan wawancara. Selanjutnya kegiatan mereka dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen atau berkelompok. Di samping itu guru juga dapat menggunakan produk suatu proyek untuk menilai kemampuan siswa dalam mengomunikasikan temuan-temuan dalam 11
Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Andi, Hlm. 42-43
bentuk yang tepat dan dalam hal mempresentasikan hasil display visual dan laporan tertulis.12 Dalam konteks kurikulum 2013, penilaian proyek akan banyak digunakan guru baik pada jenjang sekolah dasar maupun jenjang sekolah lanjutan. Pada jenjang sekolah dasar, penilaian proyek bahkan akan lebih sering digunakan sebab penilaian ini merupakan salah satu penilaian utama untuk mengukur kemampuan siswa mengintegrasikan pemahaman dari berbagai mata pelajaran yang dipelajarinya salah satu contoh penggunaan penilaian proyek dalam konteks pembelajaran integrative adalah penilaian poster karya anak. Terhadap poster anak dapat dilakukan penilaian dari tiga mata pelajaran sekaligus misalnya poster tentang cara menanggulangi banjir, isinya dapat dinilai dari mata pelajaran IPA, bahasanya dapat dinilai dari pembelajaran Bahasa Indonesia dan kerapian dan keindahannya dapat dinilai dari mata pelajaran seni budaya dan keterampilan.. 13
Penilaian Portofolio
A. Konsep penilaian portofolio Istilah portofolio pertama kali dipergunakan di kalangan fotografer dan artis, yaitu suatu kegiatan untuk menunjukkan hasil kerja dalarn suatu periode tertentu. Portofolio berupa koleksi pekerjaan yang dimiliki digunakan oleh fotografer untuk menunjukkan prospektif pekerjaan kepada pelanggannya. Jadi, portofolio dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan atau hasil belajar. Secara umum portofolio adalah suatu kumpulan karya atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi untuk keperluan penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut dapat berupa pekerjaan siswa selama waktu tertentu yang dapat memberi informasi tentang apa yang dapat dilakukan siswa terkait dengan hal yang dipelajarinya. Secara umum, sebuah portofolio adalah kumpulan hasil pekerjaan siswa untuk tema tertentu. Penilaian portofolio dapat merefleksikan 12
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hlm. 398
13
Yunus Abidin, 2014, Desain Sistem Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, Hlm. 71
perkembangan keterampilan siswa dalam selang waktu tertentu. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik yang mendeskripsikan apa yang dapat dilakukan siswa setelah memahami caranya. Penilaian menggunakan tes kognitif hanya mengetahui apa yang telah dipelajari siswa, dan tidak mengetahui apakah siswa dapat melakukan sesuatu berdasarkan pengetahuannya tersebut. Namun, cara penilaian portofolio ini hanya cocok untuk mengukur keterampilan siswa jika pembelajaran menghasilkan sebuah produk atau karya. Penilaian portofolio merupakan sebuah alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui evaluasi umpan balik. Penilaian ini bersifat terbuka dan melibatkan siswa dalam pengukuran keterampilan berdasarkan hasil kerjanya. Hasil kerja yang dihasilkan siswa akan menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian portofolio memberi kesempatan kepada siswa dan guru untuk menelaah kesesuaian tugas yang dikerjakan dengan tujuan pembelajaran. Tahapan pelaksanaan penilaian portofolio yang dapat digunakan sebagai bahan refleksi siswa mencakup lima tahap, yakni sebagai berikut. a. Pengumpulan bukti produk yang menunjukkan pencapaian kompetensi. Siswa mengumpulkan bukti produk atau karya yang menunjukkan capaian hasil belajar untuk sebuah tema tertentu. Bukti capaian dapat berupa catatan wawancara, artikel, kolase, foto, lukisan, gambar,tulisan, laporan, penilaian kinerja, rekaman suara atau video, dan sebagainya. Produk yang dikumpulkan harus dipilih, kemudian ditetapkan sebagai portofolio yang akan dinilai. Jadi tahapan yang perlu dilakukan adalah pengumpulan produk atau tugas belajar, pemilihan produk yang akan dinilai, dan penetapan portofolio yang akan dinilai. b. Refleksi pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk menilai pembelajaran setelah kegiatan belajar selesai
dilakukan
dalam
upaya
melakukan
peningkatan.
