38
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penilaian adalah satu komponen terpenting demi sebuah terciptanya Kualitas peserta didik yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Penilaian adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam ruang lingkup kegiatan kita sehari-hari (Pendidikan, Kualitas Produk, Kinerja). Seiring berjalannya waktu, penilaian juga mengalami perubahan. Perubahan itu menghasilkan sebuah metode penilaian baru yang dinamakan Penilaian Autentik.
Penilaian Autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliable. Penilaian Autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Karena penilaian ini pula, maka penilaian autentik adalah salah satu penilaian yang sangat penting dalam proses pembelajaran demi perkembangan perserta didik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah mengenai pentingnya memahami penilaian pembelajaran bahasa, sastra Indonesia, maka dapat disimpulkan menjadi berbagai rumusan masalah sebagai berikut
Apakah pengertian penilaian Autentik itu?
Mengapa ada perubahan penilaian dalam pendidikan dari yang Tradisional ke Autentik?
Kapankah penilaian Autentik itu dilakukan?
Apakah yang dimaksud Penilaian Pengetahuan?
Apakah yang dimaksud Penilaian Keterampilan?
Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat penilaian Autentik?
Tujuan Penyusunan Makalah
Berdasarkan uraian masalah yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah, maka tujuan makalah ini, yakni agar dapat mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan hal-hal berikut:
Dapat memahami Penilaian Autentik,
Perubahan penilaian dalam pendidikan dari yang tradisional ke Autentik,
Waktu penilaian Autentik itu dilakukan,
Penilaian pengetahuan,
Penilaian keterampilan,
Dan Faktor pendukung dan penghambat penilaian autentik.
Manfaat Penyusunan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis, makalah ini berguna sebagai sumber teori untuk pengenalan macam-macam penilaian pembelajaran bahasa sastra Indonesia yang dapat digunakan untuk mempraktikkan penilaian tersebut di dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat untuk penulis dan pembaca.
Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep serta kompetensi dalam memahami penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
Pembaca, sebagai media informasi mengenai penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Autentik
Nurgiyantoro (2001:3) menyatakan bahwa semua kegiatan pendidikan yang dilakukan selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Pendapat ini juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Mueller (2003:7) sebagai berikut.
"Assement is an integral part of instruction and learning. When assessment is located in the classroom it has the most immediate value. This is why assessment cannot be separated from instruction. With good assessment we can improve instruction, and with good instruction we can improve the activement of all students."
Penilaian adalah bagian dari integral sebuah pembelajaran. Ketika penilaian diterapkan di dalam kelas, penilaian ini adalah hal yang paling penting. Penilaian dilakukan jika ada sebuah pembelajaran dan melalui pembelajaran yang baik kita dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Pengertian Penilaian Autentik
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi (menantang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan otentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja atau untuk kerja.
Menurut Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Tujuan Penilaian Autentik
Perencanaan penilaian pesertadidik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
Pelaporan hasil penilaian peserta didik secaara objektif akuntabel dan informatif.
Penilaian autentik mencakup tiga ranah hasil belajar yaitu ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Terminologi autentik merupakan sinonim dari asli, nyata atau sebenarnya, valid, atau reliabel. Guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Bentuk Penilaian Autentik
Penilaian Kinerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di labolatorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2012)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale). Daftar cek (check list) digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
Berikut contoh penggunaan daftar cek pada waktu berpidato (Berbicara)
Petunjuk: Beri tanda ( ) pada pernyataan "ya atau tidak"
Nama :_______ Kelas :________
Aspek yang dinilai
Deskripsi
Ya
Tidak
Ekspresi fisik (physical expresion)
Berdiri tegak melihat pada penonton
Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan
Mata melihat kepada penonton
Ekspresi suara (vocal expression
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan
Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
Ekspresi verbal (verbal expression)
Memilih kata-kata yang tepat untuk mengaskan arti
Tidk mengulang-ulang pernyataan
Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan suatu pikiran
Menyimpulkan pokok-pokok pkiran yang penting
Skala penialaian (rating scale), digunakan untuk menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan (Arikunto, 2012: 41). Misalnya: 4 = siswa yang selalu melakukan, 3 = kadang-kadang, 2 = jarang, 1 = tidak pernah.
