Tinjauan Pustaka Bayi Berat Lahir Rendah
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau atau sosi sosio-e o-eko konom nomii rend rendah ah.. Seca Secara ra stat statis isti tik k menun menunju jukka kkan n 90% 90% kejad kejadia ian n BBLR BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam penin peningkat gkatan an mortal mortalita itas, s, morbid morbidita itass dan disabi disabilit litas as neonatu neonatus, s, bayi bayi dan anak serta serta member memberika ikan n dampak dampak jangka jangka panjan panjang g terhada terhadap p kehidu kehidupann pannya ya dimasa dimasa depan depan . Angka Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Indon esia Sehat 2010 yakni maksimal 7%
Etiologi
Persalinan kurang bulan/prematur Bayii lah Bay lahir ir pad padaa umu umurr keha kehamil milan an kur kurang ang dar darii 37 min minggu. ggu. Pada umu umumny mnyaa bay bayii
kurang kur ang bul bulan an dis diseba ebabkan bkan tid tidak ak mam mampuny punyai ai ute uterus rus men menaha ahan n jan janin, in, gang gangguan guan sel selama ama keham keh amil ilan, an, le lepas pasny nyaa pl plas asent entaa le leni nih h ce cepa patt da dari ri wa wakt ktun unya ya at atau au ra rangs ngsan anga gan n ya yang ng memudahkan memuda hkan terj terjadiny adinyaa kontra kontraksi ksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidp di luar rahim. Semakin muda umur kehamilan, kehamilan, fungs fungsii organ tubuh semakin berkurang dan prognosanya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit 1
atau ata u kom kompli plikas kasii aki akibat bat kur kurang ang mat matang angnya nya org organ an kar karena ena mas masaa ges gestas tasii yan yang g kur kurang ang (prematur)
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat atau retardasi pertumbuhan intrauterin) dengan berat lahir < persentil ke 3 grafik pertumbuhan janin (Lubchenco). Hal ini dapa dapatt dis diseba ebabkan bkan ole oleh h ter tergang gangguny gunyaa sir sirkul kulasi asi dan efi efisie siensi nsi pla plasen senta, ta, kur kurang ang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan yang berasal dari bayinya sendiri. Kondisi bayi lahir kecil sangat tergantung pada usia kehamilan saat dilahirkan dan berapa lama terjadinya hambatan pertumbuhan itu dalam kandungan. Penyebab Penyebab terbanyak terbanyak terjadinya terjadinya BBLR adalah kelahiran kelahiran prematur. prematur. Faktor ibu yang lain lain adalah adalah umur, umur, parita paritas, s, dan lain-l lain-lain ain.. Faktor Faktor plasen plasenta ta sepert sepertii penyaki penyakitt vaskul vaskuler, er, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR . (1) Faktor ibu a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan. Kompli Komplikas kasii yang yang tejadi tejadi pada pada kehamil kehamilan an ibu sepert sepertii perdar perdaraha ahan n antepar antepartum tum,, prepreeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia muda d. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun 2
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain : Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia
Masalah Masalah jangka panjang panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain: Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegak Menegakkan kan diagnos diagnosis is BBLR BBLR adalah adalah dapat dapat diketa diketahui hui dengan dengan dilaku dilakukan kan anames anamesis, is, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis •
Umur ibu
•
Riwayat persalinan sebelumnya
•
Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya 3
•
Kenaikan berat badan ibu selama hamil
•
Aktivitas ibu yang berlebihan
•
Trauma pada ibu (termasuk post coital trauma)
•
Penyakit yang diderita selama hamil
•
Obat-obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan fisik •
Berat badan lahir <2500 g Untuk BBLR kurang bulan
Tanda prematuritas
Tulang rawan telinga belum terbentuk
Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
Refleks masih lemah
Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup
labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
Untuk BBLR Kecil untuk Masa Kehamilan
Tanda janin Tumbuh Lambat
Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas
Kulit keriput
Kuku lebih panjang
Manajemen Umum
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut : 1.
Stab St abil iliisa sasi si suh uhu, u, ja jaga ga ba bay yi tet tetap ap ha hang ngat at (KM KMC) C)
2.
Jaga ja jalan naf nafaas te tetap be bersih da dan te terbuk ukaa
3.
Nillai seger Ni segeraa ko kond ndiisi bay bayi ten enta tang ng tand tandaa vi vita tall : pe perrna naffas asan an,, de deny nyut ut jant jantun ung, g,
warna kulit dan aktifitas 4.
Bila Bi la ba bayi yi me menga ngala lami mi ga gang nggua guan n na nafa fas, s, di dike kelo lola la de denga ngan n gang ganggu guan an na nafa fass
5.
Bila Bi la ba bayi yi ke keja jang ng,, hen henti tika kan n kej kejan ang g den denga gan n ant antik ikon onvu vuls lsan an
6.
Bila Bi la ba bayi yi de dehi hidr dras asi, i, pa pasa sang ng jal jalur ur int intra raven vena, a, ber berik ikan an cai caira ran n rehi rehidr dras asii IV IV 4
7.
