KOMPONEN RISIKO AUDIT
Komponen risiko audit, pada umumya terdiri atas tiga, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk) Risiko pengendalian (control risk) 2 Risiko deteksi (detection risk) 3 Risiko Bawaan 1
Risiko bawaan bawaan adalah kerentanan kerentanan suatu suatu asersi terhadap terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko bawaan selalu ada dan tidak oernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat dirubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik baik sekalipun. Risiko bawaan bawaan bervariasi untuk untuk setiap asersi. asersi. Sebagai contoh, asersi asersi keberadaan dan keterjadian kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. al inji disebabkan uang tunai merupakan suatu asset yang sangat rawan terhadap manipulasi, manipulasi, dan semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya. Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan untuk banyak akun. !erikut merupakan beberapa "actor yang menentukan risiko bawaan pada banyak akun: #ro"itabilitas #ro"itabilitas perusahaan secara relative dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya. Semakin tinggi pro"itabilitas suatu perusahaan, semakin kecil risiko bawaannya. 5 $enis usaha dan sensitivitas operasi. #erusahaan yagn bergerak pada bidang keuangan lebih besar risiko bawaannya bawaannya daripada daripada perusahaan perusahaan ekspedisi karena bidang bidang keuangan sangat sangat sensitive sensitive terhadap perubahan kurs mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga. %leh karena itu, semakin sensitive operasi perusahaan, semakin tinggi risiko bawaannya. !idang usaha yang sangat dipengaruhi perkembangan teknologi, dan kompetiwsi usahanya ketat, mengakibatkan risiko bawaan yang tinggi. 6 &asalah kelangsungan usaha. #erusahaan yang sedang mengalami masalah kebangkrutan mempunyai risiko bawaan yang tinggi. 7 Si"at, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya. Risiko bawaan perusahaan perusahaan akan dinilai lebih lebih tinggi apabila apabila banyak salah saji yang yang terdeteksi terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya. 8 'ntegritas, erputasi, dan pengetahuan akuntansi dari manajemen. Semakin baik integritas, reputasi, dan pengetahuan tentang akuntansi yang dimiliki manajemen klien, semakin kecil risiko bawannya. !erikut ini merupakan "actor yang menentukan risiko bawaan suatu akun tertentu: 4
uditabilitas uditabilitas akun atau transaksi. Semakin tinggi tingkat aktivitas akun, semakin rendah risiko bawaan pada akun tersebut. 10 Kerumitan masalah akuntansi terkait. &asalah akuntansi terkait meliputi masalah pengekuan dan kerumitan penilaian akun. &asalah akuntansi yang rumit akan meningkatkan risiko audit. 11 Si"at, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya. Risiko bawaan perusahaan perusahaan akan dinilai lebih lebih tinggi apabila apabila banyak salah saji yang yang terdeteksi terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya. 9
Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian pengendalian adalah adalah risiko bahwa bahwa suatu salah salah saji material, material, yang dapat terjadi terjadi dalam suatu suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur struktur pengendalian pengendalian intern perusahaan. perusahaan. Risiko Risiko pengendalian pengendalian tidak pernah pernah mencapai mencapai
keyakinan penuh bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Risiko pengendalian pengendalian merupakan merupakan "ungsi dari e"ektivitas e"ektivitas struktur struktur pengendalian pengendalian inter. inter. Semakin e"ekti" e"ekti" struktur pengendalian pengendalian intern perusahaan perusahaan klien, klien, semakin kecil kecil risiko pengendaliannya. pengendaliannya. #enetapan #enetapan risiko pengendalian pengendalian didasarkan didasarkan atas kecukupan kecukupan bukti audit audit yang menyatakan menyatakan bahwa bahwa struktur pengendalian pengendalian inter klien adalah e"ekti". da dua macam risiko pengendalian, yaitu: Actual level level of control risk risk 13 Assessed level of control risk risk yang yang ditentukan dengan melakukan modi"ikasi prosedur untuk menghimpun pemahaman pemahaman struktur pengendalian pengendalian intern terkait dengan asersi, dan prosedur untuk melaksanakan melaksanakan test o" control. #ada saat perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang direncanakan level of control control risk ini untuk setiap asersi yang signi"ikan. Planned assessed level ini ditentukan berdasar asumsi tentang e"ektivitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern yang relevan. 12
Risiko Deteksi
Risiko deteksi deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi mendeteksi salah saji material material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penerapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupu risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. assessed level of detection detection risk untuk #ada tahap perencanaan audit, Planned assessed untuk setiap asersi signi"ikan ditentukan dengan cara menerapkan model risiko audit. ctual level o" detection risk dapat diubah auditor dengan cara memodi"ikasi si"dat, penentuan waktu dan luas test substantive yang dilakukan atas suatu asersi. alam penentuan risiko deteksi, auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan melakukan kesalahan seperti kesalahan penerapan prosedur auditing atasu salah melakukan interpretasi terhadap bukti *bukti audit yang telah dihimpun. da perbedaan yang mendasar antara risiko bawaan dan risiko pengendalian pengendalian dengan risiko deteksi. Kedua risiko terdahulu ada terlepas dai dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan padat diubah oleh keputusan auditor sendiri.selanjutnya, sendiri.selanjutnya, risiko deteksi terbagi atas dua jenis risiko, yaitu risiko review analitis, dan risiko tes substantive. Risiko review review analitis analitis
Risiko review analitis adalah risiko yang timbul karena prosedur+prosedur review analitis tidak dapat mendeteksi kesalahan yang material. Risiko tes substantive. substantive.