Contoh Penilaian Kinerja Berpidato
Petunjuk : Beri lingkaran pada angka yang ssesuai untuk setiap kemampuan yang teramati pada waktu anak berpidato:
Apabila tidak pernah
Apabila jarang
Apabila kadang-kadang
Apabila siswa selalu melakukan
Nama :
Kelas :
Aspek yang Dinilai, Deskriptor Skala Nilai
Aspek yang Dinilai
Deskriptor
Skala Nilai
1
2
3
4
Ekspresi fisik
Berdiri tegak melihat pada penonton
Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan
Ekspresi suara
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
Intonasi untuk memberi penekanan bagian tertentu
Pemberian jeda
Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu. Kunandaar (2012:279) mengemukakan bahwa "penilaian terhadaap suatu tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian dan penyajian data"
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengajaran, sampai hasil akhir proyek. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Format Penskoran Tugas Proyek
Lakukan peneelitian sederhana meengeenai pengaruh iklan di media cetaak maupun di meedia eleektronik terhadap gaya hidup anak SMA (cara berpakaina, pilihan makanan dan mnuman, perilaku)
Aspek
Kriteria dan Skor
Persiapan
3
2
1
Jika memuat tujuan topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan dengan lengkap
Jika memuat tujuan topik, alasan, tempat penelitian, reeponden, daftar pertanyaan kurang lengkap.
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan tidak lengkap
Pengumpulan data
3
2
1
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua dan data tercatat dengan rapi dan lengkap
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua, tetapi dan tidak tercatat dengan rapi dan lengkap
Jika peertanyaan tidak terlaksana semua ddan data tidk tercatat dengaa rapi.
Pengolahan data
3
2
1
Jika peembahasan data sesuai tujuan penelitian
Jika pembahasan data kurang menggambarkan tujuan penelitian
Jika sekedar melaporkan hasil peneelitian tanpa membahas data
3
2
1
Pelaporan tertulis
Jika sistematika penulisan benar, memuat saran, bahasa komunikatif.
Jika sisteematiak peenulisan benar, meemuat saran, namun bahasa kurang komunikatif
Jika penulisan kurang sistematis, bahasa kurang komunikatif, kurang memuat saran.
Penilaian portofolio
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan orang lain bisa sama bisa berbeda.
Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah atau loker masing-masing di sekolah.
Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta diclik.
Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara rnemperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat "kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
Contoh Format Penilaian Portofolio
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 1 Semester
Nama Siswa : Kelas : X/1
No
SK/KD
Periode
Kriteria
Ket
Tata bahasa
Kosa kata
Kelengkapan gagasan
Sistematika penulisan
1
Menulis teks anekdot prosedur kompleks
2-12-2013
72
75
80
80
10-12-2013
2
Membuat resensi buku
18-12-2013
3
Laporan hasil membaca buku
20-12-2013
Penilaian sikap
Kunandar (2013:105) membagi lima jenjang proses berpikir ranah sikap, yaitu menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai atau mengelola dan berkarakter.
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
Sikap terhadap mata pelajaran
Sikap terhadap guru/pelajar
Sikap terhadap proses pembelajaran.
Cara atau teknik, yaitu teknik observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
Observasi perilaku
Pertanyaan langsung
Laporan pribadi
Contoh Lembar Observasi
Sikap Siswa dalam Diskusi Kelompok
No
Aspek yang Dinilai
Kategori
keterangan
B
C
K
B= Baik
C= Cukup
K=Kurang
1
Kepatuhan terhadap aturan dalam diskusi
2
Memberikan ide, usul dan saran dalam kelompok
3
Mengikuti diskusi dengan semnagat atau antusisa
4
Menyimak atau memerhatikan ketika teman lain sedang menyampaikan presentasi atau pendapat
5
Menghargai pendapat atau usul yang disampaikan teman lain atau kelompok lain
6
Tanggung jawab dalam kelompok
7
Kerja sama dalam kelompok
8
Kesantunan dalm menyampaikan pendapat
9
Cara menyanggah atau menanggapi pendapat teman lain
10
Penerimaan terhadap hasil diskusi
e. Penilaian Diri
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan darri kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
d) Merminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Contoh Format Penilaian Diri Peserta Didik
Nama sekolah :
Mata Pelajaran:
Nama :
Kelas :
Pernyataan
Alternatif
Ya
Tidak
Saya berusah meningkatkan keimanan dan ketqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar
Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
Saya optimis bisa meraih prestasi
Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah sastra dan perkembangan bahasa
Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab
Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2 jika jawaban YA maka diberi skor 2 dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaian adalah jika rentang nilai antara 0-5 dikategorikan tidak positif, 6-10 kurang positif, 11-15 positif dan 16-20 sangat positif.
Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan Kunandar (2013 : 299).
Contoh penilaian produk
Pembuatan Majalah Dinding
Mata pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta Didik :
Kelas / Semester :
No
Tahapan
Skor (1-5)
1.