Kelo Ke lola la se sesu suai ai de deng ngan an kon kondi disi si sp spes esif ifik ik at atau au kom kompl plik ikas asin inya ya
5
Pemantauan
1.
Kena Ke naik ikan an ber berat at ba bada dan n dan dan pe pemb mber eria ian n min minum um se sete tela lah h umu umurr 7 ha hari ri
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat
lahir lah ir >15 >1500 00 g dap dapat at keh kehila ilangan ngan ber berat at sam sampai pai 10%. Berat lah lahir ir bia biasan sanya ya ter tercap capai ai kembali dalam 14 hari kecuali kecu ali apabila terjadi kmplikasi.
Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan
seharusnya : 2.
15015 0-20 200 0 g sem semin ingg ggu u untu untuk k bay bayii <15 <1500 00 g (mi (misa saln lnya ya 2020-30 30 g/ g/ha hari ri))
3.
200-2 200 -250 50 g sem semin inggu ggu un untu tuk k ba bayi yi 15 150000-250 2500 0 g (m (mis isal alny nyaa 3030-35 35 g/ g/ha hari ri))
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan
telah berusia lebih dari 7 hari : 4.
Ting Ti ngka katk tkan an juml jumlah ah ASI ASI de deng ngan an 20 mL/ L/kg kg//ha hari ri sam sampa paii ter erca capa paii ju jum mla lah h 18 180 0
mL/kg/hari 5.
Apab Ap abiila kenai kenaika kan n be berrat tida tidak k ad adek ekua uatt, ting ngka kattka kan n ju juml mlah ah pembe pemberi rian an AS ASII
sampai 200 mL/kg/hari 6.
Apab Ap abil ilaa kenai kenaika kan n berat berat tet tetap ap kura kurang ng dari dari bat batas as yan yang g tela telah h diseb disebut utka kan n di atas atas
dalam waktu lebih dari seminggu seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 mL/kg/hari, mL/kg/hari, tangani sebagai Kemungkinan kenaikan berat bdan tidak adekuat. 7.
Tanda kecukupan pemberian ASI
8.
Bua uan ng ai air ke kecil mi minimal 6 ka kali da dalam 24 24 ja jam
9.
Bayi ti tidu durr le lelap se setelah pe pemberian AS ASI
10.
Pening Pen ingkat katan an bera beratt badan badan set setela elah h 7 har harii pert pertama ama seb sebany anyak ak 20 gram gram set setiap iap har harii
11.
Peri Pe riks ksaa pada pada saat saat ibu mene menete teki ki,, apabi apabila la pada pada satu satu payu payuda dara ra dihi dihisa sap, p, ASI ASI akan akan
menetes dari payudara yang lain.
Pemulangan penderita
1.
Suhu bayi stabil
2.
Tole To lera rans nsii min minum um pe perr ora orall bai baik, k, di diut utam amak akan an pe pemb mber eria ian n AS ASI
3.
Ibu sa sanggup me merawat BB BBLR di di rumah.
6
Tinjauan Pustaka Ikterus Neonatorum
Pendahuluan
Ikteru Ikteruss terjad terjadii apabil apabilaa terdap terdapat at akumula akumulasi si biliru bilirubin bin dalam dalam darah. darah. Pada Pada sebagi sebagian an besar besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya ikterus patologis 9,8% (tahun 2002) dan 15,66% (tahun 2003). RSAB Harapan Kita Jakarta melakukan transfusi tukar 14 kali/bulan (tahun 2002). Di Hospital Bersalin Kualalumpur Kualalumpur dengan ‘tripple ‘tripple phototherapy phototherapy’’ tidak ada lagi kasus yang memerlukan memerlukan tindakan tindakan transfusi tukar (tahun 2004), demikian pula di Vrije Universitiet Medisch Centrum Amsterdam dengan ’double phototherapy’ (tahun 2003). Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan pada sebagian lagi mungkin bersi bersifat fat patolo patologis gis yang yang dapat dapat menimb menimbulk ulkan an ganggua gangguan n yang yang meneta menetap p atau atau menyeb menyebabk abkan an kematian. Oleh karena itu, setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama apabil apabilaa ikteru ikteruss ditemu ditemukan kan dalam dalam 24 jam pertam pertamaa kehidu kehidupan pan bayi bayi atau atau bila bila kadar kadar biliru bilirubin bin meningkat > 5 mg/dL (> 86µmol/L) dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan keadaan yang yang
menu menunj njuk ukka kan n
kemu kemung ngki kina nan n
adan adanya ya ikte ikteru russ
pato patolo logi gis. s. Dala Dalam m
kead keadaa aan n
ters terseb ebut ut
penat penatala alaksa ksanaan naan ikteru ikteruss harus harus dilaku dilakukan kan sebaik sebaik-bai -baikny knyaa agar agar akibat akibat buruk buruk ikteru ikteruss dapat dapat dihindarkan. Walaupun pada tahun 1970-an kasus kernikterus sudah tidak ditemukan lagi di Washington, namun pada tahun 1990-an ditemukan 31 kasus kernikterus (data Georgetown University Medical Centre Washington D.C. tahun 2002).