Risiko tes substantive adalah risiko kesalahan material tidak dapat dideteksi melalui penggunaan prosedur tes substantive. Selain risiko+risiko diatas, risiko dalam audit dapat pula dibagi atas risiko sampling, dan risiko non sampling.jenis sampling.jenis ini terjadi kaena auditor bekerja atas dasar pengujian suatu sampel bukti. Risiko sampling merupakan merupakan risiko bahwa kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil pengujian terhadap karakteristik karakteristik tertentu dari sampel atas item tertentu berbeda dengan kesimpulan yang dibuat dari seluruh populasi yang diuji. Sedangkan risiko non sampling merupakan bagian dari risiko audit yang tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi lebih banyak dihasilkan dari "actor lain seperti kesalahan
keyakinan penuh bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Risiko pengendalian pengendalian merupakan merupakan "ungsi dari e"ektivitas e"ektivitas struktur struktur pengendalian pengendalian inter. inter. Semakin e"ekti" e"ekti" struktur pengendalian pengendalian intern perusahaan perusahaan klien, klien, semakin kecil kecil risiko pengendaliannya. pengendaliannya. #enetapan #enetapan risiko pengendalian pengendalian didasarkan didasarkan atas kecukupan kecukupan bukti audit audit yang menyatakan menyatakan bahwa bahwa struktur pengendalian pengendalian inter klien adalah e"ekti". da dua macam risiko pengendalian, yaitu: Actual level level of control risk risk 13 Assessed level of control risk risk yang yang ditentukan dengan melakukan modi"ikasi prosedur untuk menghimpun pemahaman pemahaman struktur pengendalian pengendalian intern terkait dengan asersi, dan prosedur untuk melaksanakan melaksanakan test o" control. #ada saat perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang direncanakan level of control control risk ini untuk setiap asersi yang signi"ikan. Planned assessed level ini ditentukan berdasar asumsi tentang e"ektivitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern yang relevan. 12
Risiko Deteksi
Risiko deteksi deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi mendeteksi salah saji material material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penerapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupu risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. assessed level of detection detection risk untuk #ada tahap perencanaan audit, Planned assessed untuk setiap asersi signi"ikan ditentukan dengan cara menerapkan model risiko audit. ctual level o" detection risk dapat diubah auditor dengan cara memodi"ikasi si"dat, penentuan waktu dan luas test substantive yang dilakukan atas suatu asersi. alam penentuan risiko deteksi, auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan melakukan kesalahan seperti kesalahan penerapan prosedur auditing atasu salah melakukan interpretasi terhadap bukti *bukti audit yang telah dihimpun. da perbedaan yang mendasar antara risiko bawaan dan risiko pengendalian pengendalian dengan risiko deteksi. Kedua risiko terdahulu ada terlepas dai dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan padat diubah oleh keputusan auditor sendiri.selanjutnya, sendiri.selanjutnya, risiko deteksi terbagi atas dua jenis risiko, yaitu risiko review analitis, dan risiko tes substantive. Risiko review review analitis analitis
Risiko review analitis adalah risiko yang timbul karena prosedur+prosedur review analitis tidak dapat mendeteksi kesalahan yang material. Risiko tes substantive. substantive.
Risiko tes substantive adalah risiko kesalahan material tidak dapat dideteksi melalui penggunaan prosedur tes substantive. Selain risiko+risiko diatas, risiko dalam audit dapat pula dibagi atas risiko sampling, dan risiko non sampling.jenis sampling.jenis ini terjadi kaena auditor bekerja atas dasar pengujian suatu sampel bukti. Risiko sampling merupakan merupakan risiko bahwa kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil pengujian terhadap karakteristik karakteristik tertentu dari sampel atas item tertentu berbeda dengan kesimpulan yang dibuat dari seluruh populasi yang diuji. Sedangkan risiko non sampling merupakan bagian dari risiko audit yang tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi lebih banyak dihasilkan dari "actor lain seperti kesalahan
manusia, kesalahan penerapan prosedur dan salah menginterpretasikan menginterpretasikan hasil suatu sampel.
MATERIALITAS
&aterialitas &aterialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan Konsep MATERIALITAS &aterialitas &aterialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji in"ormasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap
pertimbangan pertimbangan orang yang meletakkan meletakkan kepercayaan kepercayaan terhadap in"ormasi tersebut, tersebut, karena adanya penghilangan penghilangan atau salah salah saji itu.
&engapa Konsep MATERIALITAS #enting dalam udit atas aporan keuanganalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. #ertimbangan wal tentang MATERIALITAS uditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. #enentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan dengan tingkat materialitas materialitas yang digunakan digunakan pada saat saat pengambilan pengambilan kesimpulan kesimpulan audit dan dan dalam mengevaluasi temuan audit karena () keadaan yang melingkupi berubah (/) in"ormasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. MATERIALITAS pada tingkat aporan Keuangan
uditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. () auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan (/) pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit. MATERIALITAS pada 0ingkat Saldo akun
&aterialitas &aterialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dicampuradukkan dengan dengan istilah istilah saldo akun material. lokasi MATERIALITAS laporan Keuangan ke kun alam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memveri"ikasi memveri"ikasi akun tersebut. ubungan antara &01R''0S dengan bukti audit &aterialitas &aterialitas merupakan satu diantara berbagai "aktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. alam membuat generalisasi hubungan antara materialitas materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ). RISIKO AUDIT
alam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. &enurut S Seksi 2/ risiko udit dan &aterialitas dalam #elaksanaan udit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodi"ikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. RISIKO udit Keseluruhan ( %verall udit Risk )
Risiko audit dapat ditaksir secara kuantitati" atau kualitati". alam penentuan risiko audit keseluruhan, auditor juga menyatakan tingkat kepercayaan (level o" con"idence).
RISIKO udit 'ndividual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun+akun secara indivual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun+akun yang berkaitan. 3nsur RISIKO udit 0erdapat tiga unsur risiko audit : () Risiko !awaan, (/ ) Risiko #engendalian, (2) Risiko eteksi
#enggunaan 'n"ormasi R'S'K% udit 0aksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu. Risiko audit individual 4 risiko bawaan 5 risiko pengendalian 5 risiko deteksi ari "ormula tersebut, risiko deteksi dapat dihitung dengan "ormula berikut ini : Risiko deteksi 4 Risiko audit individual Risiko bawaan 5 Risiko pengendalian ubungan antar 3nsur RESIKO Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. ubungan antara MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, dan BUKTI AUDIT !erbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut : . $ika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan. /. $ika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat. 2. $ika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini : a. &enambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan. b. &enambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan. c. &enambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama+ sama STRATEGI AUDIT AWAL
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam : () #endekatan 0erutama Substanti", (/) #endekatan
Risiko #engendalian Rendah.
3nsur STRATEGI AUDIT A 6 alam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini : . 0ingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan. /. uasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh. 2. #engujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian. 7. 0ingkat pengujian substanti" yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah. 3ntuk mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai materi &01R''0S, R'S'K%, dan S0R018' 3'0 6 silahkan download materi selengkapnya dengan mengunduhnya di link di bawah ini
Mateialitas Dan Risiko A!dit
MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT
Penda"!l!an &aterialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. &aterialitas dan risiko sangat "undamental bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit. Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal+hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan si"at, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur.
Konse# Mateialitas 9inancial ccounting Standard !oard (9S!) mende"inisikan materialitas sebagai : “Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi
tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.
e"inisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan+keadaan yang berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan in"ormasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di 'ndonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting. uditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas. Langka"$Langka" Dala% Menea#kan Mateialistas
$ Meen&anakan l!as #eng!'ian angkah : &enetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas angkah / : &engalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas segmen+segmen
$Menge(al!asi "asil$"asil angkah 2 : &engestimasi total salah saji dalam segmen angkah 7 : &emperkirakan salah saji gabungan angkah : &embandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tetentang materialitas
aporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signi"ikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di 'ndonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan. 'stilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup: a.
Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
b.
1stimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah ta"sir "akta.
c.
Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasi"ikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. alam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat.
