ACARA II LIPIDA
A. TUJUAN
Tujuan Tujuan dari dar i acara aca ra II Lipida Lipida ini ini adalah a dalah : a. Mempelajar Mempelaja r i pengaruh perlakuan suhu suhu rendah terhadap terhad ap kenampakan kenampak an minyak/lemak. b. Mempelajari pengaruh penggorengan terhadap kualitas minyak.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Bahan Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penamabah rasa gurih dan penambah nilai kalor bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena terjadi hidrolisis molekul lemak.Karena itu untuk
menekan
terjadinya
hdrolisis,
pemanasan
lemak
atau
minyak
sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya (Winarno,1989). Minyak wijen diperoleh dari biji wijen (Sesamum indicum ) yang mengandung minyak sekitar 50 persen. Minyak wijen yang baik, tidak berwarna dan tidak ada rasanya. Biasanya digunakan sebagai pengganti minyak zaitun, baik untuk goreng, untuk mencampur bahan makanan dan obat-obatan dalam berbagai industry. Minyak wijen yang bertitik cair renddah dapat digunakan untuk sabun, campuran minyak wangi dan pelumas. Minyak kelapa sesungguhnya dalam suhu kamar atau sekitar 23o C membeku sehingga tergolong lemak. Minyak kelapa diperoleh dari daging buah kelapa ( Cocos nucifera ) baik dari buah segar maupun kopra (daging kelapa yang telah dikeringkan). Kopra mengandung lemak sekitar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
65 persen.Minyak kelapa digunakan terutama untuk minyak goreng, sabun dan mentega. Bungkil kopra biasanya digunakan untuk makanan ternak. Minyak kelapa sawit diperoleh terutama dari daging buah kelapa sawit ( Elasis guineonsis). ). Minyak ini berwarna kuning jingga dan terutama digunakan sebagai pelumas cetakan pada industry kaleng dan baja. Minyak yang diperoleh dari biji digunakan utnuk membuat mentega dan industry kembang gula,juga digunakan untuk sabun, shampoo, gliserin, dan lilin (Syarief,1977). Minyak ikan sangat berkhasiat sebagai makanan kesehatan maka minyak ikan sebaiknya diminum paling tidak satu kali sehari. Kandungan dari minyak ikan: Dari segi gizi, minyak/lemak ikan merupakan sumber vitamin A dan vitamin D, yaitu berturut-turut 10-55 IU per gram dan 20100 10 0 IU per pe r gram. Di sampin sa mping g itu, itu, minyak minyak ikan juga merupaka merupa kan n sumbe sumber r mineral seperti kalsium, fosfor, iodin dan selenium. Bila dibandingkan dengan
minyak
nabati
dan
minyak
hewani
lainnya,
minyak
ikan
mengandung asam lemak essensial atau asam lemak tidak jenuh. Minyak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang berkonfigurasi Omega 3 . Kadar Omega 3 minyak ikan khususnya minyak ikan sardin, dapat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48% sampai dengan 11,80%. Kandungan Omega
3,
tergantung
jenis,
umur
tersedianya
makanan
dan
daerah
penangkapan. Dari hasil penelitian, bagian tubuh ikan memiliki minyak dengan komposisi Omega 3 yang berbeda-beda. Bagian kepala sekira 12%, tubuh bagian dada 28%, daging permukaan 31,2% dan isi rongga perut 42,1% (berdasarkan berat kering). Ikan dan mamalia laut mengandung jumlah substansi asam lemak rantai panjang pada jenis Omega 3. Penggunaan
Omega
3
telah
dihububungkan
dengan
kecenderungan
penurunan terhadap pembentukan gumpalan darah, mengurangi tingkat trigliserida darah, mengurangi pertumbuhan tumor, menurunkan tekanan darah, anti radang (Anonima,2010). Minyak kelapa murni ( Virgin Coconut Oil atau VCO ) merupakan produk
olahan
asli
Indonesia
yang
mulai
banyak
digunakan
untuk
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