Refleksi
pembelajaran untuk penilaian portofolio dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan, yakni Apa yang telah kupelajari? Apa yang masih harus kupelajari? Sumber daya apa yang harus'kugunakan untuk belajar lebih lanjut?
c. Evaluasi bukti capaian belajar. Setelah siswa mengumpulkan portofolionya, guru melakukan penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian. Penilai dapat memperlihatkan rubrik penilaian beserta deskriptornya kepada siswa untuk perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan. Beberapa contoh rubrik penilaian dideskripsikan pada bahasan ini. Proses penilaian sebaiknya dilakukan dengan memperoleh umpan balik dari siswa. Siswa perlu diajak berdiskusi tentang proses pembuatan produk dan kualitas portofolio. d. Mempertahankan bukti hasil belajar. Tahap ini dilakukan untuk memperjelas penilaian yang diiakukan, terutama jika siswa dianggup tidak berhasil dalam belajar. Wawancam perlu dilakukan untuk mempcroleh klarifikasi dari siswa tentang kuaiitas portofolio yang dibuatnya. e. Keputusan penilaian Keputusan tentang capaian hasil beiajar dilakuv kan secara bersama oleh para penilai setelah meiakukan wawancara terhadap siswa. Iika terdapat perbedaan penilaian, para penilai harus berdiskusi untuk menetapkan hasil akhir bagi siswa berdasarkan bukti portofolio yang diamati. Penilaian portofolio merupakan penilaian proses dan hasil belajar. Proses belajar yang dinilai misainya diperoieh dari buku catatan harian tentang pekerjaan yang dilakukan atau log book, perkembangan karya mulai dari draf sampai produk akhir, dokumentasi foto kegiatan, dan sebagainya. Sementara itu, penilaian hasil diiakukan dengan menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru. Portofolio tidak hanya merupakan kumpulan pekerjaan siswa, tetapi juga merupakan sumber informasi bagi guru dan siswa. Portofolio dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan pengetahuan siswa, dan memberikan dasar untuk menentukan tindak lanjut bagi suatu pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Selain untuk keperluan penilaian hasil belajar dan keterampilan, portofolio dapat dimanfaatkan untuk: a. mengetahui perkembangan yang dialami siswa; b. mengetahui kelemahan proses pembelajaran;
c. memberi penghargaan atas prestasi kerja siswa; d. meningkatkan efektivitas proses pembelajaran; e. mempercepat pertumbuhan konsep diri positifpada siswa; f. meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan refleksi diri; g. membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar. Karakteristik yang harus dimiliki oleh portofolio menurut Barton and Collins (1997)1 adalah: a. multisumber (multisourced), yakni terdapat beragam bukti penilaian dari sudut pandang yang berbeda oleh orang-orang yang terkait dengan proses belajar; b. autentik (authentic), yakni sesuai konteks belajar dan didukung bukti; c. dinamis, yakni menunjukkan pertumbuhan dan perubahan; d. eksplisit, yakni terdapat kejelasan tujuan belajar dan standar yang ingin dicapai; e. terintegrasi, yakni terdapat hubungan antara bukti portofolio dengan aktivitas belajar dan kehidupan; f. berdasarkan kepemilikan, yakni siswa ikut membantu menyediakan bukti pencapaian tujuan; g. multiguna, yakni dapat digunakan untuk menilai efektivitas program pembelajaran dan menilai kinerja siswa. Berdasarkan penggunaannya, portofolio dapat dibedakan dalam: a) portofolio kerja; b) portofolio dokumentasi; dan c) portofolio pertunjukkan (showcase). Portofolio kerja menggambarkan proses kerja yang dilakukan, misalnya membuat sketsa, catatan, draf setengah jadi, dan pekerjaan yang telah jadi. Portofolio tersebut dapat digunakan untuk memonitor perkembangan pembelajaran dan menilai cara siswa mengatur kegiatan belajar. Portofolio dokumentasi adalah koleksi hasil kerja siswa yang khusus digunakan untuk penilaian. Siswa perlu memilih koleksi dokumen proses dan hasil kerja siswa selama kurun waktu tertentu untuk diajukan dalam penilaian. Misalnya, portofolio yang dinilai mencakup hasil akhir tulisan siswa, draf tulisan, dan komentar siswa tentang hasil tersebut. Siswa perlu memilih drafyang paling bagus yang pernah dibuatnya, dalam upaya menunjukan proses penulisan, dan
dapatdigunakan oleh guru sebagai bahan penilaian dan pengkajian tentang bagaimana siswa merencanakan, dan menghasilkan tulisan serta cara mereka menulis. Sementara itu, portofolio pertunjukan (Showcase) adalah koleksi karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa. Portofolio pertunjukan atau penampilan hanya berisi pekerjaan siswa yang telah selesai dan tidak mencakup proses pekerjaan, perbaikan, dan penyempurnaan pekerjaan yang dilakukan. Portofolio pertunjukan digunakan untuk tujuan seperti seleksi, sertifikasi, dan penilaian kelas.14 Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa, hasil tes atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, catatan perkembangan pekerjaan, tugas-tugas dan sebagainya B. Tujuan Menggunakan Penilaian Portofolio Dalam penilaian di kelas, portofolio digunakan untuk beberapa tujuan, antara lain: 1. Menghargai perkembangan yang dialami siswa; 2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung; 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik; 4. Merefleksikan
kesanggupan
mengambil
resiko
dan
melakukan
eksperimentasi; 14
Ridwan Abdullah Sani, 2014, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, Hlm. 235-237, Hlm 239-243
5. Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran; 6. Berbagi informasi dengan orangtua wali siswa dan guru-guru lain; 7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa; 8. Meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan refleksi diri; 9. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan.