Pentingn)a Konse# Mateialitas Dala% A!dit Atas La#oan Ke!angan alam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang
terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. %leh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut: 1
uditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah+jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi. 2
uditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3
uditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan
in"ormasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan. engan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor yaitu: konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Meneta#kan Peti%*angan Awal Mateialitas SS ;< (3 2/) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut disebut sebagai pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Karena, meskipun merupakan pendapat pro"essional , hal itu mungkin saja berubah selama penugasan. #ertimbangan ini harus didokumentasikan dalam "ile audit. #ertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi
keputusan
pertimbangan pendahuluan
para
pemakai
yang
bijaksana. uditor
menetapkan
tentang materialitas untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan ini,
semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. !eberapa "aktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu, . &aterialitas adalah konsep yang bersi"at relati" ketimabang absolut Salah saji material bagi suatu perusahaan belum tentu material juga bagi perusahaan lain. /. asar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas Karena materialitas bersi"at relative, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu material. aba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk menentukan berapa jumlah material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item in"ormasi yang penting bagi para pemakai. 2. 9aktor+"aktor kualitati" yang juga mempengaruhi materialitas, contoh : Ø
$umlah karena ketidakberesan lebih penting daripada kekeliruan yang tidak
disengaja
karena
ketidakberesan mencerminkan
kejujuran dan keandalan dari pihak manajemen atau pihak yang terlibat. Ø
Kekeliruan yang kecil dianggap material jika berhubungan dengan kewajiban kontrak.
Ø
Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material kalau mempengaruhi kecenderungan laba.
alam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini : a.
0ingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b.
0ingkat saldo akun, karena auditor memveri"ikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
9aktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini : +
Mateialita s #ada Tingkat La#oan Ke!angan
uditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. #ertama auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi bukti+ bukti audit dalam pelaksanaan audit. #ada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan. $adi auditor harus mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. $ika auditor menentukan jumlah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi auditor akan mengabaikan salah saji yang signi"ikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya berisi salahsaji material. aporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara indi"idual atau secara gabungan. alam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu materialitas. -
Mateialitas #ada Tingkat Saldo Ak!n
&aterialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai in"ormasi keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun tersebut. alam mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan keuangan. #ertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna
mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual namun, jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. .
Alokasi Mateialitas La#oan Ke!angan ke Ak!n
!ila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan di klasi"ikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. #engalokasian ini dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun akun laba+rugi. =amun, karena hampir semua salah saji laporan laba rugi mempengeruhi neraca dan karena akun neraca lebih sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun neraca. alam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memveri"ikasi akun tersebut.
Alokasi Peti%*angan Penda"!l!an Tentang Mateialitas Ke Seg%en$ Seg%en lokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen+segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. !erguna untuk membantu auditor dalam memutuskan jumlah bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam segmen tersebut, sehingga akan meminimalisasi biaya audit. Sebagian besar alokasi materialitas pada pos+pos neraca karena neraca memiliki lebih sedikit komponen. Kesulitan materialitas pada aku n neraca : ·
nggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain.
·
#erlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb. lebih saji atau kurang saji.
·
!iaya audit relati" dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit diramalkan.
Esti%asi Sala" Sa'i Dengan Peti%*angan Awal Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi / jenis,
.
Salah Saji yang iketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
/. Salah Saji yang &ungkin.
Pe"it!ngan #o)eksi langs!ng esti%asi sala" sa'i /
Salah saji bersih dalam sampel
> 0otal nilai populasi
0otal Sampel
yang tercatat
#1=81R0'= R'S'K% 3'0 alam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. &enurut S Seksi 2/ Risiko udit dan &aterialitas dalam #elaksanaan udit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodi"ikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. uditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. 0ujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
Risiko udit #ada 0ingkat aporan Keuangan an 0ingkat Saldo kun Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan in"ormasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodi"ikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian : +
Risiko A!dit Kesel!!"an 0O(eall A!dit Risk1
#ada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material. -
Risiko A!dit Indi(id!al
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun+akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun+akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau "rekuensi transaksi perubahan.
Model Resiko A!dit PDR 2 AAR30IR45R1
'R 5 ?R
P!R 4 Risiko penemuan yang direncanakan ( #lanned etection Risk ) AAR 4 Risiko audit yang dapat diterima ( cceptable udit Risk ) "R4 Risiko bawaan ( 'nherent Risk ) #R4 Risiko pengendalian ( ?ontrol Risk ) ·
Risiko penemuan yang direncanakan $ Planned !etection Risk %
@aitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.
·
Risiko Bawaan $ "nherent Risk %
#enetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan "aktor e"ekti"itas pengendalian intern. ·
Risiko pengendalian $ #ontrol Risk %
@aitu ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh S#' klien. ·
Risiko audit yang dapat diterima $ Acceptable Audit Risk %
@aitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa AK salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat 60# telah diberikan. !ersi"at subyekti". Meng!*a" isiko a!dit )ang da#at ditei%a !nt!k isiko !sa"a
9aktor+"aktor yang mempengaruhi risiko usaha sehingga akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima : 4
0ingkat ketergantungan pemakai pada AK $ika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada AK, maka risiko audit perlu diperkecil. 9aktor yang menunjukkan tingkat ketergantungan :
/.
·
3kuran perusahaan klien
·
istribusi kepemilikan
·
$umlah dan si"at kewajiban perusahaan
Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan. alam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan akan dituntut di pengadilan. $ika auditor merasa ada kemungkinan kegagalan "inansial atau kerugian besar dan peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan R 5
1valuasi auditor atas integritas manajemen. $ika integritas dipertanyakan maka R akan rendah. $ika integritas rendah, sering timbul kon"lik dengan pedagang saham, konsumen, dan aparat negara
sehingga akan mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan dapat menyebabkan tuntutan Meneta#kan isiko a!dit )ang da#at ditei%a ·
&enyelidiki kondisi klien, menilai "aktor+"aktor yang dapat mempengaruhi
tingkat ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai, dan integritas manajemen. ·
uditor menetapkan tingkat risiko sementara yang bersi"at subyekti" bahwa AK
berisi salah saji material setelah audit selesai. ·
Kemungkinan memperoleh in"ormasi tambahan mengenai klien dan memodi"ikasi
R. Risiko Bawaan ·
&odel risiko audit mengandung risiko bawaan berarti auditor harus memprediksi dimanakah salah saji yang paling mungkin terjadi dan dimana yang kemungkinannya paling kecil. 'n"ormasi ini jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana auditor mengalokasikannya pada segmen+segmen audit.
·
Risiko bawaan dapat relati" rendah pada kasus tertentu dan cukup tinggi pada kasus lain.