meningkatkan kesehatan masyarakat. VCO mengandung 92% asam lemak jenuh yang terdiri dari 48%-53% asam laurat (C12), 1,5 – 2,5 % asam oleat dan asam lemak lainnya seperti 8% asam kaprilat (C:8) dan 7% asam kaprat (C:10) (Enig,2007). Kandungan asam lemak (terutama asam laurat dan oleat) dalam VCO, sifatnya yang melembutkan kulit serta ketersediaan VCO
yang
melimpah
di
Indonesia
membuatnya
berpotensi
untuk
dikembangkan sebagai bahan pembawa sediaan obat, diantaranya sebagai peningkat penetrasi. Disamping itu, VCO efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidratasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Agero and Verallo-Rowell, 2004). Tulisan ini menampilkan data eksperimental mengenai efektifitas VCO dalam basis krim sebagai peningkat penetrasi dibandingkan dengan efektifitas DMSO; sebagai model penetran digunakan prometazin HCl (senyawa hidrofilik) dan griseofulvin (senyawa lipofilik) (Lucida, 2008). 2. Tinjauan Teori Ketengikan, istilah ini digunakan pada semua lemak atau minyak yang berbau tidak enak. Kalau lemak dibiarkan pada suhu kamar dalam waktu singkat segera berbau tengik. Dua macam reaksi utama yang menyebabkannya
yaitu
hidrolisis
dan
oksidasi.
Ketengikan
hidrolitik
terutama dijumpai pada mentega karena mengandung banyak asam berat molekul rendah seperti asam butirat dan asam kapoat keduanya berbau merangsang. Di bawah pengaruh kelembaban dan panas mudah terjadi hidrolisis pada ikatan ester,membebaskan asam yang mudah menguap dan gliserol. Mikroorganisme yang ada di udara memberikan enzim lipase yang mempercepat proses ini. Proses menjadi tengik tersebut dapat dicegah atau diperlambat
dengan
menyimpan
mentega
tertutup
dan
dalam
lemari
pendingin. Ketengikan oksidatif terjadi jika trigliserida yang mengandung asam lemak tak jenuh. Reaksinya cukup kompleks, tetapi juga diduga pembentukan rangkap
dan
hidroksiperoksida membebaskan
asam
yang
diikuti
berantai
oleh
pendek
terputusnya yang
ikatan
merangsang
(Tarigan, 1983). Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
Cara mudah untuk membandingkan kualitas minyak goreng adalah dengan membandingkan kualitas minyak kemasan dengan minyak curah. Kalau minyak kemasan dalam udara yang dingin tidak akan mudah membeku kan, sedangkan minyak curah pasti membeku jika terkena udara dingin sedikit saja. Minyak goreng dengan kadar lemak jenuh yang tinggi akan membeku jika terkena udara dingin, jadi jika kita membandingkan dua macam minyak kemasan tinggal dimasukkan ke dalam freezer dalam tempo tertentu kemudian bandingkan hasilnya, bandingkan dari keduanya mana yang paling banyak membeku. Maka yang paling banyak bagian yang beku berarti kualitasnya kurang bagus. Penjelasannya adalah seperti berikut, secara alami minyak sawit mengandung dua macam kadar asam, yaitu asam stearat yang banyak mengandung gugus asam jenuh yang mudah beku dan asam palmitat yang mengandung banyak kadar asam tak jenuh yang sukar membeku. Nah kedua bagian ini kemudian dipisahkan sehingga minyak gorengnya akan sedikit mengandung asam stearat. Minyak goreng yang sedikit mengandung asam stearat ini tentunya akan lebih sulit membeku di temperatur yang dingin. Sisa dari hasil pemisahan ini adalah minyak curah yang
sudah
jelas
mengandung
banyak
fat
atau
asam
stearat
ini
(Anonim b,2010). Pada umumnya minyak berwarna kuning karena dalam minyak terdapat zat warna karoten. Karoten adalah pigmen yang larut dalam lemak yang tersusun atas satuan isoprena dan merupakan hidrokarbon dengan banyak ikatan tak jenuh. Karoten merupakan kelompok zat warna yang memberikan warna kuning oranye dan merah oranye. Sifatnya larut dalam lemak dan pelarut organik dan tidak larut dalam air, dan mudah teroksidasi sehingga dapat berperan sebagai antioksidan. Bila minyak dihidrogenasi maka