Definisi Ikterus (‘jaundice’) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit
(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 µmol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86µmol/L). Hiperbilirubinemia adalah adalah istilah istilah yang dipakai dipakai untuk ikterus neonatorum neonatorum setelah ada hasil
labora laborator torium ium yang yang menunj menunjukka ukkan n peningka peningkatan tan kadar kadar serum serum biliru bilirubin bin.. Hiperb Hiperbili ilirub rubine inemia mia 7
fisiol fisiologi ogiss yang yang memerl memerlukan ukan terapi terapi sinar, sinar, tetap tetap tergol tergolong ong non patolo patologis gis sehing sehingga ga disebu disebutt ‘Excessive ‘Excessive Physiolog Physiological ical Jaundice’. Jaundice’. Digolongkan Digolongkan sebagai hiperbilir hiperbilirubinemi ubinemiaa patologis patologis (‘Non (‘Non Physiological Jaundice’) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus > 95 0/00 menurut Normogram Bhutani.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX α (Gbr. 2). Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk masuk ke dalam dalam hepar. hepar. Segera Segera setela setelah h ada dalam dalam sel hepar terjad terjadii persen persenyaw yawaan aan ligand ligandin in (protein Y), protein Z dan glutation hepar lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urubilinoge urubilinogen n dan keluar dengan tinja sebagai sebagai sterkobili sterkobilin. n. Dalam usus, sebagian di absorpsi absorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi entero hepatik. Sebagi Sebagian an besar besar neonatu neonatuss mengal mengalami ami peninggi peninggian an kadar kadar bilir bilirubi ubin n indire indirek k pada harihari-har harii pertama pertama kehidupan. kehidupan. Hal ini terjadi terjadi karena terdapatnya terdapatnya proses proses fisiologis fisiologis tertentu tertentu pada neonatus. neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2 – 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5 – 7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10 – 14. Kadar bilirubinpun biasanya tidak > 10 mg/dL (171 µmol/L) pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/dL (205 µmol/L) pada bayi cukup bulan. 5,6,7 8
Masala Masalah h timbul timbul apabil apabilaa produks produksii bilir bilirubi ubin n ini terlal terlalu u berleb berlebiha ihan n atau atau konjun konjungas gasii hepar hepar menurun sehingga terjadi kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat dapat menimb menimbulk ulkan an kerusa kerusakan kan sel tubuh tubuh terten tertentu, tu, misal misalnya nya kerusa kerusakan kan sel otak otak yang yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari, bahkan terjadinya kematian. Karena itu bayi ikterus sebaiknya sebaiknya baru dianggap fisiologi fisiologiss apabila apabila telah dibuktikan dibuktikan bukan suatu keadaan patologis. patologis. Sehubungan Sehubungan dengan hal tersebut, tersebut, maka pada hiperbilir hiperbilirubinem ubinemia, ia, pemeriksaan pemeriksaan lengkap harus dilakukan untuk mengetahui penyebabnya, sehingga pengobatanpun dapat dilaksanakan dini. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis tersebut tidak selalu sama pada tiap bayi. Di RS Dr. Soetomo Soetomo Surabaya, Surabaya, bayi dinyatakan dinyatakan menderita bilirubinemi bilirubinemiaa apabila apabila kadar bilirubin total > 12 mg/dL (> 205 µmol/L) pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadarnya > 10 mg/dL (>171 µmol/L).
Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan: A. Penyebab yang sering: 1. Hiperbilirubinemia fisiologis 2. Inkompatibilitas golongan darah
ABO ABO 3. ‘Bre ‘Breas astt Milk Milk Jaun Jaundi dice ce’’ 4. Inkom Inkompa pati tibi bili lita tass golo golong ngan an dara darah h rhes rhesus us 5. Infe Infeks ksii 6. 9
Hematoma sefal, hematoma subdural, ‘excessive bruising’ 7. IDM (‘Infant of Diabetic Mother’) 8. Polisi Polisitem temia ia / hiperv hipervisk iskosi ositas tas 9. Premat Prematuri uritas tas / BBLR BBLR 10. Asfiks Asfiksia ia (hipoks (hipoksia, ia, anoksi anoksia), a), dehidrasi – asidosis, hipoglikemia 11. Lain-lain B. Penyebab yang jarang: 1. Defisiensi G6PD (Glucose 6 – Phosphat Dehydrogenase) 2.