·
9aktor+"aktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
> Si"at bidang usaha klien > 'ntegritas manajemen > &otivasi klien > asil audit sebelumnya > #enugasan pertama atau penugasan ulang > 3nsur+unsur populasi
> ubungan istimewa > 0ransaksi tidak rutin > #ertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar > Kerentanan terhadap kecurangan
Peti%*angan Mateialitas Dan Risiko Lainn)a Risiko A!dit Unt!k Seg%en ·
Risiko pengendalian (?R) dan risiko bawaan ('R) diterapkan secara spesi"ik
untuik tiap siklus, akun, dan tujuan audit sehingga cenderung berbeda. Risiko pengendalian berbeda untuk tiap akun tergantung e"ekti"itas pengendaliannya. ·
R diterapkan auditor untuk keseluruhan audit, konstan untuk tiap siklus dan
akun utama. ·
?R dan 'R bervariasi sehingga risiko penemuan dan bahan bukti audit yang
diperlukan juga bervariasi, tergantung situasi secara spesi"ik. ·
&enghubungkan Salah Saji @ang apat itoleransi dan Risiko engan 0ujuan
udit yang !erhubungan engan Saldo. 'R dan ?R ditetapkan untuk setiap tujuan audit, tetapi tidak laBim untuk mengalokasikan materialitas pada tujuan audit karena lebih sulit. Kete*atasan Peng!k!an 6
Sulit mengukur komponen+komponen dalam model, sehingga auditor biasanya
menggunakan ukuran kasar yang subyekti" (rendah,sedang,tinggi). 7
Sulit mengukur jumlah bahan bukti yang diinginkan suatu risiko penemuan yang
telah ditetapkan. #R dapat diturunkan dengan mengkombinasikan beberapa prosedur audit, dengan jenis bahan bukti yang berbeda untuk tujuan audit yang berbeda. 0idak ada metode pengukuran yang akurat untuk menentukan pengukuran kuantitati" yang tepat mengenai kombinasi bahan bukti, tetapi secara subyekti" untuk mengevaluasi kecukupan bahan bukti untuk memenuhi #R butuh pertimbangan pro"esional. Ketas ke'a Peen&anaan Ba"an B!kti Peng!'ian Tein&i Atas Saldo ·
&enghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi bahan bukti audit dengan
bahan bukti yang tepat untuk dikumpulkan ·
Kertas kerja perencanaan bahan bukti menunjukkan bahwa "aktor+"aktor lain
harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan bahan bukti aktiva Risiko : ukuran ketidakpastian dan materialitas : ukurannya dalam jumlah (magnitude) atau besar (siBe). $ika diterapkan secara bersama berarti pengukuran tingkat
ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu. Menge(al!asi 6asil
&odel risiko audit untuk mengevaluasi hasil audit sesuai SS 7< : cR 4 'R 5 ?R 5 cR AcAR
4 Risiko audit yang dicapai (chieved udit Risk ) @aitu satu ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam AK secara material salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.
4 Risiko bawaan ( 'nherent Risk )
"R
@aitu "aktor risiko bawaan yang telah direvisi selama audit. 4 Risiko pengendalian ( ?ontrol Risk )
#R
@aitu risiko pengendalian yang telah direvisi. Ac!R
4 Risiko penemuan yang dicapai ( chieved etection Risk ) @aitu satu ukuran dari risiko bahwa bahan bukti audit untuk satu segmen tidak mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut ada. uditor
dapat
mengurangi
penemuan
yang
dicapai
hanya
dengan
mengumpulkan bahan bukti. ?ontoh : $ika risiko audit yang dapat dicapai (cR) 7C, berarti ada 7C risiko bahwa saldo akun persediaan mengandung salah saji lebih dari salah saji yang dapat ditoleransi. Keadaan yang diinginkan jika cR D4 R Mee(isi Risiko dan Ba"an B!kti ·
uditor harus berhati+hati dalam memutuskan bahwa berdasarkan bahan bukti
yang telah dikumpulkan penetapan ?R atau 'R semula terlalu kecil atau R terlalu besar. 0indakan yang dapat diambil oleh auditor : 8
#enetapan risiko harus direvisi.
9
uditor harus memperhitungkan e"ek perubahan ini terhadap jumlah bahan bukti
yang disyaratkan, tanpa menggunakan model risiko audit.
6!*!ngan Antaa Mateialitas, Risiko, A!dit, B!kti A!dit !erbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut :
10
$ika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan. 11
$ika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat. 12
$ika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini : a.
&enambah tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b.
&enambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c.
&enambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama+sama.
'.
#1=81R0'= R1S'K% Resiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian suatu
tujuan. Sedangkan menurut beberapa ahli artii dari resiko adalah sebagai berikut : E
Resiko adalah suatu variasi dari hasil+hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (rthur 6illiams dan Richard, &.)
E
Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (. bas Salim)
E E
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto) Resiko adalah probalitas sesuatu hasil A outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (erman armawi) Sedangkan penilaian resiko menurut &uhammad !adrus adalah sebuah akti"itas
yang dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan atau penurunan kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. #endapat lainnya, penilaian risiko adalah mengkuantitati"kan atau menggolongkan tingkatan risiko
agar mudah
dikelola dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai prinsip ?ost and !ene"it. #enentuan resiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. !agi manajemen penentuan resiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan
dilakukan secara terus menerus. Karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah tercapai. !anyak hambatan yang timbul dalam pencapaian tujuan tersebut dan hambatan tersebut bisa berasal dari luar entitas maupun dari dalam entitas. Sejumlah resiko tidaklah dalam bentuk yang statis tetapi juga dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi sehingga selalu ada resiko+ resiko baru yang muncul setiap waktu. %leh karena itu penentuan resiko harus berjalan berkelanjutan dalam proses manajemen yang dilakukan secara terorganisir dan berurutan. Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil penentuan resiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol+kontrol yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Resiko dalam audit atau resiko audit memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan materialitasnya tinggi. hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi tidak bermutu bagi para penggunanya. al ini bisa terjadi karena auditor hanya mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku. &enurut studi yang dilakukan oleh ?%S%, pembahasan tentang penentuan resiko adalah sebagai berikut: FSetiap entitas menghadapi berbagai resiko baik dari lua maupun dari dalam yang harus ditentukan. #ersyaratan awal untuk menentukan resiko adalah adanya penetapan tujuan yang dihubungkan pada tingkat+tingkat yang berbeda dan konsisten di dalam organisasi. #enentuan resiko adalah identi"ikasi dan analisis resiko+resiko yang relevan untuk mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan resiko. Karena kondisi ekonomi, industri, peraturan, dan operasi akan terus menerus berubah, maka dibutuhkan mekanisme untuk mengidenti"ikasi dan menangani resiko+resiko khusus yang berhubungan dengan perubahan.G #ada proses perencanaan audit, salah satu proses yang harus dilakukan oleh seorang auditor adalah melakukan penilaian resiko bisnis klien. uditor mempergunakan
pengetahuan yang didapatkan dari pemahaman sistem strategi akan bisnis dan industri klien untuk melakukan penilaian resiko tersebut. Resiko bisnis klien adalah resiko dimana klien akan gagal dalam mencapai tujuannnya. #erhatian utama seorang auditor adalah resiko dari salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh resiko bisnis klien. alam menilai resiko bisnis klien juga harus mempertimbangkan kontrol manajemen yang bisa mengurangi resiko bisnis . uditor
menerima
sejumlah
tingkat
resiko
atau
ketidakpastian
dalam
melaksanakan "ungsi auditnya. uditor mengenali bahwa terdapat suatu ketidakpastian tentang kompetensi bukti, ketidakpastian tentang e"ektivitas dari dari pengendalian intern yang dimiliki klien, serta ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar pada saat audit telah selesai dilakukan. uditor yang e"ekti" mengenali kehadiran sejumlah risiko serta akan bergumul dengan risiko+risiko tersebut dalam suatu cara pendekatan yang tepat. &ayoritas risiko yang dihadapi oleh auditor sulit untuk diukur serta membutuhkan pemikiran yang cermat agar dapat direspons dengan tepat. &enjawab berbagai risiko ini secara tepat merupakan suatu hal kritis dalam rangka menghasilkan suatu audit yang berkualitas tinggi. uditor mendapat sebuah pemahaman tentang bisnis dan industri klien dan menilai risiko bisnis klien untuk menilai kemungkinan salah saji mateial dalam laporan keuangan klien. uditor menggunakan model risiko audit untuk mengidenti"ikasikan lebih jauh potensial untuk kesalahan saji dan dimana mereka paling mungkin terjadi. ?ara utama yang dipergunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan risiko yang ada dalam merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah melalui penerapan model risiko audit (audit risk model). Sumber dari model risiko audit ini adalah literatur pro"esional yang terdapat dalam SS 2H (32;) tentang sampling audit serta dalam SS 7< (3 2/) tentang materialitas dan risiko. &odel resiko audit umumnya digunakan bagi berbagai tujuan perencanaan untuk memutuskan berapa banyak bukti audit yang akan dikumpulkan pada setiap siklusnya. 9ormula atas model resiko audit adalah sebagai berikut: Keterangan :
#R
: planned detection risk (rentan bukti yang harus
dikumpulkan auditor) R : acceptable audit risk (tingkatan resiko yang masih bisa diterima auditor) 'R
: inheren risk (keyakinan atas tidak adanya salah saji diluar S#')
?R
: control risk (keyakinan atas e"ekti"itas S#')
''.
