BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
“Infeksi Nosokimial meluas. infeksi ini merupakan kontributor penting pada morbiditas. Infeksi ini akan melebihi penting sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan dampak ekonomis dan manusiawi kwrena:
Peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk,
Semakin seringnya masalah gangguan imunitas (usia, penyakit, dan pengobatan),
Mikroorganisme baru,
Infeksi nosokimial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus penting pencegahan infeksi di di semua negara, namun dinegara berkembang infeksi ini adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat di cegah, yang paling penting adalah:
Infeksi sluran kencing, pneumonia, dan diare,
Infeksi sesudah pembedahan atau prosedur medis invasif, dan
Infeksi maternal dan neonatal.
Organisme yang menyebabka infeksi nosokimial biasanya datang dari tibuh pasien sendiri (flora endogen). Juga dapat diperoleh dari kontak dengan staf (kontaminasi silang), intrumen dan jarum terkontaminasi dan lingkungan (flora eksogen). Karena pasien umumnya selalu berpindah-pindah dan waktu rawat dirumah sakit lebih pendek, pasien sering dipulangkan sebelum infeksi menjadi nyata (timbul gejala). Kenyataannya sebagian besar infeksi nosokimial pada pasien rawat inap – inap – dan dan rawat jalan – jalan – menjadi menjadi nyata setelah pulang. Akibatnya, sering kali susah menentuka apakah sumber organisme yang menyebabkan infeksi itu endongen atau oksigen. Kejadian infeksi nosokimial de negara berkembang jauh lebih tinggi, terutama infeksi yang umumnya dapat ndi cegah (misalnya infeksi pascabedah sepe rti seksio sesarea). Di negara-negara ini terjadinya infeksi nosokimial tinggi karena kurangnya pengawasan, praktik pencegahan infeksi yang buruk, pemakaian sumber
1
terbatas yang tidak tepat, dan rumah sakit yang penuh sesak. Faktor-faktor yang berperan adalah:
Standar dan pratktik pelayanan tranfusi darah yang tidak mencukupi
Meningkatnya penggunaan alat-alat medik invasif (misalnya, ventilator menarik, kateter urin dan selang intravena sentral) tanpa pelatihan atau dukungan laboratorium yang cukup.
Penggunaan cairan intravena yang terkontaminasi, terutama buatan rumah sakit sendiri.
Resitensi antibioti karena penggunaan antibiotik spektrum luas berlebihan dan
Suntikan yang tidak aman dan tidak perlu.
Yang terakhir ini amat penting. Misalnya, setelah mempelajari kembali sejumlah penilaian, Simonsek dkk (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan di negara berkembang tidak aman (misalnya jarum dan semprit yang di pakai ulang) dan banyak suntikan yang tidak perlu di kawasan sub Sahara Afrika, dan lebih banyak lagi kasus HBV dan HCV terjadi, di seluruh dunia setiap tahun akibat suntikan tidak aman (Kane dkk, 1999).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan : 1. Apa pengertian Infeksi Nosokomial? 2. Bagaimana frekuensi dan infeksi Nosokomial? 3. Bagaimana dampak infeksi Nosokomial? 4. Bagaimana Pencegahan infeksi Nosokomial?
C. Tujuan
1. Mengerti Apa pengertian Infeksi Nosokomial 2. Mengerti Bagaimana frekuensi dan infeksi Nosokomial 3. Mengerti Bagaimana dampak infeksi Nosokomial 4. Mengerti Bagaimana Pencegahan infeksi Nosokomial
2
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut . Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik . Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita
infeksi
karena
mikroorganisme
patogen
tertentu
kemudian
mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya
Infeksi dari mlaboratorium. Infeksi nosokimial yang berasal dari kegiatan loboratorium oleh staf, bagaimana terjadinya.
Infeksi nosokimial atau infeksi di dapat dari rimah sakit ( istilah yang biasa di gunakan bertukar-tukar) . Infeksi yant dapat terjadi atau tidak dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk di rumah sakit. (Nosokimial mennunjukkan hubungan antara perawatan dan timbulnya infeksi. Itu adalah satu kriteria berkaitan dengan waktu, bukan hubungan sebab akibat).
Perlukan atau infeksi kerena pekerjaan. Perlukan infeksi yang didapat oleh staf sewaktu melakukan tugas rutin biasa.