Defisi Defisiens ensii piruva piruvatt kinase kinase 3. Sferos Sferosito itosis sis kongeni kongenital tal 4. Lucey Lucey – Drisc Driscoll oll syndro syndrome me (ikter (ikterus us neonatorum familial) 5. Hipotiroidism 6. Hemoglobinopathy
Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat. 11. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam) 22. Inkompatibilitas golongan darah (dengan ‘Coombs test’ positip) 33. Usia kehamilan < 38 minggu 44. Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, ‘end tidal’ CO
)
55. Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada b ayi sebelumnya 66. Hematoma sefal, ‘bruising’ 77. ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir) 18. Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun 29. Ikterus sebelum bayi dipulangkan 310. ‘Infant Diabetic Mother’, makrosomia 411. Polisitemia
Anamnesis
11. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal) 22. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi 33. Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada ba yi sebelumnya 44. Riwayat inkompatibilitas darah 55. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa.
10
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang kulitnya gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subk subkut utan an.. Wa Wakt ktu u timb timbul ulny nyaa ikte ikteru russ memp mempun unya yaii arti arti pent pentin ing g pula pula dala dalam m diagn diagnos osis is dan dan penat penatala alaksa ksanaan naan penderi penderita ta karena karena saat saat timbul timbulnya nya ikteru ikteruss mempuny mempunyai ai kaitan kaitan erat erat dengan dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.
Tabel 1. Perkiraan klinis derajat ikterus Usia Hari 1
Ikterus terlihat pada Klasifikasi Setiap ikterus yang terlihat Ikterus berat
Hari 2
Lengan dan tungkai
Hari 3 dst. Tangan dan kaki (Dikutip dari Peter Cooper, A.Suryono, Indarso F, et al. Jaundice. In : Managing Newborn Problems : a guide for doctor, nurses and midwives, WHO, 2003 : F-77-F-89)
Tabel 2. Klasifikasi Ikterus Tanya dan Lihat Mulai kapan ikterus ?
Tanda / Gejala Klasifikasi Ikterus segera setelah lahir Ikterus patologis
Daerah mana yang ikterus ? Ikterus pada 2 hari pertama Bayinya kurang bulan ?
Ikterus pada usia > 14 hari
Warna tinja ?
Ikterus lutut/ siku/ lebih Bayi kurang bulan Tinja pucat
Ikterus usia 3-13 hari
Ikterus fisiologis
Tanda patologis (-) (Dikutip dari Depkes RI. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Ikterus Patologis. Dalam : Buku Bagan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes RI, 2001)
11
Gejala dan tanda klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: 1. Dehidrasi o
Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat o
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma uma la lahir hir o
Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.
4. Plet Pletor orik ik (pen (penum umpu pukan kan dara darah) h) o
Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK
5. Letarg Letargik ik dan dan gejala gejala seps sepsis is lain lainnya nya 6. Peteki Petekiae ae (bint (bintik ik mera merah h di kulit kulit)) o
Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Mikrosefal Mikrosefalii (ukuran (ukuran kepala lebih kecil dari normal) normal) o
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatos Hepatosple plenom nomegal egalii (pembesa (pembesaran ran hati hati dan limpa) limpa) 9. Omfali Omfalitis tis (perad (peradanga angan n umbil umbiliku ikus) s) 10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid) 11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) 12. Feses dempul dempul disertai disertai urin warna coklat o
Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.
Kern ikterus
Gejala kernikterus dikelompokkan menjadi : a. Gejala Gejala akut : gejala gejala yang dianggap dianggap sebagai sebagai fase fase pertama pertama kernikteru kernikteruss pada neonatus neonatus adalah adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni. b. Geja Gejala la kron kronik ik : tangi tangisa san n yang yang mele melengk ngkin ing g (hig (high h pitc pitch h cry) cry) meli melipu puti ti hiper hiperto tonu nuss dan dan 12
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan dengan atetos atetosis, is, genggua gengguan n pendeng pendengara aran, n, paraly paralysis sis sebagi sebagian an otot otot mata mata dan displa displasia sia dentalis).
Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada Pada kernik kernikter terus us gejala gejala klinik klinik pada pada permul permulaan aan tidak tidak jelas jelas antara antara lain lain : bayi bayi tidak tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang kejang tonus tonus otot otot mening meninggi, gi, leher leher kaku, kaku, dan akhirny akhirnyaa opisto opistoton tonus. us. bayi bayi yang yang selama selamatt bias biasan anya ya mende menderi rita ta gejal gejalaa sisa sisa berupa berupa paral paralys ysis is sere serebr bral al denga dengan n atet atetos osis is,, geng genggua guan n pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaa Pemeriksaan n serumbili serumbilirubin rubin (bilirubin (bilirubin total dan direk) direk) harus dilakukan pada neonatus neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong risiko tinggi tinggi terserang terserang hiperbili hiperbilirubine rubinemia mia berat. Namun Namun pada bayi bayi yang yang mengal mengalami ami ikteru ikteruss berat, berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar serumbilirubin. ‘Transcutaneous bilirubin (TcB)’ dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (<257 µmol/L), dan tidak ‘reliable’ pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar. Pemeriksaa Pemeriksaan n tambahan tambahan yang sering dilakukan dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus ikterus antara lain : 1• Golongan darah dan ‘Coombs test’ 2• Darah lengkap dan hapusan darah 3• Hitung retikulosit, skrining G6PD atau ETCOc 4• Bilirubin direk Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar. 13
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menbimbulkan menbimbulkan kern-ikterus/ kern-ikterus/ensefa ensefalopati lopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obatobatan (luminal). Phenoba Phenobarbi rbital tal dapat dapat mensti menstimul mulus us hati hati untuk untuk menghas menghasilk ilkan an enzim enzim yang yang mening meningkat katkan kan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi menjadi pertentanga pertentangan n karena efek sampingnya sampingnya (letargi). (letargi). Coloistrin Coloistrin dapat mengur mengurang angii bilir bilirubi ubin n dengan dengan mengel mengeluar uarkann kannya ya lewat lewat urine urine sehing sehingga ga menuru menurunka nkan n siklus siklus enterohepatika Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi mengurangi sirkulasi sirkulasi enterohepati enterohepatik k (pemberian (pemberian kolesterami kolesteramin), n), terapi terapi sinar atau transfusi transfusi tukar, tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Tabel 3. Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin Terapi sinar
Transfusi tukar
Usia
Bayi sehat Faktor Risiko* Bayi sehat Faktor Risiko* mg/dL µmol/L mg/dL µmol/L mg/dL µmol/L mg/dL µmol/L Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220 Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260 Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340 Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340
(Dik (Dikut utip ip dari dari Amer Americ ican an Acade Academy my of Pedi Pediat atri rics cs.. Subc Subcom ommi mitt ttee ee on Hype Hyperb rbil ilir irub ubine inemi mia. a. Manage Managemen mentt of hyperb hyperbil iliru irubin binemi emiaa in the newborn newborn infant infant 35 or more more weeks weeks of gestat gestation ion.. Pediatrics 2004 ; 114 : 294)
14
Terapi Sinar
Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori yang yang dikemu dikemukaka kakan n mengen mengenai ai pengar pengaruh uh sinar sinar terseb tersebut. ut. Teori Teori terbar terbaru u mengem mengemuka ukakan kan bahwa bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk berbentuk 4Z, 15Z-biliru 15Z-bilirubin bin menjadi menjadi senyawa senyawa berbentuk berbentuk 4Z, 15E-bilirub 15E-bilirubin in yang merupakan merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis hemolisis yang ditandai ditandai dengan adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi dikerjakan. Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang yang tida tidak k berm bermanf anfaat aat untu untuk k peny penyin inar aran an.. Gant Gantil ilah ah lamp lampu u seti setiap ap 2000 2000 jam jam atau atau sete setela lah h penggunaan penggunaan 3 bulan walau lampu masih masih menyala. menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi. Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan terapi terapi dihent dihentika ikan n apabil apabilaa kadar kadar biliru bilirubin bin <10 mg/dL mg/dL (<171 (<171 µmol/ µmol/L). L). Lamany Lamanyaa penyina penyinaran ran biasanya tidak melebihi 100 jam. Penghentian Penghentian atau peninjauan peninjauan kembali kembali penyinaran penyinaran juga dilakukan dilakukan apabila apabila ditemukan ditemukan efek samping terapi sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping ini
15
biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.
Transfusi Tukar
Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada indikasi (lihat tabel 3). Kriteria melakukan transf transfusi usi tukar tukar selain selain meliha melihatt kadar kadar biliru bilirubin bin,, juga juga dapat dapat memakai memakai rasio rasio bilir bilirubi ubin n terhada terhadap p albumin (Tabel 4)
16
Tabel 4. Kriteria Transfusi Tukar Berdasarkan Berat Bayi dan Komplikasi Berat
Bayi
(gram) < 1250 1250 – 1499 1500 – 1999 2000 – 2499 ≥ 2500
Tidak dak
Komplika ikasi Rasio
(mg/dL) 13 15 17 18 20
Bili/Alb 5.2 6 6.8 7.2 8
Ada (mg/dL) 10 13 15 17 18
Komplikasi
Rasio Bili/Alb 4 5.2 6 6.8 7.2
Konversi mg/dL menjadi mmol/L dengan mengalikan 17.1 (Dik (Dikut utip ip dari dari Amer Americ ican an Acade Academy my of Pedi Pediat atri rics cs.. Subc Subcom ommi mitt ttee ee on Hype Hyperb rbil ilir irub ubine inemi mia. a. Manage Managemen mentt of hyperb hyperbil iliru irubin binemi emiaa in the newborn newborn infant infant 35 or more more weeks weeks of gestat gestation ion.. Pediatrics 2004 ; 114 : 294) Yang dimaksud ada komplikasi apabila : 11. Nilai APGAR < 3 pada menit ke 5 22. PaO2 < 40 torr selama 1 jam 33. pH < 7,15 selama 1 jam 44. Suhu rektal ≤ 35 O C 55. Serum Albumin < 2,5 g/dL 66. Gejala neurologis yang memburuk terbukti 77. Terbukti sepsis atau terbukti meningitis 88. Anemia hemolitik 99. Berat bayi ≤1000 g 12,15
Dalam melakukan transfusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan diberikan dan teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang terjadi disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah darah golongan O rhesus pos posit itip ip.. Pada Pada keada keadaan an lain lain yang yang tida tidak k berk berkai aita tan n deng dengan an pros proses es aloi aloimu muni nisa sasi si,, seba sebaik ikny nyaa digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila keadaan ini tidak memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel dengan serum ibu. Apabila hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan titer anti A atau anti B yang rendah. Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar berkisar antara 140-180 cc/kgBB. Macam Transfusi Tukar: 17
11. ‘ Double Double Volume’ Volume’ artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi. 22. ‘ Iso Iso Volume’ Volume’ artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65 % Hb bayi. 33. ‘ Partial Partial Exchange’ Exchange’ artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau darah pada anemia.