$1='S+$1='S R1S'K%
.
Risiko eteksi 0erencana Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. 0erdapat dua poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu sebagai berikut : .
Risiko ini tergantung pada ketiga "aktor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga "aktor lainnya tersebut.
/.
Risiko ini menentukan nilai substanti" yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu sendiri. $ika nilai risiko deteksi terencana
berkurang, maka auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.
!.
Risko inheren Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan kee"ekti"an dan pengendalian intern yang ada. engan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat
dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.
$ika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern,
menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi.
pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam
menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian. #enilaian ini cenderung didasarkan atas sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen, pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil+hasil yang diperoleh dari tahun+tahun sebelumnya. ubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula untuk menugaskan sta" yang telah memiliki lebih banyak pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut serta melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang telah selesai dibuat. Sebagai contoh : jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt tinggi, maka sangatlah masuk akal bila kantor akuntan publik memilih sta" yang berpengalaman untuk melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil+hasil yang diperoleh dari audit ini.
?.
Resiko pengendalian Resiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masi dapat ditoleransi atas segmen
tertentu akan tidak terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko pengendalian ini memperhatikan / hal berikut: .
penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien e"ekti" untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.
/.
kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai maksimum (;; persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya. &odel resiko audit menunjukan hubungan yang erat antara resiko inheren
dan resiko pengendalian. Sama dengan yang terjadi pada resiko inheren, hubungan antara resiko pengendalian dan resiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara hubungan antara resiko pengendalian dan bukti substanti" merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersi"at e"ekti", maka nilai resiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun. uditor dapat meningkatkan resiko deteksi terencana pada saat pengendalian intern bersi"at e"ekti" karena pengendalian intern yang e"ekti" akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji dalam laporan keuangan. Sebelum auditor dapat menetapkan nilai resiko pengendalian kurang dari ;; persen, auditor harus memahami pengendalian intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya "ungsi pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas e"ekti"itas pengendalian intern tersebut. al pertama dari semua ini adalah keharusan untuk memahami semua jenis audit. ua hal terakhir adalah langkah+ langkah penilaian resiko pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.
.
Resiko akseptibilitas audit Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat resiko sebesar ;; persen berarti benar+benar tidak yakin. alam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat keyakinan, yaitu merupakan pelengkap dari resiko akseptibilitas audit. udit assurance dihitung dengan perhitungan satu dikurangi resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko akseptibilitas audit sebesar / persen sama dengan tingkat audit assurance sebesar HI persen. engan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya hubungan yang searah antara resiko akseptibilitas audit dan resiko deteksi terencana, serta hubungan yang saling berlawanan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko akseptibilitas audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan harus ditingkatkan. uditor pun seringkali harus menugaskan sta" yang lebih berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah.
1.
Resiko kecurangan Resiko kecurangan merupakan resiko selain 7 resiko di atas dan resiko ini biasanya di perhitungkan di luar dari model resiko audit. Karena resiko
kecurangan secara konsep dan praktek sangat sulit untuk dipisahkan "aktor+ "aktornya ke dalam 7 jenis resiko di atas. Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk penggelapan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan. 3ntuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan in"ormasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi kecurangan. al+hal yang menyebabkan timbulnya resiko kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan ketidakjujuran tersebut.
'''. .
#1=''= R'S'K% &enilai Risiko @ang apat iterima ( cceptable udit Risk )
uditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit selama perencanaan audit. #ertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan. Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan audit sudah benar. 3ntuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap "actor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima 9aktor "aktor utama
yang mempengaruhi resiko penugasan
dan
mempengaruhi resiko yang audit yang dapat diterima antara lain: a.
erajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b.
Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c.
'ntegritas manajemen
&etode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima a.
erajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan ·
&enelaah laporan keuangan
·
&embaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa depan
·
b.
&embahas rencana pembiayaan dengan manajemen. Kemungkinan klien mengalami kesulitan
·
&enganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur analitis lainnya &enelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk
·
mempelajari arus kas masuk dan keluar c.
'ntegritas manajemen ·
&enganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.
Men!!t Pet!n'!k Teknis Penilaian Risiko Pe%eiksaan BPK
#enilaian risiko pemeriksaan yang dapat diterima secara kualitati" bisa dibagi menjadi 2 kategori yaitu: . 0ingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima rendah, /. 0ingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima menengah, 2. 0ingkat risiko pemeriksan yang dapat diterima tinggi. Sedangkan penilaian risiko pemeriksaan menggunakan pendekatan kuantitati" menetapkan tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima merujuk pada S%S' yaitu: .
0ingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar C, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar HC (R4+ tingkat keyakinan). 0ingkat ini berlaku untuk sebagian besar entitas yang diperiksa.
/.
0ingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 2C, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar H
2.
0ingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar C, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sampai HHC. 0ingkat ini
berlaku bagi beberapa entitas dengan ciri+ciri sebagai berikut: ·
1ntitas tersebut mempunyai pengguna eksternal yang sangat ekstensi" perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas tersebut, danAatau
·
1ntitas tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji material dan secara politik sensiti" danAatau adanya harapan
atas kewajaran
laporan keuangan entitas tersebut sehingga pemeriksa membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.