C. Pedoman Penggunaan Penilaian Portofolio di Sekolah Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain sebagai berikut: a. Karya siswa yang merupakan karya siswa sendiri Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut meerupakan hasil karya yang dibuat oleh siswa itu sendiri. b. Saling percaya antara guru dan siswa Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik. c. Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan. d. Milik bersama ( join ownership) antara siswa dan guru Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga siswa akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. e. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri sehingga siswa mendapat kepuasan. f. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
g. Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa. h. Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
D. Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses in tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri. b. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah. d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan dengan para siswa. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa.. f.
Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta
bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu dibiuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. h. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu undang orang tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio. Sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya15
Penilaian Tertulis
A. Pengertian Tertulis Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam konteks ini, pengetahuan biasanya diukur berdasarkan jenjang kognitif yang sebagai dikemukakan Bloom (1956) yang telah direvisi Kathword , et al. (2001) meliputi tahap
ingatan, penerapan, analisis, evaluasi, mencipta. Instrument utama yang biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan pengetahuan ini adalah penilaian respons tertulis atau lebih dikenal dengan istilah tes tertulis.16 Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban
terdiri
dari
pilihan
ganda,
pilihan
benar-salah,
ya-tidak,
menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi,jawaban singkatatau pendek, dan uraian.
15
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hlm. 392-397
16
Yunus Abidin, 2014, Desain Sistem Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, Hlm. 67-68
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipeiajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampiian, dan pengetahuan peserta didik.
Pada
tes
tertulis
berbentuk
esai,peserta
didikberkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended respons) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang Iebih tinggi atau kompleks. 17 Beberapa hal penting yang harus diidentifikasi dalam sebuah tes adalah sebagai berikut. a. Apakah setiap butir tes mengukur hasil belajar yang penting ? b. Apakah jenis butir tes semuai untuk mengukur hasil belajar ? c. Apakah setiap butir menyatakan tugas yang diminta secara jelas ? d. Apakah setiap butir tes dinyatakan secara sederhana dan jelas ? e. Apakah setiap butir tes tidak mengandung petunjuk jawaban ? f. Apakah tingkat kesukaran tes sesuai dengan kemampuan siswa yang diuji? g. Apakah setiap butir tes tidak saling tumpang tindih ? h. Apakah setiap butir tes tidak mengandung isu, budaya, dan agama ? a. Tes pilihan ganda Tes pilihan ganda menggunakan soal yang jawabannya Harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pada umumnya, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan dipilih jawaban (option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban (jawaban tepat) dengan pengecoh (distractor).Pengecohan merupakan jawaban yang tidak benar,
17
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 , Yogyakarta: Gava Media, hlm. 117
namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya jika tidak menguasai materi pelajaran. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur berbagai jenjang kognitif sesuai taksonomi bloom.Penskoran tes jenis ini mudah dan dapat dilakukan dengan cepat.Tesdapat mencangkup ruang lingkup materi yang luas dan sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak dan hasilnya harus segera diumumkan, seperti Ujian Nasional (UN).Namun tidak semua materi pelajaran dapat diuji dengan tes berbentuk pilihan ganda.Tes jenis ini juga memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya karena sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi.Kelemahan penggunaan tes adalah terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban. Beberapa kaidah yang umum digunakan dalam menulis soal pilihan ganda adalah sebagai berikut. 1) Materi Soal
Soal harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Upayakan agar masing-masing soal mengukur hasil belajar yang penting. Oleh sebab itu, guru harus menetapkan indikator dan kisi-kisi soal dalam rencana pembelajaran.
Hindari soal yang mengandun lebih dari satu persoalan.
Tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Jumlah soal yang sukar atau diatur proporsinya berdasarkan tujuan tes.
Pilihaan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama dengan kandungan pokok soal, ditulis secara setara (panjang kalimat dan isinya), dan logis.