Tahap perencanaan
Kemampuan peserta didik merencanakan
Mengembangkan gagasan
Mendesain produk
2
Tahap proses pembuatan
Persiapan alat dan bahan
Teknik pengolahan
K3 (keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3
Tahap akhir/hasil
Bentuk fisik
Inovasi
Kreativitas
isi
Skor diberikan dengan rentang skor 1-5, dengan ketentuan semakin lengka jawan dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
2.1.3 Perubahan Penilaian Tradisional ke Penilaian Autentik
Perbandingan berikut ini sangat disederhanakan tetapi diharapkan dapat menggambarkan perbedaan pandagan dan asumsi dari kedua pendekatan penilaian tersebut. Penilaian Tradisional merujuk pada ukuran-ukuran yang dipaksakan seperti tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-bentuk serupa lainnya yang biasa digunakan dalam pendidikan. Biasanya siswa memilih satu jawaban atau memanggil informasi untuk dilengkapi. Bentuk-bentuk semacam itu mungkin yang dibakukan atau buatan guru, dan dilaksanakan pada tingkat lokal, regional, nasional atau bahkan internasional.
Dibalik penilaian tradisional dan penilaian otentik ada suatu keyakinan bahwa misi utama sekolah membantu warga negara produktif. Esensi dari keduaa pandangan tersebut berbeda. Berikut akan disampaikan perbedaannya yang esensi.
Menurut pandangan Penilaian Tradisional (biasa) untuk menjadi warga yang poduktif seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu. Oleh sebab itu, sekolah harus membekali siswa sejumlah keterampilan dan pengetahuan tersebut. Untuk menetapkan berhasil tidaknya, sekolah seyogianya mengetes para siswanya apakah mereka menguasai pengetahuan dan keterampilan tersebut. Jadi, dalam Penilaian Tradisional "sejumlah pengetahuan ditetapkan terlebih dahulu". Dengan demikian, jadilah pengetahuan tersebut sesuai dengan kurikulum yang perlu dicapai atau disampaikan. Akibatnya penilaian (asesmen) dikembangkan dan dilaksanakan untuk menentukan apakah terjadi pencapaian kurikulum tersebut atau tidak.
Sebaliknya penilaian otentik berangkat dari alasan dan praksis sebagai berikut. Salah satu misi sekolah adalah mengembangkan warga negara produktif. Untuk menjadi seorang warga negara produktif, seseorang harus menampilkan sejumlah task yang bermakna di dunia sesungguhnya. Akibatnya, sekolah harus membantu para siswanya menjadi mahir dalam menampilkan tugas-tugas bermakna yang menyerupai tantangan dunia sesungguhnya untuk melihat apakah siswa-siswa tersebut mampu melakukannya.
Jadi, dalam penilaian otentik, penilaian yang menggiring menuju ke kurikulum yang berarti bahwa guru pertama-tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh para siswa tentang hal-hal yang harus dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan keteraampilam-keterampilan yang esensi. Hal ini berarti merancang dengan langkah mundur.
Penilaian otentik merupakan pelengkap dari penilaian tradisional. Dengan demikian, mestinya perlu ditetapkan atribut-atribut yang cocok untuk keduan bentuk penilaian yang saling melengkapi tersebut.
Model Penilaian Autentik dan Penilaian Tradisional
Assesmen tradisional (AT) ni mengacu pada forced choice ukuran tes pilihan ganda, fill-in-the-blank, true-false, menjodohkan dan semacamnya yang telah digunakan dalam pendidikan umumnya. Tes ini memungkinkan distandarisasi atau dikreasi oleh guru. mereka dapat mengatur setingkat lokal, nasional atau secara internasional. Latar belakang assesmen autentik dan tradisional adalah adalah suatu kepercayaan bahwa misi utama sekolah adalah untuk membantu mengembangkan warga negara yang produktif. Itu adalah intisari dari misi yang seringkali kita baca. Dari permulaan umum ini, muncul dua perspektif pada penilaian yang berbeda atau menyimpang.
Esensi assesmen tradisional didasarkan pada filosofi bidang pendidikan yang mengadopsi pemikiran antara lain: (1) suatu misi sekolah adalah untuk mengembangkan warga negara produktif, (2) menjadikan warga negara produktif setiap orang harus memiliki suatu kompetensi tertentu dari pengetahuan dan keterampilan, (3) sekolah harus mengajarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan ini, (4) menentukan kompetensi itu sukses, kemudian sekolah menguji para siswa, untuk melihat apakah mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
2.1.4 Tugas (Tasks) dan Kriteria Penilaian atau Rubrik (Rubrics)
Tugas Otentik
Tugas otentik atau authentic tasks: is an assignment given to students designed to assess their ability to apply standard-driven knowledge and skills to real-world challenges. Dengan kata lain, suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya dianggap otentik apabila: (i) siswa diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya. Mungkin saja ada definisi yang lain.