#emeriksa harus menentukan risiko pemeriksaan yang dapat diterima berdasarkan identi"ikasi kondisi entitas yang diperiksa dan juga in"ormasi penting lainnya yang berkaitan. #emeriksa juga perlu mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas diperiksa apalagi jika entitas tersebut mempunyai stakeholders yang luas.
!.
&enilai Risiko 'nheren ('nherent Risk)
uditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. uditor harus mengevaluasi in"ormasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan "aktor risiko inheren yang tepat bagi setiap tujuan audit. 9aktor "aktor yang mempengaruhi risiko inheren : a. Si"at bisnis klien Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh si"at bisnis klien. #emahaman auditor atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini. b. asil audit sebelumnya Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi dalam audit tahun berjalan. %leh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun
berjalan. c.
#enugasan awal vs penugasan berulang uditor
akan memperoleh pengalaman dan
pengetahuan
tentang
kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. uditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya karena telah semakin memahami klien. d. #ihak pihak yang terkait #ihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih besar. e. 0ransaksi non rutin 0ransaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit. ".
#ertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat uditor harus
memperbesar
risiko inheren
karena banyak akun
memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen. g. 3nsur unsur populasi Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material h.
9aktor "aktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan misapropriasi aktiva &enurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan "aktor "aktor
risiko kecurangan ke dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko inheren.
Men!!t Pet!n'!k Teknis Penilaian Risiko Pe%eiksaan BPK
Secara kualitati", risiko inheren terbagi menjadi lebih rendah dan lebih tinggi. #emeriksa dapat mendokumentasikan penilaian risiko inherennya pada setiap level melalui "ormulir udit Risk &atri5 (R&). !erdasarkan analisis pada
matriks R& maka dihasilkan akun+akun apa saja yang signi"ikan dan beresiko tinggi terhadap kewajaran laporan keuangan. a.
ebih tinggi atau ;;C. #ada saat pemeriksa mengidenti"ikasi risiko tertentu atau "aktor lain yang menimbulkan keyakinan bahwa terdapat kemungkinan yang lebih besar akan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting, pemeriksa akan menilai risiko inheren bagi asersi laporan keuangan yang relevan dengan kriteria lebih tinggi. #emeriksa juga menganggap risiko inheren sebagai ;;C sebagai hasil pertimbangan pro"esionalnya dan bersi"at konservati".
b.
ebih rendah atau D;;C. $ika pemeriksa yakin bahwa kecil kemungkinan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting (dengan asumsi tidak ada pengendalian), pemeriksa akan memberi penilaian dengan kriteria lebih rendah.
?.
&enilai Risiko eteksi @ang irencanakan (#lanned etection Risk)
#ara auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes+tes substanti" yang mereka lakukan. a.
$ika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji .
b.
0ingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi pengumpulan bukti .
Men!!t Pet!n'!k Teknis Penilaian Risiko Pe%eiksaan BPK,
da dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian substantive. a.
Risiko prosedur analitis berasal dari keputusan pemeriksa untuk
menggunakan pertimbangannya dan menentukan apakah prosedur analitis merupakan prosedur yang e"ekti" dan e"isien dalam mendapatkan bukti pemeriksaan yang memadai. b.
#enilaian risiko prosedur analitis sangat subyekti" dan sulit untuk dikuanti"ikasikan. %leh sebab itu biasanya pemeriksa secara konservati" memberikan nilai risiko ini cukup tinggi, yaitu antara 7;C hingga ;;C.
.
&enilai Risiko #engendalian (?ontrol Risk)
uditor
harus
memahami
perancangan
dan
pengimplementasian
pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian. Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko secara keseluruhan. #enilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika terjadi. !anyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matri5) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. 0ujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit. angkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian: ·
&engidenti"ikasi tujuan audit
·
&engidenti"ikasi pengendalian yang ada
·
&enghubungkan pengendalian dengan tujuan audit
·
&engidenti"ikasi dan mengevaluasi de"isiensi pengendalian, de"isiensi yang signi"ikan dan kelemahan yang material
·
&enghubungkan de"isiensi yang signi"ikan dan kelemahan yang material dengan tujuan audit terkait.
·
&enilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.
Men!!t Pet!n'!k Teknis Penilaian Risiko Pe%eiksaan BPK
Setelah pemeriksa menilai risiko inheren, risiko pengendalian juga harus dinilai sebagai bagian proses penilaian risiko dalam pemeriksaan keua ngan. #enilaian risiko pengendalian merupakan estimasi terhadap risiko pengendalian intern yang sangat bergantung pada bagaimana hasil evaluasi pemeriksa yang bersangkutan terhadap pengendalian intern entitas yang diperiksa, meskipun pertimbangan pro"esional pemeriksa masih juga menentukan. pabila sistem pengendalian intern entitas yang diperiksa telah dirancang secara memadai, dan
pengujian
ketaatan yang dilaksanakan pemeriksa
menunjukkan bahwa pengendalian tersebut telah dijalankan secara memadai pula, maka pemeriksa akan merasa bahwa pengendalian intern tersebut dapat diandalkan, yang berarti bahwa dia akan memberikan estimasi yang cukup rendah terhadap risiko ini. emikian pula sebaliknya. !erdasarkan matriks ?R&, #emeriksa dapat menilai risiko pengendalian menjadi JminimumG, JmoderatG atau JmaksimumGuntuk dimasukkan kedalam matriks R&. a.
&inimum atau keyakinan pemeriksa sangat terjamin atas e"ektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar ;+2;C. #emeriksa menilai pengendalian sebagai e"ekti" dan melaksanakan test o" controls untuk mengkon"irmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi secara e"ekti" sepanjang periode. #emeriksa mengevaluasi kecukupan dari bukti yang sudah diperoleh serta apakah bukti ini mendukung penilaian JminimumJ. pemeriksaan
$ika tidak
pemeriksa
menyimpulkan
mendukung
penilaian
bahwa
bukti+bukti
ini,
pemeriksa
mempertimbangkan kembali evaluasinya atas e"ektivitas pengendalian. $ika pengendalian ditemukan ternyata tidak e"ekti", pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai JmaksimumJ. b.
&oderat atau keyakinan pemeriksa cukup terjamin atas e"ektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 2+<;C.
#emeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah e"ekti", tetapi
pemeriksa
mengkon"irmasikan
tidak
melakukan
e"ekti"itas
test
pelaksanaannya
o"
controls
sepanjang
untuk periode.
#emeriksa juga mempertimbangkan apakah pelaksanaan walkthrough yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengendalian memberikan bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai JmoderatJ. $ika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti+bukti tambahan untuk mendukung penilaian FmoderatG, atau menilai risiko pengendalian sebagai JmaksimumJ. #enilaian risiko pengendalian ini tidak berlaku untuk akun+ akun atau asersi+asersi yang dipengaruhi oleh transaksi+transaksi yang bersi"at estimasi, seperti penyusutan, penyisihan piutang ragu+ragu. c.