Terkontaminasi. Keadaan dimana terjadi kontak secara aktual atau potensial dengan mikroorganisme. Dalam pelayanan kesehatan, istilah
B. FREKUENSI DAN JENIS INFEKSI NOSOKIMIAL
Infeksi nosokimial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh di seluruh dunia dan terus meningkat (Alvarado 2000). Contohnya, kejadian infeksi nosoimial yang berkisar dari terendah sebanyak 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika hingga 40% di beberapa tempat Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika (Lynch dkk 1997). Pada 1987, suatu survei prevalensi meliputi 55 rumah sait di 14 negara berkembang pada empat wilayah WHO (Eropa, Mediterania
3
Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menemukan rata-rata 8,7% dari seluruh pasien rumah sakit menderita infeksi nosokimial. Jadi pada setiap saat , terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia karena komplikasi infeksi yang di dapat di rumah sakit. (Tikhomirov, 1987). Pada survei ini frekuensi yang tertinggi di laporkan ari rumah sakit di Wilayah Timur Tengah Mediterania dan Asia Tenggara, masi ng-masing 11,8% dan 10% (Mayon-White dkk 1988). Angka kejadian ini belum mencerminkan keadaan satat ini, karena pada waktu itu pandemik HIV/AIDS baru saja mulai. Terlebih lagi, survei tidak mengikuti negara di Afrika dimana kejadian infeksi nosokimial jauh lebih tinggi. Walaupun demikian, survei memberikan beberapa pedoman tentang infeksi nosokimial apa yang sering terjadi di negara berkembang. Infeksi tempat pembedahan, infeksi saluran kencing dan infeksi saluran nafas bawah (pneumonia) merupakan jenis utama yang dilaporkan. Urutan ini berbeda dengan yang dilaporkan di AS, misalnya, infeksi saluran kencing dan saluran pernapasan lebih umum, diikuti oleh infeksi tempat pembedahan (Eropa dan Gaynes 1993). Penelitian WHO Dan lain-lain, juga menentukan bhwa prevalensi infeksi nosokimial yang tertinggi terjadi di ICU, perawatan bedah akut, dan bangsal otopedi. Tidak mengherankan apabila terjadi infeksi lebih tinggi di antara pasien yang lebih rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit yang sedang di derita. Sekarang, perlu di tambahan juga pasien dirawat dengan berkurannya imunitas karena AIDS dan/atau TBC resisten terhadap pelbagai obat.
C. DAMPAK INFEKSI NOSOKIMIAL
Infeksi nosokimial menambahkan keditakberdayaan funsional, tekanan emosional, dan kadang-kadang- pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kesehatan sehingga menurunkan kualitas hidup. Sebagai jelas di negara miskin, terutama yang di landa HIV/AIDS, Karena temuan terakhir membuktikan bahwa pelayanan medis yang tidak aman merupakan faktor penting dalam transmisi HIV (Gisselquist dkk 2002). Selama 10 - 20 tahun terakhir belum banyak kemajuan dalam mengatasi masalah endasar yang menjadi penyebab meningkatnya kejadian infeksi nosokimial
4
meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di negara-negara yang kurang mampu karena meningkatnya:
Lama rawat inap di rumah sakit,
Terapi dengan obat-obat mahal ( seperti obat antiretroviral untuk HIV/AIDS, Dan antibiotik), dan
Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaa laboratorium, rontsen, transfusi). Konsekuensinya, di negara dengan sumber daya rendah, upaya pencegahan
infeksi nosokimial harus dianggap jauh lebih penting jika, upaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya akan dilakukan.
D. PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Sebagian besar infeksi ini apat dicegah dengna strategi yang te;ah tersedia, secara relatif murah, yaitu:
Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama ebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan,
Memperhatikan dengan seksama peroses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan strelisasi atau disinfeksi tingkat tinggi; dan
Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainya dimana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi. Sayang sekali tidak semua infeksi nosokimial dapat dicegah. Contohnya,
beberapa merupakan pengaruh bertambahnya usia, penyakit kronis seperti diabetes yang lain yang tidak terkontrol, penyakit ginjal berat atau emfiseme pulmonumberat, kekurangan gizi berat, perawatan dengan obat-obatan tertentu.
5
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di rumah sakit infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainya serta petugas medis,selain itu alat kesehatan yang di gunakan biasanya sebagai media transmisi dalam
segi
penularan
sebab
biasanya
kurang
sterilnya
alat
kesehatan
tersebut.Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia dan juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna itu dengan pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan mikroorganisme yang menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.
B. Saran
1.
Sterilisasi alat kesehatan agar mengurangi dampak dari penularan infeksi nosokomial.
2.
Melakukan sanitasi lingkungan sekitar dengan baik dan benar,
3.
Serta penanganan pasien infeksi sesuai dengan prosedur.
6