Baron's (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik, yaitu: 1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Anonymous (2005) mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian otentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya anonymous mengungkapkan lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang otentik pada pembelajaran sains. Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukan kinerjanya.
Tipe Tugas Otentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.
Computer Adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif) yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukan tingkat kemampuan yang nyata;
Tes pilihan ganda diperluas, dengan memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih;
extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance assessment (tugas perseorangan);
interview berupa pertanyaan lisan dari asesor;
portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
observasi partisipasif;
projek, expo atau demonstrasi;
constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang "rubrics". Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001:19). Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu dimensi, definisi dan contoh, skala, serta standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.
2.1.5 Deskriptor dan Level Kinerja
Rubric di atas melibatkan komponen lain yang umun digunakan dalam penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu descriptor. Descriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Descriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilaian (rater) lebih konsisten dan lebih objektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian otentik, descriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
2.1.6 CARA DAN KARAKTERISTIK
Menurut Permendikbud standar penilaian pendidikan adalah kriterian mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup : penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompotensi, ujian tingkat kompotensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah.
Karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut :
Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompotensi terhadap satu atau beberapa kompotensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompotensi terhada standar kompotensi atau kompotensi inti dalam satu semestr (sumatif).
Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian autentik ditujukan untuk mengukur pencapaian kompotensi yang menekankan aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompotensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
Berkesinambungan dan terintegritas. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Dapatkan digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompotensu peserta didik seara komperhensif.
PENILAIAN PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian Penilaian Pengetahuan
Penilaian (assessment) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata nilai yang berarti kepandaian, biji dan ponten. Akan tetapi, Penilaian dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program belajar, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Oleh karena itu penilaian dapat terbagi pengertiannya: bersifat situasional.
Misalnya menurut pendapat Suprananto dalam bukunya yang saya baca di ebook berjudul Penilaian Pendidikan. Ia mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, seta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Apa yang dikatakan oleh Suprananto adalah pengertian penilaian dalam lembaga pendidikan.
2.2.2 Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam Kurtilas kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode Kompetensi Inti 3 (KI-3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasi oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar. Namun, apa yang menjadi ciri khas sekaligus keyword penilaian Pengetahuan adalah dalam tujuan KD guru yang akan diperoleh oleh peserta didik.
Menurut Kunandar (2015: 117) contoh kata-kata kerja operasional/ keyword ranah kompetensi pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Mengutip
Memperkirakan
Menegaskan
Menganalisis
Mengabtraksi
Membandingkan
Menyebutkan
Mengkategorikan
Mengurutkan
Mengaudit
Mengatur
Menilai
Menjelaskan
Mencirikan
Menentukan
Menganimasi
Menganimasi
Mengkritik
Menggambar
Merinci
Menerapkan
Mengumpulkan
Mengumpulkan
Memberi saran
Membilang
Mengasosiasikan
Menggunakan
Memecahkan
Mengkategorikan
Menimbang
Mengidentifikasi
Membandingkan
Menyesuaikan
Menyelesaikan
Memberi kode
Memutuskan
Mendaftar
Menghitung
Memodifikasi
Menegaskan
Mengkombinasikan
Memilah
Menunjukkan
Mengkontraskan
Mengklarifikasikan
Mendeteksi
Menyusun
Memisahkan
Memberi label
Mengubah
Membangun
Mendiagnosa
Mengarang
Memprediksi
Memberi indek
Mempertahankan
Membiasakan
Menyeleksi
Membangun
Memperjelas
Memasangkan
Menguraikan
Menggambarkan
Memerinci
Merancang
Menegaskan
Menamai
Menyalin
Menilai
Menominasikan
Menghubungkan
Menafsirkan
Menandai
Membedakan
Melatih
Mendiagramkan
Menciptakan
Mempertahankan
Membaca
Mendiskusikan
Menggali
Mengorelasikan
Mengkreasikan
Memerinci
Menyadari
Menggali
Mengadaptasi
Merasionalkan
Mengoreksi
Mengukur