&aksimum atau keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas e"ektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar <+;;C. #emeriksa menilai risiko pengendalian sebagai maksimum ketika () bukti pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian tidak e"ekti", atau (/) setelah memperoleh pemahaman yang memadai mengenai proses entitas yang diperiksa:
·
#emeriksa percaya bahwa pengendalian nampaknya akan tidak e"ekti", atau
·
#emeriksa sudah mengidenti"ikasi prosedur+prosedur uji substanti" yang e"isien dan e"ekti" yang diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait.
1.
&enilai Risiko Kecurangan
alam menilai risiko kecurangan, SS HH memberikan pedoman bagi auditor. uditor harus mempertahankan sikap skeptisisme pro"esional ketika
memepertimbangkan serangkaian in"ormasi termasuk "aktor "aktor risiko kecurangan, untuk dapat mengidenti"ikasi dan menanggapi risiko kecurangan a.
Skeptisisme pro"essional Selama penugasan, bahwa tim auditor harus mempertahankan sikap dan pikiran yang selalu mempertanyakan.
b.
1valuasi kritis atas bukti uditor
harus
menyelidiki
secara
mendalam
permasalahan
dan
kemungkinan kesalahan salah saji yang material karen kecurangan. c.
Komunikasi di antara tim audit iantara auditor dapat saling bertukar pendapat terutama dengan yang telah
berpengalaman
mengenai penilaian
risiko
kecurangan,
dan
bagaimana kecurangan kecurangan itu biasanya terjadi dalam organisasi atau entitas yang diaudit. d.
&engajukan pertanyaan kepada manajemen 3ntuk menilai risiko kecurangan, auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan secara langsung kepada manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi, sehingga terbuka kesempatan datangnya in"ormasi yang dalam kondisi lain tidak diungkapkan oleh manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi.
e.
#rosedur analitis uditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan audit
dan
penyelesaian
audit
untuk
membantu
mengidenti"ikasi
kecurangan kecurangan. ".
9aktor "aktor risiko 3ntuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan adalah adanya "aktor "aktor risiko kecurangan (segitiga kecuranganA "raud triangle)
·
'nsenti"Atekanan &anajemen atau pegawai merasakan insenti" atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
'nsenti" yang umum bagi entitas
untuk
memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan
entitas. ·
Kesempatan Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai lain untuk melakukan kecurangan. Risiko kecurangan yang lebih besar akan dihadapi oleh entitas yang menggunakan banyak pertimbangan dan estimasi dalam operasinya.
·
#erilakuArasionalisasi Karakter, sikap dan nilai nilai etis yang membolehkan manajemen dan pegawai lain bersikap curang atau lingkungan yang menekan dan membuat adanya rasionalisasi tindakan curang.
'. 3!3=8= =0R R1S'K% 1=8= !3K0' 3'0 = 9K0%R @=8 &1=8R3' R1S'K%
9aktor @ang
&empengaruhi
Resiko
8ambar di atas mengikhtisarkan berbagai "aktor yang menentukan masing+masing tingkat resiko, pengaruh dari ketiga komponen resiko pada penetapan resiko deteksi terencana, serta hubungan keempat "aktor resiko tersebut pada bukti audit yang direncanakan. uru" FG pada gambar mengindikasikan suatu hubungan yang searah antara suatu komponen resiko dengan resiko deteksi terencana atau bukti audit yang direncanakan. uru" F'G mengindikasikan suatu hubungan yang terbalik. Sebagai contoh, suatu peningkatan pada resiko akseptibilitas audit akan mengakibatkan suatu peningkatan pada resiko deteksi terencana () serta suatu penurunan pada bukti audit yang direncanakan ('). Resiko A!dit !nt!k Seg%en $ seg%en
!aik resiko pengendalian maupun resiko inheren umumnya ditentukan bagi setiap siklus, setiap akun, dan seringkali pula bagi setiap tujuan audit, bukan bagi keseluruhan penugasan audit, dan kemungkinan besar akan sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, sari satu akun ke akun lainnya, serta dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya untuk suatu penugasan audit saja. #engendalian intern barangkali memiliki tingkat kee"ekti"an yang lebih tinggi untuk sejumlah akun yang terkait dengan saldo daripada atas akun+akun yang terkait dengan aktiva tetap. Selanjutnya, resiko pengendalian pun akan berbeda bagi akun+akun yang berbeda. Resiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan oleh auditor selama "ase perencanaan dan ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan akun utama. #ara auditor umumnya mempergunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama bagi setiap segmen karena berbagai "aktor yang mempengaruhi tingkat resiko akseptibilitas audit terkait dengan seluruh aspek penugasan audit, bukan
pada masing+masing akun. 0etapi, pada beberapa kasus, tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah barangkali akan lebih tepat bagi suatu akun daripada akun+akun lainnya. alam contoh terdahulu, walaupun auditor memutuskan untuk menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang menengah bagi keseluruhan penugasan audit, auditor dapat saja memutuskan untuk mengurangi tingkat resiko akseptibilitas audit hingga tingkat yang rendah bila ternyata persediaan tersebut dipergunakan sebagai jaminan atas suatu kredit jangka pendek. !eberapa auditor menggunakan tingkat resiko akseptibilitas audit yang sama dengan tingkat resiko akseptibilitas audit atas keseluruhan penugasan audit bagi setiap segmen auditnya, sementara sejumlah auditor lain menggunakan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih tinggi bagi setiap segmen. Karena tingkat resiko pengendalian dan tingkat resiko inheren sangat bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya, dari satu akun ke akun lainnya, atau dari satu tujuan audit ke tujuan audit lainnya, maka tingkat resiko deteksi terencana serta jumlah bukti audit yang direncanakan pun semakin bervariasi. Setiap penugasan didasari oleh situasi+situasi yang berbeda, serta rentang bukti audit yang diperlukan akan tergantung pada sejumlah situasi yang unik. Sebagai contoh, pada suatu penugasan audit, akun persediaan barangkali akan membutuhkan pengujian yang ekstensi" akibat dari lemahnya pengendalian intern serta akibat dari pertimbangan tentang tingkat keusangan yang terjadi dari sejumlah perubahan teknologi yang terdapat dalam industry. alam penugasan audit yang sama, akun piutang dagang barangkali hanya memerlukan sedikit pengujian saja karena e"ekti"nya tingkat pengendalian intern yang ada, tingkat penagihan piutang yang tinggi, serta temuan audit yang baik pada penugasa audit tahun+tahun sebelumnya. &aka bagi suatu audit atas persediaan, auditor dapat menetapkan suatu penilaian bahwa di dalam akun tersebut terdapat suatu tingkat resiko inheren yang tinggi atas suatu salah saji dalam nilai yang terealisasi akibat dari tingginya potensi keusangan persediaan, tetapi menetapkan suatu tingkat resiko inheren yang rendah atas suatu salah saji dalam klasi"ikasi karena pada klien tersebut hanya terdapat persediaan yang dibeli dari pihak ketiga saja.