Tabel 5. Volume Darah pada Transfusi Tukar Kebutuhan ‘ Double Double
Rumus* BB x volume darah x 2
Volume’ Volume’ ‘Single Volume’ Volume’ Polisitemia
BB x volume darah BB x volume darah x (Hct sekarang –Hct yang diinginkan)
Anemia
Hct sekarang BB x volume darah x (Hb yang diinginkan – Hb sekarang) (Hb donor – Hb sekarang) BB x volume darah x (PCV yang diinginkan – PCV sekarang) (PCV donor)
* Volume darah bayi cukup bulan 85 cc / kg BB * Volume darah bayi kurang bulan 100 cc /kg BB Dalam Dalam mela melaks ksan anaka akan n tran transf sfus usii tukar tukar temp tempat at dan pera perala lata tan n yang yang diper diperlu luka kan n haru haruss dipers dipersiap iapkan kan dengan dengan teliti teliti.. Sebaik Sebaiknya nya transf transfusi usi dilaku dilakukan kan di ruanga ruangan n yang yang asepti aseptik k yang yang dilengkapi peralatan yang dapat memantau tanda vital bayi disertai dengan alat yang dapat mengatur suhu lingkungan. Perlu diperhatikan pula kemungkinan terjadinya komplikasi transfusi tukar seperti asidosis, bradikardia, aritmia, ataupun henti jantung. Untuk penatalaksanaan penatalaksanaan hiperbili hiperbilirubine rubinemia mia berat dimana fasilitas fasilitas sarana dan tenaga tidak memungkinkan dilakukan terapi sinar atau transfusi tukar, penderita dapat dirujuk ke pusat rujukan neonatal setelah kondisi bayi stabil (‘transportable (‘transportable’) ’) dengan memperhatikan syaratsyarat rujukan bayi baru lahir risiko tinggi.
18
Gambar Tata laksana Penderita Ikterus Neonatorum
19
Tinjauan Pustaka Sepsis Neonatorum
Pendahuluan
Seps Sepsis is neona neonata tall masi masih h meru merupa paka kan n masa masala lah h yang yang belu belum m dapat dapat terp terpec ecah ahkan kan dala dalam m pelayanan dan perawatan BBL. Di negara berkembang, hampir sebagian besar BBL yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian/insidens sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi dibanding dengan negara maju. Dalam laporan WHO yang dikutip Child Health Health Research Research Project Project Special Special Report: Report: Reducing Reducing perinatal perinatal and neonatal neonatal mortality mortality (1999) dikemukakan bahwa 42% kematian BBL terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran saluran pernafasan, pernafasan, tetanus neonatorum, neonatorum, sepsis dan infeksi infeksi gastrointe gastrointestina stinal. l. Kejadian Kejadian sepsis sepsis meningkat pada BKB dan BBLR. Pada bayi berat lahir amat rendah (<1000 gram) kejadian sepsis sepsis terjadi pada 26 perseribu perseribu kelahiran kelahiran dan keadaan ini berbeda bermakna dengan bayi berat lahir antara 1000-2000 gram yang angka kejadiannya kejadiannya antara antara 8-9 perseribu kelahiran. kelahiran. Demikian pula resiko kematian kematian BBLR penderita penderita sepsis sepsis lebih tinggi bila dibandingkan dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Walaupun infeksi bakterial berperan penting dalam sepsis neonatal, tetapi infeksi virus tetap perlu dipertimbangkan. Dari pengumpulan data selama 5 tahun terakhir, Shattuck (1992) melaporkan melaporkan bahwa selain selain infeksi infeksi bakteri, bakteri, infeksi infeksi virus khususnya khususnya enterovirus enterovirus berperan berperan pula sebagai penyebab sepsis/meningitis neonatal.
