STATUS UJIAN KASUS BEDAH ANAK
SEORANG ANAK LAKI-LAKI 15 TAHUN DENGAN UNDESENSUS TESTIS DEKSTRA DAN TORSIO TESTIS DEKSTRA
Oleh: Khusnul Dwi Tyasari Meinar
G0006106 G0007«
Pembimbing: dr. Guntur Surya Alam, Sp.B, Sp.BA
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2011 HALAMAN PENGESAHAN
Persentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepa niteraan klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Presentasi dengan judul: ³Anak Laki-Laki 15 Tahun dengan Undesensus Testis Dekstra dan Torsio Testis Dekstra´
Hari, Tanggal: Rabu, 7 Desember 2011
Oleh :
Mengetahui dan menyetujui, Pembimbing Presentasi Kasus
dr.Guntur Surya Alam, Sp.B, Sp.BA
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA Nama
: An. R
Umur
: 15 tahun
Berat badan
:
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama
: Tn. K
Ayah
Pekerjaan Ayah
: Pegawai pabrik
Agama
: Islam
Nama
: Ny. N
Ibu
Pekerjaan Ibu
: Pegawai pabrik
Alamat
: Jetis RT 7/7, Jati, Jaten, Karanganyar
Tanggal masuk
: 6 Desember 2011
Tanggal pemeriksaan
: 6 Desember 2011
II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama Nyeri
di sela paha
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit (pukul 01.00), pasien mengeluhkan nyeri di sela paha kanan. Nyeri
Nyeri
seperti diremas dan melilit.
timbul tiba-tiba hingga pasien terbangun dari tidurnya. Pasien juga
merasakan adanya benjolan pada sela paha kanan. Benjolan diketahui muncul oleh pasien saat terbangun dari tidurnya karena merasakan nyeri. Banjolan tersebut dirasakan menetap dan tidak hilang timbul seperti sebelumnya. Pada saat itu, pasien merasakan tinggi buah zakarnya tidak sama, lebih tinggi pada sebelah kanan. Kemudian oleh orang tuanya, pasien dibawa ke sebuah rumah sakit swasta di Karanganyar. Di RS tersebut, pasien dipasang infus dan disuntik obat-obatan, namun baik pasien maupun keluarga tidak mengetahui apa nama obatnya. Dari RS pasien kemudian dirujuk ke RSDM dengan keterangan hernia inguinalis dekstra suspek inkarserata. Saat di RSDM, pasien muntah sebanyak 3 kali, berisi «, sekitar « gelas belimbing setiap kali muntah. Pada pukul 15.00 sore, 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku bersepeda selama sekitar 1 jam menggunakan sepeda gunung di jalan
beraspal dengan lintasan mendatar dan tidak mendaki, namun pasien mengaku tidak terkena benturan pada sela paha kanan atau pada buah zakarnya. Sejak 3 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku telah mengetahui adany benjolan di sela paha kanan yang hilang timbul. Benjolan muncul saat pasien mengedan seperti pada saat BAB atau setelah pasien terlalu lama bermain sepak bola, namun benjolan tersebut hilang dengan sendirinya. Karena pasien tidak merasakan nyeri, pasien tidak mengeluhkan hal tersebut kepada orang tuanya. Pada saat itu, pasien mengaku bahwa kantong buah zakar kanan dan kiri terisi keduanya. Ibu pasien mengatakan bahwa sejak lahir, kantong buah zakar sebelah kanan pasien tidak ada isinya/ kemps. Dari pengakuan pasien, kantong buah zakar sebelah kanan mulai terisi pada saat dirinya kelas 6 SD (usia 12 tahun).
C.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa
: disangkal
- Riwayat pertumbuhan terlambat
: disangkal
- Riwayat terbentur atau terjatuh mengenai sela paha atau buah zakar
: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
-
Riwayat keluarga sakit serupa
: disangkal
E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
-
Faringitis
: (-)
-
Enteritis
: (-)
-
Bronkitis
: (-)
-
Disentri basiler : (-)
-
Pneumonia
: (-)
-
Disentri amuba : (-)
-
Morbili
: (-)
-
Thypus
: (-)
-
Pertusis
: (-)
-
Cacing
: (-)
-
Difteri
: (-)
-
Operasi
: (-)
-
Varicella
: (-)
-
Gegar Otak
: (-)
-
Malaria
: (-)
-
Fraktur
: (-)
F. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir sungsang di klinik bersalin, ditolong oleh bidan dan menurut ibu pasien cukup bulan. Saat dilahirkan pasien menangis kuat. Pada saat lahir, kantong buah zakar sebelah kanan pasien kemps/ tidak ada isinya.
G. Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien sudah lengkap.
H. Riwayat Makan Minum Anak
Pasien biasanya makan tiga kali sehari, dengan nasi porsi sedang menggunakan sayur dan lauk pauk tahu tempe, kadang daging dan ikan.
III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
-
Keadaan umum
: baik
-
Derajat kesadaran : compos mentis
-
Gizi
: kesan baik
B. Tanda vital
C.
-
Frekuensi Nadi
: 88 x/menit, regular
-
Frekuensi Pernafasan
: 20 x/ menit
-
Suhu
: 36,7 C
o
Kulit
Kulit sawo matang, pucat (-), ikterik (-), ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-) D. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut E. Mata
Cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-) , sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedema palpebra (-/-) F. Hidung Napas
cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi(-/-)
G. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-) H. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-) I. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1 J. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-) K. Toraks
Bentuk
:
norrmochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris
Cor
:
Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi
: Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
: Suara dasar vesikuler (+/+)
Pulmo:
Suara tambahan (-/-) L. Abdomen
Inspeksi
: perut distended (-) , darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, massa (-), nyeri tekan (-)
M. Inguinal
N. Genital
O. Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
-
-
-
-
-
-
-
-
Capillary refill time <2 detik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium darah tanggal 6 Desember 2011
Hemoglobin
: 14,0 g/dl
Hematokrit
: 43 %
Eritrosit
: 5,31x10 /µL
Leukosit
: 12,4x10 /µL
Trombosit
: 352x103/µL
PT
: 15,9 detik
APTT
: 25,6 detik
Gula darah sewaktu
: 105 mg/dl
Kreatinin
: 0,7 mg/dl
Ureum
: 24 mg/dl
Natrium
: 139 mmol/L
Kalium
: 4,5 mmol/L
Klorida
: 104 mmol/L
HbsAg
: non reaktif
6 3
V. ASSESMENT
-
Undecensus testis dekstra
-
Torsio testis dekstra
VI. PLANNING
-
IVFD RL 20 tpm
-
Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam
-
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
-
Injeksi ranitidin 1 amp/12 jam
-
Cek laboratorium Darah Rutin
-
Konsul bagian pediatri
-
Konsul Anestesi
-
Pro Herniotomy dan Orkidopeksi
VII. PROGNOSIS
A. Ad vitam
: dubia ad bonam
B. Ad sanam
: dubia ad bonam
C. Ad fungsionam : dubia ad bonam
Laporan Operasi tanggal 6 Desember 2011 di OK IGD
Operator
: dr. Guntur Surya Alam, Sp.B, Sp.BA
Asisten
: dr. Reynold
Diagnosis pre Op
: Undecensus testis dekstra dan torsio testis dekstra
Diagnosis post Op
: Undecensus testis dekstra dan torsio testis dekstra
Tindakan
: Orchidopeksi dan Herniotomy
1. Posisi supine, dalam keadaan narkose RA, toilet medan operasi 2. Dilakukan incisi 2 jari dari SIAS ke arah « (tuberculum pubicum???) sepanjang ± 6-7 cm 3. Diincisi sampai dengan kantung hernia 4. Kantung hernia dibuka, keluar cairan serous, tampak omentum mengisi ring hernia, tampak torsio testis putaran ± 180 derajat 5. Dilakukan « clock dan « testis melalui « air hangat 6. Kembalikan testis ke « orchidopexy 7. Herniotomy 8. Kontrol perdarahan 9. Jahit luka op lapis demi lapis 10. Tutup luka op 11. Op selesai
TINJAUAN PUSTAKA
A. UNDECENSUS TESTIS (KRIPTORKISMUS) 1. Latar Belakang
Insidens maldesensus testis setelah usia satu tahun adalah 1,8-2%. Pembagian dibuat berdasarkan retensi testis pada abdomen, inguinal atau preskrotal dan ekstopik testis di epifasial, femoral atau penodorsal. Sl iding atau testis retraktil merupakan variasi dan kriptorkismus.