Menghafal
Mencontohkan
Menyelidiki
Menguji
Merencanakan
Merangkum
Meniru
Menerangkan
Mengonsepkan
Menjelajah
Mendikte
Membuktikan
Mencatat
Mengemukakan
Melaksanakan
Membagankan
Meningkatkan
Mendukung
Mengulang
Mempolakan
Meramalkan
Menyimpulkan
Memperjelas
Memvalidasi
Mereproduksi
Memperluas
Mengaitkan
Menemukan
Membentuk
Mengetes
Meninjau
Menyimpulkan
Mengomunisasikan
Menelaah
Merumuskan
Mencoba
Memilih
Meramalkan
Menyusun
Memaksimalkan
Menggeneralisasi
Mendudkung
Menyatakan
Merangkum
Mensimulasikan
Memerintahkan
Menggabungkan
Memilih
Mempelajari
Menjabarkan
Memecahkan
Mengedit
Memadukan
memproyeksikan
Mentabulasi
Menjelaskan
Melakukan
Memilih
Membatasi
Memberi kode
Mengelompokkan
Memproses
Mengukur
Menampilkan
Menelusuri
Menggolongkan
Menyelesaikan
Melatih
Merangkum
Mentransfer
Merekonstruksi
Teknik Penilaian Pengetahuan
Menurut Kunandar (2015: 173) guru menilai kompetensi pengetahuan melalui: (1) Tes tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) Tes lisan dengan bertanya langsung kepada peserta didik, dan (3) Penugasan atau poyek dengan lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Tes Tertulis
Penilaian secara tertulis yang dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang di berikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
Bentuk tes tertulis
Bentuk pilihan ganda
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengambangkan sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan cenderung menerka jawaban. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilahan ganda :
Instruksi pengerjaannya harus jelas dan bila di pandang perlu disertai contoh mengerjakannya.
Hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar.
Tiap butir soal hendakanya hanya mengandung satu idea meskipun idea tersebut dapat komplek.
Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
Hindarkan menggunakan susunanan kalimat dalam buku paket atau pelajaran, karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, biasanya, dan pada umumnya.
Jenis-jenis Tes Bentuk Pilihan Ganda
Menurut Kunandar (2015: 184) jenis-jenis tes bentuk pilihan ganda sebagai berikut
Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilohan yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar.
Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar itu. Contoh :
Hubungan dua mahluk hidup yang saling menguntungkan disebut simbiosis ......
Komensalisme c. Mutualisme
Parasitisme d. Alamisme
Kunci Jawaban : C
Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan dan pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut. Contoh :
Ciri-ciri khusus samudera Arktrik adalah sebagai berikut kecuali .......
Merupakan samudera paling smpit
Mempunyai suhu permukaan paling dingin dibanding samudera-samudera lainnya karena letaknya paling jauh dari khatulistiwa
Tidak dilewati garis khatulistiwa
Seluruhnya terdapat di garis lintang selatan
Kunci Jawaban : d
Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah emilih jawaban yang benar.
Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang paling benar. Contoh :
Dalam pergaulan di sekolah, siswa harus menghormat.....
Guru
Siswa yang lain
Kepala sekolah
Seluruh warga sekolah
Kunci Jawaban : d
Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.
Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu kemungkinan jaaban yang benar dan melengkapinya. Contoh :
Kepadatan penduduk berdasarkan lahan pertanian dapat dibedakan jadi dua, yakni kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk....
Fsiologis
Industri
Alami
Gabung
Kunci Jawaban : a
Kaidah penulisan soal pilihan ganda
Kaidah penulisan soal adalah petunjuk atau pedoman yang perlu di perhatikan penulis agar soal yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menulis soal adalah harus menggunakan kata kerja yang oprasional, terukur dan dapat diamati.
Soal pilihan ganda terdiri dari aspek:
Dasar pertanyaan (stimulus)
Pokok soal (stem)
Pilihan jawaban (option)
Kaidah penulisan soal pilihan ganda meliputi tiga aspek, yakini aspek materi, konstruksi dan bahasa. Berikt ini penjelasan dari ketiga aspek tersebut.
Aspek Materi
Aspek materi terdiri dari tiga hal, yakni:
Soal harus sesuai dengan indikator
Pengecoh berfungsi
Mempunyai jawaban yang benar atau paling benar
Aspek Konstruksi
Aspek konstruksi terdiri dari sepuluh hal, yaitu :
Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas.
Rumusan soal dan rumusan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Panjang rumusan jawaban relatif sama.
Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan "semua pilihan jawaban di atas salah" atau "semua pilihan jawaban di atas benar".
Pilihan angka yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologis waktunya.
Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya jelas dan berfungsi.
Butir soal tidak bergantung pada soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab benar soal berikutnya.
Aspek Bahasa
Aspek bahasa terdiri enam hal, yakni:
Soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian
Syarat Tes Tertulis Pilihan Ganda
Syarat tes tertulis pilihan ganda yang baik adalah:
Memiliki validitas yang tinggi, artinya mampu mengungkapkan aspek hasil belajaryertentu secara tepat.