Definisi
Sepsis pada BBL adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air k emih. Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko misalnya pada BKB, BBLR, Bayi dengan Sindrom Gangguan Nafas atau bayi yang lahir dari ibu berisiko. Infeksi pada BBL dapat terjadi in utero (antenatal), tersering melalui penyebaran mikroorganisme transplasental kedalam tubuh janin, infeksi pada waktu persalinan (intranatal) bisa terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja, urin ibu. Sedangkan infeksi setelah lahir dan selama periode neonatal (pascanatal) semuanya disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
20
Etiologi
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. Pola kuman penyebab sepsis tidak selalu sama antara satu Rumah sakit dengan Rumah sakit yang lain. Perbedaan tersebut terdapat pula antar suatu negara dengan negara lain. Hampir sebagian besar kuman penyebab di negara berkembang adalah kuman Gram negatif berupa kuman enterik seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp dan Coli sp. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, pola kuman yang terlihat juga tidak banyak berbeda dengan kuman di negara berkembang lainnya.
Klasifikasi
Sepsis neonatal biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat. 1. Seps Sepsis is awit awitan an din dinii (early onset). onset). Kelainan Kelainan ditemukan ditemukan pada hari-hari hari-hari pertama pertama kehidupan (umur dibawah dibawah 3 hari). hari). Infeksi Infeksi terj terjadi adi seca secara ra verti vertika kall kare karena na peny penyak akit it ibu ibu atau atau infe infeks ksii yang yang dide dideri rita ta ibu ibu sela selama ma persalinan atau kelahiran. 2. Seps Sepsis is awit awitan an lamb lambat at (late onset). Disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena kuman nosokomial.
Patofisiologi dan Patogenesis
Sela Selama ma dala dalam m kandu kandung ngan an jani janin n rela relati tiff aman aman terh terhada adap p kont kontam amin inas asii kuma kuman n kare karena na terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion dan beberapa faktor faktor anti infeksi pada cairan cairan amnion. amnion. Walaupun Walaupun demikian kemungkinan kontaminasi kontaminasi dapat timbul melalui berbagai jalan, yaitu: 1. Infeks Infeksii kuman, kuman, parasit parasit atau virus virus yang yang dideri diderita ta ibu dapat dapat mencapai mencapai janin janin melalu melaluii aliran aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin 21
2. Prosed Prosedur ur obstet obstetri ri yang yang kurang kurang memper memperhat hatika ikan n faktor faktor aseptik/ aseptik/ant antise isepti ptik k misaln misalnya ya saat saat pengambilan contoh darah janin, bahan vili khorion atau amniosintesis. Paparan kuman pada cairan amnion saat prosedur dilakukan akan menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman pada janin. 3. Pada Pada saat ketuban ketuban pecah, pecah, papara paparan n kuman yang berasal berasal dari dari vagina akan akan lebih lebih berperan berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat dapat terk terkon onta tami minas nasii mela melalu luii salu salura ran n perna pernapas pasan an atau ataupu pun n salu salura ran n cerna cerna.. Keja Kejadi dian an kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban pecah lebih dari 18-24 jam. Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik karena infeksi silang ataupun karena alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang mendapat prosedur neonatal invasif seperti seperti kateterisa kateterisasi si umbilikus, umbilikus, bayi dalam ventilator ventilator,, kurang memperhatikan memperhatikan tindakan tindakan a/anti a/anti sepsis, rawat inap yang terlalu lama dan hunian hu nian terlalu padat, dll. Short Short MA (2004) (2004) mengem mengemukak ukakan an bahwa bahwa patofi patofisio siolog logii dan tingka tingkatt beratn beratnya ya sepsis sepsis tampaknya tidak banyak berbeda antara pasien dewasa dan bayi. Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang selanjutnya menimbulkan gangguan sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan gangguan fungsi organ. Pada infeksi awitan dini, respon sistemik pada BBL terjadi saat bayi masih didalam (FIRS), yaitu kandungan. Keadaan ini dikenal dengan fetal inflammatory response syndrome (FIRS), infeksi janin atau BBL terjadi karena penjalaran infeksi kuman vagina -ascending infection- atau infeks infeksii yang yang menjal menjalar ar secara secara hemato hematogen gen dari dari ibu yang yang mender menderita ita infeks infeksi. i. Dengan Dengan demiki demikian an konsep infeksi pada BBL, khusus pada infeksi awitan dini, perjalanan penyakit bermula dengan FIRS FIRS kemudi kemudian an sepsis sepsis,, sepsis sepsis berat, berat, syok syok septi septik/r k/renj enjata atan n septik septik,, disfun disfungsi gsi multi multiorg organ an dan akhirnya kematian. Berbeda halnya pada infeksi awitan lambat, respon sistemik terjadi setelah diluar kandungan akibat infeksi yang berasal dari lingkungan tempat perawatan pasien.