akan
terjadi
hidrogenasi
karotenoid
dan
warna
kuning
akan
berkurang. Selain itu karoten tidak stabil pada suhu tinggi dan mudah teroksidasi sehingga minyak akan mudah tengik. Minyak kelapa yang belum
dimurnikan
berwarna
kuning
hingga
kuning
kecoklatan
yang
ditimbulkan oleh adanya pigmen warna alam karoten. Karoten banyak Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
terdapat dalam makanan dan sifatnya larut dalam minyak.Sifat lain dari karoten adalah tidak tahan terhadap pemanasan tinggi. Perlakuan suhu dingin terhadap sampel minyak bertujuan untuk mengetahui perbedaan titik lebur atau titik cair antara minyak kelapa yang memiliki asam lemak jenuh, minyak kacang dan minyak jagung yang didominasi asam lemak jenuh dan lemak sapi yang berwujud padat pada suhu kamar. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C, titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah, berarti titk cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenu. Perubahan bentuk minyak atau lemak ini disebabkan hilangnya panas yang selanjutnya akan menghambat gerakan molekul-molekul dalam minyak sehingga jarak antar molakul menjadi kecil. Molekul-molekul tersebut tarik-menarik dengan gaya Van der Walls dan menyebabkan radikal asam lemak dalam molekul lemak akan berjajar dan saling bertumpuk serta berikatan membentuk kristal. Asam lemak dengan ikatan antarmolekul yang lemah membutuhkan panas lebih sedikit untuk mencairkan kristal sehingga energi panas yang dibutuhkan lebih rendah renda h dan titik titik leburnya menjadi enjad i lebih rendah (Anonimc,2010). Susu formula bayi memiliki komposisi asam lemak yang memenuhi kebutuhan bayi untuk asam lemak tak jenuh lemak. Ini sangat penting selama periode hidup di mana otak dan retina berkembang, dan karena itu akan memiliki pengaruh pada ketajaman visual dan kemampuan belajar. Oksigen bereaksi dengan asam lemak tak jenuh, sehingga setiap kali bahaya
terkontaminasi
dengan
produk
oksidatif.
Stabilitas
oksidatif
merupakan parameter penting dalam karakterisasi lemak dan minyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi umur simpan suatu formula
bayi
menggunakan
uji
stabilitas
dipercepat
(rancimat),
untuk
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
menghemat
waktu.
Metode
Rancimat
didasarkan
pada
penentuan
conductometric produk degradasi volatile dan fitur otomatis merencanakan konduktivitas terhadap waktu. Evaluasi ini dilakukan secara grafis setelah menyelesaikan percobaan. Stabilitas dari susu formula yang tersedia secara komersial di Teheran, Iran diukur menggunakan metode rancimat pada temperatur 60, 80, 90, 100,, 110 120 dan 130 ° C. Persamaan telah diperoleh oleh yang hidup rak dapat diprediksi berdasarkan metode Rancimat, sehingga menghindari studi jangka panjang memakan waktu. Kehidupan rak dari formula bayi komersial dipelajari diperkirakan sebagai 534 hari (Jannat, 2008). Proses menggoreng adalah salah satu cara memasak bahan makanan mentah (raw food) menjadi makanan matang menggunakan minyak goreng. Umumnya,
proses
ini
dilakukan
oleh
industri
pengolahan
makanan,
restoran, jasa boga, penjual makanan jajanan maupun tingkat rumah tangga. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
laboratorium
yang
dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM-UI serta Laboratorium terpadu IPB, Bogor, pada bulan Desember tahun 2005 sampai Maret 2006. Penelitian dilakukan dengan 2 macam perlakuan (sampel minyak hasil penggorengan singkong dan daging) dengan 4 kali
pengulangan
setiap
perlakuan.