Sl iding
testis
dengan funikulus spermatikus yang terialu pendek akan kembali ke posisi nonfisiologik saat ditarik ke dalam skrotum dan kemudian dilepaskan. Testis retraktil atau pendulosa dengan hipertrofik otot kremaster dihubungkan dengan retraksi intermiten dari testis yang umumnya orthotopik. 2. Diagnosis
Maldesensus testis didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan sonografi. Pada pemeriksaan fisik, testis lebih mudah diraba bila penderita pada
posisi
duduk
bersila crossed( l eg ).
Perlu
juga
diperhatikan
perkembangan kulit skrotum dan hipertrofi testis kontralateral. Sonografi dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat membantu untuk menemukan lokasi testis yang tidak teraba; akurasi MRI adalah 90% untuk testis intraabdomen. Laparoskopi sudah ditetapkan sebagai prosedur diagnostik dan terapeutik jika diduga terdapat retensi abdomen. Pada prosedur ini, posisi testis di abdomen dapat ditemukan dan diletakkan ke skrotum dengan menggunakan teknik sesuai dengan kondisi anatomis. Tes stimulasi human chorionic gonadotrophin (HCG), sebagai bukti adanya jaringan testis yang menghasilkan testosteron, sebaiknya dilakukan sebelum operasi eksplorasi pada testis yang tidak teraba bilateral. 3.
Terapi
Tujuan terapi adalah untuk mencapai posisi orthotopik testis pada skrotum sebelum usia dua tahun untuk mencegah terjadinya kerusakan spermatogenesis yang permanen. Terapi hormon (opsional) hanya diberikan
untuk testis yang retensi karena terapi ini tidak efektif untuk testis ektopik. Obat yang diberikan adalah suntikan HCG intramuskular (1500 IU/m2 dua kali seminggu selama 4 minggu) atau luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) berupa semprotan nasal (400 µg, tiga kali sehari). Kedua metode terbukti efektif pada 20-30% kasus. Penting untuk melakukan follow-up karena dapat terjadi kegagalan setelah beberapa waktu {reascend 10 - 25%) Pembedahan orkhidofunikulolisis dan orkhidopeksi merupakan penatalaksanaan
pilihan
pertama.
Testis
pendulosa
(retraktil)
tidak
diindikasikan untuk koreksi bedah. Indikasi absolut untuk operasi primer adalah retensi testis setelah gagal terapi hormonal atau setelah operasi di daerah inguinal, ektopik testis dan seluruh maldesensus testis yang disertai dengan kelainan patologis lainnya (hemia dan atau prosesus vaginaiis yang terbuka). Akses inguinal funikulus spermatikus dicapai setelah membuka kanalis inguinalis. Kondisi patologis lain yang berhubungan (seperti prosesus vaginaiis yang terbuka, hemia inguinalis) dikoreksi pada saat yang bersamaan. Setelah funikulus spermatikus dan testis dibebaskan dari jaringan ikat dan serat kremaster telah direseksi, testis diletakkan tension free secara peksi ke dalam skrotum. Jika tidak ditemukan testis atau jaringan funikulus spermatikus pada saat eksplorasi kanalis inguinalis, peritoneum dibuka dan dilakukan orkhido-funikulolisis intraperitoneal. Jika funikulus spermatikus terialu pendek, dapat dilakukan teknik Fowler-Stephens (ligasi dan diseksi pembuiuh darah spermatika). Syaratnya adalah duktus deferens dan pembuluh darah epididimis yang intak; hal ini dapat dites dengan melakukan klem sementara pada arteri testikularis. Pada kasus yang jarang, dapat dipertimbangkan untuk melakukan auto-transplantasi dengan anastomosis bedah mikro pembuluh darah testis dengan pembuluh darah ep igastrika.
Tabel 1. Penatalaksanaan kr iptorkhismus
KRIPTORKHISMUS Pemeriksaan Fisik Sonografi
Dapat dideteksi
Tidak terdeteksi unilateral
MRI
(opsional)
Tidak terdeteksi Bilateral
(+)
stimulasi HCG
(-)
Terapi
Laparoskopi
Interseks ?