2) Konstruksi Soal
Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Pokok soal jangan dibuat berbelit-belit dan menimbulkan penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud oleh penulis soal. Bahasa yang digunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti siswa. Seharusnya, peserta tes sudah dapat mengerti pertanyaan atau maksud popok soal, tanpa harus melihat pilihan jawaban terlebih dahulu.
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus berkaitan dengan materi yang ditanyakan.
Rumusan pokok soal jangan memberi petunjuk untuk jawaban yang benar. Pokok soal harus bebas dari kata, frasa, atau ungkapan yang memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Hindari penggunakan kalimat negatif dalam pokok soal. Jika terpaksa menggunakan kalimat nrgatif, upayakan agar kata negatifnya diketik secara berbeda agar jelas, misalnya diketik miring (italic). Contoh: hewan dalam pilihan berikut ini merupakan omnivora, kecuali.
Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda atau terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit siswa dalam memahami mmaksud soal, dan menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami
makna
bahasa.
Penggunaan
kata
negatif
ganda
diperolehkan jika yang ingin diukur adalah pengertian tentang negatif ganda dalam berbahasa. Contoh kalimat negatif ganda: Tokoh yang BUKAN pahlawan nasional, KECUALI...
Panjang kalimat untuk semua pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan karena ada kencederungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang karena sering kali jawaban yang paling panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
Setiap soal harus memiliki satu jawaban yang tepat atau yang paling benar. Jika terdapat beberapa pilihan jawaban yang benar, harus digunakan sistem dan petunjuk pengerjaan soal yang memilih satu huruf yang mewakili beberapa pilihan jawaban. Miasalnya: jawaban adalah A, jika pilihan 1, 2 dan 3 adalah benar.
Pilihan jawaban janagan mengandung pertanyaan : “ semua pilihan jawaban di atassalah”, atau “semua pilihan jawaban diatas bener”. Adanya pilihan jawaban seperti itu, menyebabkan jumlah pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu merujuk pada materi dari pilihan jawaban sebelumnya.
Pilihan jawaban yang bentuk angka seharusnya disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukan waktu harus disusun secara kronologis. Pengukuran angka dilakukan dari nilai angak paling kecil kenilai
angka
paling
besar
atau
sebaliknya.
Demikian
pula,
pengukuran tersebut dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat dan memahami piliahan jawaban. Pilihan jawaban yang hampir sama secara kognitif atau visual sebaiknya dibuat berdekatan agar siswa mudah melakukan perbandingan.
Gambar, grafik, tabel, dan diagram yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Komponen tersebut harus jelas, terbaca, dan dapat dipahami oleh siswa. Apabila soal tersebut dapat dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau diagram yang terdapat Harus dipilih dari beberapa kemungkinan Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada jawaban soal berikutnya akan menyebabkan siswa kesulitan menjawab soal berikutnya jika tidak dapat menjawab soal sebelumnya.
Hindari menggunakan kalimat yang merupakan opini personal, misalnya : menurut pendapat penulis...
3) Bahasa
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
Jangan menggunakan kata yang hanya berlaku setempat jika soal akan digunakan secara nasional atau di daerah lain.
Pemilihan jawaban jangan mengulang kata atau ftasa yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakan kata yang sama tersebut pada pokok soal.