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui pengaruh menggoreng dengan cara deep frying (suhu tinggi dan jangka waktu lama) serta berulang terhadap pembentukan asam lemak
trans.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak yang paling
banyak terkandung pada minyak goreng adalah asam oleat (bentuk cis). Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan pengulangan penggunaan minyak. Hasil uji korelasi antara asam elaidat
(trans) dan asam oleat (cis) menunjukkan asosiasi negatif (r = - 0,8; p = 0,016). Dilihat dari mulai terbentuknya asam lemak trans, maka disarankan untuk
menggunakan
minyak
goreng
tidak
lebih
dari
2
(dua)
kali
pengulangan (Sartika,2009). Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
C. METODOLOGI
1. Alat a. Tabung reaksi b. Pendi Pe ndingin ngin Beker Beke r glass glass c. Erlenmeyer d. Gelas Ukur e. Hotplate f. balik g. Buret 2. Bahan a.
Percobaan 1 VCO, VCO , minyak inyak wijen, min minyak yak ikan, lemak lemak sapi sap i
b.
Percobaan 2 Minyak sawit baru dan minyak sawit yang telah digunakan untuk menggoreng
3. Cara Kerja a. Peng Pe ngamatan amatan Kenam Ke nampak pakan an serta Peng Pe ngaruh aruh Perlakuan Suhu Dingin Dingin pada pad a Beberapa Jenis Minyak/Lemak Disiapkan tiap jenis minyak 10 ml ke dalam tabung reaksi bersih dan d iamati iamati
Air dingin sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam gelas beaker
Diamati perubahan yang terjadi
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
b. Pengaruh Penggorengan Terhadap Kualitas Minyak 1. Metode Kreiss Test Masing-masing 1 ml minyak baru d an minyak yang telah digunakan untuk menggoreng menggoreng dimasukkan dalam tabung t abung reaksi Ditambah 1 ml HCl d an digojog hingga hingga homogen
Ditambahkan 1 ml phloroglucinol 1% dan dibiarkan 10 menit Campuran tesebut t esebut digojog digojog homogen. Jika Jika terdapat terd apat lapisan lapisan warna w arna pink, maka minyak telah tengik 2. Uji Angka Asam Masing-masing d itimbang 10-20 gr minyak minyak baru d an minyak yang telah digunakan d igunakan untuk menggoreng menggoreng ke dalam d alam erlenm erlenmeyer eyer 100 ml Ditambah dengan 50 ml alkohol netral 95%, dididihkan did idihkan selam selamaa 10 menit menit d engan dipasang pendingin balik balik dengan d engan cepat Ditambahkan 5 tetes pp dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi sampai warna menjadi merah jambu Campuran tesebut t esebut digojog digojog homogen. Jika Jika terdapat terd apat lapisan lapisan warna w arna pink, maka minyak telah tengik
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
D. PEMBAHASAN
Tabel Tabe l 2.1 Hasil Pengamata Pengamatan n Pengaruh P engaruh Kenampaka K enampakan n serta Pengaruh Perlakuan Suhu Din Dingin gin pada pa da Bebe Beberap rapaa Jenis Minyak/Le Minyak/Lemak mak Kel Ke l Sampel T ruang T < 10 o C warna bau wujud wujud warna bau ba u wujud wujud 1 VCO Bening Bening Bau Cair Putih Bau Padat kelapa keruh kelapa 5 VCO Bening Bening Bau Cair Putih Bau Padat kelapa keruh kelapa 2 M. Wijen Cokl Cok lat Bau Cair Coklat Bau Cair