Memiliki realibitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang relatif tetap dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai, artinya tiap butir dalam tes itu dapat membedakan peserta didik yang belajar atau menguasai materi (kompetensi) dan peserta didikyang belum belajar atau belum menguasai materi (kompetensi).
Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sulit.
Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanannya, cara mengerjakannya dan cara mengoreksinya.
Tes benar-salah
Tes benar-salah merupakan tes yang berupa pernyataan-pernyataan (statement) yang mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah, dan testi diminta menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan petunjuk pengerjaannya.
Kaidah Menyususn Tes Tertulis Bentuk Benar Salah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun soal tertulis benar salah adalah sebagai berikut:
Hati-hati dalam memilih kalimat yang dapat memberi petunjuk kepada peserta didik untukmenebak jawaban hanya secara spekulatif
Hindarkan penggunaan kalimat negatif lebih dari dua kali, sebab hal ini akan membingungkan peserta didik
Hindarkan penggunaan kalimat yang diambil secara persis sama seperti dalam buku teks
Hindarkan penggunaan kalimat yang sekedar bertujuan untuk menjebak peserta didik
Hindarkan penggunaan kalimat yang memiliki arti ganda
Sebaiknya menggunakan kalimat atau pernyataan positif
Hindari penggunaan kata-kata yang mengganggu pada pilihan jawaban
Gunakan kalimat yang singkat, tetapi padat isi
Hindarkan penggunaan kalimat atau ilustrasi yang tidak dikenal oleh peserta didik
Hindarkan penggunaan kalimat yang panjang dengan struktur bahasa yang rumit, sebab hal ini akan menyebabkan kecenderungan kepada peserta didik untuk menganggap benar dan akan membingungkan peserta didik
Usahakan jumlah jawaban yang benar tidak terlalu berbeda secara menyolok dengan jumlah jawaban yang salah
Hendaknya dapat dihindarkan pernyataan yang sebagian benar dan sebagian salah
Sedapat mungkin jangan menggunakan bahasa yang kualitatif ataupun kuantitatif yang dapat diketahui dengan pasti maksudnya.
Penyusunan pernyataan benar dan salah dilakukan secara acak dan jangan disusun secara sistematik
Benar atau salah yang disusun dalam pernyataan ini hendaknya didasarkan atas isi atau konsep.
Tes menjodohkan (matching test)
Tes menjodohkan merupakan tes yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas testi adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyannya.
Kaidah Menyusun Tes Tertulis Bentuk Menjodohkan
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun teks menjodohkan adalah sebagai berikut:
Masalah-masalah yang dikemukakan dalam menyusun tes menjodohkan hendaknya terdiri dari masalah yang sejenis.
Jumlah kata-kata yang dipakai dalam pernyataan kurang lebih 15 kata.
Jumlah pernyataan yang dijadikan jawaban hendaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan pernyataan yang dijadikan soal. Perbandingan tersebut dapat berkisar 10:15
Pernyataan yang menjadi jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang lebih pendek dan ringkas.
Pernyataan yang menjadi soal, diletakkan sebelah kiri dengan diberi nomor, sedangkan jawaban diletakkan di sebalah kanan dengan menggunakan abjad.
Susunlah pernyataan soal dan pilihan jawaban dengan suatu sistematika tertentu. Apabila terdiri dari angka-angka susunlah mulai dari angka terbesar. Apabila terdiri nama-nama susunlah menurut urutan abjad.
Janganlah membuat pasangan yang terlalu banyak dalam suatu paket soal tertulis menjodohkan.
Janganlah menulis suatu pernyataan soal menjodohkan yang bersambung ke halaman berikutnya.
Karena kecilnya faktor terkaan dalam menjawab tes tertulis bentuk menjodohkan, nilai dihitung dari jumlah jawaban yang benar.
Tes isian singkat (completion test)
Tes bentuk jawaban atau isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian.
Tes uraian (essay test)
Tes uraian merupakan sejenis teks kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasaan atau uraian-uraian kata-kata dengan tujuan ingin mengungkapkan daya ingat dan pemahaman testi terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes dan ingin mengungkapkan daya ingat testi dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya.
Tes Lisan
Tes-tes lisan adalah bentuk tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif) di mana guru memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didik secara verbal (bahasa lisan) dan ditanggapi oleh peserta didik secara langsung dengan menggunakan bahasa verbal (lisan) juga (Kunandar: 2014). Tes lisan menuntut peserta didik memberikan jawaban secara lisan. Tes lisan biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang masalah yang diujikan.