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Gambaran klinis sepsis BBL sangat bervariasi dan tidak spesifik. Berikut kelompok temuan yang berhubungan dengan Infeksi Neonatorum: Kategori A
Kategori B
22
1) Kesu Kesuli lita tan n bern bernap apas as (mis (mis.. apne apnea, a, 1) Tremor napas kurang dari 40 kali per menit, 2) Letarg Letargii atau atau lungla lunglaii retrak retraksi si dindin dinding g dada, dada, grunti grunting ng pada 3) Mengantuk Mengantuk atau aktivitas aktivitas berkurang berkurang waktu ekspirasi, sianosis sentral)
4) Iritab Iritabel el atau atau rewe rewell
2) Kejang
5) Muntah Muntah (menyoko (menyokong ng ke arah sepsis) sepsis)
3) Tidak idak sada sadar r
6) Peru Perutt kemb kembun ung g (men (menyo yoko kong ng ke arah arah
4) Suhu Suhu tubu tubuh h tida tidak k norm normal al,, (tid (tidak ak
sepsis)
normal normal sejak lahir lahir & tidak tidak member memberii 7) Tand Tandaa-ta tand ndaa mula mulaii munc muncul ul sesu sesuda dah h respon terhadap terapi atau suhu tidak
hari hari ke empa empatt (men (menyo yoko kong ng ke arah arah
stab stabil il
sepsis)
sesu sesuda dah h
peng penguk ukur uran an
suhu suhu
norm normal al sela selama ma tiga tiga kali kali atau atau lebi lebih, h, 8) Air ketub ketuban an bercamp bercampur ur mekoni mekonium um menyokong ke arah sepsis) 5) Persali alinan
di
lingkung ungan
9) Malas yang
kurang kurang higien higienis is (menyo (menyokong kong ke arah arah
minum num
deng dengan an bai baik
sebelumnya (meny menyok okon ong g
minum ke arah arah
sepsis)
sepsis) 6) Kond Kondis isii memb membur uruk uk seca secara ra cepa cepatt dan dan dram dramat atis is (men (menyo yoko kong ng ke arah arah sepsis) Diagno Diagnosis sis sepsis sepsis neonat neonatal al sulit sulit karena karena gambar gambaran an klinis klinis pasien pasien yang yang tidak tidak spesif spesifik. ik. Kecurigaan besar sepsis, bila: o
Pada bayi umur sampai dengan 3 hari: Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim,
demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini atau bayi mempunyai 2 atau lebih kategori A atau 3 atau lebih kategori B. o
Pada bayi umur lebih dari 3 hari: Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan
kategori A atau tiga atau lebih temuan kategori B.
Pemeriksaan Penunjang
Bervar Bervarias iasiny inyaa gambar gambaran an klinis klinis yang yang tidak tidak seraga seragam m menyeb menyebabka abkan n kesuli kesulitan tan dalam dalam menen menentu tukan kan diag diagnos nosis is pasti pasti.. Untu Untuk k hal hal itu itu peme pemeri riks ksaa aan n penu penunj njan ang g baik baik peme pemeri riks ksaan aan
23
labor laborat ator oriu ium m atau ataupun pun peme pemeri riks ksaa aan n khusu khususs lain lainny nyaa seri sering ng digu digunak nakan an dala dalam m memb membant antu u menegakkan diagnosis. Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut: •
Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat infeksi. Dapat ditemukan adanya leukositosis atau leukopen ia, trombositopenia.
•
Ditemukan kuman pada pemeriksaan pengecatan gram darah.
•
Gangguan metabolik: Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik.
•
Peningkatan kadar bilirubin.
Manajemen
Elimi Eliminasi nasi kuman kuman merupa merupakan kan piliha pilihan n utama utama dalam dalam manaje manajemen men sepsis sepsis neonata neonatal. l. Pada Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal terseb tersebut ut pember pemberian ian antibi antibioti otika ka secara secara empiri empiriss terpaks terpaksaa diberi diberikan kan untuk untuk menghi menghindar ndarkan kan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif. negatif. Tergantung Tergantung pola dan resistensi resistensi kuman di masing-masing masing-masing Rumah sakit biasanya antibiotik yang dipilih adalah golongan ampisilin/kloksasilin/vankomisin dan golongan aminoglikosid/sefalosporin. Lamanya pengobatan sangat tergantung kepada jenis kuman penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman Gram positif, positif, pemberian pemberian antibiotik antibiotik dianjurkan dianjurkan selama selama 10-14 hari, sedang sedangkan kan penderi penderita ta dengan dengan kuman kuman Gram Gram negati negatiff pengoba pengobatan tan dapat dapat diteru diteruska skan n sampai sampai 2-3 minggu.
24
DAFTAR PUSTAKA
Etika Etika Risa, Risa, dkk. 2007. 2007. Hiperb Hiperbil iliru irubin binemi emiaa pada Neonatu Neonatus. s. Divisi Divisi Neonat Neonatolo ologi gi Bagian Bagian Ilmu Ilmu Kesehatan Anak. FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo-Surabaya Kosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Ed.I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Tim Paket Paket Pelati Pelatihan han Klinik Klinik PONED. PONED. 2008. 2008. Buku Buku Acuan Acuan Pelaya Pelayanan nan Obstet Obstetri ri dan Neonat Neonatal al Emergensi Dasar (PONED). Jakarta.
25