Pe%akai )ang da#at ditent!kan se*el!%n)a
Resiko kecurangan bisa dinilai untuk seluruh audit atau per siklus, akun dan tujuan. 3mpamanya, sebuah insenti" kuat untuk manajemen agar memenuhi harapan pendapatan yang cukup agresi" bisa mempengaruhi audit sedangkan kerentanan terhadap pencurian persediaan bisa mempengaruhi akun persediaan. !aik untuk resiko kecurangan pelaporan keuangan dan resiko penyalahgunaan aktiva, "okusnya berada pada area khusus dan meningkatnya resiko kecurangan dan merancang prosedur audit atau mengubah keseluruhan perilaku audit untuk merespon resiko tersebut. Mengaitkan Nilai Sala" Sat! )ang Masi" Da#at Ditoleansi dan Resiko$Resiko ke#ada T!'!an A!dit )ang Tekait dengan Saldo
6alaupun merupakan hal yang umum dipraktekkan untuk melakukan penilaian atas resiko inheren dan resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang terkait dengan saldo, tetapi melakukan alokasi materialitas pada setiap tujuan
audit
bukanlah hal
yang biasa
dilakukan. #ara auditor dapat
mengasosiasikan sebagian besar resiko pada berbagai tujuan audit yang berbeda dengan e"ekti". &enentukan hubungan antara suatu resiko dengan satu atau dua tujuan audit cukup mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh, tingkat keusangan persediaan kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi tujuan audit lainnya selain dari tujuan audit atas nilai yang terrealisasi. &erupakan hal yang lebih sulit untuk memutuskan berapa besar seharusnya tingkat materialitas yang harus dialokasikan pada suatu akun tertentu untuk dialokasikan kembali pada satu atau dua tujuan audit. &ayoritas auditor tidak memiliki keinginan untuk melakukan hal tersebut Batasan 7 Batasan Peng!k!an Satu batasan utama dalam penerapan model resiko audit ini adalah kesulitan pengukuran berbagai komponen model. 6alaupun auditor telah mencoba upaya yang terbaik dalam membuat perencanaan audit, penilaian atas resiko akseptibilitas audit, resiko inheren, dan resiko pengendalian, serta selanjutnya atas resiko deteksi terencana sangatlah subyekti" dan terdiri dari sejumlah perkiraan terbaik. 3ntuk mengimbangi masalah pengukuran ini sebagian besar auditor mempergunakan istilah * istilah pengukuran yang lebar dan subyekti", seperti rendah, sedang, dan tinggi.
Situas
R
i
'nheren Risk
?ontrol
#R
$umlah !ukti
Risk
yang iperluk an
0inggi
Rendah
Rendah
0inggi
Rendah
/
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
2
Rendah
0inggi
0inggi
Rendah
0inggi
7
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
0inggi
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
&erupakan hal yang cukup sulit untuk mengukur jumlah bukti audit yang diperlukan bagi suatu tingkat resiko deteksi terencana tertentu. Suatu program audit khusus yang ditujukan untuk mengurangi tingkat resiko deteksi hingga tingkat resiko yang direncanakan merupakan suatu kombinasi atas sejumlah prosedur audit, yang masing+masing mempergunakan suatu jenis bukti yang berbeda yang diterapkan pada berbagai tujuan audit yang berbeda pula. alam menetapkan model resiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah overauditing dan underauditing, tetapi sebagian besar auditor lebih memperhatikan masalah yang terakhir. 3nderauditing dapat membawa kantor akuntan public pada kewajiban hokum serta kehilangan reputasi pro"esionalnya. 6!*!ngan antaa Resiko, Mateialitas, dan B!kti A!dit
Konsep * konsep materialitas dan resiko dalam auditing saling terkait erat dan tak terpisahkan. Resiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama+sama, kedua hal tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu. Sebagai contoh, suatu pernyataan bahwa auditor berencana untuk mengumpulkan bukti audit sedemikian rupa hingga hanya terdapat suatu tingkat resiko (resiko akseptibilitas audit) sebesar persen saja atas kegagalan dalam mengungkapkan suatu salah saji yang melebihi nilai salah saji
yang masih dapat ditoleransi sebesar L7;;,;;; (materialitas) merupakan suatu pernyataan yang sangat akurat dan penuh arti. $ika, baik bagian yang menyatakan risiko atau materialitas dari pernyataan tersebut dihapuskan, maka pernyataan tersebut tidak akan memiliki arti apapun. Suatu tingkat risiko sebesar persen tanpa diikuti dengan suatu ukuran materialitas yang spesi"ik dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu salah saji yang bernilai L;; atau L,;;;,;;; pun dapat diterima. Suatu overstatement sebesar L77/,;;; tanpa diikuti dengan suatu tingkat risiko yang spesi"ik dapat menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu tingkat risiko sebesar persen atau I; persen pun dapat diterima.
.
13S' S'
Setelah
auditor
merencanakan
penugasan
dan
mengumpulkan bukti audit,hasil+hasilnya dapat diyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit. SS;< menyatakan model resiko audit untuk mengevaluasi hasil+hasil audit sebagai
di mana: AcAR & Achieved Audit Risk $risiko audit yang dicapai%. 3kuran risiko yang
sudah diambil auditor bahwa suatu akun dalam laporan disalahsajikan secara
material setelah auditor mengumpulkan bukti audit. "R & "nherent Risk $risiko inheren%.9actor risiko inheren yang sama yang dibahas
dalam perencanaan kecuali sudah direvisi karena ada in"ormasi baru. #R & #ontrol Risk $risiko pengendalian%. Risiko pegendalian yang sama yang
telah dibahas sebelumnya kecuali sudah direvisi selama audit. Ac!R & Achieved !etection Risk (risiko deteksi yang dicapai). 3kuran risiko
bahawa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji yang melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, jika salah saji semacam itu memang ada. uditor dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai ini hanya dengan mengumpulkan bukti. !erdasarkan riset, tidak tepat menggunakan rumus evaluasi ini untuk benar+benar menghitung risiko audit yang dicapai sebagai mana yang dinyatakan rumus di atas. Riset menununjukkan bahwa penggunaan rumus ini dapat mengakibatkan risiko audit yang dicapai kurang saji. =amun, hubungan yang ada dalam rumus itu valid dan harus digunakan dalam praktik. Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi risiko audit yang dicapai ke tingkat yang dapat diterima: . &engurangi risiko inheren /. &engurangi risiko pengendalian 2.
&engurangi risiko deteksi yang dapat dicapai dengan meningkatkan pengujian audit substantive #enggabungan ketiga "aktor tersebut secara subjekti" untuk mencapai tingkat risiko audit yang cukup rendah membutuhkan pertimbangan pro"esional yang matang. &odel risiko audit merupakan model perencanaan, sehingga penggunaannya terbatas pada mengevaluasi hasil audit saja.
'odel risiko audit untuk merencanakan Bukti dan mengevaluasi (asil