Tes lisan berfungsi untuk mengukur tingkat tidak hanya intelegensi peserta didik tetapi juga mengukur tingkat kecepatan berpikir peserta didik. Dengan tes lisan pendidik juga bisa mengukur pengetahuan umum maupun khusus. Tes lisan bisa digunakan pada ulangan harian, ulangan tengah semester ulangan akhir semester ujian tingkat kompetensi, ujian mutu kompetensi, dan ujian sekolah. Dalam setiap tes tidak selalu berjalan lancar, pastinya selalu memilki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Salah satu di antara kekurangan tersebut yaitu apabila hubungan antara guru dengan peserta didik kurang baik, misalnya tegang, menakutkan akan mempengaruhi objektifitas hasil terlepas dari itu semua kelebihan dari tes tersebut adalah dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kompetensi penguasaan pengetahuan peserta didik, karena dilakukan secara face to face (tata muka).
Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah dan atau proyek baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Dan dalam pemberian tugas kepada peserta didik, hendaknya ditentukan lama waktu pengerjaannya.
2.2.4 Tujuan Penilaian Pengetahuan
Tujuan dari penciptaan Penilaian Pengetahuan merujuk pada tujuan penilaian otentik itu sendiri dimana tujuan penilaian otentik sebagai berikut:
Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,
Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
(Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013)
Cara-cara Penilaian Pengetahuan
Kompetensi yang dingin dicapai "Memahami" dalam Puisi
NO
NAMA
PAHAM TEORI
PAHAM PENULIS PUISI
MEMAHAMI ISI PUISI
DAPAT MENGAPRE-SIASI PUISI
TOTAL SKOR
1
NOPI
3
4
2
4
13
2
RANGGA
5
5
5
5
20
3
SONY
0
2
3
1
6
4
ILHAM
5
5
5
5
20
Keterangan :GRADE SKOR AKHIRA : 4 B : 3 C : 2 D : 1 R : 0GRADE SKOR AKHIRA : 4 B : 3 C : 2 D : 1 R : 0
GRADE SKOR AKHIR
A : 4 B : 3 C : 2 D : 1 R : 0
GRADE SKOR AKHIR
A : 4 B : 3 C : 2 D : 1 R : 0
2.2.6 Contoh Rubrik Penilaian Pengetahuan dengan Tes Lisan
Nama :________ Kelas : _______
Kompetensi yang diukur
Jawaban
Skor
Analisis
Faktanya kuda adalah hewan yang berkaki empat dan memiliki suara khasnya yang berbeda dengan hewan berkaki empat lainnya.
4
Pohon Mangga adalah pohon yang berbuah ketika datang musim hujan atau berbuah pohonnya pada bulan November-Desember.
4
Harimau mempunyai jenisnya masing-masing yang tersebar di seluruh dunia.
Harimau adalah hewan karnivora yaitu hewan pemakan daging.
Di Indonesia Harimau hanya terdapat satu spesies, yaitu harimau sumatera.
3
5
5
Total Skor diperoleh
21
Nilai Peserta Didik = Skor yang diperoleh peserta didik x 100
Skor total (30)
2.3 Penilaian Keterampilan
2.3.1 Pengertian Penilaian Keterampilan
Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidikan menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
Penilaian keterampilan mencangkup proses dan Penilaian Hasil:
Penilaian Proses
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Penyajian
Penilaian Hasil
a. Isi laporan
b. Bahasa
c. Estetika
2.3.2 Instrumen Penilaian Keterampilan
Nama Peserta Didik : ___________ Kelas:______
No
Aspek Penilaian
Baik
Tidak Baik
1
Posisi Tanda Baca
2
Korelasi Antar Kalimat
3
Penempatan Huruf Kapital
4
Perumusan Kesimpulan
Skor Yang Diperoleh
Skor Maksimum
Keterangan
Baik Memperoleht Skor : 1
Tidak Baik Memperoleh Skor : 0
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak terangkai sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = Tidak Kompeten, 2 = Cukup Kompeten, 3 = Kompeten dan 4 = Sangat Kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.
2.3.3 Tujuan Penilaian Keterampilan
Artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu akan keilmuan dan kompetensi keterampilan itu menunjuk peserta didik bisa (mampu) tentang keilmuan tertentu tersebut. Dalam Kurtilas kompetensi keterampilan menjadi Kompetensi Inti 4 (KI-4). Maka dari itu, tujuan dari Penilaian Keterampilan sangat begitu vital hasilnya, bukan hanya karena landasan KI-4 saja melainkan dalam perkembangan peserta didiknya pun berpengaruh besar. Dengan dilakukan penilaian ini pula, kita (pendidik) sama artinya dengan memberi arahan peserta didiknya agar lulus dalam keterampilan yang kurang ia kuasai.