wijen wijen 6 M. Wijen Cokl Cok lat Bau Cair Coklat Bau Cair wijen wijen 3 M. Ikan Ika n Kuning Kuning Amis Amis Cair Ca ir Kuning uning Amis Amis Cair Ca ir bening 4 Lemak Kuning Bau Cair Putih Bau padat Sapi jenuh lemak susu lemak sapi sapi Sumber: Laporan Sementara Percobaan ini menggunakan empat sampel lipida yaitu VCO, minyak wijen, minyak ikan dan lemak sapi. Tiap sampel diperlakukan dengan sama yaitu didinginkan dalam air yang bersuhu kira-kira kurang daro 10 o C. Sebelum didinginkan VCO berwarna bening, berbau kelapa dan berwujud cair. Setelah didinginkan VCO menjadi putih keruh, memadat namun masih berbau kelapa. Pada sampel berikutnya yaitu minyak wijen, sebelum didinginkan minyak wijen berwarna coklat, berbau wijen, dan berwujud cair. Setelah didinginkan minyak wijen tersebut tetap berwarna coklat, berbau wijen dan cair. Minyak ikan sebelum didinginkan berwarna kuning bening, berbau amis dan berwujud cair, dan setelah didinginkan tidak mengalami perubahan. Sampel terakhir adalah lemak sapi. Kenampakannya pada suhu ruang adalah kuning keruh, berbau lemak sapi, dan berbentuk cair, setelah didinginkan menajdi putih susu, tetap berbau lemak sapi, dan menjadi padat. Dapat disimpulkan VCO dan lemak ikan termasuk mengandung asam lemak jenuh sedangkan minyak wijen dan minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam kristal. Gaya ini Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C, titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah, berarti titk cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi tinggi daripada dar ipada asam as am lemak lemak tidak t idak jenuh.
Tabel Tabe l 2.2 Hasil Pengamata Pengamatan n Pengaruh P engaruh Peng Pe nggorenga gorenga n terhada te rhadap p Kualitas Kualitas Minyak
No No
Kel Ke l
1
1 3 Minyak baru 5 2 2 4 Minyak Lama 6 Sumber: Laporan Sementara
Sampel
Warna Sesudah Kuning uning cera ce rah h keruh ke ruh Kuning Kuning cerah ce rah keruh ker uh Kuning uning beni be ning ng keruh ke ruh Kuning uning keruh,se ke ruh,sedik dikit it pink Kuning uning keruh, ke ruh, sedikit sedikit pink Kuning uning pink
Sebelum Kuning uning jerni jer nih h Kuning Kuning keruh ker uh Kuning uning jerni jer nih h Kuning uning keruh ke ruh Kuning uning keruh ke ruh Kuning uning keruh ke ruh
Uji Kreiss merupakan salah satu uji ketengikan minyak. Uji Kreiss berprinsip kepada reaksi kondensasi antara ephydrin-aldehida dengan phloro glucinol, sehingga menghasilkan warna merah jambu (pink). Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa sawit yang baru dan yang lama. Langkah awal yang dilakukan adalah menambah 1 mL HCl 1:1 kedalam 1 mL sampel kemudian digojog supaya homogen. Fungsi dari HCl 1:1 adalah untuk menhidrasi
epyhidrin-aldehid
menjadi
furfural.
Kedalam
larutan
diatas
ditambahkan phloroglusinol yang akan bereaksi dengan furfural membentuk kompleks berwarna merah jambu. Warna inilah yang akan menjadi dasar terhadap analisis ketengikan secara kualitatif. Selanjutnya, dibiarkan dulu selama 10 menit untuk memberi kesempatan reaksi terjadi dengan baik dan homogenkan.