b. Tes Bentuk Dua Pilihan Jawaban (benar dan salah atau ya dan tidak) Tes dengan dua pilihan jawaban lebih mudah ditulis dari pada tes pilihan ganda.Namun, probabilitas menebak dengan bener cukup besar (50%) karena pilihan jawabannya hanya dua, benar dan salah atau ya dan tidak.Jika jumlah butir soal sedikit, indeks daya pembeda butir soal cenderung rendah.Bentuk
soal seperti ini tidak dapat digunakan untuk menguji sebuah konsep secara utuh.Beberapa kaidah yang perlu di perhatikan dalam menulis soal bentuk dua pilihan jawaban adalah sebagai berikut. 1) Rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar atau pasti salah. Hindari penggunaan kata: selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar, dan katakata lain yang sejenis karena dapat membingungkan peserta tes dalam menjawab. 2) Jumlah butir soal yang jawaban nya benar dan salah hendaknya dibuat seimbang. 3) Rumusan setiap butir soal sebaiknya dibuat relatif sama panjang. 4) Susunan pertanyaan yang benar dan pernyataan salah seharusnya diatur secara random. Hindari mengikuti pola sistematis tertentu, misalnya: S S BB, atau B S B S, dan sebagainya. Susunan terpola sistematis akan dapat memberi pettunjuk pada jawaban yang benar. 5) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks. Pengambilan kalimat langsung dari buku teks tidak menguji pemahaman, namun hanya menguji ingatan atau hafalan siswa. c. Soal Bentuk Menjodohkan Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan, yang di letakan pada dua lajur. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal.Sementara itu, kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban.Peserta tes diminta untuk menjodohkan atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kiri dan jawaban pada lajur sebelah kanan. Bentuk soal menjodohkan cocok untuk menyatakan dua konsep yang saling berhubungan misalnya: nama pengarang dan judl buku, mata uang dan negara, nama penemu dengan inovasi yang ditemukan, dan seb againya. Soal jenis ini dapat dibuat dengan mudah, namun cenderung mengukur kemampuan mengingat sehingga kurang tepat digunakan untuk mengukur kemempuan berpikir tingkat tinggi.Siswa juga mungkin menebak jawaban karena jumlah pernyataan soal tidak banyak berbeda dengan pernyataan jawaban.Keterbatasan penggunaan soal jenis ini adalah tidak semua materi
dapat dibuatkan pasangannya. Kaidah penulis soal menjodohkan adalah sebagai berikut. 1) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri dan pernyataan jawaban dalam lajur kanan atau sebaliknya. Upayakan agar pernyataan dalam lajur sebelah kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan dalam lajur sebelah kanan. 2) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari pada pernyataan soal. Hal ini diperlukan untuk memperkecil kemungkinan peserta tes menepak jawaban dengan benar. 3) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar kecil atau sebaliknya. Jika alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun terjadinya peristiwa, susunlah tanggal dan tahun dan tahun tersebut berurutan secara kronologis. 4) Tulislah petunjuk cara mengerjakan tes secara jelas sebelum menuliskan soal 5) tes. d. Soal Isian Singkat/melengkapi Soal isian menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singakt dengan cara mengisi bagian yang tidak lengkap dengan kalimat singkat, kata, frasa, angkat, atau simbol. Tes ini dapat mencangkup lingkup materi yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif, serta mudah menyusunnya.Namun,
aspek
yang
diukur
pada
umumnya
hanya
mengingat.Kaidah penulis soal dengan bentuk isian singkat adalah sebagi berikut. 1) Soal harus sesuai dengan indikator. 2) Pokok soal harus menguatkan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta kalimat singka dan jelas sehingga dapat dipahami dengan mudah. 3) Jawaban ang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kalimat singkat (dua atau tiga kata), frasa, saru kata, angka, simbol, tempat atau waktu. 4) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip langsung dari buku.
5) Pokos soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban. 6) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian atau dua bagian, agar tidak membingungkan peserta tes. e. Soal Uraian Soal uraian atau soal esai dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa secara mendalam. Siswa dituntut untuk menyajikan jawaban
terurai
secara
bebas,
mengorganisasikan
pikirannya,
mengemukakan pendapat-pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan dengan menggunakan kalimat sendiri. Siswa tidak dapat menebak jawaban dan harus menguasai materi secara utuh untuk dapat menjawab soal yang diajukan. Namun, jumlah materi yang dapat ditanyakan relative terbatas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memeriksa jawaban siswa penskoran jawaban bersifat subjektif (tergantung pada penilai) sehingga tingkat reliabilitasnya relative lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda. Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian adalah sebagai berikut: 1. Materi soal a. Setiap soal harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau indicator yang telah ditetapkan. Upayakan agar soal yang dibuat berkaitan dengan konsep penting yang perlu dikuasai oleh siswa. b. Batasan atau ruang lingkup pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus jelas. c. Materi atau pengetahuan yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelasdari siswa yang diuji. 2. Konstruksi soal a. Rumusan soal atau pertanyaan hams menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian, misalnya: mengapa, Uraikan, jeiaskan. bandingkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah, dan sebagainya. b. Soal harus disertai dengan petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Guru atau penulis soal harus membuat pedoman penskoran atau criteria penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai. Perlu ditetapkan besarnya d. skor bagi setiap komponen, atau rentangan skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan. e. Komponen pelengkap soal seperti tabeI, gambar, grafik, peta, diagram, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca, dan harus berfungsi. 3. Bahasa soal a. Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa. b. Rumusan soal harus menghindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu. c. Rumusan soal harus menghindari penggunaan kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. d. Butir soal harus menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. e. Rumusan soal harus mempertimbangkan segi bahasa dan budaya. f. jangan menggunakan frasa atau kata yang hanya berlaku setempat jika soal akan digunakan secara nasional atau untuk daerah lain.18
18
Ridwan Abdullah Sani, 2014, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, Hlm. 220-227, Hlm 239-243