Teknik Penilaian Keterampilan
Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
a. Performance/Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas padasituasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
No
Aspek Yang Dinilai
Baik
Tidak Baik
1
Intonasi membaca Puisi
2
Gestur Tubuh
3
Penghafalan Dialog
Skor Diperoleh
Skor Maksimum
Keterangan
Baik memperoleh skor : 1
Tidak baik memperoleh skor : 0
b. Penilaian Produk
penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian Daftar cek, skala penilaian. Sehingga proses penilaian serta mengukur kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni dapat ternilai secara objektif.
Penilaian Produk Kendi dari Tanah Liat
No
KD
Aspek yang dinilai
Skor
Menguji produk siswa dengan list check
1
2
3
4
1
Daya Tahan Kendi
x
2
Estetika Warna
x
3
Bentuk Kendi
x
Jumlah
9
Skor Maksimum
12
Keterangan 1: tidak kompeten 2 : cukup kompeten 3 : Kompeten 4 : Sangat KompetenKeterangan 1: tidak kompeten 2 : cukup kompeten 3 : Kompeten 4 : Sangat Kompeten
Keterangan
1: tidak kompeten 2 : cukup kompeten 3 : Kompeten 4 : Sangat Kompeten
Keterangan
1: tidak kompeten 2 : cukup kompeten 3 : Kompeten 4 : Sangat Kompeten
c. Penilaian Proyek
penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.tugas tersebut merupakan suatu bentuk investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
d. Portofolio
Portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematisdan terorganisasi yang dilakukan secara kurun waktu tertentu. Biasanya bentuk penilaian Portofolio adalah Daftar cek, skala penilaian penilaian. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untum memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian, penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
No.
Karya peserta didik
Skor
Prestasi
Keterangan
(1-4)
(T-BT)
1
Produk membuat Puisi Balada
3
T
TUNTAS
2
Menciptakan Cerpen
4
T
TUNTAS
3
Membuat Pantun
2
BT
BELUM TUNTAS
Total Skor
2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam melaksanakan penilaian sebagai bahan informasi untuk menentukan prestasi peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan penilaian hasil belajar, maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumnen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses pembelajaran. Sebaliknya, kalau terjadi kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya tidak akan tercapai.
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Hasil belajar dapat dikatakan pula kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Tentunya dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.
Faktor Pendukung
Dalam penerapan penilaian autentik ada beberapa faktor pendukung yang menguatkan untuk bagaimana kegiatan penilaian dimaksud dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Sebagaimana dikatakan oleh beberapa informan:
Ketika penerapan penilaian autentik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan, ada beberapa faktor yang mendukung kegiatan penilaian itu, sehingga bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu; (1) kompetensi yang dimiliki oleh guru, (2) kesiapan peserta didik, (3) pola kepemimpinan kepala sekolah, (4) terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif, dan (5) adanya kegiatan ekstra kurikuler. Faktor-faktor inilah yang mendukung pada pelaksanaan kegiatan penilaian autentik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tentunya akan menentukan keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi yang dimiliki peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Faktor Penghambat
Di samping adanya faktor pendukung, tidak terlepas pula dalam penerapan penilaian autentik yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dijumpai juga adanya faktor penghambat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa informan:
Di samping memang ada faktor pendukung, juga ada faktor penghambat dalam penerapan penilaian autentik, yaitu diantaranya adalah :
Kurangnya sosialisasi tentang kurikulum 2013, sebab penilaian autentik pada dasarnya merupakan keharusan untuk dilaksanakan karena adanya kurikulum 2013.
Penilaian Sikap pada mata pelajaran B.Indonesia tidak mencangkup keseluruhan penilaian sikap seperti pada Guru PPKN dan Agama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penilaian adalah bagian dari integral sebuah pembelajaran. Ketika penilaian diterapkan di dalam kelas, penilaian ini adalah hal yang paling penting. Penilaian dilakukan jika ada sebuah pembelajaran dan melalui pembelajaran yang baik kita dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian pengetahuan merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa.penilaian pengetahuan dapat berupa tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Sedangkan penilaian keterampilan keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
3.2 Saran
Dalam implementasi kurikulum 2013 hendaknya menggunakan sistem penilaian yangg sesuai dengan peraturan pemerintah (Permendiknas), agar dapat berjalan dengan lancar, membantu siswa agar mencapai tujuan kurikulum 2013 itu sendiri, dan dapat mempertanggungjawabkan proses penilaian yang diberikan kepada siswa secara tepat dan akurat. Diharapkan dengan penilaian autentik mampu membantu siswa untuk mengerti serta dapat mengasah kemampuannya.