Jika
larutan
berwarna
merah
muda
maka
minyak
telah
mengalami ketengikan. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk maka minyak semakin tengik. Menurut Uji Kreiss yang telah dilakukan, minyak baru belum mengalami ketengikan, sedangkan minyak lama telah menjadi tengik. Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
Tabel Tabe l 2.3 Hasil Peng Pe ngamatan amatan Uji Angka Angka Asam Asa m Sampel
Kel Ke l Berat Minyak Minyak (gr) 1 Minyak 3 19,3 Baru 5 2 Minyak 4 20 Lama 6 Sumber : Laporan Sementara
Vol KOH KO H 0,1 N
Angka Angka Asam
0,2
0,05813
0,3
0,08415
Percobaan ketiga adalah uji angka asam dengan menggunakan sampel minyak baru dan minyak lama. Percobaan dilakukan dengan menambah alkohol pada sampel lalu dititrasi dengan KOH. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH/NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas pada satu gram lemak/minyak. Semakin banyak volume NaOH yang digunakan untuk titrasi, berarti semakin banyak pula asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak tersebut. Semakin banyak angka asam minyak, cenderung tengik yang menyebabkan adalah karena asam lemak bebas hasil hidrolisis yang rantainya lebih pendek dan berbau tajam. Didapat hasil angka asam minyak baru lebih kecil dibanding angka asam minyak lama yaitu 0,05813 < 0,08415. Hal ini sesuai teori dimana makin kecil angka asam maka kualitas minyak minyak makin mak in tinggi tinggi atau atau belu be lum m mengala mengalami mi kete k etengi ngika kan. n.
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
E. KESIMPULAN
a. VCO dan lemak lemak sapi sap i mengandung engandun g asam asa m lemak lemak jenuh yang yang akan ak an memadat jika didinginkan. b. Minyak wijen wijen dan minyak minyak ikan mengand mengandun ung g asam asa m lemak tak jenuh jenuh yang yang tetap cair jika didinginkan. c. Pada metode Kreiis Test intensitas warna merah muda minyak lama lebih banyak banyak daripada miny minyak ak baru, ba ru, sehingga sehingga minyak inyak lama lama lebih tengik. tengik. d. Besarnya Besa rnya ang a ngka ka asam asa m ratarata - rata min minyak yak lama lama > minyak inyak baru. bar u. e. Angka asam dipengaruhi oleh volume KOH, normalitas KOH dan berat minyak.
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.2010. Khasiat Minyak tikituka. ka. multi mult ip ly.co m. Diakses Diakses pada pa da hari Minyak Ikan. Ik an. tikitu Minggu Minggu tanggal tanggal 24 Oktober Ok tober 2010 pukul pukul 14.15 14 .15 WIB. Anonim b.2010. bimbelonline. Mengetahui Kualitas Minyak Goreng. blogspot.com. Diakses Diakses pada hari Mingg Minggu u 24 Oktober Okto ber 2010 pukul pukul 17.15 WIB. Anonimc.2010. Lipida dan Lipase . my.opera.com/sampahbermanfaat/blog/. Diakses Diakses pada hari Minggu Minggu 24 Oktober Oktobe r 2010 pukul pukul 14.48 14 .48 WIB. Jannat.2008. Shelf Life Prediction of Infant Formula by Using Rancidity Test . www.ijpr online.co online.com. m. Diak Diakses ses pada pad a hari hari Kam Ka mis 5 November 2010 201 0 pukul 18.00 WIB. Lucida, Henny. 2008. Uji Daya Peningkat Penetrasi Virgin Coconut Oil (Vco) Dalam Basis Krimwww.scribd.com. Diakses pada hari Kamis 5 Novem N ovember ber 2010 pukul pukul 18.15 18.1 5 WIB. Sartika, Rayu. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (Deep Frying) TerhadapPembentukan Asam Lemak Trans. www.scribd.com. Diakses Diakses pada hari hari Kami K amiss 5 November November 2010 pukul pukul 15.00 15.0 0 WIB. Syarief, Hidayat. 1977. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tarigan, Ponis. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan . Penerbit Alumni. Bandung. Winarno, FG.1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jak arta.
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010/2011